Professional Documents
Culture Documents
BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Yang dimaksud dengan bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia
kehamilan 37-40 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2011; h. 1).
Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan
diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (Rukiyah, 2010; h. 2).
Nilai: 0
Pucat/biru
seluruh tubuh
Tidak ada
Nilai: 1
Tubuh merah,
ekstremitas biru
<100
Nilai: 2
Seluruh tubuh
kemerahan
>100
Tidak ada
Ekstremitas
sedikit fleksi
Sedikit gerak
Gerakan aktif
Tidak ada
Tidak ada
Lemah/tidak
teratur
Langsung
menangis
Menangis
Interpretasi:
1. Nilai 1-3 asfiksia berat;
2. Nilai 4-6 asfiksia sedang;
3. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal).
(Dewi, 2011; h. 3).
4. Tahapan Bayi Baru Lahir
a. Tahap I terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertsms kelahiran. Pada
tahap ini digunalan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk
interaksi bayi dan ibu.
b. Tahap II disebut juga tahap tradisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukuan
pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan prilaku.
c. Tahap III disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama
yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Dewi, 2011; h. 3).
5. Penampilan pada bayi baru lahir
a. Kesadaran dan terhadap sekeliling, perlu dikurangi rangsangsangan terhadap
reaksi terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang
mengejutkan atau suara mainan.
telapak tangan, telapak kaki, atau kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat dan
kuning, bercak-bercak besar yang sering terdapat disekitar bokong (Mongolian
Spot) akan menghilang pada umur 1 sampai 5 tahun.
i. Kelancaran menghisap dan pencernaan: harus perhatikan: tinja dan kemih:
diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila terjadi perut yang tiba-tiba
membesar, tanpa keluarnya tinja disertai muntah, dan mungkin dengan kulit
kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjt, untuk
kemungkinan Hischprung/Congenital Megacolon.
j. Reflek: reflek rooting, bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi; reflek
isap, terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai reflek menelan;
reflek moro ialah timbulnya pergerakan tangan yang simetris seperti meraangkul
apabila tiba-tiba digerakkan; reflek mengeluarkan lidah terjadi apabila diletakkan
benda di dalam mulut, yang sering ditafsirkan bayi menolak makanan/minuman.
(Rukiyah, 2010; h. 3-5).
dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi
apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
c. Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin (misalnya
melalui kipas angin, hembusan udara, atau pendingin ruangan).
d. Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai
suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).
Cara mencegah kehilangan panas, adalah:
1. Keringkan bayi segera setelah lahir untuk mencegah terjadinya evaporasi
dengan menggunakan handuk atau kain (menyeka tubuh bayi juga termasuk
rangsangan taktil untuk membantu memulai pernapasan).
2. Selimuti tubuh bayi dengan kain bersih dan hangat segera setelah
mengeringkan tubuh bayi dan memototong tali pusat.
3. Selimuti bagian kepala karena kepala merupakan permukaan tubuh yang
relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika tidak ditutupi.
4. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Sebaiknya pemberian
ASI harus dalam waktu 1 jam pertama kelahiran.
5. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat, yang paling ideal adalah
bersama dengan ibunya agar menjaga kehangatan tubuh bayi, mendorong
ibu agar segera menyusui bayinya, dan mencegah paparan infeksi pada
bayi.
6. Jangan menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain yang kering dan
bersih. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi dikurangi
dengan kain selimut yang digunakan. Bayi sebaiknya dimandikan
sedikitnya 6 jam setelah lahir. Sebelum dimandikan periksa bahwa suhu
tubuh bayi stabil (suhu aksila antara 36,5C-37,5C), jika suhu tubuh bayi
masih dibawah batas normal maka selimuti tubuh bayi dengan longgar,
tutupi bagian kepala, tempatkan bersama dengan ibunya (skin to skin),
tunda memandikan bayi sampai suhu tubuhnya stabil dalam waktu 1 jam.
Tunda juga untuk memandikan bayi jka mengalami gangguan pernapasan.
Ruangan untuk memandikan secara cepat dengan air bersih dan hangat.
Setelah bayi dimandikan, segera keringkan dan selimuti kembali bayi,
kemudian berikan kepada ibunya untuk disusui dengan ASI (JNPK-KR,
2008; h. 123-125).
7. Pemberian ASI
Rangsangan isapan bayi pada puting akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise
anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Dimana hormon inilah yang akan
memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Pada hari-hari pertama kelahiran bayi,
apabila penghisapan puting susu cukup adekuat maka dihasilkan secara bertahap
menghasilkan 10-100 cc ASI. Produksi ASI akan optimal setelah sehari 10-14 usia
bayi. Bayi sehat akan mengonsumsi ASI 700-800 cc ASI per hari (kisaran 600-1000
cc) untuk menambah tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun (500-700
cc) setelah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc pada 6 bulan kedua. Produksi
ASI sksm menjadi 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (JNPK-KR, 2008).
8. Pencegahan Infeksi
a. Memberikan vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
vitamin K pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K
per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5 1 mg IM (JNPK-KR/POGI, APN, 2007).
b. Memberikan obat tetes atau salep mata
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan. Hasil yang diharapkan bayi sehat.
Adapun rencana tindakan yang dapat dilakukan antara lain :
1) Mengeringkan dan membungkus bayi
2) Menghisap lendir sesuai kondisi bayi
3) Memotong dan mengikat tali pusat dan diberi antiseptik.
4) Kontak kulit dini dan ditetekan ke ibu untuk mendukung laktasi.
seperti
jarang
berkedip
atau
sensitifitas
terhadap
cahayaberkurang.
c) Sindrom down, ditemukan epicanthus melebar.
d) Glaukoma kongenital, terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan
padakornea.
e) Katarak kongenital, apabila terlihat pupil yang berwarna putih.
c. Pemeriksaan Telinga
Cara :
Bunyikan bel atau suara. Apabila terjadi refleks terkejut, maka pendengarannya
baik. Kemudian apabila tidak terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi
gangguan pendengaran.
d. Pemeriksaan Hidung
Cara :
1) Amati pola pernafasan. Apabila bayi bernafas melalui mulut, mata
kemungkinan
bayi
mengalami
obstruksi
jalan
nafas
karena
perlu
dipikirkan
adanya
penyakit
sifilis
kongenital
dankemungkinan lain.
e. Pemeriksaan Mulut
Cara :
1) Lakukan insepeksi adanya krita pada mukosa mulut.
2) Amati warana, kamampuan refleks menghisap. Apabila lidah menjulur
keluar, dapat dinilai adanya kecacatan kongenital.
3) Amati adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi. Biasanya
disebut sebagai monilia albicans.
4) Amati gusi dan gigi, untuk menilai adanya pigmen.
f. Pemeriksaan Tali Pusat
Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah,
berbau atau yang lainnya pada tali pusat. Pemeriksaan normal apabila warna tali
pusat putih kebiruan pada hari pertama dan mulai mengering atau mengecil dan
lepas pada hari ke-7 hingga ke-10 (Hidayat, 2008; h. 68).
g. Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan pada ekstremitas dilakukan untuk menilai ada/tidaknya gerakan
ekstremitas abnormal; asimetri; posisi dan gerakan kaki yang abnormal
menghadap ke dalam atau keluar garis tangan, serta kondisi jari kaki yang
jumlahnya berlebih atau saling melekat.
Jeli Wharton yaitu zat yang berbentuk seperti agar-agar dan mengandung banyak
air sehingga pada bayi lahir tali pusat mudah menjadi kering dan cepat terlepas
dari pusar bayi (Rukiyah, 2009; h. 29).
membuatnya lebih panjang dari tali pusat, sering menimbulkan nodulasi pada
permukaan, atau simpul palsu (varises). Matriks dari tali pusat terdiri dari Jeli
Wharton.
Setelah proses fiksasi pembuluh pusat akan tampak kosong. Bila difiksasi dalam
keadaan distensi normal, tampak pada arteri umbilikalis adanya lipatan intima
transversal dari Hoboken yang melintas bagian dari lumennya. Mesoderrm tali
pusat, yang berasal dari alantoin, akan menyatu dengan amnion.
Sirkulasi darah vena umbilikalis melalui dua rute duktus venosus yang
langsung mengosongkan isinya ke vena inferior, serta melalui beberapa pembuluh
darah yang lebih kecil ke dalam sirkulasi hepatik janin kemudian ke vena kava
inferior melalui vena hepatika. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang
tahanannya lebih kecil. Tahan di dalam duktus venosus diatur oleh suatu klep yang
terletak pada bagin awal duktus venosus di umbilikalis dan diinervasi oleh saraf
vagus.
janin
dari
kemungkinan
masuknya
darah yang mengalir melalui tali pusat ada sekitar 125 ml/kg/BB per menit atau
sekitar 500 ml per menit.
Melalui vena umbilikalis dan duktus venosus, darah mengalir ke dalam vena kava
inferior, bercampur dengan darah yang kembali dari bagian bawah tubuh.
Kemudian memasuki atrium kanan, tempat aliran darah dari vena kava inferior
melalui foremen ovale globin manusia dewasa normal atau disebut hemoglobin A
(Ganong,1995). Kecuali bahwa rantai diganti oleh rantai yaitu hemoglobin F
merupakan 2 2. Rantai juga mengandung 146 gugusan amino, tetapi mempunyai
37 yang berbeda dari yang dalam rantai .
Hemoglobin fetus normalnya digantikan oleh hemoglobin orang dewasa segera
setelah lahir. Akan tetapi pada individu tertentu, mengalami kegagalan hilang dan
menetap seumur hidup. Di dalam tubuh, kadar O2 pada PO2 tertentu lebih besar
dibandingkan hemoglobin orang dewasa karena O2 kurang dalam mengikat 2,3DPG. Hal ini memudahkan gerakan O2 dari ibu ke sirkulasi janin (Sodikin, 2009;
h. 15-18).
Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikatan tali pusat yang
menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat dirawat
dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat
(Hidayat,2005).
(jtptunimus-gdl-nikenmetat-6546-3-babii.pdf-Adobe Reader).
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu pertama
secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada neonatus. Jelly Wharton yang
basitrasin,
nitrofurazone, silver
sulphadiazine,
dan
triple
Pemeriksaan ini untuk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah, berbau
atau yang lainnya pada tali pusat. pemeriksaan normal apabila warna tali pusat
putih kebiruan pada hari pertama dan mulai mengering atau mengecil dan lepas
pada hari ke-7 hingga ke-10 (Hidayat, 2008; h. 68).
Done (1998) membuktikan adanya perbedaan antara perawatan tali pusat yang
menggunakan alkohol pembersih dan dibalut kassa steril. Ia menyimpulkan bahwa
waktu puput tali pusat kelompok alkohol adalah 9, 8 hari dan alami kering 8, 16
hari. Penelitian ini merekomendasikan untuk tidak melanjutkan penggunaan
alkohol dalam merawat tali pusat bayi baru lahir. Penelitian Kurniawati (2006) di
Indonesia membuktikan bahwa waktu pelepasan tali pusat menggunakan Air Susu
Ibu (ASI) adalah 127 jam (waktu tercepat 75 jam) dan waktu pelepasan
menggunakan teknik kering terbuka (tanpa diberikan apapun) rata-rata 192,3 jam
(waktu tercepat 113 jam) (Sodikin, 2009; h. 58).
Menurut Paisal (2008), perawatan tali pusat bertujuan untuk menjaga agar tali
pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir, membiarkan
tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas.
(jtptunimus-gdl-nikenmetat-6546-3-babii.pdf-Adobe Reader).
10.
pusat
pasca
persalinan.
c). Instruksikan ibu untuk selalu memantau keadaan bayinya.
d). Lakukan perawatan tali pusat setiap hari dan setiap kali basah atau kotor.
Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali
pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih.
Pemakaian antimikrobial topikal pada perawatan tali pusat dapat mempengaruhi
waktu pelepasan tali pusat, yaitu merusak flora normal sekitar tali pusat sehingga
memperlambat pelepasan tali pusat. Pemberian antiseptik pada tali pusat tidak
diperlukan, karena resiko terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang penting terjaga
kebersihannya. Berbeda dengan bayi yang dirawat di rumah sakit, penggunaan
antiseptik mungkin diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat.
Perawatan praktis lainnya yang mungkin dapat mengurangi timbulnya resiko
terjadinya infeksi tali pusat adalah dengan cara rawat gabung dan kontak langsung
kulit bayi dan ibunya mulai lahir agar bayi mendapatkan pertumbuhan flora normal
dari ibunya yang sifatnya patogen. Pemberian air susu ibu yang dini dan sering
akan memberikan antibodi kepada bayi untuk melawan infeksi. Pemberian
antiseptik pada tali pusat tidak diperlukan, karena resiko terjadinya kontaminasi
adalah kecil, yang penting terjaga kebersihannya. Berbeda dengan bayi yang
dirawat di rumah sakit, penggunaan antiseptik mungkin diperlukan untuk
mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat.
(jtptunimus-gdl-nikenmetat-6546-3-babii.pdf-Adobe Reader).
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen
Varney dalam buku Varneys Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan
proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut
secara sistematis dan siklik.
Varney menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat
dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode
pengorganisasian
pemikiran
dan
tindakan
dengan
urutan
yang
logis
dan
menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen
kebidanan ini terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan setiap langkah
disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suau kerangka lengkap
yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat
diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini biasa berubah sesuai
dengan kebutuhan klien. (Saminem, 2010; h. 39).
lahir, seperti umur bayi, jam kelahiran bayi, jenis kelamin bayi dan anak
keberapa.
Identitas orang tua dikaji untuk mengetahui lebih jelas tentang informasi
dari riwayat kelahiran bayi.
b) Riwayat Antenatal
(1) Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai data acuan untuk
memprediksi apakah terdapat penyulit pada kehamilan saat bayi
masih dalam kandungan.
(2) Kesehatan janin dikaji untuk mengetahui kondisi janin saat ini
(3) Keluhan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk mengetahui keluhan yang
pernah dirasakan oleh orang tua bayi saat hamil
(4) Frekuensi ANC selama kehamilan trismester 1, 2 dan 3 dikaji untuk
mengetahui seberapa sering orang tua bayi pernah memeriksakan diri
saat hamil
(5) Pola nutrisi dikaji untuk mengetahui asupan nutrisi pada orang tua
bayi
(6) Perilaku kesehatan dikaji untuk mengetahui apakah orang tua bayi
pernah merokok, mengonsumsi alkohol, obat-obatan atau jamu
selama hamil
kualitas
dan
kuantitasnya
untuk
pertumbuhan
dan
(2) Pola eliminasi dikaji untuk mengetahui apakah bayi telah BAK dan
BAB. Biasanya terdapat urine dalam jumlah kecil dalam kandung
kemih bayi saat lahir, tetapi ada kemungkinan urine tersebut tidak
e) Pemeriksaan Bayi
(1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tandatanda vital, meliputi: pemeriksaan khusus (terdiri dari inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi) dan pemeriksaan penunjang yaitu
laboratorium
dan
catatan
terbaru
serta
catatan
sebelumnya
{1}
Nadi
{2}
Suhu
Suhu tubuh bayi stabil adalah antara 36,5C-37,5C (JNPKKR, 2008; h. 124-125).
Suhu pada bayi baru lahir normal adalah 36,5C-37,5C
(Rukiyah, 2010; h. 10).
{3}
Pernafasan
(c) Antropometri
{1} Berat Badan (BB)
Berat badan bayi baru lahir adalah antara 2500-4000
gram (Dewi, 2011; h. 3).
Bentuk
tidak, UUK
datar
rambut
atau
:Terdapat
tidak, keadaan
tidak,
adakah
odema
kebersihan
tidak
muka
atau
simetris
atau
kelopak mata,
konjungtiva
pembengkakan pada
merah
atau
tidak,
(c) Mata
atau
bersih
caput
(b) Wajah
simetris
:Bentuk,
muda
atau
mata atau
atau tidak.
lubang
hidung, pernafasan
cuping
(f) Telinga
rooting.
adakah cairan
atau tidak.
(g) Leher
jugularis,
:Bendungan
pembesaran
vena
kelenjar
tyroid,
reflek
:Bentuk
dada,
pengembangan rongga
dada,
Ketiak
(j)
Perut
keadaan tali
adakah
pusat,
benjolan,
pembesaran hati.
bising usus,
kembung, adakah
(l)
limfe.
tonjolan
bokong.
labia
mayor
dan labia
minor adakah
dan
jari-jari
tangan
kaki
:Reflek moro, rooting, glabela,
plantar, tonik
leher, menghisap
(p) Eliminas
Dalam kondisi tertentu seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli
gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan
harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa dalam melakukan suatu tindakan harus
disesuaikan dengan prioritas masalah/kondisi keseluruhan yang dihadapi klien.
Setelah bidan merumuskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi
diagnosis/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus
merumuskan tindakan
emergensi/darurat
untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa
dilakukan secara sendiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan (Soepardan 2008; h.
100-101).
pengetahuan, teori terkini (up to date), dan sesuai dengan asumsi tentang apa
yang akan dilakukan klien (Soepardan 2008; h.101).
g.
asuhan
yang
tidak
efektif
melalui
proses
menejemen
untuk
Peraturan
Menteri
Kesehatan
(Permenkes)
Nomor
peraturan
1464/menkes/per/x/2010
menteri
tentang
izin
kesehatan
dan
(permenkes)
penyelenggaran
praktik
nomor
bidan,
normal
adalah
kewenangan
yang
dimiliki
1) Ruang lingkup:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
2) Kewenangan:
a)
Episiotomi.
oleh
seluruh
b)
c)
d)
e)
susu ibu
(ASI) eksklusif
4) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
5) Penyuluhan dan konseling
6) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
7) Pemberian surat keterangan kematian
8) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
b. Pelayanan kesehatan anak
3) Ruang lingkup:
a) Pelayanan bayi baru lahir.
b) Pelayanan bayi.
c) Pelayanan anak balita.
d) Pelayanan anak pra sekolah.
4) Kewenangan:
a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi
baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.
b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.
c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah.
f) Pemberian konseling dan penyuluhan.
g) Pemberian surat keterangan kelahiran.
h) Pemberian surat keterangan kematian.
(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171).