You are on page 1of 13

INTISARI

Menumpuknya limbah padat organik berupa lumpur (sludge) yang berasal dari unit instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
industri kertas, sering menyebabkan pencemaran terhadap resapan air tanah pada lingkungan pabrik. Sludge mempunyai
komposisi rata-rata: kandungan padatan 25%, kadar air 75%, dimana kandungan padatan terdiri dari bahan organik 78%
dan anorganik 22% serta nilai kalor 3000 kkal/kg. Penelitian yang telah dilakukan adalah memanfaatkan limbah padat
(sludge) sebagai bahan bakar padat pada tungku FBC (proses pembakaran secara fluidisasi), sehingga dapat mengurangi
tumpukan limbah padat dan akan diperoleh bahan bakar padat alternatif. Telah dilakukan pengembangan sistem pembakaran
pada tungku FBC (fluidized bed combustion) dengan bahan bakar limbah padat (sludge) industri kertas dengan kapasitas
pembakaran 15 kg/jam. Uji-coba pembakaran pada tungku FBC, diawali dengan pembakaran serbuk kayu yang dipakai
sebagai

kontrol,

memberikan

performansi

pembakaran

kontinyu

pada

kisaran

temperatur

350

550C

di

bagian freeboard(ruang bakar diatas unggun pasir), dilanjutkan dengan pembakaran limbah padat ( sludge) industri kertas
juga memberikan performansi pembakaran kontinyu pada kisaran temperatur 300 - 450C (temperaturnya lebih rendah dari
pembakaran serbuk kayu, karena nilai kalor sludge lebih rendah dari pada nilai kalor serbuk kayu). Hambatan yang masih
terjadi adalah kontinyuitas laju alir umpan sludge pada screwfeeder menyebabkan kapasitas bahan yang terbakar kurang
terpenuhi, juga abu hasil pembakaran sludge banyak tertumpuk pada unggun pasir sehingga mengganggu proses
pembakaran secara fluidisasi. Hal ini akan dievaluasi dengan melakukan percepatan putaran pada screwfeeder sehingga laju
umpan bahan bakar lebih besar, juga tertumpuknya abu hasil pembakaran dapat diatasi dengan memperbesar laju alir blower
tiup sehingga proses pembakaran fluidisasi dapat terjaga. Penelitian selanjutnya adalah memanfaatkan panas hasil
pembakaran sludge sebagai pembangkit uap panas (steam) yaitu unit Fluidized Bed Boiler.

FBC, fluidized bed combustion, biomass waste combustion, incineration, sludge incineration,
solid waste incineration, pembakaran lumpur organik padat
Kata kunci:

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri pulp dan kertas pada umumnya menghasilkan limbah padat (sludge) yang tidak dapat langsung dibuang
di lingkungan. Dalam upaya meningkatkan kemampuan pengendalian dampak lingkungan, industri pulp dan
kertas saat ini dihadapkan pada masalah penanganan limbah padat ( sludge). Sludge, sebagian besar adalah serat
dan bahan organik lain, merupakan limbah padat yang berasal dari unit proses produksi dan unit pengolahan air
limbah pabrik pulp dan kertas. Karena sludge terdiri dari serat dan bahan organik, pemanfaatannya
sebagai landfill dapat dilakukan, tetapi dalam jumlah besar dan dalam waktu yang panjang, hal ini akan
menimbulkan masalah terhadap pemanfaatan tanah bagi pemukiman dan akan menimbulkan pencemaran bagi
air tanah.
Salah satu cara penanggulangan sludge tersebut adalah dengan cara memanfaatkannya sebagai bahan bakar
padat. Agarsludge dapat terbakar sempurna dan efisien, maka teknik pembakaran yang sesuai adalah dengan
tungku unggun fluidisasi (fluidized bed combustion, FBC), karena adanya unggun pasir yang berfungsi sebagai
pengaduk bahan bakar dan penahan panas. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan uji-coba pembakaran
serbuk gergaji kayu, sekam padi dan sampah kota dengan tungku unggun fluidisasi ( FBC) yang mempunyai luas
penampang unggun pasir 0,5 m2 dan 6 nosel pancar untuk kapasitas 250 kg/jam yang berada di UPT BPT TG LIPI, Subang.

1.2. Tujuan kegiatan


Melakukan pengembangan sistem pembakaran pada tungku FBC yaitu: perancangan, konstruksi,
instalasi FBC (Fluidized Bed Combustion), serta pengujian sistem pembakaran limbah padat industri kertas (dalam
bentuk sludge).
1.3. Sasaran
Memanfaatkan limbah padat industri kertas (dalam bentuk sludge) sebagai bahan bakar padat pada
tungku FBC sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan.
1.4 Lingkup Kegiatan
Penelitian tersebut dilakukan dalam beberapa kegiatan, antara lain :
v Koordinasi dengan industri penghasil limbah padat sludge, yaitu melakukan sampling di industri kertas (Jawa
Barat)
v Pengolahan (pencetakan dan pengeringan) sludge menjadi bahan bakar padat
v Perancangan dan konstruksi sistem pembakaran pada FBC
v Uji pembakaran limbah padat sludge pada FBC
v Analisis dan pelaporan

2.. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sumber Limbah Padat berupa Sludge
Limbah padat yang dikeluarkan oleh industri pulp dan kertas salah satunya berasal dari unit pengolahan limbah
cair yang menghasilkan lumpur (sludge). Adapun proses pengolahan lumpur cair menjadi lumpur padat ( cake)
adalah sludge darithickener dan sludge dari settling tank dipompakan ke mesin belt press atau mesin screw
press menjadi sludge padat dalam bentuk cake
Tungku FBC dipengaruhi oleh dua hal pokok yang saling berkaitan, yaitu:
a. masalah yang berhubungan dengan pembakaran bahan padat, yaitu faktor-faktor yang tergabung di dalam
laju pembakaran menyeluruh
b.
masalah yang berhubungan dengan hidrodinamika unggun pancar/ fluidisasi atau sering dikenal dengan
karakteristik unggun pancar/fluidisasi, yaitu faktor-faktor yang akan menentukan laju sirkulasi dan laju elutriasi
2.2. Pembakaran Bahan Bakar Padat(9)
Pembakaran limbah organik padat/biomassa dalam insinerator fluidisasi didasarkan pada kontak gas-padat
melalui tahap pengeringan, pirolisa dan oksidasi, selanjutnya menghasilkan zat terbang ( volatile matter) dan
arang. Tahap pirolisa untuk bahan bakar padat berukuran kecil sejenis serbuk berlangsung sangat cepat dan
terkonversi menjadi zat terbang. Zat terbang terbakar dan menyala dalam waktu singkat dan terlihat sebagai
lidah api. Proses pembakaran arang relatif lebih lambat dari proses pembakaran zat terbang. Kayu atau
biomassa kering bebas abu mempunyai rumus empiris C6H8,39O3,54 terdiri dari 52,5 % massa karbon; 6,16 %
hidrogen; 41,24 % oksigen dan 0,1 % nitrogen. Panas pembakaran neto ( Net Heating Value) biomassa kering
bebas abu 20900 kJ/kg.
Persamaan stoikhiometri pembakaran biomassa menyeluruh :

C6H8,39 O3,54 + 12,3 O2 -----> 6 CO2 + 4,2 H2O


Dari persamaan di atas, secara teoritis pembakaran 1 kg kayu/biomassa kering membutuhkan 5,38
m3 udara. Sering juga diperlukan udara lebih, supaya pembakaran sempurna.

2.3 Hidrodinamika Unggun Pancar/Fluidisasi(9)


Beberapa persamaan yang dapat dimanfaatkan untuk rancangan tungku FBC standar adalah sebagai berikut :
a.
Kecepatan Minimum Pancar, Ums, (minimum spouting velocity) adalah kecepatan superfisial minimum agar
unggun tetap terpancar (lihat Gambar 2, titik C untuk Ums). Harga Ums dapat diperkirakan dari persamaan:

(1)
dimana :
Dp, Dc, Di

= diameter partikel padat, kolom, nosel

= tinggi unggun statik (saat tidak terpancarkan)

= percepatan gravitasi

rg, rp

= densitas gas dan partikel padat

Satuan Ums didalam persamaan di atas tergantung pada satuan H dan g. Harga Ums ini digunakan untuk
menentukan laju volumetrik gas pancar minimum dan selanjutnya kapasitas blower. Di dalam penggunaan
unggun pancar sebagai tungku, kesesuaian Ums dengan kebutuhan udara pembakaran perlu diperhatikan.
b.
Kecepatan superfisial nyata gas di dalam unggun pancar biasanya 2-3 kali Ums, tetapi harus
dibawah kecepatan terminalagar partikel tidak terelutriasi. Untuk kondisi di dalam sebuah unggun
pancar/fluidisasi, dengan Re > 2, kecepatan terminal dapat diperkirakan dengan :

(2)
dimana :

= viskositas gas, dalam poise (g.cm-1. S-1)

Dp

= dalam meter; rp dan rg dalam kg/m3

Gambar 1. Kurva karakteristik fluidized bed


c.
Hilang tekan unggun pancar (pressure drop) merupakan salah satu parameter untuk menunjukkan kualitas
unggun pancar. Jika pancaran terjadi dengan kualitas baik, hilang tekan unggun pancar, DPs tidak lagi
dipengaruhi oleh laju alir superfisial (Gambar 1). Harga DPs dapat diperkirakan dengan persamaan:

(3)
dimana :
h
Hm

= H/Hm ; H = tinggi unggun statik (saat tidak terpancar)


= tinggi unggun maksimum (lihat pasal berikut)

DPmf = hilang tekan pada saat laju minimum fluidisasi

Persamaan (3) menunjukkan, bahwa harga DPmf dapat diperkirakan dengan :

(4)

dimana :
mf

= porositas unggun saat awal fluidisasi, sifat khas unggun dengan harga sekitar 0.6

Walaupun DPs lebih rendah dari pada DPmf, awal pembentukan unggun pancar memerlukan tekanan blower
tinggi untuk mengatasi peak pressure drop DPM (gambar 1). Harga DPM kira-kira adalah :

(5)

dimana : tan y =
koefisien gesek antar permukaan partikel, sifat khas unggun, misalnya: 1,25 untuk
biji-bijian dan 3,2 untuk batubara
Persamaan diatas tidak berdimensi, sehingga satuan DP M tergantung pada satuan H, rb dan g. Dalam praktek,
ketinggian harga DPM dapat diatasi dengan jalan operasi awal unggun pancar dengan unggun rendah, kemudian
diikuti penambahan material unggun sampai ketinggian yang diinginkan.
d. Tinggi unggun maksimum, Hm (Maximum spoutable bed depth) adalah tingggi unggun statik maksimum yang
masih dapat dipancarkan dengan baik. Jika unggun statik lebih dari H m, pancaran mungkin terjadi hanya dibagian
bawah unggun dengan kualitas jelek dan unggun fluidisasi terjadi dibagian atas unggun. Harga H m dapat dihitung
dengan persamaan:

(6)
dimana :
Hm

= tinggi unggun maksimum, cm

q
= faktor bentuk partikel, tak-berdimensi dan tergantung pada jenis
bola dan 1.65 untuk kerikil
rp

partikel, misal 1 untuk

= dalam g/cm3 ; Dc, Dp dan Di dalam cm

2.4 Perancangan Tungku FBC


Tungku FBC pada umumnya diisi dengan partikel inert (biasanya pasir silika) yang berfungsi sebagai :
a.
media promotor gerak partikel bahan bakar agar terjadi kontak yang baik dengan udara pembakar,
mencegah penggumpalan dan merontokkan abu dari permukaan partikel bahan bakar
d.
penyangga panas untuk melayani kejutan-kejutan jika ada bahan bakar dengan kadar air tinggi atau panas
pembakaran rendah masuk ke dalam tungku.
Karena jumlah pasir di dalam tungku jauh lebih banyak dari pada jumlah partikel bahan bakar, perhitungan
hidrodinamika tungku unggun pancar didasarkan pada sifat partikel inert, bukan sifat partikel bahan bakar. Pada
dasarnya, perancangan tungku unggun pancar satu nosel(9) dapat menggunakan persamaan-persamaan empirik
yang telah disajikan di Pasal 2.2 dan Pasal 2.3. Aturan empirik lainnya adalah: diameter kolom (D c) sebaiknya
tidak lebih dari 30 cm dan diameter nosel (Di) antara 1-5 cm, posisi pemasukan bahan bakar tergantung pada
sifat pembakarannya: pemasukan biomassa dengan banyak volatile matter berbeda dengan pemasukan arang
atau batubara. Karena sifat pembakaran tersebut, profil temperatur di dalam tungku juga bermacam-macam.
Pembakaran serbuk gergaji atau biomassa lainnya dapat diduga akan menghasilkan temperatur freeboard lebih
tinggi daripada temperatur unggun, karena pembakaran fasa gas ( volatile matter) lebih dominan daripada reaksi
arang-oksigen, perancangan sebuah tungku FBC juga dapat mengikuti petunjuk praktis perencanaan SFBC (10).

Secara garis besar langkah perancangan disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Perancangan Tungku FBC

2.5 Mekanisme Pembakaran Pada Tungku FBC


Setelah material pasir dihembus aliran udara (dengan blower) sehingga membentuk lapisan yang mengambang
(terfluidisasi), kemudian dipanaskan dengan menggunakan bahan bakar sekunder (gas atau minyak) sampai
temperatur sekitar 500C. Temperatur lapisan mengambang naik secara bertahap sampai mencapai titik bakar
bahan bakar primer (limbah biomassa/sludge). Kemudian dilakukan pengumpanan bahan bakar primer secara
kontinyu pada kecepatan yang telah ditentukan, sesuai kapasitas pembakarannya sampai dicapai pembakaran
tunak (steady state). Pada saat temperatur cukup tinggi (+ 800C), bahan bakar sekunder dihentikan sehingga
yang terbakar hanya bahan bakar primer, yaitu limbah biomassa/organik padat, juga sludge(1).

3. ALAT, BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Alat
a)

Unit FBC (Fluidized Bed Combustion) dengan spesifikasi sebagai berikut:

Sistem pembakaran

: fluidization/bubble

Bahan yang dibakar

: sludge (limbah padat industri kertas) dan

serbuk kayu

Kapasitas pembakaran

: 10 - 15 kg/jam

Pengapian awal

: burner gas LPG dengan pemantik elektrik

Blower tiup, kapasitas

: 2 3.5 m3/menit (120 210 m3/jam)

Tekanan : 1200 mmH2O


Daya listrik

: 2 HP

Blower hisap, kapasitas : 9.5 m3/menit (570 m3/jam)


Tekanan : 195 mmH2O (1950 Pa)

Daya listrik

: 0.5 HP (370 Watt)


: Screwfeeder

Pengumpan, sistem
Kapasitas

: 15 kg/jam serbuk biomassa

Daya listrik

: 1 HP

Hopper

: butterfly air lock

Panel instrumen ukur

: temperatur (6 kanal, sensor termokopel tipe K)

Tekanan negatif freeboard (050 mmH2O)


Saklar-saklar untuk penggerak motor listrik
b)

Pompa air

Kapasitas

: 19 m3/menit

Daya listrik

: 125 Watt

c)

Timbangan, kapasitas

: 4 kg (untuk menimbang serbuk kayu dan

sludge yang akan dibakar)


d)

Stop watch, untuk pencatatan waktu proses pembakaran

e)

Multi gas detector, menganalisa sisa pembakaran: gas CO; CO2; O2; SO2; NO2

3.2. Bahan
a)

Serbuk kayu, digunakan sebagai pengujian awal pembakaran pada sistem FBC

b)

Sludge (hasil sampling limbah padat industri kertas di beberapa lokasi pabrik Jawa Barat)

c)

Gas LPG sebagai penyalaan dan pemanas awal tungku FBC

d)

Analisa gas cerobong


o

Liquid refil O2 Bacharach Fyrite

Liquid refil CO2 Bacharach Fyrite

Drager tube CO

Drager tube SO2

Drager tube NO2

3.3 Metodologi
Limbah padat berbentuk sludge memiliki karakteristik kurang menguntungkan untuk dibakar di dalam tungku
unggun diam yang sederhana. Kelemahan kelemahan bahan bakar berbentuk sludge antara lain disebabkan oleh
:
a. ukuran partikel kecil, menyulitkan aliran udara
b. kadar air tinggi, menurunkan panas pembakaran
c. kadar abu, menghambat kontak bahan bakar dengan udara

d. sifat caking, bridging dan titik leleh abu rendah dapat mengakibatkan
penggumpalan partikel-partikel
e. densitas curah (bulk density) rendah, memperburuk panas pembakaran
persatuan volume yang akhirnya menurunkan intensitas pembakaran.
Karena pembakaran sludge tidak efektif dilakukan pada tungku unggun diam yang sederhana, maka teknologi
pembakaran yang lebih tepat yaitu dengan tungku unggun fluidisasi/bubbling.
Dengan teknik pembakaran secara fluidisasi pada tungku FBC, akan terjadi kontak padatan (pasir kuarsa) sebagai
media pengisi unggun dengan udara pembakar dan menjadikan massa mengambang (terfluidisasi),
sehingga sludge sebagai bahan bakar selalu teraduk dalam media pasir yang terfluidisasi di dalam ruang bakar,
sehingga proses pembakaran sempurna dapat tercapai pada temperatur ruang bakar ( freeboard) 500 600oC.
Tungku dengan operasional temperatur tersebut diharapkan tidak mengakibatkan terjadinya senyawa NO x.
4. KEGIATAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Kegiatan
o Kegiatan pengambilan contoh/sampling limbah padat industri kertas berupa sludge di beberapa lokasi industri
kertas di Jawa Barat (Majalaya, Bogor, Karawang) dan Serang Banten. Sludge yang diperoleh
adalah sludge yang berasal dari instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang telah dipisahkan padatan dan
kandungan airnya melalui belt press atau screw press machine berupa sludge yang mempunyai komposisi ratarata: kandungan padatan 25%, kadar air 75%, dimana kandungan padatan terdiri dari bahan organik 78% dan
anorganik 22% serta nilai kalor 2000 3600 kkal/kg. Sedangkan persyaratan bahan bakar padat yang dapat
terbakar yaitu:
-

kadar bahan terbakar (organik) minimal 66%

nilai kalor 3300 kkal/kg

kadar abu < 40%

Maka contoh/sampling limbah padat (sludge) industri kertas tersebut akan dapat digunakan sebagai bahan bakar
pada tungkuFBC
o Kegiatan perancangan/disain pengembangan sistem pembakaran pada FBC berbahan bakar limbah padat
industri kertas (sludge) mempunyai bentuk seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Rancangan unit FBC berbahan bakar limbah padat industri kertas (sludge)

Dengan spesifikasi unit FBC sebagai berikut:

Sistem pembakaran

: fluidization/bubble

Luas unggun pasir

: 300 mm (pasir kuarsa setinggi 100 mm)

Bahan yang dibakar

: sludge (limbah padat industri kertas) dan serbuk kayu

Kapasitas pembakaran

: 10 - 15 kg/jam

Pengapian awal

: burner gas LPG dengan pemantik elektrik

Blower tiup, kapasitas

: 2 3.5 m3/menit (120 210 m3/jam)

Tekanan

: 1200 mmH2O

Daya listrik

: 2 HP

: 9.5 m3/menit (570 m3/jam)

Blower hisap, kapasitas

Tekanan

: 195 mmH2O (1950 Pa)

Daya listrik

: 0.5 HP (370 Watt)

: Screwfeeder

Pengumpan, sistem

Kapasitas

: 15 kg/jam serbuk biomassa

Daya listrik

: 1 HP

Hopper

: butterfly air lock

Panel instrumen ukur

: temperatur (6 kanal, sensor termokopel tipe K)

Tekanan negatif freeboard (050 mmH2O)


Saklar-saklar untuk penggerak motor listrik
Kaca intip (sight glass)

: untuk mengamati proses pembakaran di dalam tungku FBC

o Kegiatan konstruksi unit FBC dikerjakan di bengkel seperti terlihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Konstruksi unit FBC berbahan bakar limbah padat industri kertas (sludge)

o Kegiatan instalasi unit FBC ditempatkan di lantai V (atap) Gedung 80, kampus LIPI Bandung yang terlihat
pada
Gambar
5.

Gambar 5. Instalasi unit FBC berbahan bakar limbah padat industri kertas (sludge)

4.2. Hasil dan Pembahasan


Pada tahap konstruksi unit FBC yang telah selesai, dilakukan pengujian pada beberapa bagian peralatan, yaitu:
o
:

Pengumpan/screwfeeder untuk bahan bakar padat berupa sludge, diperoleh data sebagai berikut

Tabel 4.2.1 Kapasitas pengumpan bahan bakar sludge


No.

Jenis

Sludge

Berat
Umpan

Waktu
Umpan

Kapasitas
Umpan

Sludge

Sludge

Sludge

(kg)

(menit)

(kg/jam)

Keterangan

halus

1.60

12.50

7.50

halus

2.50

24.22

6.05

RPM motor = 1460

halus

1.90

21.30

5.32

RPM screw = 37

halus

2.65

27.40

5.78

halus

2.20

14.77

8.94

halus

2.60

11.03

14.14

RPM motor = 1497

halus

2.25

13.05

10.35

RPM screw = 75

kasar

2.30

13.93

9.90

Dari hasil pengujian pengumpan/screwfeeder dengan putaran 37 RPM diperoleh kapasitas maksimum 7.50
kg/jam, sedangkan dengan putaran screwfeeder 75 RPM dapat diperoleh kapasitas pengumpanan 14.14 kg/jam.

Sehingga dipilih putaran pengumpan/screwfeeder pada 75 RPM, karena sudah tercapai kapasitas disain yaitu
15 kg/jam.
o Uji-coba pembakaran limbah padat biomassa berupa serbuk kayu dan limbah
berupa sludge dilakukan pada beberapa langkah, diperoleh gambaran sebagai berikut :

padat

biomassa

Gambar 6. Uji pembakaran serbuk kayu halus pada unit FBC


Pada Gambar 6 merupakan tahap awal dilakukan pengujian pembakaran serbuk kayu untuk mengetahui
performansi/unjuk kerja unit FBC dalam melakukan proses pembakaran secara kontinyu selama 40 menit,
diperoleh temperatur pada bagianfreeboard (ruang bakar) sebesar 437 - 520C dengan laju umpan serbuk kayu
halus 10 kg/jam. Temperatur tersebut memungkinkan pembakaran dalam tungku FBC berlangsung stabil dan
tanpa bantuan tambahan bahan bakar lain.

Gambar 7. Uji pembakaran serbuk kayu halus dan kasar pada unit FBC
Dilanjutkan proses pembakaran yang bervariasi dari serbuk kayu halus, kemudian serbuk kayu kasar dan
selanjutnya serbuk kayu halus lagi, tampak bahwa pada menit ke 2 sampai menit ke 31 menunjukkan temperatur
dalam freeboard (ruang bakar) cenderung naik berkisar antara 360 - 518C dengan laju umpan serbuk kayu
halus rata-rata 10 kg/jam, pada menit ke 33 sampai menit ke 51 mengalami penurunan temperatur pada ruang

bakar yaitu sampai batas minimum 219C, sehingga dilakukan kembali pengumpanan dengan serbuk kayu
halus pada laju umpan rata-rata 10 kg/jam, tercapai pembakaran kontinyu pada temperatur ruang bakar sekitar
400 500C.

Gambar 8. Uji pembakaran sludge halus pada unit FBC

Uji pembakaran sludge halus (Gambar 8.) menunjukkan kemampuan pembakaran kontinyu dalam ruang bakar
(freeboard)FBC pada temperatur 335 510C dengan laju umpan rata-rata 10.5 kg/jam dan kadar air rata-rata 8
% serta tekanan dalam ruang bakar 45 mmH2O. Kondisi tersebut cukup baik untuk operasional pembakaran
limbah padat industri kertas berupa sludge pada tungku FBC.

Gambar 9. Uji pembakaran serbuk kayu-sludge-serbuk kayu pada unit FBC


Pada Gambar 9. adalah perlakuan uji pembakaran secara berurutan, yaitu serbuk kayu dengan laju umpan ratarata 10 kg/jam pada menit ke 4 sampai menit ke 22 yang mencapai temperatur di ruang freeboard 361 - 570C,
dilanjutkan dengan umpan bahan bakar sludge dengan laju umpan rata-rata 4 kg/jam pada menit ke 24 sampai
menit ke 52 yang mencapai temperatur di ruang freeboard 312 - 465C (laju bahan bakar sludge kurang dari
setengahnya laju bahan bakar serbuk kayu, dikarenakan bentuk dan ukuran sludge yang kurang lancar pada saat
melalui screwfeeder)
namun
proses
pembakaran
dapat
terus
berlangsung
tetapi
abu
hasil

pembakaran sludge lebih banyak tertinggal pada unggun pasir sehingga mengganggu terjadinya fluidisasi unggun
pasir, maka dilanjutkan pengumpanan dengan bahan bakar serbuk kayu kembali dengan laju umpan rata-rata 5
kg/jam pada menit ke 54 sampai menit ke 68 yang mencapai temperatur di ruang freeboard 306 - 545C.
Sehingga secara keseluruhan proses pembakaran serbuk kayu dan sludge pada unit FBC dapat berlangsung
cukup baik.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Pengembangan sistem pembakaran pada FBC telah dilakukan dengan dibangunnya unit FBC skala laboratorium
berbahan bakar limbah padat industri kertas berbentuk sludge dengan kapasitas pembakaran 15 kg/jam,
proses pembakaran pada tungku FBC diawali dengan bahan bakar serbuk kayu kemudian dilanjutkan
dengan sludge yang
telah
dikeringkan
memberikan
unjuk
kerja
proses
pembakaran
kontinyu
dalam freeboard (ruang bakar) cukup baik, tetapi laju umpan sludgekurang besar dikarenakan bentuk dan
ukuran sludge yang tidak dapat melalui dengan lancar di screwfeeder menyebabkan temperatur
pada freeboard (ruang bakar) menjadi rendah dan kadang-kadang menyebabkan api padam.
Disarankan untuk tahap penelitian selanjutnya adalah memperbaiki sistem pengumpan/ screwfeeder yaitu
dengan mempercepat putaran poros pada pengumpan/screwfeeder sehingga kapasitas disain untuk
pembakaran sludge 15 kg/jam dapat tercapai. Panas hasil pembakaran dari limbah padat/ sludge dapat
dimanfaatkan sebagai panas proses antara lain pembangkit uap panas ( steam boiler) yaitu Fluidized Bed Boiler.

You might also like