You are on page 1of 8

Misalnya; si A dan si B diberi wasiat atau hadiah berupa sebuah mobil oleh seseorang

dan keduanya menerimanya, atau membelinya dengan uang keduanya, atau


mendapatkannya dari hasil warisan, maka mereka berdua berserikat dalam
kepemilikan mobil tersebut. (Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq III/258, dan Al-Fiqhu AlIslami wa Adillatuhu, karya Wahbah Az-Zuhaily IV/794)
6) Syirkah Al Milk
Syirkah Al Milk mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang
keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama
(joint ownership) atau suatu kekayaan (aset). Misalnya, dua orang atau lebih menerima
warisan/hibah/wasiat sebidang tanah atau harta kekayaan atau perusahaan baik yang
dapat dibagi atau tidak dapat dibagi-bagi. Contoh lain, berupa kepemilikan suatu jenis
barang (misalnya, rumah) yang dibeli bersama. Dalam hal ini, para mitra harus berbagi
atas harta kekayaan tersebut berikut pendapatan yang dapat dihasilkannya sesuai
dengan porsi masing-masing sampai mereka memutuskan untuk membagi atau
menjualnya. Untuk tetap menjaga kelangsungan kerja sama, pengambilan keputusan
yang menyangkut harta bersama harus mendapat persetujuan semua mitra. Dengan
kata lain, seorang mitra tidak dapat bertindak dalam penggunaan harta bersama kecuali
atas izin mitra yang bersangkutan. Syirkah al milk kadang bersifat ikhtiyariyyah
(ikhtiari/sukarela/voluntary) atau jabariyyah (jabari/tidak sukarela/involuntary). Apabila
harta bersama (warisan/hibah/wasiat) dapat dibagi, namun para mitra memutuskan
untuk tetap memilikinya bersama, maka syirkah al milk tersebut bersifat ikhtiyari
(sukarela/voluntary). Contoh lain dari syirkah jenis ini adalah kepemilikan suatu jenis
barang (misalnya rumah) yang dibeli secara bersama. Namun, apabila barang tersebut
tidak dapat dibagi-bagi dan mereka terpaksa harus memilikinya bersama, maka syirkah
al milk bersifat jabari (tidak sukarela/involuntary atau terpaksa). Misalnya, syirkah di
antara ahli waris terhadap harta warisan tertentu, sebelum dilakukan pembagian.

Musyarakah kepemilikan terjadi karenawarisan, wasiat, dan kondisi lainnya yang


mengakibatkan pemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakahini,
kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah asset nayata dan berbagi pula
dari keuntungan yang dihasilkan asset tersebut.

Syirkah Al-Amlak terbagi 2, yaitu :


a. Syirkah Ikhtiar
Yaitu perserikatan yang muncul akibat tindakan hukum orang yang berserikat.
Eg : dua orang yang bekerja sama secara sukarela untuk mengelola sebuah warnet,
dengan perhitungan laba dibagi dua setelah dikurangi modal.
b. Syirkah Jabr
Yaitu perserikatan yang muncul secara paksa, bukan atas keinginan orang yang
berserikat.
Eg : dua orang yang bekerja sama namun salah satu pihak karena tidak memiliki
modal, dia menawarkan jasa untuk menjaga saja warnet tersebut, sehingga dia
hanya memperoleh laba 10% dari keuntungan.

[4]. Syirkah al-Abdaan (syirkah usaha), Yaitu kerja sama antaradua orang atau
lebih dalam usaha yang dilakukan oleh tubuh mereka, yakni masing-masing hanya
memberikan konstribusi kerja (amal), tanpa konstribusi modal (ml), seperti kerja
sama sesame dokter di klinik, atau sesama arsitek untuk menggarap sebuah proyek,
atau kerja sama dua orang penjahit untuk menerima order pembuatan seragam
sekolah.
Kerja sama semacam ini dibolehkan menurut kalangan Hanafiyah, Malikiyah, dan
Hanabilah, namun imam Syafii melarangnya.
Syirkah ini kadang-kadang disebut juga dengan Syirkah al-Amaal dan ash-Shanaa-i.
Dalam syirkah ini tidak disyaratkan kesamaan profesi atau keahlian, tetapi boleh
berbeda profesi. Jadi, boleh saja syirkah abdan terdiri dari beberapa tukang kayu dan
tukang besi. (Fiqhus Sunnah,Sayyid Sabiq III/260). Namun, disyaratkan bahwa
pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan halal.
Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan; nisbahnya boleh sama
dan boleh juga tidak sama di antara mitra-mitra usaha (syark).
Contohnya: A dan B. keduanya adalah nelayan, bersepakat melaut bersama untuk
mencari ikan. Mereka sepakat pula, jika memperoleh ikan dan dijual, hasilnya akan
dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar 40%.
4. Syirkah Al-Abdan / Al-Amal
Yaitu perserikatan yang dilaksanakan oleh dua pihak untuk menerima suatu pekerjaan.

Syirkah al-amal atau kadang disebut juga dengan musyarakah abdan atau
sanai adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.

[1]. Syirkah al-Inaan, Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dengan harta
masing-masing untuk dikelola oleh mereka sendiri, dan keuntungan dibagi di antara
mereka, atau salah seorang sebagai pengelola dan mendapat jatah keuntungan lebih
banyak daripada rekannya.
Jenis syirkah ini yang sering dilakukan oleh kebanyakan orang, karena tidak
disyaratkan adanya kesamaan modal, usaha dan tanggung jawab.
Contoh syirkah inn: A dan B pengrajin atau tukang kayu. A dan B sepakat
menjalankan bisnis dengan memproduksi dan menjualbelikan meubel. Masing-masing
memberikan konstribusi modal sebesar Rp.50 juta dan keduanya sama-sama bekerja
dalam syirkah tersebut.
1. Syirkah Al-Inan
Yaitu perserikatan dalam modal (harta), dalam suatu perdagangan yang dilakukan dua orang
atau lebihdan keuntungan dibagi bersama.
Eg : A dan B insinyur teknik sipil. A dan B sepakat menjalankan bisnis properti dengan
membangun dan menjualbelikan rumah. Masing-masing memberikan konstribusi modal
sebesar Rp 500 juta dan keduanya sama-sama bekerja dalam syirkah tersebut

[3]. Syirkah al-Wujuuh, Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih yang memiliki
reputasi dan nama baik serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit
(hutang) dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai, lalu
keuntungan yang didapat dibagi bersama atas dasar kesepakatan di antara mereka.
(Bada-iu ash-Shana-i, karya al-Kasani VI/77)
Dalam syirkah wujh ini, keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, bukan
berdasarkan prosentase barang dagangan yang dimiliki; sedangkan kerugian
ditanggung oleh masing-masing mitra usaha berdasarkan prosentase barang dagangan
yang dimiliki, bukan berdasarkan kesepakatan.
Syirkah Al-Wujuh
Yaitu Perserikatan yang dilakukan dua orang atau lebih yang tidak punya modal sama sekali,dan
mereka melakukan suatu pembelian dengan kredit serta menjualnya dengan harga
kontan,sedangkan keuntungan yang diperoleh dibagi bersama.
Eg : A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang. Lalu A dan B ber-syirkah wujh, dengan
cara membeli barang dari seorang pedagang (misalnya C) secara kredit. A dan B bersepakat,
masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu keduanya menjual barang tersebut
dan keuntungannya dibagi dua, sedangkan harga pokoknya dikembalikan kepada C (pedagang).
Hal ini dapat berlangsung karena adanya unsur kepercayaan dari si penyedia modal (pedagang).

[5]. Syirkah al-Mufawadhah, Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap
pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja.
Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama.
Dengan demikian, syarat utama dari Syirkah ini adalah kesamaan dalam hal-hal
berikut: Dana (modal) yang diberikan, kerja, tanggung jawab, beban utang dibagi oleh
masing-masing pihak, dan agama. (Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, karya Wahbah
Az-Zuhaily IV/798, dan Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq III/259-260).
Hukum Syirkah ini dalam pengertian di atas dibolehkan menurut mayoritas ulama
seperti Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah. Sebab, setiap jenis syirkah yang sah
ketika berdiri sendiri, maka sah pula ketika digabungkan dengan jenis syirkah lainnya.
Namun, imam asy-Syafii melarangnya.
Contohnya: A adalah pemodal, berkonstribusi modal kepada B dan C, dua insinyur
teknik sipil, yang sebelumnya sepakat, bahwa masing-masing berkonstribusi kerja.
Kemudian B dan C juga sepakat untuk berkonstribusi modal, untuk membeli barang
secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang kepada B dan C.
Dalam hal ini, pada awalnya yang ada adalah syirkah abdan, yaitu ketika B dan C
sepakat masing-masing ber-syirkah dengan memberikan konstribusi kerja saja. Lalu,
ketika A memberikan modal kepada B dan C, berarti di antara mereka bertiga
terwujud syirkah mudhrabah. Di sini A sebagai pemodal, sedangkan B dan C
sebagai pengelola. Ketika B dan C sepakat bahwa masing-masing memberikan
konstribusi modal, di samping konstribusi kerja, berarti terwujud syirkah inn di
antara B dan C. Ketika B dan C membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan
pedagang kepada keduanya, berarti terwujud syirkah wujh antara B dan C. Dengan
demikian, bentuk syirkah seperti ini telah menggabungkan semua jenis syirkah yang
ada, yang disebut syirkah mufwadhah.
5. Syirkah Al-Mufawadah
adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenis syirkah di atas
(syirkah inn, abdan, mudhrabah, dan wujh.

Eg : A adalah pemodal, berkonstribusi modal kepada B dan C, dua insinyur teknik sipil, yang
sebelumnya sepakat, bahwa masing-masing berkonstribusi kerja. Kemudian B dan C juga
sepakat untuk berkonstribusi modal, untuk membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan
pedagang (D) kepada mereka.

[2]. Syirkah al-Mudharabah, Yaitu, seseorang sebagai pemodal (investor)


menyerahkan sejumlah modal kepada pihak pengelola (mudharib) untuk
diperdagangkan, dan dia berhak mendapat prosentase tertentu dari keuntungan.
(masalah mudharabah telah kami bahas pada Majalah Pengusaha Muslim, edisi 3
volume 1 tgl 15 Maret 2010, rubrik Fikih Muamalah).
3. Syirkah Al-Mudabarah
Yaitu Persetujuan antara pemilik modal dan seorang pekerja untuk mengelola uang pemilik modal
dalam perdagangan tertentu,yang keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama, dan
kerugian yang diderita menjadi tanggungan pemililk modal saja.
Eg : A sebagai pemodal (shhib al-ml/rabb al-ml) memberikan modalnya sebesar Rp 10 juta kepada
B yang bertindak sebagai pengelola modal (mil/mudhrib) dalam usaha perdagangan umum (misal,
usaha toko kelontong).
Ada dua bentuk lain sebagai variasi syirkah mudhrabah. Pertama, dua pihak (misalnya, A dan B)
sama-sama memberikan konstribusi modal, sementara pihak ketiga (katakanlah C) memberikan
konstribusi kerja saja. Kedua, pihak pertama (misalnya A) memberikan konstribusi modal dan kerja
sekaligus, sedangkan pihak kedua (misalnya B) hanya memberikan konstribusi modal, tanpa
konstribusi kerja. Kedua bentuk syirkah ini masih tergolong syirkah mudhrabah

3. Syirkah Mudhrabah
Syirkah mudhrabah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih dengan ketentuan, satu
pihak memberikan konstribusi kerja (amal), sedangkan pihak lain memberikan konstribusi
modal (ml). Istilah mudhrabah dipakai oleh ulama Irak, sedangkan ulama Hijaz menyebutnya
qirdh. Contoh: A sebagai pemodal (shhib al-ml/rabb al-ml) memberikan modalnya sebesar
Rp 10 juta kepada B yang bertindak sebagai pengelola modal (mil/mudhrib) dalam usaha
perdagangan umum (misal, usaha toko kelontong).
Ada dua bentuk lain sebagai variasi syirkah mudhrabah. Pertama, dua pihak (misalnya, A
dan B) sama-sama memberikan konstribusi modal, sementara pihak ketiga (katakanlah C)
memberikan konstribusi kerja saja. Kedua, pihak pertama (misalnya A) memberikan konstribusi
modal dan kerja sekaligus, sedangkan pihak kedua (misalnya B) hanya memberikan konstribusi
modal, tanpa konstribusi kerja. Kedua bentuk syirkah ini masih tergolong syirkah mudhrabah

Hukum syirkah mudhrabah adalah jiz (boleh) berdasarkan dalil as-Sunnah (taqrr Nabi
Shalallahu alaihi wasalam) dan Ijma Sahabat.Dalam syirkah ini, kewenangan melakukan
tasharruf hanyalah menjadi hak pengelola (mudhrib/mil).Pemodal tidak berhak turut campur
dalam tasharruf.Namun demikian, pengelola terikat dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh
pemodal.
Jika ada keuntungan, ia dibagi sesuai kesepakatan di antara pemodal dan pengelola modal,
sedangkan kerugian ditanggung hanya oleh pemodal. Sebab, dalam mudhrabah berlaku hukum
wakalah (perwakilan), sementara seorang wakil tidak menanggung kerusakan harta atau kerugian
dana yang diwakilkan kepadanya. Namun demikian, pengelola turut menanggung kerugian, jika
kerugian itu terjadi karena kesengajaannya atau karena melanggar syarat-syarat yang ditetapkan
oleh pemodal (Al-Khayyath, Asy-Syarkt f asy-Syarah al-Islmiyyah, 2/66).

You might also like