Professional Documents
Culture Documents
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DEMOKRASI
Oleh:
Kelompok IV
1. Pitriani
115040200111021
2. Afrizal Rahardyan P
115040200111025
115040200111028
115040200111030
5. Anam Rifai
115040200111033
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Akhir Teknologi Pupuk dan Pemupukan dengan baik dan
lancar.
Selama kami menyelesaikan laporan ini, kami banyak menerima bantuan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, kami tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ir. Imam Prayogo R., MS., selaku dosen pengampu matakuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.
2. Serta semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
2.1Filsafat demokrasi.............................................................................3
2.1.1 Pengertian Demokrasi..................................................................3
2.2.1 Pemikiran dan Teori-Teori Demokrasi..............................................6
2.2Sejarah Munculnya Demokrasi...................................................11
2.2.1 Dalam pandangan Sejarah Dunia..................................................11
2.2.2 Hilang dan munculnya kembali paham demokrasi Baron de La Brde et de
Montesquieu (18 Januari 1689 10 Februari 1755)..........................12
2.2.3 Perkembangan Demokrasi di Indonesia..........................................13
2.3 Demokrasi Permusyawaratan (Desen....................................16
BAB III PENUTUP.................................................................................... 17
3.1Kesimpulan.................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias
politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif)
untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen) dan
berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan independensi ketiga
jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi
dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah
yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif,
lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan
lembaga-lembaga perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan
menjalankan kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh
masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat
yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan umum
legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting,
misalnya pemilihan presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemilihan
umum tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian
warga yang berhak dan secara sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan,
tidak semua warga negara berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih).
Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan
memilih presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang
lebih luas. Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak
menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih
sendiri secara langsung presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat.
Walapun perannya dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering
dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir lama dari sebagian masyarakat
1
yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sistem pemerintahan yang bagus,
sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun seorang pemimpin negara, masa
hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji
mampu membangun negara. Banyak negara demokrasi hanya memberikan hak pilih
kepada warga yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak
memiliki catatan kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana). Dan pada makalah
ini akan dikaji lebih dalam tentang demokrasi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami filsafat demokrasi
2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan demokrasi
3. Untuk mengetahui demokrasi-bent
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Filsafat demokrasi
2.1.1 Pengertian Demokrasi
Demokrasi terdiri atas dua kata berasal dari bahasa Yunani, yaitu Demos berarti
rakyat atau penduduk dan Cratein atau Cratos berarti kekuasaan atau kedaulatan. Dari
dua kata tersebut terbentuklah suatu istilah demoscratein atau demokratia yang berarti
negara dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh
rakyat, atau pemerintahan negara rakyat yang berkuasa.
Secara terminologi demokrasi adalah sebagai berikut.
1)
2)
3)
4)
dan kerja sama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.
Henry B. Mayo mengatakan, demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu
sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas
wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan
berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
5)
6)
dengan ukuran negara. Itu juga menyediakan obat pemberantas penindasan oleh
mayoritas.
8. John Stuart Mill menganjurkan pemerintahan perwakilan dan kemerdekaan bagi
warga negara sebesar-besar dan seluas-luasnya. Ia membenci dominasi mayoritas.
9. John Dewey percaya demokrasi sebagai suatu metode pengorganisasian
masyarakat yang selaras dengan metode penelitian.
Dalam kehidupan bernegara istilah demokrasi mengandung pengertian bahwa rakyat
yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah menegenali kehidupannya, termasuk
menilai kebijakan negara, karena kebijakan tersebut akan menentukan kehidupan
rakyatnya.
Dengan
demikian
negara
yang
menganut
sistem
demokrasi
maka
Penindasan dan eksploitasi terhadap rakyat, terutama eksploitasi tenaga dan pikiran
2)
3)
negara kota (city states) di Yunani, khususnya Athena. Munculnya pemikiran yang
mengedepankan demokrasi (democratia, dari demos + kratos) disebabkan gagalnya sistem
politik yang dikusai para Tyrants atau autocrats untuk memberikan jaminan
keberlangsungan terhadap Polis dan perlindungan terhadap warganya. Filsuf-filsuf seperti
Thucydides (460-499 SM), Socrates (469-399 SM), Plato (427-347SM), Aristoteles (384322 SM) merupakan beberapa tokoh terkemuka yang mengajukan pemikiran-pemikiran
mengenai bagaimana sebuah Polis seharusnya dikelola sebagai ganti dari model kekuasaan
para autocrats dan tyrants. Dari buah pikiran merekalah prinsip-prinsip dasar sistem
demokrasi,
yaitu
persamaan
(egalitarianism)
dan
kebebasan
(liberty)
individu
diperkenalkan dan dianggap sebagai dasar sistem politik yang lebih baik ketimbang yang
sudah ada waktu itu. Tentu saja para filsuf Yunani tersebut memiliki pandangan berbeda
terhadap kekuatan dan kelemahan sistem demokrasi itu sendiri. Plato, misalnya, dapat
dikatakan sebagai pengritik sistem demokrasi yang paling keras karena dianggap dapat
mendegenerasi dan mendegradasi kualitas sebuah Polis dan warganya. Kendati Plato
mendukung gagasan kebebasan individu tetapi ia lebih mendukung sebuah sistem politik
dimana kekuasaan mengatur Polis diserahkan kepada kelompok elite yang memiliki
kualitas moral, pengetahuan, dan kekuatan fisik yang terbaik atau yang dikenal dengan
nama the philosopher Kings. Sebaliknya, Aristoteles memandang justru sistem
demokrasi yang akan memberikan kemungkinan Polis berkembang dan bertahan karena
para warganya yang bebas dan egaliter dapat terlibat langsung dalam pembuatan keputusan
publik,
dan
secara
bergiliran
mereka
memegang
kekuasaan
yang
harus
undang-undang
(mengadili).
Ide pemisahan kekuasaan tersebut, menurut Montesquieu dimaksudkan untuk
memelihara kebebasan politik, yang tidak akan terwujud kecuali bila terdapat keamanan
masyarakat dalam negeri. Montesquieu menekankan bahwa satu orang atau lembaga akan
cenderung untuk mendominasi kekuasaan dan merusak keamanan masyarakat tersebut bila
kekuasaan terpusat padanya. Oleh karenanya, dia berpendapat bahwa agar pemusatan
kekuasaan tidak terjadi, haruslah ada pemisahan kekuasaan yang akan mencegah adanya
dominasi satu kekuasaan terhadap kekuasaan lainnya.5[7]
5[7] Ubaedillah, A, 2008. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi,
Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta. Kencana Prenada Media Group
masyarakat
sipil
yang
mandiri.
Marx dan Engels merupakan pelopor pemikir radikal dan gerakan sosialis-komunis yang
menghendaki hilangnya negara dan munculnya demokrasi langsung. Negara dianggap
sebagai panitia eksekutif kaum burjuis dan alat yang dibuat untuk melakukan kontrol
terhadap kaum proletar. Sejauh negara masih merupakan alat kelas burjuis, maka
keberadaannya haruslah dihapuskan (withering away of the state) dan digantikan dengan
suatu model pemerintahan langsung di bawah sebuah diktator proletariat. Dengan
mendasari analisa mereka mengikuti teori perjuangan kelas dan materialism dialektis,
Marx dan Engels menganggap sistem demokrasi perwakilan yang diajukan oleh kaum
liberal adalah alat mempertahankan kekuasaan kelas burjuis dan karenanya bukan sebagai
wahana politik yang murni (genuine) serta mampu mengartikulasikan kepentingan kaum
proletar. Max Weber dan Schumpeter adalah dua pemikir yang menolak gagasan demokrasi
langsung ala Marx dan lebih menonjolkan sistem demokrasi perwakilan. Mereka berdua
10
membuat definisi yang baku tentang demokrasi. Banyak Negara yang mengklaim bahwa
negaranya merupakan negara demokrasi, walaupun nilai-nilai demokrasi dalam
pemerintahannya banyak yang dilanggar.
Demokrasi diakui banyak orang dan negara sebagai system nilai kemanusiaan yang
paling menjanjikan masa depan umat manusia di dunia. Abraham Lincoln adalah presiden
Amerika
Serikat pertama
yang
ribuan tahun kemudian paham demokrasi muncul kembali. Tapatnya di Perancis saat
terjadi revolosi Perancis. Ia adalah Baron de La Brde et de Montesquieu (lahir 18 Januari
1689 meninggal 10 Februari 1755) yang lebih dikenal dengan Montesquieu.
Momtesquieu terkenal dengan teorinya mengenai pemisahan kekuasaan yaitu Trias Politika
dimana kekuasaan dibagi menjadi Legeslatif, Eksekutif dan Yudikatif. Ia juga yang
mempopulerkan istilah feodalisme dan kekaisaran Bizantium.7[5]
Peristiwa diserangnya Penjara Bastille memulai runtuhnya kerajaan dan masyarakat
meruntuhkan kerajaan tersebut, melakukan rapat besar untuk membuat suatu bentuk dari
pemerintahan yang berbeda dari Kerajaan mereka mengatakan bahwa setiap orang berhak
menjadi pemimpin tidak hanya para keluarga Raja. Ide yang sangat bagus dan enak
ditelinga membuat masyarakat mendapatkan angan-angan bahwa suatu saat mereka dapat
mempunyai kesempatan menjadi penguasa layaknya raja. Akhirnya semua lapisan
masyarakat menyutujuinya dan Memilih orang-orang yang dapat berperan dalam tiga unsur
demokrasi tersebut.
Perjuangan demokrasi di Perancis sendiri juga tidak mudah karena raja tidak ingin
menyerahkan kekuasaannya begitu saja. Walau demikian perubahan di Perancis ini telah
mempengaruhi banyak Negara tetangganya.
12
politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya
sejumlah mosi tidak percaya kepad pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus
meletakkan jabatannya. Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan
contoh konkret dari tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi. Ada hampir 40
partai yang terbentuk dengan tingkat otonomi yang tinggi dalam proses rekruitmen baik
pengurus, atau pimpinan partainya maupun para pendukungnya.
Demokrasi parlementer gagal karena (1) dominannya politik aliran, sehingga
membawa konsekuensi terhadap pengelolaan konflik; (2) basis sosial ekonomi yang masih
sangat lemah;(3) persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan
Angkatan Darat, yang sama-sama tidak senang dengan proses politik yang berjalan.
2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah menunjukkan
gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi karena partai politik
sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan dan kurang memperhatikan
kepentingan politik nasional secara menyeluruh.disamping itu Soekarno melontarkan
gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia
yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan dan gotong royong.
Politik pada masa ini diwarnai oleh tolak ukur yang sangat kuat antara ketiga
kekuatan politik yang utama pada waktu itu, yaitu: presiden Soekarno, Partai Komunis
Indonesia, dan Angkatan Darat. Karakteristik yang utama dari demokrasi terpimpin
adalah: menggabungkan sistem kepartaian, dengan terbentuknya DPR-GR peranan
lembaga legislatif dalam sistem politik nasionall menjadi sedemikian lemah, Basic Human
Right menjadi sangat lemah, masa demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari semnagt
anti kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Pandangan A. Syafii Maarif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin menempatkan
Soekarno seagai Ayah dalam famili besar yang bernama Indonesia dengan kekuasaan
terpusat berada di tangannya. Dengan demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi
Terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu
absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu, tidak ada
14
ruang kontrol sosial dan check and balance dari legislatif terhadap eksekutif. (Sunarso,
dkk. 2008:132-136)
3. Demokrasi Pada Masa Reformasi / Pancasila (1998 Sampai Dengan Sekarang).
Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden
Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil
dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan
masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak
dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai
sumber utama kegagalan tataan kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.
Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara,
khususnya laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat
hubungan antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan terjadinya
perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksana-kan dibandingkan dengan model
Demokrasi Pancasila di era Orde Baru. Dalam masa pemerintahan Habibie inilah muncul
beberapa indicator kedemokrasian di Indonesia. Pertama, diberikannya ruang kebebasan
pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi dalam kebangsaan dan kenegaraan. Kedua,
diberlakunya system multi partai dalam pemilu tahun 1999.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah demokresi
Pancasila, tentu saja dengan karakteristik tang berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip
dengan demokrasi perlementer tahun 1950-1959. Pertama, Pemilu yang dilaksanakan
(1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya. Kedua, ritasi kekuasaan
dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada tingkat desa. Ketiga, pola
rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka. Keempat,
sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat.
Demokrasi Pancasila merupakan suatu paham demokrasi yang bersumber pada
pandangan hidup falsafat hidup bangsa Indonesia yang digali dari kepribadian rakyat
Indonesia sendiri. Dari falsafah hidup bangsa Indonesia inilah kemudian timbul dasar
falsafah negara kita bernama falsafah negara pancasila yang tercermin dan terkandung
dalam pembukaan UUD 1945. Dalam pelaksanaan demokrasi ini harus dijiwai oleh silasila yang terkandung dalam pancasila. Oleh karena itu, Demokrasi Pancasila adalah
15
demokrasi ini adalah berkembang persaingan bebas, terutama dalam kehidupan ekonomi
sehingga akibatnya individu yangtidak mampu menghadapi persaingan tersebut akan
tenggelam. Akibatnya kekuasaankapitalislah yang menguasai kehidupan Negara, bahkan
berbagai kebijakan dalam Negarasangat ditentukan oleh kekuasaan kapital.
2. Demokrasi Satu Partai dan Komunisme
Demokrasi satu partai ini lazimnya dilaksanakan di Negara-negara
komunisseperti,Rusia,Cina,Vietnam,dan lainya, kebebasan formal berdasarkan demokrasi
liberalakan menghasilkan kesenjangan kelas yang semakin lebar dalam masyarakat, dan
akhirnyakapitalislah yang menguasai Negara.Dinamika pemerintahan Negara yang
menganut sitem partai tunggal cenderung statis (nonkompetitif) karena di haruskan
menerima pimpinan dari partai dominant. Dalam system ini tidak ditoleransi kemungkinan
adanya partai-partai lain Berdasarkan teori serta praktek demokrasi sebagaimana
dijelaskan, maka pengertian demokrasi secara filosofi menjadisemakin luas, artinya
masing-masing paham mendasarkan pengertian bahwa kekuasan ditangan rakyat.
2.3.2
Dalam sejarah terdapat sedikitnya tiga bentuk demokrasi yang pernah dicoba:
demokrasilangsung (direct democracy/assembly democracy), demokrasi perwakilan
(representativedemocracy), demokrasi permusyawaratan(deliberative democracy). Berikut
ini adalah gambaran singkat tentang bentuk-bentuk demokrasi tersebut
a. Demokrasi Langsung
Praktik demokrasi paling tua; praktik demokrasi pada asosiasi yang berukuran
kecil.Berdasarkan pada partisipasi langsung, tanpa perwakilan dan terus menerus dari
warga desadalam membuat dan melaksankan keputusan bersamaTidak terdapat batas yang
tegas antara pemerintah dan yang diperintah, semacam systemself-government, pemerintah
dan yang diperintah adalah orang yang samaSistem kelembagaan: pertemuan warga (mass
meeting, town meeting, pertemuan RT/RW,dll), referendum.
b. Demokrasi Perwakilan
Praktik demokrasi yang paling lebih belakangan sebagai jawaban terhadap
beberapakelemahan demokrasi langsung; parktik demokrasi pada asosiasi yang berukuran
besar seperti Negara.Berdasarkan pada partisipasi yang terbatas (partisipasi warga hanya
dalam waktu yangsingkat) dan hanya dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu tertentu
seperti dalam bentuk keikutsertaan dalam pemilihan umum.Berdasarkan pada partisipasi
yang tidak langsung (masyarakat tidak mengoperasikankekuasaan sendiri), tapi memilih
wakil yang akan membuat kebijakan atas namamasyarakat .Pemerintah dan yang
diperintah terpisah secara tegas, demokratis tidaknya demokrasi bentuk ini tergantung pada
kemampauan para wakil yang dipilih membangun danmempertahankan hubungan yang
efektif antara pemerintah dan yang diperintah .
Sistem kelembagaan:
17
o Para wakil rakyat yang dipilh: parlemen para pejabat Negara yang dipilih: kepala
pemerintahan dan pembantu-pembantunya, judikatif, dll.
o Pemilihan umum yang adil, bebas dan berkala
o Media massa yang membuka kesempatan bagi kebebasan berpendapat dan
kebebasanmendapatkan informasi dan pengetahuan
o Sistem asosiasi yang bersifat otonom: partai politik, organisasi massa, dll. Hak pilih
bagi semua orang dewasa dan hak untuk menduduki jabatan-jabatan publik.
c. Demokrasi Permusyawaratan
o Bentuk demokrasi paling kontemporer; dipraktikan pada masyarakat yang
kompleksdan berukuran besar, bentuk demokrasi yang menggabungkan aspek
partisipasilangsung dan bentuk demokrasi perwakilan.
o Memberikan tekanan yang berbeda dalam memahami makna kedaulatan
rakyat:kedaulatan: kedaulatan berkaitan dengan keterlibatan masyarakat
dalammembicarakan, mendiskusikan dan mendebatkan isu-isu bersama atau dalam
menentukan apa yang pantas dianggap isu bersama, demokratis tidaknya
sebuahkebijakan tergantung pada apakah kebijakan tersebut sudah melalui proses
pembicaraan, diskusi dan perdebatan (baca: permusyawaratan) yang
melibatkanmasyarakat luas.
o Ada pemisahan yang tegas antara pemerintah dan yang diperintah. Tapi
pemisahanyang lebih penting adalah antara Negara dan masyarakat sipil. Negara
merupakantempat menggodok dan melaksanakan kebijakan. Masyarakat sipil
merupakan tempat berlangsungnya permusyawaratan
o Selain itu ada juga pemisahan antara wilayah public dan wilayah privat. Wilayah
public adalah wilayah permusyawaratan; wilayah privat adalah wilayah
tenpatseseorang memikirkan apa isu yang penting dan kenapa isu itu perlu
dibicarakan,didiskusikan dan didebatkan secara public
Sistem kelembagaan:
o Semua sistem kelembagaan demokrasi perwakilan
o Debat public; lewat media massa, lewat pertemuan warga yang terjadi secara
spontan ditempat-tempat public, dst.
o Dialog
2.3.3
18
Kelebihan :
o Menjamin kendali warganegara terhadap kekuasaan politik
o Mendorong warganegara meningkatkan kapasitas pribadinya; misalnya
meningkatkankesadaran politik, meningkatkan pengetahuan pribadi dll
o Membuat warganegara tidak tergantung pada politisi yang memiliki kepentingan
sempit
o Masyarakat lebih mudah menerima keputusan yang sudah dibuat Masyarakat lebih
dekatdengan (konflik) politik dan karenanya berpotensi melahirkan kehidupan
bersama yangtidak stabil
Kekurangan :
o Sulit dioperasikan pada masyarakat yang berukuran besar
o Menyita terlalu banyak waktu yang diperlukan warganegara untuk melakukan halhallain; dan karenanya bisa menimbulkan apatisme
o Sulit menghindari bias kelompok dominan
2.3.3.2 Kelebihan Dan Kekurangan Dari Bentuk Demokrasi Perwakilan
Kelebihan :
o Lebih mudah diterapkan dalam amsyarakat yang lebih kompleks Jarak yang jauh
dari proses pembuatan kebijakan yang sesungguhnya bisa membuat masyarakat
bisamenolaknya ketika hendak diterapkan
o Mengurangi beban masyarakat dari tugas-tugas membuat, merumuskan dan
melaksankankebijakan bersama
o Memungkinkan fungsi-fungsi pemerintahan berada di tangan-tangan yang lebih
terlatihuntuk itu
Kekurangan :
o Mudah terjebak dalam kepentingan para wakil rakyat yang bertentangan
dengankepentingan masyarakat
o Demokrasi perwakilan menghadapi persoalan waktu dan jumlah seperti yang
dihadapidemokrasi langsung
o Cenderung menciptakan politik yang stabil karena menjauhkan masyarakat dari
(konflik) politik; dan karenanya mendorong kompormi
2.3.3.3 Kelebihan Dan Kekurangan Dari Bentuk Demokrasi Permusyawaratan
19
Kelebihan :
o Memberikan kesempatan yang lebih baik bagi masyarakat untuk terlibat dalam
proses pembuatan kebijakan; tanpa mendekatkan mereka dengan (konflik) politik
Mendorong warganegara untuk selalu memiliki kesadaran politik yang tinggi dan
selalumemperkaya diri dengan pengetahuan tentang perkembangan masyaraktnya
o Mendorong warganegara untuk selalu memikirkan kepentingan bersama
Memerlukanmasyarakat dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan sarana
komunikasi yang modern
Kekurangan :
o Dalam praktiknya permusyawaratan sulit menghindari kecenderungan elitisme
o Sulit mengharapkan setiap warganegara memiliki kepedulian politik yang sama
dansetara.
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous 1. [online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi. Diakses 3 Juli 2013.
Anonymous 2. [online]. http://korandemokrasiindonesia.wordpress.com/. Diakses 3 Juli
2013.
Budiardjo, Mirriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Gaffar, Afan. 2004. Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Cetakan IV, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Hidayat, Komaruddin dan Aryumardi Azra. 2008. Pendidikandan Kewarganegaraan.
Jakarta:ICC UIN Syarif Hidayatulloh.
Lorens Bagus. 2002. Kamus Filsafat, Gramedia: Jakarta.
Mahfud MD, Moh. 2003. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia (Studi tentang Interaksi
Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan). Cetakan II, Rineka Cipta, Jakarta.
Murod, Mamun. 1999. Menyingkap Pemikiran Politik Gus Dur dan Amien Rais tentang
Negara. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Noor Ms Bakry. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Urofsky, M. I. 2001. Jurnal Demokrasi. Office of international Information Program, U.S.
22