You are on page 1of 6

27

Cost Effectiveness Analysis Metode Kontrasepsi IUD, Suntik dan Pil


dengan Pendekatan Quality of Life
Cost Effectiveness Analysis of IUD, Injection and Pills Contraception Methods through
Quality of Life Approach
I WAYAN SUMAWAN*
ERNAWATY**
* Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali
**Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRACT
IUD, injection and pills are the most common Family Planning (FP) method used in the working area of Marga II
Public Health Center (PHC). But the occurrence of many side-effects (52.06%) and drop-out rate (3.70%) might lessen
acceptors life quality as well as reduce cost effectiveness. This research aims to determine the most effective
contraceptive method among IUD, injection and pills in the working area of Marga II PHC based on the length -of-use
associated with acceptors life quality. This was a case study or field observation with 55 FP respondents. Observation
and calculation was done to respondents from each method pertaining to total cost expended for obtaining FP service. To
calculate the cost effectiveness of the contraceptive method, the Cost Effectiveness Ratio (CER) value from each method
was counted by firstly: comparing the total cost of all three methods and the -length-of-use with the objective of all three
methods; secondly: comparing the total cost with the value of the quality of life of all three methods. The result showed
private practice midwives (>70%) and PHC (25%) were the main choice of obtaining FP service. The conclusion revealed
the longer the method is utilized, the higher the quality of life is, for the -length-of-use < 1 month until < 3 months, pills were
the most effective, but for the-length-of-use 3 month until 1 year, injections were the most effective. CER per normative
objective showed the pills method was the most effective.
Keywords: cost effectiveness analysis, quality of life, contraception methods
Correspondence: I Wayan Sumawan, Dinkes dan Keluarga Berencana Kab.Tabanan, Jl. Gunung Agung
no. 82 Tabanan 82114, Indonesia. Email: deasumatya@yahoo.co.id.
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) di
Puskesmas Marga II Kabupaten Tabanan adalah terwujudnya keluarga yang berkualitas, dimana tiap
anggota keluarga memiliki kualitas hidup yang baik dan mampu memenuhi kebut uhan hidup keluarga baik
material maupun spiritual.
Anggaran yang dikeluarkan untuk pelayanan KB tidak hanya dilihat dari sisi pemerintah tetapi juga
harus diperhatikan pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat (akseptor KB) guna mendapatkan
pelayanan bila dibandingkan dengan manfaat yang mereka dapatkan sebagai peserta program KB tersebut.
Pengeluaran oleh akseptor tidak sebatas mencari pelayanan saat ber -KB tetapi juga pengeluaran yang
mungkin timbul akibat efek samping yang dialami dan kesempatan yang hilang karena mencari pelayanan
KB dan mengobati gangguan kesehatan akibat kontrasepsi yang dig unakan.
Metode terbanyak yang dipakai oleh akseptor di wilayah kerja Puskesmas Marga II adalah
metode IUD (Intra Uterine Device), suntik dan pil. Dari ketiga metode ini ditemukan adanya angka efek
samping dan angka kegagalan yang masih tinggi yang diperkirakan dapat menurunkan kualitas hidup dari
akseptor (Tabel 1).
Tabel 1.
Situasi Efek Samping dan Kegagalan Pemakaian Kontrasepsi yang
Dilayani di Wilayah Kerja Puskesmas Marga II pada tahun 2006
Jenis
Kontrasepsi

Jumlah
Akseptor

Efek Samping

Kegagalan

Jumlah
%
Jumlah
%
IUD
2.169
879
40,51
55
2,53
Suntik
622
368
59,18
25
4,08
Pil
860
484
56,35
38
4,42
Total
3.651
1.725
52,06
118
3,70
Sumber: Laporan Program KIA-KB Puskesmas Marga II tahun 2006
Tingginya efek samping dan kegagalan pada akseptor KB dengan metode IUD, suntik dan pil
yang dilayani di Puskesmas Marga II pada tahun 2006 perlu mendapat perhatian guna meningkatkan
pelayanan KB di wilayah kerja Puskesmas Marga II.
Analisa cost effectiveness metode kontrasepsi IUD, suntik dan pil memerlukan perhitungan
ekonomi, sedengakan penerapan ilmu ekonomi dalam sektor kesehatan masih mengalami proses
pematangan lebih lanjut. Menurut Drummon d et al. (1998) ada dua karakteristik analisis ekonomi yang

28

direkomendasikan untuk mendefinisikan evaluasi ekonomi terhadap program pelayanan kesehatan , yaitu
comparative analysis (analisis perbandingan) berbagai alternatif dengan biaya ( cost) dan tujuan
(consequences)nya. Metode yang paling umum digunakan untuk menganalisis program kesehatan secara
ekonomi bisa terbagi menjadi dua bagian pokok, yang pertama adalah analisis e konomi yang diterapkan hanya
kepada sisi input atau output. Sedangkan metode yang kedua biasa disebut sebagai analisis ekonomi secara
menyeluruh (fully economic analysis) yaitu menganalisis program kesehatan yang merangkum sekaligus input dan
output program tersebut (Drummond,Torrance, 1998).
Penelitian ini dilakukan untuk mencari solusi, baik bagi pemerintah maupun akseptor untuk
menentukan metode kontrasepsi yang paling cost effective antara penggunaan IUD, s untik dan pil
berdasarkan lama pemakaian dalam kaitannya dengan kualitas hidup akseptor di wilayah kerja
Puskesmas Marga II Kabupaten Tabanan dengan menggunakan metode CEA ( Cost Effectiveness
Analysis) dengan pendekatan QoL ( Quality of Life), objective actual dan objective normative.
QALY (Quality Adjusted Life Years)
QALY adalah pengukuran kesehatan berdasarkan waktu yang termasuk didalamnya years of life
lost untuk premature mortality dan years of life lived dengan suatu outcome tersebut, sehingga QALY
mengukur perbaikan pada level individu dan kelompok.
Menurut Ohkusa dan Sugawara (2006), dibandingkan dengan kebijakan pada bidang lainnya,
kebijakan untuk kesehatan masyarakat dan obat adalah untuk mempertimbangkan nilai dari kehidupan
dan nilai dari kualitas hidup.
DALY (Disability Adjusted Life Years)
DALY terdiri dari dua komponen yaitu Years of Life Lost (YLL) dan Years Lived with Disability (YLD).
DALY lost dari beberapa kondisi adalah penjumlahan YLL dan YLD dari kondisi tersebut. YLD adalah waktu yang
tertinggal karena status kesehatan yang lebih jelek dari pada perfect health dengan membobot (weighted) setiap
status kesehatan.
Menurut Maidin (2003) ada tiga istilah untuk menghitung alokasi sumber daya, yang pertama adalah
Years of Life Lost (YLL) yaitu jumlah tahun yang hilang karena penduduk mati sebelum mencapai usia hidup
rata-rata atau life expectancy (LE) dan yang kedua adalah Years Lived with Dissability (YDL) yaitu jumlah tahun
yang tidak produktif karena seorang jatuh sakit sehinga tidak bisa melakukan kegiatan sehari -hari (disabled)
sedangkan yang ketiga adalah Disability Adjusted Life Years. DALY dalam penggunaannya dapat dimanfaatkan
untuk beberapa kepentingan yakni: menentukan prioritas masalah kesehatan, menentukan paket esensial
untuk pelayanan kesehatan dan melakukan cost effectiveness analysis dari suatu program kesehatan.
Quality of Life (QoL)
Analisis keefektifan dalam kebijakan bagi kesehatan masyarakat atau obat kadangkala
mengevaluasi kehidupan dan kualitasnya menggunakan angka (QoL). QoL mengukur penderitaan karena
sakit atau cacat yang menggambarkan kematian dengan angka nol dan kesehatan sempurna dengan
angka satu. QoL diukur dengan pertanyaan dan menanyakan keadaan fisik, psikologi dan atau fungsi
sosial individu sebagai beberapa atribut. Beberapa pengukuran ini bertujuan untuk mengevaluasi QoL
secara total. Metode yang paling banyak digunakan se cara luas untuk mengukur QoL adalah evaluasi diri.
Metode ini diambil secara internasional dan telah lama digunakan.
Kualitas hidup pada akseptor KB diukur dengan mengg unakan beberapa pertanyaan menge nai
keadaaan kesehatan pribadi setelah menggunakan kont rasepsi serta efek samping yang sering dirasakan
pada saat memakai alat kontrasepsi. Dari setiap pertanyaan yang diberikan akan dipilih salah satu
jawaban yang sudah disediakan dan setiap jawaban memiliki skor atau nilai yang akan digabungkan pada
semua pertanyaan sehingga didapatkan sebuah jumlah nilai skoring yang merupakan tingkatan kualitas
hidup dari akseptor KB yang bersangkutan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi kasus yang bersifat retrospektif . Sampel penelitian sebanyak 55
responden yang diambil dengan teknik purposive sampling terdiri dari IUD 24 akseptor, suntik 15 akseptor
dan pil 16 akseptor. Instrumen yang digunakan berupa ku esioner yang teruji validitas dan reliabilitasny a.
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dengan cara membandingkan hasil perhitungan CER dari
metode kontrasepsi IUD, suntik dan pil berdasarkan lama pemakaian kontrasepsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Cost Effectiveness Analysis (CEA) merupakan salah satu dari analisis ekonomi secara
menyeluruh (fully economic analysis) yaitu menganalisis program kesehatan yang merangkum sekaligus
input dan output program tersebut. Analisis efektivitas biaya atau sering di sebut CEA dalam penelit ian ini
untuk mengetahui metode kontrasepsi mana dari tiga metode yaitu IUD, suntik dan pil yang lebih cost
effective dan pada jangka waktu pemakaian berapa lama metode kontrasepsi mengalami cost effective
yang tinggi.

29

Sarana dan Sumber Daya Pelayanan KB di Wilayah Kerja Puskesmas Marga II Kabupaten Tabanan
Sarana kesehatan fisik sangat penting di dalam mencapai tujuan dan ke berhasilan pelaksanaan
program kesehatan. Hasil penelitian menunju kkan sarana pendukung pelayanan KB di wilayah kerja
Puskesmas Marga II yang terdiri dari 6 desa sudah cukup memadai , terbukti dengan adanya 2 Puskesmas
Pembantu (Pustu) dan 4 Polindes yang merupakan satelit Puskesmas dalam usaha mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat khususnya pelayanan KB , sedangkan bidan dan dokter praktek swasta
yang melayani KB di wilayah Puskesmas Marga II sebanyak 17 orang, sehingga akseptor mempunyai
kemudahan akses untuk memperoleh pelayanan KB dan juga akseptor mempunyai pilihan untuk mencari
pelayanan kontrasepsi sekaligus sebagai target pasar dari bidan praktek swasta.
Tempat Pelayanan Pilihan Bagi Akseptor dan Pekerjaan Akseptor
Hasil penelitian menunjukan bahwa pilihan utama akseptor dalam mencari pelayanan kontrasepsi
adalah bidan praktek swasta yaitu lebih dar i 70 % sedangkan yang mencari pelayanan ke Puskesmas
hanya sekitar 25%. Hal ini lebih di sebabkan jam buka untuk pelayanan di Puskesmas sama dengan jam
kerja masyarakat sehingga akseptor lebih memilih bidan praktek swasta karena dengan praktek
dirumahnya sendiri, bidan dapat melayani akseptor setiap saat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akseptor yang mencari pengobatan untuk efek samping
pada akseptor IUD sebanyak 12,5%, pada akseptor suntik sebanyak 26,6% dan pada akseptor pil seb esar
6,25%. Hal ini berarti hanya sedikit dari akseptor yang melakukan atau mencari pengobatan atas efek
samping yang dideritanya dengan alasan efek samping yang ringan dianggap biasa dan tidak terlalu
mengganggu.
Efek samping dan kegagalan merupakan beberapa fak tor yang menyebabkan akseptor mengalami
drop-out dari metode KB yang digunakan. Drop-out pada akseptor adalah keluarnya akseptor dari suatu metode
kontrasepsi akibat berbagai alasan seperti: k egagalan (kehamilan saat memakai kontrasepsi atau sengaja hamil
karena ingin mendapatkan anak lagi) atau karena pindah kontrasepsi akibat efek samping yang sangat
mengganggu dirasakan oleh akseptor. Angka drop-out untuk akseptor IUD sebesar 3,46% yang terdiri dari
kegagalan 2,16 % dan pindah kontrasepsi sebanyak 1, 3%. Drop-out pada akseptor suntik secara umum
sebesar 6,94% yang terdiri dari kegagalan sebanyak 3,82% dan pindah kontrasepsi sebanyak 3, 12%. Pada
akseptor pil, drop-out sebesar 8,24% yang terdiri dari akibat kegagalan sebesar 4,42% dan pindah kontrasepsi
4,00%.
Analisis Biaya Langsung Pelayanan Kontrasepsi
Biaya Langsung merupakan penjumlahan (dalam rupiah) seluruh biaya yang langsung
dikeluarkan oleh akseptor dalam bentuk fee for service untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi baik
pada saat kunjungan atau pemasangan pertama dan pada kunjungan lanjutan atau kontrol.
Biaya Langsung dihitung berdasarkan jumlah akseptor pada kelompok lama pemakaian < 1
bulan, 1 - < 2 bulan, 2 - < 3 bulan, 3 - < 6 bulan dan 6 - 1 tahun. Biaya langsung pada metode
kontrasepsi tergantung dari jumlah akseptor dalam kelompok lama pemakaian yang sama dan jumlah
pelayanan yang dilakukan.
Akseptor pil dan suntik mengalami peningkatan rerata biaya langsung dengan semakin lamanya
akseptor menggunakan kontrasepsi, hal ini dapat dijelaskan karena semakin lama akseptor menggunakan
kontrasepsi maka semakin banyak pelayanan yang dibutuhkan dan biayanya semakin banyak pula. Sedangkan
pada akseptor IUD, rerata biaya langsung semakin lama menggunakan kontrasepsi terjadi penurunan biaya
langsung, karena akseptor IUD membutuhkan biaya besar pada saat pertama atau pemasangan baru sedangkan
untuk selanjutnya hanya melakukan kontrol dengan biaya yang lebih ringan.
Analisis Biaya Tidak Langsung dari Akseptor
Biaya Tidak Langsung merupakan biaya yang dikeluarkan oleh aksepto r dalam mencari pelayanan
kontrasepsi terdiri dari biaya transportasi, biaya konsumsi, biaya opportunity (kesempatan yang hilang)
karena mencari pelayanan kontrasepsi dan biaya lain yang diperlukan dalam mengobati efek samping dari
kontrasepsi yang dipakai.
Hasil penelitian pada jumlah Biaya Tidak Langsung per kelompok lama pemakaian kontrasepsi
per tahun diketahui sebagai berikut: jumlah Biaya Tidak Langsung pada akseptor IUD sebanyak Rp
171.450,00 dengan rerata Rp 7.144,00; pada akseptor suntik sebanyak Rp 105.487,00 dan rerata Rp
7.032,00; dan pada akseptor pil sebanyak Rp 109.658,00 dengan rerata Rp. 6.854,00. Dapat dijelaskan
bahwa tinggi rendahnya biaya tidak langsung sangat berkaitan dengan penghasilan akseptor, transportasi,
berat ringannya efek samping yang dialami, lama perjalanan, lama tunggu dan lama diperiksa yang
berhubungan dengan biaya opportunity serta biaya membeli makan dan minum saat mencari pelayanan
kontrasepsi.
Analisis Objective Actual, Objective Normative dan Quality of Life Akseptor
Pada instrumen klinis, kualitas hidup sudah menjadi isu utama dalam instrumen spesifik penyakit
yang mengukur kepuasan pasien a tau manfaat fisiologis. Objective (tingkat keberhasilan) adalah manfaat
dari metode atau program yang diteliti. Dalam penelitian ini kualitas hidup akseptor dijadikan objective

30

karena kontrasepsi mempunyai andil terhadap kualitas hidup akseptor baik dari kesehatan fisik, kehidupa n
pribadi maupun kehidupan sosial.
Dalam penelitian ini ada dua objective yang ingin dilihat diantaranya adalah objective actual, yaitu
jumlah responden baik yang menggunakan IUD, suntik maupun pil berdasarkan lama pemakaian ; dan
objective normative (objective yang berhasil) yaitu jumlah objective (responden) dikurangi persentase
angka drop-out secara umum pada wilayah pelayanan.
Quality of Life (QoL) akseptor KB dengan metode IUD, suntik dan pil mengangkat tiga komponen
dasar dari kualitas hidup yaitu komponen kesehatan fisik, kehidupan pribadi dan kehidupan sosial. Hasil
penelitian menunjukkan: diperoleh QoL dari setiap responden pada ketiga komponen QoL , baik sebelum
maupun sesudah pemakaian kontrasepsi terlihat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2.
Perbandingan Rerata Nilai QoL antara Sebelum da n Sesudah Pemakaian
Kontrasepsi IUD, Suntik Maupun Pil.
Jenis
Lama
Rerata
Rerata
Keterangan
Kontrasepsi
Pemakaian
Sebelum
Sesudah
IUD
< 1 Bulan
112,33
110,24
Menurun
1 - < 2 Bulan
113,37
110,49
Menurun
2 - < 3 Bulan
116,43
111,34
Menurun
3 - < 6 Bulan
114,62
113,02
Menurun
6 - 1 tahun
115,04
113,94
Menurun
Jumlah
571,58
559,05
Menurun
Suntik

< 1 Bulan
1 - < 2 Bulan
2 - < 3 Bulan
3 - < 6 Bulan
6 - 1 tahun

111,06
116,14
114,67
117,15
116,87
575,98

105,98
108,78
109,45
110,58
115,41
556,20

Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun

< 1 Bulan
1 - < 2 Bulan
2 - < 3 Bulan
3 - < 6 Bulan
6 - 1 tahun

114,18
114,61
116,65
115,95
115,07
576,46

108,98
111,18
113,33
115,54
115,72
564,74

Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Meningkat
Menurun

Jumlah
Pil

Jumlah

Apabila dibandingkan antara sebelum dan sesudah pemakaian kontrasepsi pada sebagian besar
responden terjadi penurunan nilai QoL, tetapi apabila dibandingkan menurut lama pemakaian kontrasepsi maka
pada nilai QoL sebelum pemakaian kontrasepsi tidak ada pola yang jelas karena belu m ada intervensi kontrasepsi.
Namun pengukuran sesudah pemakaian kontrasepsi terlihat bahwa maka semakin lama pemakaian kontrasepsi,
terjadi peningkatan nilai QoL baik pada metode IUD, suntik maupun pil . Hal ini berarti bahwa semakin lama
akseptor menggunakan suatu metode kontrasepsi semak in meningkat kualitas hidupnya karena akseptor akan
menggunakan suatu metode kontrasepsi dalam jangka waktu lama apabila merasa cocok dengan kontrasepsi
yang dipakainya.
Dari hasil penelitian pada 55 responden akseptor yang terdiri dari 24 akseptor IUD, 15 akseptor suntik
dan 16 akseptor pil maka tidak ditemukan yang mengalami kegagalan atau hamil. Selain itu diketahui bahwa
selama satu tahun dari bulan Juni 2006 sampai Mei 2007 terdapat 1 orang akseptor yang ganti kontrasepsi yaitu
pada metode pil (6,25%) dimana pada saat penelitian dilaksanakan , akseptor tersebut sudah menggunakan
metode suntik.
Cost Effectiveness Analy sis (Analisis Efektivitas Biaya)
Menghitung efektivitas biaya dilakukan dengan menggunakan rumus CER ( Cost Effectiveness
Ratio) per objective actual dengan mencari rasio biaya total dibandingkan dengan objective actual atau
jumlah responden. CER per objective normative dengan membandingkan biaya total dengan jumlah akseptor
yang berhasil tidak hamil selama pemakaian kontrasepsi dengan rumus: CER = Biaya Total / jumlah
objective actual persentase drop-out. CER per Qol dengan rumus CER per QoL = Total biaya / QoL.
Hasil penelitian menunjukkan angka CER per objective actual dan CER per QoL pada IUD
cenderung mengalami penurunan tetapi pada metode pil cend erung terjadi peningkatan. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa pada metode IUD dalam kaitannya dengan lama pemakaian, maka semakin lama
menggunakan kontrasepsi IUD akan semakin cost effective. Pada metode pil semakin lama menggunakan
kontrasepsi terjadi semakin tidak cost effective. Sedangkan pada metode suntik tidak ada pola yang
beraturan.

31

Perbandingan nilai CER berdasarka n lama pemakaian (Tabel 3) maka diperoleh hasil pada
pemakaian < 1 bulan sampai < 3 bula n: metode kontrasepsi yang paling cost effective adalah metode pil
dengan nilai CER per objective actual dan CER per QoL yang paling kecil. P ada lama pemakaian 3 bulan
sampai 1 tahun, metode kontrasepsi yang paling cost effective adalah metode suntik denga n nilai CER
paling kecil.
Tabel 3.
Perbandingan Nilai CER per Objective Actual dan CER per QoL pada Metode
Kontrasepsi IUD, Suntik dan Pil Berdasarkan Lama Pemakaian.
Lama Pemakaian
CER per Objective (actual)
CER per QoL
IUD
Suntik
Pil
IUD
Suntik
Pil
< 1 Bulan
91.750
26.091
9.741
832
246
89
1 - < 2 Bulan
88.947
25.503
9.736
805
234
88
2 - < 3 Bulan
79.336
28.388
19.877
713
259
175
3 - < 6 Bulan
75639
25.428
40.234
669
230
348
6 - 1 tahun
79.354
60.706
75.096
696
526
649
CER per objective actual dan CER per QoL serta CER per objective normative
per tahun (dihitung selama satu tahun ) maka yang paling cost effective diantara tiga metode adalah
metode pil (Tabel 4).
Tabel 4.
Perbandingan CER per Objective Actual dan CER per QoL pada Metode
Kontrasepsi IUD, Suntik dan Pil per Tahun
Metode
Jumlah
Jumlah
Jumlah
CER per
CER
Kontrasepsi
Biaya Total
Objective
QoL
Objective
per
Setahun
Actual
Actual
QoL
IUD
Suntik
Pil

1.956.450
600.487
629.658

24
15
16

2.700,20
1.672,60
1.819,07

81.518,75
40.032,47
39.353,62

724,56
359,01
346,14

SIMPULAN
Kualitas hidup akseptor akan semakin meningkat sejalan dengan semakin lamanya penggunaan
kontrasepsi, baik pada metode IUD, suntik maupun pil. Dilihat dari segi efektivitasnya maka metode
kontrasepsi yang paling efektif bila dihitung dari CER per objective actual dan CER per QoL dengan lama
pemakaian < 1 bulan sampai < 3 bulan adalah metode pil sedangkan antara 3 bulan sampai 1 tahu n
adalah metode suntik. Apabila dihitung per tahun maka metode pil adalah yang paling cost effective
dibandingkan dengan metode suntik dan IUD. Apabila dibandingkan jumlah rerata QoL antar metode
kontrasepsi, maka kontrasepsi yang memberikan kualitas hidup yang lebih baik dari ketiga akseptor
adalah akseptor pil, sedangkan kualitas hidup yang paling jelek dari ketiga metode adalah akseptor suntik.
SARAN
Melihat dari hasil penelitian tentang cost effectiveness metode kontrasepsi IUD, suntik dan pil di
wilayah kerja Puskesmas Marga II maka pemerintah khususnya Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten
Tabanan bisa melakukan suatu evaluasi tentang program KB berdasarkan cost effectiveness analysis .
Selain itu, melihat bahwa pilihan utama akseptor adalah swasta (bidan praktek) maka perlu suatu kajian
apakah pelayanan KB tet ap ada pada program Puskesmas atau diserahkan sepenuhnya kepada pihak
swasta. Bagi akseptor atau calon akseptor agar memikirkan untuk memilih metode kontrasepsi yang tepat,
cocok dan memiliki efektivitas biaya yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
---------2007. A cost-effectiveness analysis for imaging diagnostic value to the suspected small hepatic
carcinoma in Chinese patients from the West region . Biomed Imaging Interv J ourn. 2007;
3(1):e12-551. Available at: <http://www.biij.org> [Accessed on Dec. 5, 2007]
Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Tabanan. 2006. Profil Dinas Kesehatan dan KB Tahun
2006. Tabanan: Dinas Kesehatan dan KB Kabupaten Tabanan
Drummond NF, Brien JB, Stoddart GL, Torrance GW. 1998. Methods for Economic Evaluation
of Health Care Programs. London: Oxford Medical Publication, Oxford University Press.
Garland A, Ziad Shaman, John Baron and Alfred F. Connors, Jr. 2006. Physician-attributable Differences
in Intensive Care Unit Costs: A Single -Center Study American Journal of Respiratory and Critical
Care Medicine Vol 174. pp. 1206-1210, (2006). Available at: <http://ajrccm.atsjournals.org >

32

Gerson LB et al. 2000. A cost effectiveness analysis of prescribing strategies in the management of
gastroesophageal reflux disease. Am J Gastroenterol 2000 Feb 95 395-407.Available at:
<http://gastroenterology.jwatch.org >
Ginsburg PB. 2004. Controlling Health Care Costs . New England Journal of Medicine , Vol 351:16,
pp.1591-1593 (October 14, 2004). Available at: <http://content.nejm.org>
Karnon J, GR Kerr, W Jack, NL Papo and DA Cameron. Published online 24 July 2007. Health care costs
for the treatment of breast cancer recurrent events: estimates from a UK -based patient-level
analysis.
British
Journal
of
Cancer
(2007)
97:4,
479 485.
Available
at:
<http://www.nature.com/bjc > or <www.bjcancer.com>
Maidin A. 2003. Kerugian Ekonomi Masyarakat Toraja Akibat Sakit dan Kematian D ini di Sulawesi Selatan .
Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan , Vol.3 No. 3 Surabaya: Yayasan Sudama Sehat
Manuaba Ida Bagus Gede. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi W anita. Jakarta: Arcan
Mougeot Michel and Florence Naegelen. 2005. Hospital price regulation and expenditure cap policy.
Journal of Health Economics , Vol. 24, Issue 1, January 2005, Pages 55 -72.
<http://www.sciencedirect.com/science ?> [Accessed on July,5, 2007]
Neumann PJ. 2005. Medicare and Cost Effectiveness Analysis. The New England Journal of Medicine.
<http://www.nejm.org> [ Accessed on December 17, 2007].
Ohkusa Yasushi, Sugawara Tamie. 2006. Cost Effectiveness Analysis and its Application for Policy
Evaluation for Medicine or Public Health . Tsukuba: National Institution of Infectious Disease,
University of Tsukuba
Oluboyede Yemi, Steve Goodacre and Allan Wailoo. 2008. Cost effectiveness of chest pain unit care in
the NHS. BMC Health Services Research 2008, 8:174. Available at:
<http://www.biomedcentral.com >
Pignone Michael. 2002. Cost Effectiveness Analysis of Colorectal Cancer Screening .
<http://agatha.york.ac.uk> [Diakses tanggal 13 April 2007]
Reinke WA. 1994. Perencanaan Kesehatan untuk Meningkatkan Efektivitas Manajemen. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press
Richmond Stephen. 2000. The Need for Cost-effectiveness. Journal of Orthodontics, Vol. 27, No. 3,

267-269, September 2000 http://jorthod.maneyjournals.org


Rochmah TN. 2005. Cost Benefit Analysis (CBA) & Cost E ffectiveness Analysis (CEA). Modul Kuliah
Ekonomi Kesehatan. Surabaya: Universitas Airlangga
Soucat Agnes, Daniel Levy -Bruhl, Xavier de Bethune et al. Published Online: 28 Apr 1999. Affordability,
cost-effectiveness and efficiency of primary health care: the Bamako Initiative experience in Benin
and Guinea. The International Journal of Health Planning and Managemen t, Volume 12 Issue
S1, Pp. S81-108. <http://www3.interscience.wiley.com > [Accessed on November 15, 2007 ]
Saifuddin AB, Affandi B, Lu ER. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi .
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Somnath Saha. 2005. Economic Analysis Marginal Cost Effectiveness Analysis .
<http://www.merckbook.com > [Diakses tanggal 13 April 2007 ]
Utami R, Nyoman Anita Damayanti, Noerlailie Soewarno. 2007. Effectiveness Analysis of the Active and
Passive Case Finding Effort of the New Leprosy Patients Using Cost Effectiveness Analysis
Method (A Case Study at Dungkek Public Health Center in Sumenep R egency). Jurnal
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Vol. 5 No. 1, January 2007. Bersumber dari:
<http://www.journal.unair.ac.id >
Widyastuti. 2007. Perilaku Menggunakan Kondom pada Wanita Penjaja Seks Jala nan di Jakarta Timur
Tahun 2006. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.1, Nomor 4. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
-----.2004. Overcoming Language B arriers in Health Care : Costs and Benefits of Interpreter Services
Am.J.Public Health.2004;94:866-869. Available at: <http://www.ajph.org
-------1994.The Journal's Policy on Cost -Effectiveness Analyses. New England Journal of Medicine,
Volume 331, Number 10, Pp.669-670, September 8, 1994. Available at:
<http://content.nejm.org> [Accessed on October 24, 2007]
------- Published online 9 September 2004. Cost-Effectiveness Analysis of Malaysian Neonatal Intensive
Care Units. Journal of Perinatology (2005) 25, pp. 4753.
<http://www.nature.com>

You might also like