You are on page 1of 8

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN


Tujuan Instruksional Umum :
Setelah mendapatkan pembelajaran mahasiswa mampu memberikan asuhan keperwatan
pada klien mania dan depresi
Tujuan Instruksional Khusus :
Mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan definisi alam perasaan
2. Menjelaskan definisi mania
3. Menjelaskan definisi depresi
4. Menjelaskan rentang respon emosional
5. Menguraikan faktor predisposisi gangguan alam perasaan
6. Menguraiakan faktor presipitasi gangguan alam perasaan
7. Menjelaskan mekanisme koping yang digunakan dalam gangguan alam perasan
8. Menyebutkan perilaku yang tampak pada mania dan depresi
9. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien mania dan depresi yang meliputi:
a. Pengkajian
b. Tujuan
c. Masalah keperawatan
d. Prinsip intervensi
e. Evaluasi
10. Menerapkan asuhan keperawatan pada klien mania dan depresi pada contoh kasus
I. DEFINISI
Alam perasaan yang dikenal dengan mood merupakan suatu keadaan emosional
yang berkepanjangan dan mempengaruhi seluruh keperibadian dan kehidupan seseorang.
Dalam aspek kepribadian, mood dan emosi turut berkontribusi dalam peran adaptif.
Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk membentuk suatu peran yang tidak
sehat. Misalnya pada suatu keadaan gangguan alam perasaan , yaitu gangguan emosional
yang disertai dengan gejala mania atau depresi.
Mania adalah suatu keadaan gangguan alam perasaanyang ditandai dengan alam
perasaan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan
terangsang. Manifestasi perilaku yang nampak seperti peningkatan kegiatan, banyak
berbicara, ide yang melompat-lompat, banyak bersenda gurau, dan tertawa berlebihan.
Depresi merupakan keadaan gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.

II. RENTANG RESPON EMOSIONAL


Respon Adaptif
RESPONSIF

REAKSI
KEHILANGAN
YANG
WAJAR

Respon Maladaptif
SUPRESI

REAKSI
BERDUKA
YANG
MEMANJANG

MANIA
DEPRESI

Responsif merupakan respon emosional individu yang terbuka dan sadar akan
perasaannya.Individu mampu berpartisipasi secara internal maupun eksternal di
kehidupan masyarakat
Reaksi kehilangan yang wajar adalah posisi rentang kategori normal yang dirasakan
individu saat mengalami kehilangan. Individu akan merasa sedih, berfokus pada diri
sendiri, berhenti melakukan aktifitas sehari-hari, tetapi reaksi tersebut tidak
berkepanjangan dan dapat segera dapat menerima realita kehilangan.
Supresi sebagai tahap awal respon emosional yan maladaptif. Individu menyangkal,
menekan atau menginternalisasi seluruh perasaannya yang dialami terhadap lingkungan
ke bawah alam sadarnya.
Reaksi berduka yang memanjang adalah sebuah penyangkalan yang menetap dan
memanjang, tetapi tidak menampakkan reaksi emosional terhadap kehilangan dan
berlangsung selama beberapa tahun.
Mania/depresi merupakan respon emosional maladaptif yang berat dan dapat
diidentifikasi intensitas dan pengaruhnya secara fisik dan sosial.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Faktor Genetik
Depresi dan gangguan bipolar merupakan gangguan yang dapat diturunkan, dan
secara primer merupakan hasil dari pengaruh genetical (Merikangas, 2002).
Dalam satu keluarga, anak kembar dan anak adopsi bila terdapat salah satunya
yang mengalami depresi, maka 20% berisiko mengamai depresi dan
24%mengalami mania. Kembar monozigote berpeluang dua sampai empat kali
lebih berisiko diabndingkan kembar dizigote.
2. Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Menurut Freud depresi diakibatkan olah perasaan marah yang dialihkan pada diri
sendiri karena tidak mampu manyalurkan kemarahan. Diawali dengan kehilangan
sesuatu yang dicintai yang berkembang menjadi abivalensi anatar benci dan cinta,
tidak mampu menkspresikannya karena merupakan hal yang tidak rasional. Pada
akhirnya perasaan marah diarahkan ke diri sendiri dan menyalahkan diri. Banyak
kasus yang kemudian mengarah pada percobaan bunuh diri.

3. Teori Kehilangan
Pengalaman kehilangan pada masa kanak-kanak, perpisahan yang traumatis
dengan orang yang bermakna akan mempengaruhi perkembangan kepribadian dan
berisiko mengalami ganggaun mental dikemudian hari.
4. Teori Kepribadian
Terdapat tiga tipe kepribadian yang berisiko menyebabkan depresi atau mania,
yaitu pasif, manipulatif dan menghindari kemarahan. (Areieti &Bepoard, 1980
dalam Stuart&Laraia, 2005).
5. Model Kognitif
Model kognitif berpendapat bahwa individu mengalami depresi karena adanya
gangguan dalam pemikiran, seperti penilaian negatif terhadap diri sendiri
lingkungan dan masa depan (Beck, 1979).
6. Model Belajar Ketidakberdayaan
Depresi diawali dari hilangnya pengendalian diri, menjadi pasif dan tidak mampu
menghadapi masalah. Berikutnya timbul pemikiran dan keyakinan akan
ketidakmampuan ,mengendalikan kehidupan sehingga tidak berusaha untuk
mengembangkan respon adaptif.
7. Model Perilaku
Penghargaan positif dari lingkungan dapat memperkuat perilaku yang dilakukan
oleh individu. Ketidaktersediaan penghargaan tersebut dapat menimbulkan
perasaan sedih yang dapat berkembang menjadi depresi.
8. Model Biologis
Klien dengan depresi menunjukkan perubahan kimiawi di otak, yaitu hipersekresi
kortisol, disregulasi serotonin, defisiensi katekolamin dan adanya pengaruh pada
hormonal.
IV. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor pencentus gangguan alam perasaan meliptui faktoe biologis, faktor
psikologis dan faktor sosial budaya. Faktor biologis termasuk didalamnya perubahan
fisiologis akibat penggunaan obat-obatan untuk penyakit fisik (infeksi, neoplasma) yang
menyebabkan ketidakseimbangan metabolisme. Faktor psikologis diakibatkan kehilangan
kasih sayang, kehilanagn cinta, sesoarang dan harga diri. Faktor sosial meliputi
kehilangan peran dalam masyarakat, adanya perceraian dan kehialangan pekerjaan.
V. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping yang banyak digunakan pada klien dengan kehialngan yang
memenjang adalah denial dan supresi. Klien depresi menggunakan represi, supresi, denial
dan disosiasi. Sedangkan perilaku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap
depresi sebagai akibat ketidakcukupan koping dalam menghadapi kehilangan.

VI. PERILAKU
Perilaku yang nampak pada klien mania dan depresi bervariasi, seperti diuraikan
dalam tabel berikut ini :
ASPEK
AFEKTIF

KOGNITIF

FISIK

TINGKAH
LAKU

MANIA
Euphoria
Harga diri meningkat
Tidak tahan menerima kritik

Ambisius
Mudah terpengaruh
Mudah beralih perhatian
Waham kebesaran
Ilusi
Flight of idea
Gangguan penilaian
Dehidrasi
Nutrisi tidak adekuat
Kuarng tidur dan istirahat
Berat badan turun

Agresif
Hiperaktif
Aktivitas motorik meningkat
Tangung jawab kurang
Peka
Suka berdebat
Royal
Defisit perawatan diri
Perilaku seks ual berlebihan
Bertele-tele

DEPRESI
Sedih, cemas, apatis ,murung
Kebencian, kekesalan, kemarahan
Perasaan ditolak, perasaan bersalah
Tidak berdaya dan putus asa
Merasa sendirian, rendah diri dan tak
berharga
Ambivalen, ragu-ragu dan bingung
Tidak mampu berkonsentrasi
Hilang perhatian dan motivasi
Menyalahkan diri
Pikiran merusak diri
Pikiran tidak menentu
Pesimis
Sakit perut, anoreksia, mual, muntah
Gangguan penceranaan, konstipasi
Lemah, lesu, nyeri kepala, pusing
Insomnia, nyeri dada dan over acting
Berat badan berubah, selera makan
terganggu
Gangguan menstruasi , impoten
Tidak berespon secara seksual
Agresif, agitasi, tidak toleran
Gangguan aktifitas
Kemunduran psikomotor
Menarik diri, isolasi sosial
Peka (mudah marah, menangis dan
tersinggung)
Berkesan menyedihkan
Kurang spontan
Defisit perawatn diri

VII. ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk menegakkan masalah
keperawatan. Pengkajian pada klien yang mengalami gangguan alam perasaan,
khususnya mania dan depresi dilakukan dengan mengidentifikasi faktor
predisposisi, faktor presipitasi, perubahan perilaku dan mekanisme koping yang
digunakan klien seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering timbul, yaitu :
a. Berduka dsifungsional
b. Ketidakberdayaan
c. Peningkatan mobilitas fisik
d. Gangguan pola tidur
e. Risiko terhadap cidera
f. Perubahan nutrisi
g. Defisit perawatan diri
h. Ansietas
3. Tujuan
Setelah pemberian asuhan keperawatan diharapkan klien mempu berespon
emosional secara adaptif dan meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang
dapat diterma dimasyarakat.
4. Prinsip Intervensi
Intervensi keperawatan difkouskan pada beberapa hal :
a. Lingkungan
Pencegahan terjadinya kecelakaan menjadi prioritas utama dalam merawat
klien mania dan depresi. Klien mania memiliki daya penilaian yang rendah,
hiperaktif, senang dengan tindakan yang berisiko tinggi, sehingga klien harus di
tempatkan pada lingkungan yang aman. Penataan lingkungan harus diperhatikan.
Sebaiknya klien ditempatkan di lantai dasar, perabotan yang kokoh dan tidak
mudah pecah, meminimalkan rangsangan dan menciptakan suasana yang tenang.
Klien depresi mendapatkan prioritas pengamanan pencegahan bunuh diri, karena
klien pada umumnya tidak berdaya, merasa tidak berharga dan putus asa.
b. Hubungan perawat-klien
Hubungan saling percaya yang terapeutik menjadi dasar dalam perawatan
klien. Pada klien mania perawat harus mampu membuat batasan yang konstruktif
agar dapat mengendalikan perilaku klien. Konsistensi kontrol dari perawat, dokter
dan klien akan menumbuhkan kesadarn klien dalam mengendalikan perilakunya.
Sedangkan pada klien depresi, perawat harus bersifat hangat, menerima, aktif,
jujur dan empati. Bicara perlahan, sederhana dan berikan kesempatan klien untuk
berpikir dan manjawab.
c. Afektif
Intervensi afektif mampunyai prinsip, bahwa klien harus diterima dan
diberikan ketenangan, bukan diberikan seatu harapan kegembiraan dengan

mengatakan akgar tidak khawatir, atau semuanya baik-baik saja. Bantu klien
untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan secara verbal karena hal
tersebut dapat mengurangiintensitas masalah yang dihadapi.
d. Kognitif
Prinsip intervensi kognitif adalah meningkatkan kontrol diri klien,
meningkatkan harga diri klien dan membantu klien memodifikasi harapan negatif.
Cara mengubah pikiran negatif:
Identifikasi ide dan pikiran negatif
Identifikasi aspek positif yang dimiliki
Bantu klien menilai kemampuan tersebut menggunakan logika dan
rasional
Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif menjadi persepsi
positif, dari yang tidak realistis menjadi relistis
Libatkan klien dalam kegiatan yang mampu menampakkan hasil, beri
reinforcement yang realistis.
e. Perilaku
Intervensi perilaku bertujuan melibatkan klien dalam aktifitas realistis
dengan memberikan tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan ruangan.
Klien depresi dapat dilibatkan dalam penyusunan kegiatan terstruktur dan jangan
lupa memberikan penghargaan.
f. Sosial
Intervensi sosial bertujuan untuk meningkatkan hubungan sosial , yaitu
dengan cara :
Mengkaji kemampuan dan minta klien
Observasi sumber dukungan yang dimiliki klien
Bantu klien melakukan hubungan interpersonal bertahap dengan contoh
peran dan bermain peran
Berikan penghargaan positif setiap klien melakukan inetraksi sosial
Motivasi klein melakukan hubungan sosial yang lebih luas.
g. Fisiologis
Status kesehatan fisik klien harus tetap diperhatikan dan dipenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan makan, minum, istirahat, kebersihan dan penampilan
diri perlu mendapatkan perhatian dari perawat.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menilai efektifitas intervensi keperawatan yang
ditandai dengan perubahan respon emosional klien menjadi lebih adaptif.
CONTOH LATIHAN KASUS
Ibu L usia 38 tahun, menikah, tidak ada riwayat depresi. Ibu L datang ke
pusekesmas terdekat dan mengeluh kepalanya pusing sekali, sulit tidur, dan selalu
bermimpi buruk saat tertidur. Ibu L mengatakan tidak bernafsu makan, merasa
tidak berguna bagi keluarganya. Ibu L tinggal berdua bersama suaminya.

Pengkajian keluarga didapatkan, Ibu L emmpunya tiga orang anak (2 laki-laki dan
1 perempuan). Anak tertua berusia 20 tahun kuliah di luar kota, anak kedua
tinggal bersama temannya di luar kota juga dan anak ketiga telah meninggal dunia
dalam kecelakaan lalu lintas dua tahun lalu saat berusia 12 tahun.Ibu L
menyatakan bersalah dalam kematian anaknnya tersebut, karena saat kecelakaan
itu terjadi ibu L ada bersama anak yang ke tiga. Ibu L sangat menyesal mengapa
tidak bisa menyelamatkan anaknya, dan bila teringat selalu merasa sedih dan
bersalah. Kesedihan semakin berkembang saat ank tertuanya lulus SMA dan
kuliah di luar kota, Ibu L takut terjadi sesuatu dengan ank tertuanya.
1. Identifikasi masalah keperawatan yang ada dan berikan data yang mendukung
penegakan masalah tersebut.
2. Buat rencana asuhan keperawatan terkait masalah yang ditemukan pada no 1.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis FA.(2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : AUP
Stuart & Laraia. (2001). Principles & pratice of psychiatric nursing. Edisi 7.St.Loius :
Mosby
Stuart & Sundeen. (1998). Psychiatric nursing care. St.Louis : Elshevier
Varcarolis. (2006).Fundamentalis of psychiatric nusing. Edisi 5. St.Louis ; Elshevier
Bagian Jiwa FIK UI.(1999). Kumpulan makalah keperawatan jiwa. Tidak dipublikasikan

BAHAN AJAR

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN


DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN

By.

Ns. RIZKI FITRYASARI S.Kep.

TIM KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2007

You might also like