You are on page 1of 48

Pulau Flores, terletak di antara garis lintang selatan 84' dan 8 58', dan di

antara garis bujur timur 119 48' dan 123 1'30', terbentang sepanjang
360 km, di sebelah Barat laut Australia. Flores merupakan salah satu
pulau di wilayah Indonesia timur, termasuk dalam jajaran kepulauan
Nusa Tenggara yang diantaranya termasuk pulau Timor dan Sumba.
Dalam sudut pandang geodinamika, Flores yang di bagian utara dibatasi
oleh cekungan Flores dan di bagian selatan dibatasi oleh cekungan
Savu, merupakan busur magmatik dengan 13 gunung berapi yang
masih aktif. Disamping itu, Flores merupakan wilayah dengan aktivitas
kegempaan cukup tinggi (gempa yang terjadi pada 12 Desember 1992
dengan kekuatan 7,5 skala Richter).
Analisis stratigrafik dan magmatik (geokronologi, geokimia)
memperlihatkan bahwa Flores adalah sebuah pulau muda yang
kemungkinan terbentuk pada Oligosen akhir atau lebih tepatnya pada
Miosen tengah. Secara ditil, dapat dibedakan adanya dua siklus
sebagai berikut :
siklus Oligosen ? - Miosen tengah-atas, dicirikan :
- oleh poros volkanik Timur-Barat (Formasi Kiro) yang berdasarkan
penasabahan radiometrik dari 17 conto batuan magmatik berumur
absolut berkisar antara 16 Ma dan 8,4 Ma (Burdigalian akhir hingga
Totrtonian tengah) dan 1 conto batuan magmatik berumur 27,7 Ma dan
25,7 Ma (Oligosen akhir) ;
- oleh endapan volcano-sedimenter dan batuan sedimen, heterokron,
dengan kandungan mikrofauna rombakan ( reworked fossils ).
Meskipun demikian, kita dapat membedakannya, dari bawah ke atas
sebagai Formasi Nangapanda terdiri dari endapan turbidit dan tuf
berumur Miosen tengah, Formasi Bari terdiri dari batugamping neritik
hingga batugamping terumbu berumur Miosen tengah sampai atas,
Formasi Laka terdiri dari batugamping kapuran serta tuf dengan
batuapung, berumur Miosen atas.
siklus Miosen akhir-PlioQuaternair dengan didominasi batuan volkanik
dimana dari 13 conto batuan magmatik, dengan 2 diantaranya batuan
grano-dioritik, menunjukkan umur absolut yang berkisar dari 6,7 Ma
sampai 1,2 Ma.

Analisa geokimia (elemen utama dan elemen jejak) dari ke dua siklus
tersebut di atas memperlihatkan bahwa keduanya merupakan
magmatisme orogenik busur kepulauan yang berkaitan dengan
subduksi. Flores dalam hal ini merupakan penghujung timur dari busur
magmatik Sunda yang membentang dari Barat ke Timur, mulai dari
Sumatra, Java, Bali, Lombok dan Sumbawa.
Dari sudut pandang regional dan temporal, busur magmatik Flores bermula
pada saat busur magmatik Sumba mengakhiri aktivitasnya. Pada kala
Oligosen, Sumba meninggalkan posisinya di busur magmatik untuk
selanjutnya berada pada posisi cekungan muka-busur luar, dan
semenjak itulah Flores muncul menggantikannya sebagai busur
magmatik.
Pada Plio-Kuarter, lempeng kontinental australian, berasal dari selatan,
mulai bertumbukan (kolisi) dengan lempeng eurasian di bagian timur
yakni di pulau Timor. Meskipun demikian, awal tumbukan tersebut
terlihat di bagian barat, di wilayah telitian, sekalipun berada pada zona
subduksi, yakni ditandai dengan adanya pengangkatan (sureksi)
Sumba dan dijumpainya sejumlah sesar mendatar berpasangan serta
adanya sesar naik ( back-arc thrusting ), di cekungan sebelah utara
Flores yang dikenal sebagai laut Flores , mengabsorbsi sebagian
pemendekan yang terjadi.

Kondisi Geomorfologi Nusa Tenggara

Kondisi Geomorfologi
Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan
perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai
pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores,
Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagian selatan dibentuk oleh
pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggungan geantiklinal tersebut
bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya membentuk sebuah ambang yang turun
ke laut melewati Raijua dan Dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan
Jawa. Cabang lain merupakan rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi
daerah dekat Sunda.
a) Palung Belakang
Di sebelah timur Flores dibentuk oleh bagian barat basin Banda selatan. Di sebelah utara
Flores dan Sumbawa terbentang laut Flores, yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Laut Flores Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas dan dangkal, yang
menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan dangkalan Sunda.
2) Basin Flores Tengah, berbentuk segitiga dengan puncak terletak di sebelah selatan
volkan Lompobatang, yang berhubungan dengan depresi Walanae. Sedangkan dasarnya
terletak di sepanjang pantai utara Flores, yang merupakan bagian terdalam (-5140).
3) Laut Flores Timur terdiri dari punggungan dan palung diantaranya, yang
menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan punggungan bawah laut Batu Tara.
Di sebelah utara Bali dan Lombok palung belakang ini dibentuk oleh Laut Bali (lebar 100
km dan dalam 1500 m) ke arah barat dasarnya berangsur-angsur terangkat sampai
bersambung dengan laut dangkal di selat Madura.
b) Busur Dalam
Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda.
Di Nusa Tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian
barat dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur.
Struktur umum Lombok di sebelah utara merupakan zone volkanis dengan volkan aktif
Rinjani (zone Solo), dataran rendah Mataram (subzone Blitar). Di selatan berupa
pegunungan selatan dengan materi kapur Tertier dan breksi volkanis.
Bali dipisahkan oleh selat Bali terhadap Jawa. Zone di Bali sama dengan Jawa. Bagian
utara merupakan bagian terluas terdiri dari volkan-volkan. Kuarter yang masih aktif,
menunjukkan kelanjutan kompleks volkan muda di Jawa. Dataran Denpasar yang
membentang pada kaki selatan volkan termasuk sub zone Blitar di Jawa. Dataran ini
dihubungkan oleh tanah genting yang menyempit dengan bukit-bukit kapur Tertier Ulu
Watu (213 m) yang dapat dibandingkan dengan semenanjung Blambangan. Pulau Nusa
Panida (529 m) antara Bali dan Lombok juga terdiri dari kapur Tertier ini.
Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan geantiklinal
menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur. Teluk tersebut
dipisahkan dari laut oleh pulau Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar
pegunungan pada puncak geantiklinal. Sisi utara ditumbuhi oleh beberapa volkan muda.
Volkan Ngenges, Tambora dan Soromandi menghasilkan batuan leucit. Sedimen tertier
dan batuan kapur alkali disebarkan secara luas di pulau Sumbawa. Hal ini memberikan
gambaran bahwa zone pegunungan Selatan Jawa terdapat di seluruh pulau Sumbawa dan
depresi menengah yang disebut zone Solo. Teluk Saleh merupakan sebuah depressi
terpencil dari zone Solo.
Pulau Flores dipisahkan dari Sumba oleh selat Sape. Komodo dan Rinca termasuk ke
dalam puncak geantiklinal Flores Tengah, yang terdiri dari batuan volkanis lebih tua
(Tertier) dan intrusi magmatis yang dapat dibandingkan dengan Pegunungan Selatan
Jawa. Volkan-volkan yang lebih muda muncul di sepanjang pantai selatan Flores Barat. Di
Flores Timur geantiklinal itu berupa sumbu yang tenggelam sehingga batuan volkanis
yang lebih tua dan intrusi granodiorit tidak begitu banyak, serta hanya terdapat volkan
muda yang muncul dibagian puncaknya. Geantiklinal itu bersambung disepanjang Solor,
Adonara, Lomblen dan Pantar, dimana pulau-pulau tersebut terdiri dari volkan yang aktif.
Sumbu itu kemudian melalui Alor, Kambing, Wetar dan Romang. Di bagian ini busur dalam
tidak memiliki volkan aktif. Pulau-pulau tersebut tersusun dari endapan volkanis Tertier
akhir yang sebagian terdapat di bawah permukaan laut.
c) Palung Antara dengan Sumba
Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan punggungan
dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan Lombok, bercabang
dua ke arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba. Cabangcabang ini merupakan penghubung antara palung sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu
antara Flores timur dan Roti. Lereng yang curam pada Wetar dan basin Sawu serta dasar
laut yang datar menunjukkan adanya penurunan permukaan bumi. Sedangkan ujung
timur dan baratnya dibatasi oleh pengangkatan seperti sembul (horst) di Kisar dan
Sumba. Kedua pulau tersebut secara morfologis termasuk zone palung antara.
d) Busur Luar
Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua, Sawu, Roti,
Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m

dibawah permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara
tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu naik lagi sampai ke
pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu.
Pulau sawu mempunyai terumbu karang yang tingginya 300 m dpl dan mengelilingi pulau
ini yang tersusun dari batuan pre-tertier. Punggungan dana-Raijua-Sawu serong terhadap
punggungan Roti-Timor, dari tempat itu dipisahkan oleh selat Daong. Pulau Roti tersusun
dari sedimen terlipat kuat dan tertutup oleh batu karang kuater yang tingginya 430 m
dpl. Timor merupakan hasil geantiklinal yang lebar. Disamping itu terdapat depressi
memanjang di puncaknya, melalui Teluk Kupang sampai perbatasan Timor Leste dan
berakhir di muara sungai Lois.
e) Palung Depan
Antar pulau Chrismast dan punggungan bawah laut di selatan Jawa terdapat cekungan
dalam utama yang membujur arah timur-barat, kedalamannya 7450 m. Palung depan Jawa
dari sistem pegunungan Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di Sumba
kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut sejajar
dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh punggungan (1940 m) terhadap
palung Timor. Palung di selatan Jawa itu di bagian selatan dibatasi oleh pengangkatan
dasar laut yang tidak jelas batasnya melalui Pulau Chrismast menuju dasar laut yang
dalamnya 3000-4000 m. bagian timur palung Timor ini dibatasi oleh dangkalan Australia
atau dangkalan Sahul.

Pulau Flores sebagai bagian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di antara
garis lintang selatan 84 dan 8 58, dan di antara garis bujur timur 119 48
dan 123 130, terbentang sepanjang 360 km, di sebelah Barat laut Australia.
Flores adalah salah satu pulau di wilayah Indonesia timur, termasuk dalam
jajaran kepulauan Nusa Tenggara yang di antaranya termasuk pulau Timor dan
Sumba.

Inilah peta NTT yang dibuat ahli Belanda zaman dulu. Apakah foto satelit masih
menunjukkan bentuk pulau seperti ini?

Inilah Pulau Flores


yang menujukkan letaknya pada garis bujur timur dan lintang selatan.
(http://duniageologi.blogspot.com/)
Beberapa hari ini saya berpikir dan mencari-cari di internet soal geologi Pulau
Flores setelah Robert Eppedando memprovokasi pembaca di Milis Allesaja
tempat kami pun menjadi anggota perihal apakah aktivitas penambangan di
Flores dapat mengakibatkan pulau ini tenggelam atau tetap berdiri kokoh.
Segera saya bertanya kepada Robert dan dalam pembicaraan telepon ia
menjelaskan, bahwa Flores itu adalah sebuah pulau yang ekstrim dengan huruf
T. Ujung barat dan timur menggantung sedangkan bagian tengah Flores mulai
dari Nagekeo s.d. sebagian Ende itu yang tertanam seperti tiang beton sosro
bahu jalan layang.
Diskusi merembet melibatkan para anggota milis forum Sahabat Flobamora. Selang
pendapat menjadi ramai. Ada yang mengusulkan agar seluruh aktivitas
pertambangan di Flores harus segera dihentikan dan dipersilahkan ahli geologi
mengemukakan pendapatnya dalam sebuah forum ilmiah dan forum para
pengambil keputusan di NTT.
Bayangannya kok seperti bagian barat dan timur itu menggantung di atas dasar
laut. Inilah kira-kira gambaran Robert berdasarkan ingatan penjelasan dalam
seminar tahun 2005 oleh seorang ahli geologi (ipar Jenderal Try Sutrisno?) yang
membunyikan sirene tanda bahaya. Apa itu? Kalau dilakukan penambangan
mineral di Pulau Flores yang kecil, lama-lama pulau ini bisa runtuh tenggelam
ke dasar laut. Karena menurut ahli geologi itu, Flores adalah salah satu pulau
yang ekstrim seperti ada pulau-pulau ekstrim di bumi ini. Di Amerika katanya,
kita naik mobil di jalan raya tapi sebenarnya tanahnya menggantung, di
bawahnya adalah laut.
Pernyataan menantang ini membuat kami mencari jawaban dengan membaca situssitus yang relevan di internet. Dari bacaan itu tak ada indikasi bahwa sebuah
pulau bisa jatuh tenggelam seperti yang dikemukakan Robert.

Akhirnya dengan kata-kata search can an island sink kami menemukan


penjelasan, bahwa sebuah pulau itu merupakan satu kesatuan dengan dasar
lapisan bebatuan, listosfer sehingga tak mungkinlah sebuah pulau itu bisa jatuh
tenggelam seperti kita jatuh ke dalam sungai atau laut.
Istilah pulau tenggelam itu selama ini dimaksudkan naiknya permukaan air laut
akibat melelehnya lapisan es, lapisan gletser di kutub utara sehingga pulaupulau yang rendah di atas permukaan laut bisa tertutupi air laut.
Letusan Gunung Krakatau yang begitu hebat dan spektakuler tidak membuat
gunung itu jatuh tenggelam. Yang terjadi adalah bagian gunung itu rusak
porak-poranda dan dibuang materialnya sehingga tersisa bagian gunung yang
muncul sedikit di atas permukaan laut yang kini dinamai Anak Krakatau.
Mungkin saja gempa mahahebat dan tsunami bisa membuat sebuah pulau kecil
luruh, atau material atau bagian pulau itu longsor atau meluncur bebas ke
bagian laut / samudera yang lebih dalam. Contoh seperti ini bisa terjadi
mungkin pada Pulau Banda, yang langsung dikitari pantai yang curam, tak ada
hamparan pasir. Menurut kami Pulau Banda itu tampaknya merupakan bagian
puncak gunung sedangkan kaki gunung tertanam jauh di bawah laut. Ciri
seperti ini kami lihat mirip dengan Pulau Ternate dan Tidore. Laut di pantai itu
langsung dalam.

Namun, tak mungkinlah sebuah pulau sebesar Flores bisa tenggelam seperti jatuh
ke dalam laut. Kita terjebak oleh imajinasi seolah permukaan Pulau Flores ini
berada di atas sebuah lempeng jalan layang yang ditopang tiang beton Flores
bagian tengah itu (Nagekeo sebagian Ende).
Latar belakang pandanganku ini dipengaruhi bacaan tentang bentuk geomorfologi
dasar laut pada tepian lempeng aktif di lepas pantai barat Sumatra dan selatan
Jawa. Ini adalah contoh bentuk geomorfologi zona penunjaman (subduksi) yang
terbaik di dunia.
Proses geodinamika global (More et al, 1980), selanjutnya berperan dalam
membentuk tatanan tepian pulau-pulau Nusantara tipe konvergen aktif
(Indonesia maritime continental active margin), di mana bagian luar Nusantara
merupakan perwujudan dari zona penunjaman (subduksi) dan atau tumbukan
(kolisi) terhadap bagian dalam Nusantara, yang akhirnya membentuk fisiografi
perairan Indonesia (Gambar 1).

http://www.mgi.esdm.go.id/content/bentuk-geomorfologi-dasar-laut-pada-tepianlempeng-aktif-di-lepas-pantai-barat-sumatera-dan-selatan-Jawa

Subduksi atau penunjaman tepian lempeng aktif benua dan samudera-lah yang kirakira dapat membuat bagian pulau luruh, longsor atau meluncur ke dasar laut
yang lebih dalam semisal palung laut.
Gambarannya dapat dilihat pada kutipan ini.
Hasil identifikasi bentuk dasar laut dari beberapa lintasan seismik, citra seabeam
dan foto dasar laut maka dapat dikenali beberapa bentuk geomorfologi utama
yang umum terdapat pada kawasan subduksi lempeng aktif. Empat bentuk
morfologi utama dapat diidentifikasi, yaitu zona subduksi, palung laut, prisma
akresi, dan cekungan busur muka. Gambaran bentuk geomorfologi dasar laut ini
kemungkinan merupakan contoh morfologi dasar laut yang terbaik di dunia
karena batas-batasnya yang jelas dan mudah dikenali.

Bacalah teks berikut ini.


Geomorfologi Palung Laut

Palung laut merupakan bentuk paritan memanjang dengan kedalaman mencapai


lebih dari 6.500 meter. Umumnya palung laut ini merupakan batas antara kerak
samudera India dengan tepian benua Eurasia sebagai bentuk penunjaman yang
menghasilkan celah memanjang tegak lurus terhadap arah penunjaman
(Gambar 4).

http://www.mgi.esdm.go.id/content/bentuk-geomorfologi-dasar-laut-pada-tepianlempeng-aktif-di-lepas-pantai-barat-sumatera-danKris Budiono dari Puslitbang Geologi Kelautan menulis pada Jurnal Geologi
Indonesia Vol. 4 No. 1 Maret 2009, halaman 9 -17 dengan judul Identifikasi
longsoran bawah laut berdasarkan penafsiran seismik pantul di perairan Flores,
berdasarkan penelitiannya pada bagian Laut Flores di utara Kabupaten Sikka
perihal faktor penyebab tsunami Flores atau dikenal sebagai tsunami
Maumere. Gempa dan tsunami itu terjadi pada 12 Desember 1992 dengan
pusat gempa pada 40 km sebelah barat Maumere. Kris Budiono menyimpulkan
berikut ini.

Longoran sebelum tsunami itu terletak pada morfologi sangat curam dengan
kemiringan lereng antara 38 40%. Pada peta sebaran struktur geologi perairan
Maumere terlihat bahwa keberadaan struktur geologi tersebut berdekatan
denan lokasi terjadinya longsoran bawah laut. Lokasi longsoran hanya berjarak
sekitar 2 3 km dari pusat gempat. Dengan demikian, longsoran bawah laut
perairan Flores mungkin sekali disebabkan oleh gempa bumi. Longoran bawah
laut amat mungkin terjadi pada daerah dengan kemiringan lereng yang curam,
berintensitas tektonik dan juga terjadi akibat gempa bumi yang cukup besar.
Semakin besar gempa bumi, semakin besar longsoran yang akan terjadi.
Dengan demikian, mungkin sekali longsoran bawah laut itu berpotensi
menimbulkan tsunami yang merusak.

Sumber:
jurnal20090102

Jika struktur geologi pada garis pantai Pulau Flores amat panjang memiliki struktur
geologi seperti gambar 10 di atas yang menggambarkan struktur geologi
Maumere dan sekitarnya, yang bisa terjadi adalah longsoran pada bagian yang
cukup besar pada Pulau Flores. Dengan demikian, bayangan bahwa Pulau Flores
berbentuk T itu dengan bagian barat dan timur menggantung itu tampaknya
kurang masuk akal.
Meskipun demikian, para ahli geologi, ahli kegempaan perlu melakukan penelitian
lebih lanjut seperti yang dilakukan Kris Budiono pada pantai Maumere dan
sekitarnya. Penelitian ini perlu dilakukan walaupun penelitian morfologi dasar
laut tampaknya membutuhkan biaya besar dengan peralatan teknologi yang
canggih seperti yang dilakukan pada dasar laut pantai barat Sumatera s.d.
selatan Jawa.
Untuk sementara kekhawatiran Pulau Flores akan runtuh ke dasar laut kurang
masuk akal. Atau, adakah penjelasan lain yang lebih meyakinkan?

Gunung Api di Flores


Gunung api di Flores itu, antara lain Gunung Egon setinggi 1.703 meter
yang berada di Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka, pernah aktif
tahun 2006 dan 2009.
Gunung Anak Ranaka di Kabupaten Manggarai, setinggi 2.247,5 meter,
pernah meletuskan tanggal 28 Desember 1987.

Gunung api Lewotobi laki setinggi 1.548 meter di Kabupaten Flotim yang
meletus pertama kali tahun 1932 dan terakhir tahun 2003. Serta Gunung
api Lewotobi Perempuan di Kabupaten Flotim setinggi 1.703 meter.
Gunung api Ile Ape di Kabupaten Lembata.
***
Proses pembentukan gunung berlangsung menurut skala tahun
geologi, yaitu berkisar antara 45-450 juta tahun yang lalu. Gunung
terjadi karena adanya proses gaya tektonik yang bekerja dalam bumi
yang disebut dengan orogenesis dan epeirogenesis.
Dalam proses orogenesis ini sedimen yang terkumpul menjadi berubah
bentuk karena mendapat gaya tekan dari tumbukan lempeng tektonik.
Sedangkan dalam proses epeirogenesis merupakan gerakan yang
membentuk benua yang bekerja sepanjang jari-jari bumi. Proses ini
juga disebut gerakan radial karena gerakan mengarah atau menjauhi
titik pusat bumi dan terjadi pada daerah yang sangat luas sehingga
prosesnya lebih lambat dibandingkan dengan proses orogenesis.
Sedangkan gunung api terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang.
Gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua,
terbentuk akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk
akibat penunjaman kerak samudara ke
kerak benua; busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak
samudera; dan busur dasar samudera yang terjadi akibat terobosan
magma basa pada penipisan kerak samudera.
Gunung api ini terjadi karena planet bumi mempunyai banyak cairan dan air
di permukaan. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi
pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunung
api.
Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama
pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan
panas yang timbul dari unsure radioaktif alami. Seperti elemen-elemen
isotop K, U dan Th terhadap waktu.
Bumi pada saat terbentuk lebih panas, tetapi kemudian mendingin secara
berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya. Pendinginan
tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisma di
permukaan.
Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi, di
mana material-material yang terpanaskan pada dasar mantel,
kedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerak menyebar dan
menyempit disekitarnya.

Pada bagian atas mantel, sekitar 7 35 km di bawah muka bumi, materialmaterial tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam
lagi ke dalam aliran konveksi tersebut.
Litosfir termasuk juga kerak umumnya mempunyai ketebalan 70 120 km
dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut lempeng
tektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke
arah konveksi mantel.
Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang
disebut juga astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau
dekat suhu dimana mulai terjadi pelelehan, kosekuensinya beberapa
bagian astenosfir melebur, walaupun sebagian besar masih padat.
Pergerakan antar lempeng menimbulkan empat busur gunung api berbeda.
Yakni pertama, pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling
menjauh sehingga memberikan kesempatan magma bergerak ke
permukaan, kemudian membentuk busur gunungapi tengah samudera.
Kedua, tumbukan antar kerak, di mana kerak samudera menunjam di
bawah kerak benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi
peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak ke permukaan
melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi benua.
Ketiga, kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga
menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut
menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga
membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang
rekahan.
Keempat, penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng
memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera,
terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan
gunung api perisai.

DESKRIPSI

Flores, dari Bahasa Portugis berarti bunga, berada di Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Flores termasuk dalam gugusan Kepulauan
Sunda Kecil bersama dengan Bali dan Nusa Tenggara Barat, dengan luas wilayah sekitar 14,300 km 2. Jumlah penduduk Flores pada
tahun 2007 mencapai 1.6 juta jiwa.
Puncak tertinggi adalah Gunung Ranakah (2,350 m) gunung tertinggi kedua di Nusa Tenggara Timur setelah Gunung Mutis (2,427 m)
yang ada di Timor Barat. Pulau Flores bersama dengan Pulau Timor, Pulau Sumba, dan Kepulauan Alor merupakan 4 pulau besar di
Propinsi Nusa Tenggara Timur (salah satu propinsi kepulauan dengan 566 pulau). Flores dengan luas, jumlah penduduk, dan

sumber daya alam maupun manusia yang dinilai cukup memadai, kini tengah mempersiapkan diri untuk menjadi sebuah propinsi
pemekaran di Nusa Tenggara Timur.
Di ujung barat dan timur Pulau Flores terdapat gugusan pulau-pulau kecil, seperti gugusan Pulau Lembata, Adonara, dan Solor di sebelah
timur serta gugusan Pulau Komodo dan Rinca di sebelah barat. Sebelah barat Flores, setelah gugusan pulau-pulau kecil terdapat
Pulau Sumbawa (Nusa Tenggara Barat) dan sebelah timur Flores, setelah gugusan pulau-pulau kecil terdapat Kepulauan Alor. Di
sebelah tenggara terdapat Pulau Timor. Di sebelah barat daya terdapat Pulau Sumba. Di sebelah selatan terdapat Laut Sawu dan di
sebelah utara di seberang Laut Flores terdapat Pulau Sulawesi.
Suku bangsa Flores merupakan percampuran etnis Melayu, Melanesia, dan Portugis. Oleh karena pernah menjadi koloni Portugis, maka
interaksi dengan kebudayaan Portugis sangat terasa dalam kebudayaan Flores, baik secara genetika, agama, maupun budaya.

SEJARAH
Pedagang Portugis dan misionaris datang ke Flores pada abad ke-16, khususnya Larantuka dan Sikka. Pengaruh mereka masih dapat
dilihat melalui budaya, bahasa, dan agama Sikka.
Ketika Belanda menyerang Fortres of Solor pada tahun 1613, populasi yang dipimpin oleh para Dominika pindah ke Larantuka, di pantai
timur Flores. Populasi ini bercampur antara Portugis, penduduk lokal, dan Larantuqueiros.
Pada tahun 1846, Belanda dan Portugal memulai negosiasi tentang pembatasan wilayah. Kemudian tahun 1854, Portugis menyerahkan
seluruh klaim historisnya di Flores dan Flores menjadi bagian dari wilayah Hindia Belanda Timur.
Selama Perang Dunia II, pasukan invasi Jepang mendarat di Reo pada tanggal 14 Mei 1942 dan menduduki Flores. Setelah perang, Flores
menjadi bagian dari Indonesia merdeka.

id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Flores
en.wikipedia.org/wiki/Flores

DILIAHAT DARI BEBERAPA ASPEK


MORFOLOGI
STRATIGRAFI
STRUKTUR
TEKTONIK
VOLKANO
MANAGEMENT GEOLOGI

KABUPATEN NAGEKEO.

JAO ATA KEO, ANA UDU MBUJU EKO LOMBA, LA ATA BERO. JAO PUNU
TAU MUNDA MUMU.PIDI PATA TA RIA. POTO PATA TA MODO. PATA TA
REE MAE EE, PATA SADA MAE MADA. PORO TODO, WA'U SA'O, MA'E
GHEWO PUU KAMU DONGGO DIRU. TA DATU ENA TE TUNGGA
CATATAN MO'O MAE GHEWO PUU KAMU DONGGO DIRU. MENGA DA'E
NGGADE MEDA. VERBA VOLANT SCRIPTA MANENT. TULI WADO MO'O
MA'E GHEWO.

PT LASINDO TAMBANG BIJI BESI SECARA ILEGAL


1 komentar

BR - PT. Lasindo Santosa dinilai telah melakukan penambangan biji besi


secara ilegal di Desa Nggolonio, Kecamatan Aesesa, Kabupaten
Nagekeo. Pasalnya, selain aktivitasnya tidak diketahui DPRD
Kabupaten Ngada, aksi penambangan itu juga tanpa seijin dan
persetujuan pemilik tanah yang menjadi lahan tambang.
Kami selaku lembaga legislatif tidak pernah mendapat laporan dari Pemda
Ngada bahwa di Desa Nggolonio ada investor yang sedang melakukan
eksploitasi biji besi. Kami justru baru tahu ketika ada surat pengaduan
dari tokoh masyarakat Towak dan Toring yang mengaku melakukan
protes karena tanah mereka telah dijadikan lahan tambang biji besi,
papar Ketua DPRD Ngada, Drs. Thomas Dola Radho.
Dola Radho juga mengaku tak tahu nama perusahaan yang melakukan
penambangan. Saya kurang tahu apa nama perusahaan itu. Tapi waktu
itu saya mendukung sikap warga agar pihak Pemkab dan Investor
hentikan dulu aktivitas penambangan. Bereskan dulu masalah tanah,
ucapnya.
Ketidaktahuan DPRD Ngada juga disampaikan Wakil Ketua DPRD Ngada,
Drs. Yoseph Sola Dopo. Pemerintah belum melaporkan secara resmi
bahwa di Nggolonio ada penambangan biji besi. Seharusnya hasil
penelitian biji besi itu dipresentasikan dulu ke dewan sebelum eksekusi
lapangan. Karena ini menyangkut harakat orang banyak, tegas Sola
Dopo.
Anehnya diam-diam, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten
Ngada, Drs. Ignas Wawo telah menerima uang jaminan kesungguhan
dari PT Lisindo sebesar Rp 500 juta dan mempersilakan PT Lasindo
untuk mulai beroperasi, memporakporandakan isi gunung guna
mencari kandungan biji besi.
Uang itu sudah saya serahkan dan sekarang berada di rekening Bupati
Ngada, ujar Wawo.
Ditanya kenapa keberadaan PT Lasindo tidak dilaporkan ke DPRD Ngada
dan mensosialisasikan rencana penambangan kepada masyarakat
pemilik lahan? Dengan lantang Wawo menjawab,Kita ini baru belajar.
Kita masih baru dengan urusan pertambangan. Jadi, kita jalani saja.
Soal ribut-ribut itu baru kita urus dari belakang.

Alhasil beberapa waktu lalu suku adat Towak dan Toring sebagai pemilik
lahan tambang melakukan protes ke DPRD dan Bupati Ngada. Mereka
mendesak pemerintah dan PT Lisindo untuk segera merealisir
konpensasi kerugian yang diderita oleh pemilik tanah yang lahannya
telah digusur oleh PT Lasindo. Pada kesempatan yang sama, warga
Towak dan Toring juga menyatakan menarik kembali pernyataan
penyerahan tanah kepada PT Lasindo, karena kesepakatan yang
tercantum dalam surat penyerahan tanah tersebut tidak dilaksanakan
sebagamana mestinya oleh PT Lasindo maupun Pemkab Ngada.
Kita tetap akan cari solusi untuk selesaikan masalah ini. Apalagi ada tidak
kandungan biji besi dilokasi itu belum diketahui secara persis,
tandasnya.
Anehnya disaat yang sama, Wawo mengatakan, cadangan biji besi yang
sudah terukur yang terdapat di lokasi seluas 348 ha itu sebanyak 1,7
juta ton.
Soal ganti rugi tanah, PT Lasindo telah menyiapkan dana sebesar Rp 150
juta, yakni Rp 75 juta untuk suku Towak dan Rp 75 juta untuk suku
Toring, ujar Wawo.
Namun saat ditemui terpisah, kepada Mingguan Berita Rakyat, Bupati
Ngada, Drs. Piet Nuwa Wea mengaku ganti rugi lahan yang telah
disediakan PT Lasindo sebesar Rp 850 juta.
Untuk ganti rugi sudah disediakan Rp 850 juta. PT Lisindo ini sudah
memenuhi syarat, makanya kami memberiakan ijin dengan penyerahan
jaminam Rp 500 juta dan itu ada di rekening bupati dan kita tidak
gunakan, termasuk bunganya. Setelah dia (PT Lasindo-Red) selesai
kerja, dia bisa ambil kembali itu uang, papar Pit Nuwa.
Menurut Pit Nuwa, soal ganti rugi, ada masyarakat yang ribut soal itu.
Awalnya pemerinatah hanya tahu bahwa yang punya hak atas tanah itu
adalah masyarakat suku Nggolonio. Tapi belakangan masyarakat adat
suku Towak dan Toring juga mengaku punya hak atas tanah yang sama.

Pertama hanya orang Nggolonio, sekarang ada yang menyebut orang


Towak juga berhak, orang Toring juga berhak. Tanah sudah ada harga,
jadinya begitu. Peonya dimana? Okelah kita akan mediasi , tapi
tambang inikan belum tentu ada barang deo (biji besi-Red) itu di bawah
(tanah) sana. Konpensasi atas tanah sudah disepakati Rp 850 juta. Dan
itu akan dibayar. Sekarang ini mereka (PT Lasindo-Red) masih pakai itu
uang untuk beli alat bor untuk cari tahu kandungan biji besi di lokasi.
Karena ujicoba yang pertama itu, kandungan biji besi hanya ada
dipermukaan. Ini yang mesti dipahami juga. Tambang itu seperti judi.
Makanya saya selalu bilang, investor ini memang setengah gila. Belum
tahu ada atau tidak ada kandungan biji besi, tapi mereka nekad inves
modal secara besar-besaran, tandas Pit Nuwa.
Menanggapi perbedaan keterangan soal ganti rugi yang disampaikan oleh
Pit Nuwa dan Ignas Wawo, Sola Dopo mengaku bingung. Aktivitas
dilapangan saja kami tidak tahu, apalagi soal ganti rugi. Kalau memang
ada, yang pastinya berapa? Biar masyarakat tidak bingung. Rp 75 juta
atau Rp 850 juta, timpal Sola Dopo.
Pantauan dan informasi yang dihimpun Mingguan Berita Rakyat di lokasi
tambang menyebutkan, PT Lasindo telah melakukan penggusuran,
termasuk membuka jalan raya menuju lokasi tambang tanpa
sepengetahuan pemilik tanah. PT Lasindo hanya mendapat izin dari
warga suku Nggolonio yang nota bene bukan pemilik lahan tambang.
Sebab, menurut warga sekitar, lahan tambang tersebut sesungguhnya
milik warga suku Towak dan Toring, bukan milik suku Ngglonio. Konon
suku Nggolonio menghuni di pegunungan Wewomuncuk di sekitar
Mbay dan Riung. Karena ingin berbaur dengan masyarakat dataran
rendah, suku Nggolonio pun memohon kepada suku Towak dan Toring
agar mereka diberi tempat tinggal.
Tanah gheo bo watu kago sao. Tanah yang diberikan kepada orang
Nggolonio itu hanya sekitar kampung, tidak lebih. Jadi, tempat yang
mereka tempati sekarang itu merupakan hak ulayat suku Towak. Mereka
tinggal disitu baru sekitar 30 tahun, papar Yoseph Nusa, Tokoh
Masyarakat Adat Towak.
Sementara itu, Dami Djambo, salah seorang pemilik tanah di lahan tambang
mengatakan, seharusnya sebelum melakukan eksplorasi maupun
eksploitasi biji besi, pemerintah dan investor mencari tahu dahulu
siapa sesungguhnya pemilik lahan tambang itu. Bukannya main
seruduk. Itu adalah tindakan ilegal. Jangan eksploitasi biji besi secara
ilegal seperti itu.

Itu bukan orang Nggolonio punya tanah. Itu tanah milik kami. Lebih baik
kami mati, kalau peninggalan leluhur kami itu tidak dihargai. Lokasi
tambang itu milik suku Toring dan Towak atau yang lebih dikenal orang
sini dengan sebutan Kanak Toring-Kanak Towak, tegasnya.
Pemutarbalikan status kepemilikan tanah di lokasi tambang itu disebutsebut dilakukan oleh Dus Lalo, salah seorang staf Kantor Perwakilan
NTT di Jakarta. Dengan berbagai dalih, Dus Lalo menjelaskan kepada
Pemkab Ngada dan PT Lasindo bahwa lahan tambang itu bukan milik
suku Toring dan Towak.
Dus Lalo itu suku Mbuang. Dulu suku Mbuang itu suku perampok. Dulu,
kalau nelayan sekitar pulang melaut, suku ini yang biasa rampas.
Mereka akan ambil ikan-ikan besar dan tinggalkan ikan-ikan kecil untuk
si pemilik ikan. Oleh karena itu, suatu waktu suku Toring mengusir dan
membakar kampung mereka. Akhirnya mereka lari tunggang langgang
cari selamat sendiri-sendiri, dari mereka ada yang mengungsi ke Mbay,
ada yang mengungsi ke Flores bagian Barat. Sejak saat itu, atas
kesepakatan bersama, hak-hak suku Mbuang dicabut. Bahkan sebelum
Belanda masuk diwilayah ini, suku Toring sudah menguasainya.
Sedangkan orang Nggolonio itu turun ke dataran di tempat tinggal
mereka sekarang itu baru pada tahun 1975. Tanah yang mereka tempati
itu adalah milik orang suku Towak, papar Dami Jambo.
Dami Djambo sangat menyesal kenapa ketika akan melakukan
penambangan biji besi, pemerintah maupun investor tidak langsung
berkomunikasi dengannya sebagai pemilik tanah.
Penyerahan tanah seluas 348 ha pada 2 Desember 2006 itu menurut saya
cacat menurut hukum adat kami. Apalagi hal-hal yang menyangkut
dengan kesepakatan saat penyerahan itu tidak ditindaklanjuti oleh
pemerintah maupun investor, ucapnya.
Padahal Pemkab Ngada mengetahui bahwa pada Senin, 3 Maret 2003 lalu,
fungsionaris adat Towak, Toring, Cila dan Mude Beza telah bersepakat
bahwa batas tanah ulayat suku Towak adalah Utara dengan dataran
Marore, Muuwae (Muara-Red), Pimpeng, Paarowet, Nanga Numba dan
Makisengkok. Barat dengan tanah adat masyarakat Toring (PonggetMekisengkok-watuperak-Tanah Bhete (Mboa Repet)-Bhunga DhadhikNunuklebe) dan tanah masyarakat Adat Cila (Lengkoracok-WaejeraBhubhelek-Mboaras-Waetaal-Okang-Nunuklebe). Selatan dengan tanah
masyarakat adat Munde Beze (Nunukleba-Tanatoro-Hoboboro) dan
tanah masyarakat adat Dhawe (Logojara-Nunutuwa-Reoek). Timur
dengan Wololaba, Kopo dan Waemeze (Kali Aesesa).

Tanah yang diserahkan oleh orang Towak untuk orang Nggolonio itu
hanya untuk tempat tinggal, bukan semua yang menjadi hak suku
Towak, tegas Djambo.
Hal senada juga akui Ketua Fungsionaris Adat Towak, Yonas Goa Dhali.
Pihak investor dan Pemda telah membodohi kami. Memang benar
tanggal 2 Desember 2006 lalu telah diadakan penyerahan tanah untuk
penambangan biji besi. Akan tetapi ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi oleh Pemda dan investor. Persyaratannya antara lain
bahwa pada 15 Desember 2006 akan diadakan sosialisasi antara
Pemda, investor dengan masyarakat fungsionaris adat Towak dan
Toring. Tetapi sampai dengan sekarang sosialisasi itu tidak pernah ada.
Dan, karena kesepakatan belum ada, namun pihak investor sudah mulai
melakukan kegiatan tambang di lokasi, maka kami terpaksa menarik
kembali surat pernyataan penyerahan tanah yang pernah kami sepakati
dengan pemerinatah dan investor, tegasnya.
Wakil Ketua DPD Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) Kabupaten
Nagekeo, Ir. Gabriel Mala mengatakan, jika ekplorasi maupun
eksploitasi tambang biji besi itu menyisahkan masalah sebaiknya
dihentikan saja. Apalagi dana ganti rugi lahan tidak jelas besarannya.
Yang benar yang mana? Rp 75 juta atau Rp 850 juta. Jangan korbankan
rakyat hanya karena kepentingan tambang yang tidak jelas itu,
ujarnya, singkat.
Akibat persoalan kepemilikan tanah tersebut, aktivitas penambangan biji
besi dihentikan sementara. Tampak dilokasi berjejer berbagai peralatan
tambang milik PT Lasindo.
Kita nggak tahu kalau soal kepemilikan tanah. Kami ini hanya teknisi saja.
sekarang ini kita stop, karena lagi nunggu alat bor, ucap Teknisi PT
Lasindo Santosa bernama Tomo.
Sementara itu Ketua DPW PPRN NTT, DR. Thomas Ola Langoday, SE.M.Si
mengatakan, persoalan tambang dimanapun di dunia ini tidak pernah
mensejahtrakan tuan tanahnya sendiri.

Ini yang harus diingat oleh pemerintah dan masyarakat Nagekeo. Bukan
saja di Indonesia, bukan saja di Lembata, di seluruh dunia ini, tambang
tidak pernah mengsejahtrakan tuan tanah. Yang berkuasa adalah
pengusaha sendiri. Dimanakah tuan tanah? Terpingirkan, bahkan ada
yang sampai ditransmigrasikan dan diemigrasikan ke negara lain.
Sayang betul kita ini. Tambang bukan tidak boleh, tapi yang harus jadi
pemilik adalah tuan tanah, dia harus memiliki itu sampai ke anak
cucunya. Karena yang mendiami bumi ini adalah tuan tanah, bukan
investor, ujar Langoday saat melantik pengurus PPRN Kabupaten
Nagekeo di Aula SVD Danga pada Sabtu, (11/08/07) lalu. (chris parera)

Bijih besi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Timbunan butiran bijih besi


Biji atau bijih besi adalah cebakan yang digunakan untuk membuat besi
gubal.

Biji besi terdiri atas oksigen dan atom besi yang berikatan bersama dalam
molekul. Besi sendiri biasanya didapatkan dalam bentuk magnetit
(Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethit, limonit atau siderit. Bijih besi biasanya
kaya akan besi oksida dan beragam dalam hal warna, dari kelabu tua,
kuning muda, ungu tua, hingga merah karat anjing Saat ini, cadangan
biji besi nampak banyak, namun seiring dengan bertambahnya
penggunaan besi secara eksponensial berkelanjutan, cadangan ini
mulai berkurang, karena jumlahnya tetap. Sebagai contoh, Lester
Brown dari Worldwatch Institute telah memperkirakan bahwa bijih besi
bisa habis dalam waktu 64 tahun berdasarkan pada ekstrapolasi
konservatif dari 2% pertumbuhan per tahun.

Artikel bertopik mineral ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat


membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.
Bijih besi batuan dan mineral dari mana logam besi dapat secara ekonomis
diekstrak. Bijih-bijih biasanya kaya oksida besi dan bervariasi dalam
warna dari abu-abu gelap, kuning cerah, ungu dalam, menjadi merah
berkarat. Besi itu sendiri biasanya ditemukan dalam bentuk magnetit
(Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethite (FeO (OH), limonit (FeO (OH) n
(H2O). Atau siderite (FeCO3). Bijih membawa jumlah yang sangat tinggi
dari hematite atau magnetit (lebih besar dari besi ~ 60%) yang dikenal
sebagai "bijih alami" atau "bijih pengiriman langsung", yang berarti
mereka dapat diberi makan langsung ke pembuatan besi blast furnace.
Sebagian besar cadangan bijih tersebut kini telah habis. Bijih besi
adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat pig iron, yang
merupakan salah satu bahan baku utama untuk membuat baja. 98%
dari bijih besi ditambang digunakan untuk membuat baja. [1] Memang,
telah berpendapat bahwa bijih besi "yang lebih integral untuk ekonomi
global daripada komoditas lainnya, kecuali mungkin minyak". [2]
Sumber

Besi metalik hampir tidak dikenal di permukaan Bumi kecuali sebagai besinikel paduan dari meteorit dan bentuk yang sangat jarang xenoliths
mantel yang mendalam. Meskipun zat besi adalah unsur yang paling
berlimpah keempat dalam kerak bumi, yang terdiri dari sekitar 5%,
sebagian besar terikat dalam mineral silikat atau karbonat lebih jarang.
Hambatan termodinamika untuk memisahkan besi murni dari mineralmineral yang tangguh dan energi yang intensif, oleh karena itu semua
sumber besi yang digunakan oleh industri manusia mengeksploitasi
mineral oksida besi relatif jarang, bentuk utama yang digunakan
sedang hematit. Sebelum revolusi industri, besi sebagian besar
diperoleh dari goethite banyak tersedia atau bijih rawa, misalnya
selama Revolusi Amerika dan perang-perang Napoleon. Masyarakat
prasejarah digunakan laterit sebagai sumber bijih besi. Secara historis,
banyak bijih besi dimanfaatkan oleh masyarakat industri telah
ditambang dari deposit didominasi hematit dengan nilai lebih dari 60%
Fe. Deposit ini biasanya disebut sebagai "bijih pengiriman langsung"
atau "bijih alami". Peningkatan permintaan bijih besi, ditambah dengan
menipisnya bermutu tinggi bijih hematit di Amerika Serikat, setelah
Perang Dunia II menyebabkan perkembangan tingkat rendah sumber
bijih besi, terutama pemanfaatan taconite di Amerika Utara. Tingkat
rendah sumber bijih besi umumnya memerlukan benefisiasi. Magnetit
sering dimanfaatkan karena magnet, dan karenanya mudah dipisahkan
dari mineral gangue dan mampu menghasilkan konsentrat bermutu
tinggi dengan tingkat yang sangat rendah dari kotoran. Karena
kepadatan yang tinggi relatif terhadap gangue hematit silikat terkait,
benefisiasi hematit biasanya melibatkan kombinasi dari
menghancurkan, gravitasi penggilingan, atau berat pemisahan media,
dan flotasi buih silika. Salah satu metode bergantung pada melewati
bijih ditumbuk halus di atas penangas larutan yang mengandung
bentonit atau agen lainnya yang meningkatkan densitas dari solusi.
Saat densitas larutan benar dikalibrasi, hematit akan tenggelam dan
fragmen mineral silikat akan mengapung dan dapat dihapus. Metode
penambangan bijih besi berbeda-beda menurut jenis bijih yang
ditambang. Ada empat jenis utama dari deposito bijih besi bekerja saat
ini, tergantung pada mineralogi dan geologi dari deposito bijih. Ini
adalah magnetit, titanomagnetite, hematit besar dan deposito ironstone
pisolitic.

Banded besi formasi Pelet taconite olahan seperti yang digunakan dalam
industri pembuatan baja, dengan Triwulan US ditampilkan untuk skala.
Banded formasi besi (BIF) yang bermetamorfosis batuan sedimen
terdiri dari mineral terutama zat besi dan silika tidur tipis (seperti
kuarsa). Sekarang mineral besi mungkin siderit karbonat, tetapi mereka
digunakan sebagai bijih besi mengandung oksida atau magnetit
hematit [3]. Banded Besi formasi dikenal sebagai taconite di Amerika
Utara.Pertambangan BIF melibatkan menghancurkan formasi kasar dan
penyaringan, diikuti oleh kasar menghancurkan dan fine grinding untuk
menumbuk bijih ke titik di mana magnetit mengkristal dan kuarsa
cukup baik bahwa kuarsa yang tertinggal ketika bubuk yang dihasilkan
lewat di bawah pemisah magnetik. Pertambangan melibatkan
pergerakan jumlah besar bijih dan limbah. Sampah datang dalam dua
bentuk, batuan di tambang (sampah) yang tidak bijih, dan mineral yang
tidak diinginkan yang merupakan bagian intrinsik dari batuan bijih
sendiri (gangue).Para sampah ditambang dan ditumpuk di tempat
pembuangan sampah, dan gangue dipisahkan selama proses
benefisiasi dan dibuang sebagai tailing. Tailing taconite sebagian besar
kuarsa mineral, yang secara kimia inert. Bahan ini disimpan dalam
jumlah besar, kolam menetap air diatur. Parameter ekonomi kunci untuk
bijih magnetit menjadi ekonomi adalah kristalinitas dari magnetit, kelas
besi dalam batuan induk BIF, dan unsur-unsur kontaminan yang ada
dalam magnetit konsentrat. Rasio ukuran dan strip dari sumber daya
magnetit yang paling tidak relevan karena BIF formasi dapat ratusan
meter tebal, dengan ratusan kilometer mogok, dan dapat dengan
mudah datang ke lebih dari 3.000 juta atau lebih, ton bijih yang
terkandung. Nilai khas dari besi di mana pembentukan besi magnetitbanded menjadi bantalan ekonomi kira-kira 25% Fe, yang umumnya
dapat menghasilkan pemulihan 33% sampai 40% dari magnetit berat,
untuk menghasilkan lebih berkonsentrasi grading Fe 64% oleh berat
badan. Besi magnetit berkonsentrasi bijih khas memiliki kurang dari
0,1% fosfor, silika 3-7% dan kurang dari 3% aluminium.
Ukuran butir dari magnetit dan derajat Percampuran dengan groundmass
silika menentukan ukuran menggiling batu yang harus comminuted
untuk memungkinkan pemisahan magnetik efisien untuk memberikan
konsentrat magnetit yang tinggi kemurnian. Ini menentukan input
energi yang dibutuhkan untuk menjalankan operasi penggilingan.
Deposito magnetit umumnya paling BIF harus tanah untuk antara 32
dan 45 mikrometer untuk menghasilkan konsentrat magnetit silika
rendah. Magnetit umumnya berkonsentrasi nilai lebih dari Fe 63% berat
dan fosfor biasanya rendah, aluminium rendah, titanium rendah dan
silika yang rendah dan permintaan harga premium. Saat ini bijih besi
magnetit (taconite) ditambang di Minnesota dan Michigan di Amerika
Serikat, dan Kanada Timur. BIF bantalan magnetit saat ini ditambang
secara luas di Brasil, yang mengekspor jumlah yang signifikan ke Asia,
dan ada besi magnetit industri bijih baru lahir dan besar di Australia.

Pengiriman langsung (hematit) bijih Langsung pengiriman bijih besi (DSO)


deposito (biasanya terdiri dari hematit) saat ini dieksploitasi di semua
benua kecuali Antartika, dengan intensitas terbesar di Amerika Selatan,
Australia dan Asia. Deposito besi bijih hematit paling besar bersumber
dari besi formasi diubah terbalut dan akumulasi jarang beku. Deposito
DSO biasanya jarang daripada BIF magnetit-bantalan atau batuan
lainnya yang membentuk sumber utama atau rock protolith, tetapi jauh
lebih murah untuk tambang dan proses karena mereka memerlukan
benefisiasi kurang karena kandungan zat besi yang lebih tinggi.
Namun, bijih DSO dapat mengandung konsentrasi signifikan lebih
tinggi dari elemen penalti, biasanya yang lebih tinggi fosfor, kadar air
(akumulasi sedimen terutama pisolite) dan aluminium (tanah liat dalam
pisolites). Ekspor bijih kelas DSO umumnya dalam kisaran 62-64% Fe
[kutipan diperlukan].
[Sunting]
Deposit bijih magnetit Magmatik Kadang-kadang granit dan batuan beku
ultrapotassic memisahkan kristal magnetit dan massa bentuk magnetit
cocok untuk konsentrasi ekonomi. Sebuah deposit bijih besi Beberapa,
terutama di Chili, yang terbentuk dari arus vulkanik yang mengandung
akumulasi yang signifikan dari fenokris magnetit.Chili magnetit deposit
bijih besi di Gurun Atacama juga telah membentuk akumulasi aluvial
magnetit di sungai terkemuka dari formasi tersebut vulkanik. Beberapa
forsiterite magnetit dan deposito hidrotermal telah bekerja di masa lalu
sebagai bermutu tinggi memerlukan deposit bijih besi benefisiasi kecil.
Ada beberapa granit terkait deposito alam ini di Malaysia dan
Indonesia. Sumber-sumber lain bijih besi magnetit termasuk akumulasi
bijih magnetit metamorf masif seperti di River Savage, Tasmania,
dibentuk oleh geser ultramafics ofiolit. Lain, kecil, sumber bijih besi
akumulasi intrusi magmatik di berlapis yang mengandung titanium
biasanya bantalan magnetit sering dengan vanadium. Bijih ini
membentuk ceruk pasar, dengan spesialisasi smelter digunakan untuk
memulihkan besi, titanium dan vanadium. Ini bijih yang beneficiated
dasarnya mirip dengan banded pembentukan bijih besi, tetapi biasanya
lebih mudah ditingkatkan melalui penghancuran dan
penyaringan.Tingkatan titanomagnetite khas berkonsentrasi 57% Fe, Ti
12% dan 0,5% V2O5 [kutipan diperlukan].

Besi adalah logam dunia yang paling umum digunakan - baja, dimana bijih
besi adalah bahan utama, yang mewakili hampir 95% dari logam semua
digunakan per tahun [2] Hal ini digunakan terutama dalam aplikasi
teknik struktural dan dalam tujuan maritim, mobil, dan. umum aplikasi
industri (mesin). Kaya zat besi batuan di seluruh dunia umum, tetapi
bijih kelas operasi penambangan komersial didominasi oleh negaranegara yang tercantum dalam tabel samping. Hambatan utama untuk
ekonomi untuk deposit bijih besi belum tentu kelas atau ukuran dari
deposito, karena tidak terlalu sulit untuk membuktikan secara geologis
cukup tonase batu ada. Kendala utama adalah posisi dari bijih besi
relatif terhadap pasar, biaya infrastruktur rel untuk mendapatkannya
untuk pasar dan biaya energi yang dibutuhkan untuk melakukannya.
Pertambangan bijih besi adalah volume bisnis margin tinggi rendah,
sebagai nilai besi secara signifikan lebih rendah dari logam dasar. [5]
Hal ini sangat padat modal, dan memerlukan investasi yang signifikan
dalam infrastruktur seperti rel untuk transportasi bijih dari tambang ke
sebuah kapal barang [5]. Untuk alasan ini, produksi bijih besi
terkonsentrasi di tangan beberapa pemain utama.
Dunia produksi rata-rata dua miliar ton metrik bijih mentah per tahun.
Produsen terbesar di dunia bijih besi adalah penambangan perusahaan
Vale Brasil, diikuti oleh Anglo-Australia BHP Billiton dan perusahaan
Rio Tinto Group. Sebuah pemasok Australia lebih lanjut, Fortescue
Metals Group Ltd telah membantu membawa produksi Australia untuk
kedua di dunia. Perdagangan yg berlayar di laut dalam bijih besi, yaitu,
bijih besi untuk dikirim ke negara-negara lain, 849m ton pada tahun
2004 [5]. Australia dan Brasil mendominasi perdagangan yg berlayar di
laut, dengan 72% dari pasar. [5] BHP, Rio dan Vale kontrol 66% dari
pasar ini di antara mereka [5].

Di Australia besi bijih menang dari tiga sumber utama: pisolite "saluran
besi deposito" bijih diturunkan oleh erosi mekanis besi primer banded
formasi dan akumulasi di saluran aluvial seperti di Pannawonica,
Australia Barat; dan pembentukan metasomatically-diubah besi
dominan banded terkait bijih seperti di Newman, Range Chichester,
Range Hamersley dan Koolyanobbing, Australia Barat. Jenis lain dari
bijih yang datang ke permukaan baru-baru ini, seperti hardcaps
mengandung besi teroksidasi, misalnya deposito bijih besi laterit di
dekat Danau Argyle di Australia Barat. Cadangan dipulihkan total bijih
besi di India sekitar 9.602 juta ton hematit dan 3.408 juta ton magnetit
[kutipan diperlukan]. Madhya Pradesh, Karnataka, Jharkhand, Orissa,
Goa, Maharashtra, Andhra Pradesh, Kerala, Rajasthan dan Tamil Nadu
India adalah produsen utama bijih besi. Dunia konsumsi bijih besi
tumbuh 10% per tahun [kutipan diperlukan] rata-rata dengan konsumen
utama sedang Cina, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Cina saat ini konsumen terbesar bijih besi, yang diterjemahkan menjadi
produsen baja terbesar di dunia negara produsen. Itu juga merupakan
importir terbesar, membeli 52% dari perdagangan yg berlayar di laut
dalam bijih besi pada tahun 2004 [5]. Cina diikuti oleh Jepang dan
Korea, yang mengkonsumsi sejumlah besar bijih besi mentah dan batu
bara metalurgi. Pada tahun 2006, China memproduksi 588 juta ton bijih
besi, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 38%.

Pasar bijih besi Selama 40 tahun terakhir, harga bijih besi telah diputuskan
dalam negosiasi tertutup antara segelintir kecil dari penambang dan
pembuat baja yang mendominasi baik spot dan pasar kontrak. Secara
tradisional, kesepakatan pertama mencapai antara dua kelompok
menetapkan patokan yang harus diikuti oleh seluruh industri. [2]
Sistem patokan telah Namun dalam beberapa tahun terakhir mulai
memecah, dengan peserta sepanjang kedua permintaan dan rantai
pasokan menyerukan pergeseran ke harga jangka pendek. Mengingat
bahwa sebagian besar komoditas lain yang sudah memiliki sistem
berbasis pasar harga dewasa, adalah wajar untuk bijih besi untuk
mengikutinya. Meskipun pertukaran dibersihkan kontrak bijih besi
swap yang telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir, ketanggal pertukaran tidak ada membangun pasar berjangka yang tepat
untuk $ 88000000000 sebagian besar berlayar di laut perdagangan besi
tahun bijih. [6] Untuk menjawab tuntutan pasar yang semakin
meningkat untuk lebih transparan harga, sejumlah bursa keuangan dan
/ atau rumah kliring di seluruh dunia telah menawarkan swap bijih besi
kliring. CME kelompok, SGX (Singapore Exchange), London Clearing
House (LCH.Clearnet), NOS Group dan ICEX (India Komoditas
Exchange) menawarkan semua dibersihkan swap didasarkan pada (TSI)
Indeks Steel Data transaksi bijih besi.CME juga menawarkan swap
berbasis Platts, di samping kliring menukar mereka TSI. ICE
(Intercontinental Exchange) menawarkan pertukaran layanan berbasis
Platts kliring juga.Pasar swap telah tumbuh cepat, dengan clustering
likuiditas sekitar harga TSI itu. [7] Pada April 2011, lebih dari USD $ 5,5
miliar dolar senilai bijih besi swap telah dibersihkan harga dasar TSI.
Singapore Mercantile Exchange (SMX) telah meluncurkan besi dunia
bijih kontrak global pertama berjangka, berdasarkan Bulletin Logam
Indeks Bijih Besi (MBIOI) yang memanfaatkan data harga setiap hari
dari spektrum yang luas dari peserta industri dan independen
konsultasi baja China dan data penyedia Shanghai Steelhome yang
kontak luas dasar produsen baja dan pedagang bijih besi di seluruh
China [8]. Langkah ini mengikuti beralih ke berbasis indeks harga
secara triwulanan oleh dunia tiga penambang bijih besi terbesar - Vale,
Rio Tinto dan BHP Billiton -. Pada awal 2010, melanggar tradisi tahun
40-tahunan harga patokan [9] [Sunting]
Deplesi
Cadangan bijih besi saat ini tampaknya cukup luas, namun ada juga yang
mulai menunjukkan bahwa peningkatan eksponensial matematika terus
menerus dalam konsumsi bahkan dapat membuat sumber daya ini
tampak cukup terbatas. Bijih besi Misalnya, Lester Brown dari
Worldwatch Institute telah menyarankan bisa habis dalam 64 tahun
berdasarkan pada ekstrapolasi sangat konservatif pertumbuhan 2% per
tahun [10]. [Sunting]

Pilbara deplesi Geoscience Australia menghitung bahwa negara itu


"sumber daya ekonomi menunjukkan" besi saat ini berjumlah sampai
24 gigaton, atau 24 miliar ton. Hal ini sedang digunakan sampai pada
tingkat saat ini dari 324 juta ton per tahun. Pada tahun 1960 itu
dilaporkan disebut "salah satu badan bijih yang paling besar di dunia"
oleh Thomas Harga, kemudian wakil presiden AS yang berbasis
perusahaan baja Kaiser Steel. Menurut Biro Australia Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya, bahwa sumber daya sedang digunakan
sampai pada tingkat dari 324 juta ton per tahun, dengan harga
diperkirakan akan meningkat selama tahun-tahun mendatang. Para ahli
Dr Gavin Mudd (Monash University) dan Jonathon Hukum (CSIRO)
berharap untuk dapat pergi dalam waktu 30 sampai 50 tahun (Mudd)
dan 56 tahun (UU) [11]. Pada akhir 2010, penambang bijih besi
terkemuka di kompleks Pilbara - Rio Tinto, BHP dan Fortescue Metals
semua Grup mengumumkan investasi modal yang signifikan dalam
pengembangan tambang yang ada dan infrastruktur terkait (rel,
pelabuhan, pengiriman). Kolektif industri telah menyatakan tujuan
untuk meningkatkan produksi sampai 1 Milyar ton per tahun pada
tahun 2020. [Sunting]
Smelting Artikel utama: ledakan tungku dan bloomery Bijih besi terdiri dari
atom oksigen dan besi terikat bersama menjadi molekul. Untuk
mengubahnya menjadi besi metalik itu harus dilebur atau dikirim
melalui proses reduksi langsung untuk menghilangkan oksigen.
Oksigen-besi ikatan yang kuat, dan untuk menghilangkan besi dari
oksigen, ikatan unsur kuat harus disajikan untuk melampirkan oksigen.
Karbon digunakan karena kekuatan ikatan karbon-oksigen lebih besar
daripada ikatan besi-oksigen, pada suhu tinggi. Dengan demikian, bijih
besi harus bubuk dan dicampur dengan kokas, harus dibakar dalam
proses peleburan. Namun, tidak sepenuhnya sesederhana itu, karbon
monoksida merupakan bahan utama dari oksigen kimia pengupasan
dari besi. Dengan demikian, peleburan besi dan karbon harus disimpan
di sebuah negara oksigen (mengurangi) kekurangan untuk
mempromosikan pembakaran karbon untuk menghasilkan CO tidak
CO2. Ledakan udara dan arang (coke): 2 C + O2 2 CO
Karbon monoksida (CO) adalah agen reduksi utama. Tahap Satu: 3 Fe2O3 +
CO 2 Fe3O4 + CO2 Tahap Dua: Fe3O4 + CO FeO + CO2 3 Tahap
Tiga: FeO + CO Fe + CO2 Kalsinasi kapur: CaCO3 CaO + CO2 Lime
bertindak sebagai fluks: CaO + SiO2 CaSiO3
Unsur jejak

Dimasukkannya bahkan sejumlah kecil dari beberapa elemen dapat


memiliki efek mendalam pada karakteristik perilaku batch dari besi atau
operasi peleburan. Efek ini dapat menjadi keduanya baik dan buruk,
beberapa serempak buruk. Beberapa bahan kimia yang sengaja
ditambahkan seperti fluks yang membuat tanur yang lebih efisien. Yang
lain akan ditambahkan karena mereka membuat besi lebih cair, lebih
keras, atau memberikan beberapa kualitas yang diinginkan lainnya.
Pilihan bijih, bahan bakar, dan fluks menentukan bagaimana
berperilaku dan terak karakteristik operasional dari besi yang
dihasilkan.Bijih besi Idealnya hanya berisi besi dan oksigen. Pada
kenyataannya hal ini jarang terjadi. Biasanya, bijih besi mengandung
sejumlah unsur yang sering tidak diinginkan dalam baja modern.
[Sunting]
Silikon Silika (SiO2) hampir selalu hadir dalam bijih besi. Sebagian besar
adalah slagged off selama proses peleburan. Pada suhu di atas 1300
C beberapa akan berkurang dan membentuk paduan dengan besi. Para
panas tungku, silikon lebih akan hadir dalam besi. Hal ini tidak jarang
untuk menemukan sampai dengan 1,5% Si pada besi cor Eropa dari 16
ke abad 18. Efek utama dari silikon adalah untuk mempromosikan
pembentukan besi abu-abu. Gray besi kurang rapuh dan lebih mudah
untuk menyelesaikan dari besi putih. Hal ini lebih disukai untuk casting
tujuan untuk alasan ini. Turner (1900, hlm 192-197) melaporkan bahwa
silikon juga mengurangi penyusutan dan pembentukan lubang sembur,
menurunkan jumlah coran yang buruk. [Sunting]

Fosfor Fosfor (P) memiliki empat efek besar pada besi: peningkatan
kekerasan dan kekuatan, temperatur solidus rendah, fluiditas
meningkat, dan sesak dingin. Tergantung pada tujuan penggunaan
untuk besi, efek ini baik atau buruk. Bijih rawa sering memiliki
kandungan Fosfor tinggi (Gordon 1996, hal 57). Kekuatan dan
kekerasan dari besi meningkat dengan konsentrasi fosfor. 0,05% fosfor
dalam besi tempa membuat sekeras baja karbon menengah. Besi fosfor
yang tinggi juga dapat dikeraskan dengan memalu dingin. Efek
pengerasan adalah benar untuk setiap konsentrasi fosfor. Fosfor lebih,
semakin sulit menjadi besi dan lebih dapat mengeras dengan memalu.
Pembuat baja modern dapat meningkatkan kekerasan sebanyak 30%,
tanpa mengorbankan perlawanan shock dengan mempertahankan
kadar fosfor antara 0,07 dan 0,12%. Hal ini juga meningkatkan
kedalaman pengerasan akibat pendinginan, tetapi pada saat yang sama
juga menurunkan kelarutan karbon dalam besi pada suhu tinggi. Hal ini
akan menurun kegunaannya dalam pembuatan baja blister (sementasi),
dimana kecepatan dan jumlah penyerapan karbon adalah pertimbangan
utama. Penambahan fosfor memiliki sisi bawah. Pada konsentrasi yang
lebih tinggi dari besi 0,2% menjadi semakin dingin pendek, atau rapuh
pada suhu rendah. Dingin singkat ini terutama penting untuk besi bar.
Meskipun, bar besi biasanya bekerja panas, penggunaannya sering
membutuhkan itu untuk menjadi tangguh, ditekuk, dan tahan terhadap
kejutan pada suhu kamar. Sebuah kuku yang hancur ketika dipukul
dengan palu atau roda kereta yang pecah ketika menabrak batu tidak
akan menjual dengan baik. Konsentrasi yang cukup tinggi membuat
setiap fosfor zat besi tidak dapat digunakan (Rostoker & Bronson 1990,
hal 22).Efek dari sesak dingin diperbesar oleh suhu. Jadi, sepotong
besi yang benar-benar berguna di musim panas, mungkin menjadi
sangat rapuh di musim dingin. Ada beberapa bukti bahwa selama Abad
Pertengahan yang sangat kaya mungkin memiliki pedang fosfor tinggi
untuk musim panas dan pedang fosfor rendah untuk musim dingin
(Rostoker & Bronson 1990, hal 22). Hati-hati kontrol fosfor dapat sangat
bermanfaat dalam casting operasi. Fosfor menekan temperatur
likuidus, memungkinkan besi untuk tetap cair lebih lama dan
meningkatkan fluiditas.Penambahan 1% dapat melipatgandakan jarak
besi cair akan mengalir (Rostoker & Bronson 1990, hal 22). Efek
maksimum, sekitar 500 C, dicapai pada konsentrasi 10,2% (Rostocker
& Bronson 1990, hal 194). Untuk pekerjaan pengecoran Turner merasa
besi yang ideal telah fosfor 0,2-0,55%. Besi yang dihasilkan cetakan
diisi dengan void yang lebih sedikit dan juga menyusut kurang. Pada
abad ke-19 beberapa produsen besi cor besi dekoratif digunakan
dengan fosfor hingga 5%. Fluiditas yang ekstrim memungkinkan
mereka untuk membuat coran yang sangat kompleks dan halus. Tapi,
mereka tidak bisa bantalan berat, karena mereka tidak memiliki
kekuatan (Turner 1900, hlm 202-204). Ada dua solusi untuk besi fosfor
tinggi. Yang tertua, dan termudah, adalah menghindari. Jika Anda bijih

besi yang dihasilkan dingin pendek, orang akan mencari sumber baru
bijih besi. Metode kedua melibatkan oksidasi fosfor selama proses
denda dengan menambahkan oksida besi. Teknik ini biasanya
berhubungan dengan puddling di abad ke-19, dan tidak mungkin telah
dipahami sebelumnya. Misalnya Ishak Zane, pemilik Pekerjaan Besi
Marlboro tampaknya tidak tahu tentang hal itu pada tahun 1772.
Mengingat reputasi untuk menjaga Zane mengikuti perkembangan
terbaru, teknik ini mungkin tidak diketahui oleh ironmasters Virginia
dan Pennsylvania. Fosfor adalah kontaminan merugikan karena
membuat baja rapuh, bahkan pada konsentrasi sesedikit 0,6%. Fosfor
tidak dapat dengan mudah dihapus oleh fluks atau peleburan, dan bijih
besi sehingga umumnya harus rendah fosfor untuk mulai dengan.Pilar
besi dari India yang tidak berkarat dilindungi oleh komposisi fosfat.
Asam fosfat digunakan sebagai konverter karat karena zat besi fosfat
kurang rentan terhadap oksidasi. [Sunting]
Aluminium Sejumlah kecil aluminium (Al) yang hadir dalam bijih banyak
(sering sebagai tanah liat) dan batu gamping beberapa. Yang pertama
dapat dihapus dengan mencuci bijih sebelum peleburan. Sampai
pengenalan tungku batu bata berbaris, jumlah kontaminasi aluminium
cukup kecil sehingga tidak memiliki efek pada baik besi atau bijih.
Namun, ketika batu bata mulai digunakan untuk tungku dan bagian
dalam blast furnace, jumlah kontaminasi aluminium meningkat secara
dramatis. Hal ini disebabkan erosi lapisan tungku oleh cairan slag.
Aluminium sangat sulit untuk mengurangi. Sebagai akibat kontaminasi
aluminium besi tidak menjadi masalah. Namun, hal ini meningkatkan
viskositas terak (Kato & Minowa 1969, hlm 37 dan Rosenqvist 1983, hal
311). Hal ini akan memiliki sejumlah efek buruk pada operasi tungku.
Terak tebal akan memperlambat turunnya biaya, memperpanjang
proses.Aluminium tinggi juga akan membuat lebih sulit untuk
menyadap dari terak cair. Pada ekstrim ini dapat menyebabkan tungku
beku. Ada sejumlah solusi untuk slag aluminium tinggi. Yang pertama
adalah menghindari, jangan menggunakan bijih atau sumber kapur
dengan kandungan aluminium tinggi. Meningkatkan rasio fluks kapur
akan menurunkan viskositas (Rosenqvist 1983, hal 311).

Belerang Sulfur (S) adalah kontaminan yang sering dalam batubara. Hal ini
juga hadir dalam jumlah kecil dalam bijih banyak, tetapi dapat
dihilangkan dengan kalsinasi. Belerang larut mudah dalam besi baik
cair dan padat pada suhu peleburan besi hadir dalam. Efek bahkan
sejumlah kecil sulfur yang segera dan serius. Mereka salah satu yang
pertama dikerjakan oleh pembuat besi. Sulfur menyebabkan besi
menjadi merah atau panas pendek (Gordon 1996, hal 7). Besi pendek
panas rapuh ketika panas. Ini adalah masalah serius seperti besi paling
sering digunakan selama abad 17 dan 18 adalah bar atau besi tempa.
Besi tempa dibentuk oleh pukulan berulang-ulang dengan palu selagi
panas. Sepotong besi pendek panas akan pecah jika bekerja dengan
palu. Ketika sepotong besi panas atau baja retak permukaan terbuka
segera mengoksidasi. Lapisan oksida mencegah memperbaiki retak
dengan pengelasan. Retak besar menyebabkan besi atau baja putus.
Retak kecil dapat menyebabkan objek gagal selama penggunaan.
Derajat sesak panas dalam proporsi langsung dengan jumlah yang
hadir belerang. Hari besi dengan lebih dari 0,03% sulfur dihindari. Besi
pendek panas dapat bekerja, tetapi harus bekerja pada suhu rendah.
Bekerja pada suhu yang lebih rendah membutuhkan lebih banyak
usaha fisik dari smith atau forgeman. Logam harus dipukul lebih sering
dan lebih sulit untuk mencapai hasil yang sama. Sebuah bar sedikit
terkontaminasi belerang dapat bekerja, tetapi membutuhkan waktu
lebih banyak dan usaha. Dalam belerang besi cor mempromosikan
pembentukan besi putih. Sesedikit 0,5% dapat menangkal efek dari
pendinginan lambat dan kandungan silikon tinggi (Rostoker & Bronson
1990, hal 21). Besi cor putih lebih rapuh, tetapi juga lebih keras. Hal ini
umumnya dihindari, karena sulit untuk bekerja, kecuali di Cina di mana
belerang besi cor tinggi, beberapa sebagai tinggi sebagai 0,57%, dibuat
dengan batubara dan kokas, digunakan untuk membuat lonceng dan
lonceng (Rostoker, Bronson & Dvorak 1984, p 760).. Menurut Turner
(1900, hlm 200), baik pengecoran besi harus kurang dari 0,15%
belerang. Di seluruh dunia besi cor belerang yang tinggi dapat
digunakan untuk membuat coran, tapi akan membuat besi tempa
miskin. Ada sejumlah obat untuk kontaminasi belerang. Yang pertama,
dan yang paling banyak digunakan dalam operasi sejarah dan
prasejarah, adalah menghindari. Batubara tidak digunakan di Eropa
(seperti Cina) sebagai bahan bakar untuk peleburan karena
mengandung belerang dan karenanya menyebabkan besi pendek
panas. Jika bijih logam singkat menghasilkan panas, ironmasters
mencari bijih lain. Ketika mineral batubara pertama kali digunakan di
tanur tiup Eropa di 1709 (atau mungkin sebelumnya), itu coked. Hanya
dengan pengenalan ledakan panas dari 1829 adalah batubara mentah
yang digunakan. Sulfur dapat dihilangkan dari bijih dengan
memanggang dan mencuci. Roasting mengoksidasi sulfur untuk
membentuk sulfur dioksida yang baik lolos ke atmosfer atau dapat
dicuci. Dalam iklim hangat adalah mungkin untuk meninggalkan bijih

piritik dalam hujan. Tindakan gabungan dari hujan, bakteri, dan panas
mengoksidasi sulfida untuk sulfat, yang larut dalam air (Turner 1900,
hlm 77). Namun, secara historis (setidaknya), besi sulfida (pirit besi
FeS2), meskipun mineral besi umum, belum digunakan sebagai bijih
untuk produksi logam besi. Alami pelapukan juga digunakan di Swedia.
Proses yang sama, pada kecepatan geologi, hasil dalam bijih limonit
gossan. Pentingnya melekat pada besi sulfur rendah ditunjukkan oleh
harga secara konsisten lebih tinggi dibayar untuk besi Swedia, Rusia,
dan Spanyol dari abad 16 hingga 18. Belerang saat ini tidak lagi
masalah. Obat modern adalah penambahan mangan.Tapi, operator
harus tahu berapa banyak sulfur dalam besi karena setidaknya lima kali
lebih mangan harus ditambahkan untuk menetralkan itu. Beberapa besi
bersejarah menampilkan tingkat mangan, tetapi kebanyakan jauh di
bawah tingkat yang diperlukan untuk menetralisir belerang (Rostoker &
Bronson 1990, hal 21).
PROSES PEMBENTUKAN TEKTONIK NUSA TENGGARA TIMUR
Proses pembentukan Nusa Tenggara Timur tidak terlepas dari proses
pembentukan tektonik indonesia secara keseluruhan. Pada 40
juta tahun yang lalu, Sulawesi, Halmahera, dan pulau pulau
lainya di indonesia bagian timur belum terlihat bentuknya, juga
bagian utara dari Kalimantan belum muncul.
Pada 30 juta tahun yang lalu, lengan utara sulawesi ulai terbentuk
bersamaan dengan jalur oviolit jamboles. Sedangkan jalur ofiolit
sulawesi timur masih berada dibelahan bumi selatan.
Pada 20 juta tahun yang lalu kontinen-kontien mikro bertumbukan
dengan jalur ofiolit sulawesi timur, dan laut maluku membentuk
sebagai bagian dari laut filipina. Laut cina selatan mulai
membuka dan jalur tunjaman di utara serawak-sabah mulai aktif.
Selnjutnya Australia dan papua bergerak mendorong ke arah
utara sehingga kalimantan dan pulau-pulau di indonesia timur
berotasi berlawanan arah dengan gerak jarum jam.
Pada 10 juta tahun yang lalu, benua mikro ukang besi Buton
bertumbukan dengan jalur ofiolit sulawesi tenggara, tunjaman
ganda terjadi dikawasan laut maluku, dan laut serawak
terbentuk di utara kalimantan. Sulawesi terbentuk yang
merupakan gabungan dari setidaknya tiga unsur dari lokasi
berbeda. Kemudian di ikuti dengan terbentuknya pulau-pulau di
daerah laut banda dan halmahera. Kalimantan menjadi utuh
dengan menyatunya bagian utara yang berasal dari unsur di
utaranya. Demikian juga papua posisinya sudah lebih dekat ke
indonesia.

Pada 5 juta tahun yang lalu, benua mikro banggai-sula bertumbukan


dengan jaalur ofiolit sulawesi timur, dan mulai aktif tunjangan
miring di antara papua nugini. Sulawesi yang merupakan pulau
besar termuda di indonesia, ternentuk menjadi sempurna seperti
sekarang sejak lima juta tahun yang lalu.
Kepulauan Nusatenggara terletak pada dua jalur geantiklin yang
merupakan sambungan dari bagian barat Busur Sunda-Banda.
Busur terdiridari pulau-pulau : Romang, Wetar, Kambing, Alor,
Pantar, Lomblen, Solor,Adonara, Flores, Rinca, Komodo,
Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan Busur geantiklin dimulai
dari timur ke barat sebelah selatan terdiri dari :Timor, Semau
Roti, Sawu, Raijua dan Dana.Pematang Geantiklin tersebut
bercabang dua di daerah Sawu, satu cabang masuk kearah barat
menyeberangi P.Raijua dan P. Dana terus ke Pematang submarin
pada palung Jawa Selatan, cabang lainnya bersambung dengan
busur Sunda-Banda melalui P. Sumba. Pada umumnya struktur
didaerah penyelidikan sesar mendatar yang berarahbarattimur,
meskipun ada yang berarah timurlaut-baratdaya.
Proses geodinamika global (More et al, 1980), selanjutnya berperan
dalam membentuk tatanan tepian pulau-pulau Nusantara tipe
konvergen aktif (Indonesia maritime continental active margin),
di mana bagian luar Nusantara merupakan perwujudan dari zona
penunjaman (subduksi) dan atau tumbukan (kolisi) terhadap
bagian dalam Nusantara, yang akhirnya membentuk fisiografi
perairan Indonesia.
PATAHAN DAN SESAR NUSA TENGGARA TIMUR
Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara timur dan sekitarnya merupakan
bagian dari kerangka sistem tektonik Indonesia. Daerah ini
termasuk dalam jalur pegunungan Mediteranian dan berada pada
zona pertemuan lempeng. Pertemuan kedua lempeng ini bersifat
konvergen, di mana keduanya bertumbukan dan salah satunya,
yaitu lempeng Indo-Australia, menyusup ke bawah lempeng
Eurasia. Batas pertemuan lempeng ini ditandai dengan adanya
palung lautan (oceanic trough), terbukti dengan ditemukannya
palung di sebelah selatan Pulau Timor yang dikenal sebagai
Timor through.
Pergerakan lempeng Indo- Australia terhadap lempeng Eurasia
mengakibatkan daerah Kepulauan Alor sebagai salah satu daerah
yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia
berkaitan dengan aktivitas benturan lempeng (plate collision).
Pergerakan lempeng ini menimbulkan struktur-struktur tektonik
yang merupakan ciri-ciri sistem subduksi, yaitu Benioff Zone,
palung laut, punggung busur luar (outer arc ridge), cekungan
busur luar (outer arc basin), dan busur pegunungan (volcanic
arc).

Selain kerawanan seismik akibat aktivitas benturan lempeng,


kawasan Alor juga sangat rawan karena adanya sebuah struktur
tektonik sesar naik belakang busur kepulauan yang populer
dikenal sebagai back arc thrust. Struktur ini terbentuk akibat
tunjaman balik lempeng Eurasia terhadap lempeng Samudra
Indo-Australia. Fenomena tumbukan busur benua (arc-continent
collision) diduga sebagai pengendali mekanisme deformasi sesar
naik ini.
Back arc thrust membujur di Laut Flores sejajar dengan busur
Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara dalam bentuk segmensegmen, terdapat segmen utama maupun segmen minor.
Fenomena sesar naik belakang busur kepulauan ini sangat
menarik untuk diteliti dan dikaji mengingat sangat aktifnya
dalam membangkitkan gempa- gempa tektonik di kawasan
tersebut.
Sesar ini sudah terbukti nyata beberapa kali menjadi penyebab
gempa mematikan karena ciri gempanya yang dangkal dengan
magnitude besar. Berdasarkan data, sebagian besar gempa
terasa hingga gempa merusak yang mengguncang Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan NTT disebabkan oleh aktivitas back arc
thrust ini, dan hanya sebagian kecil saja disebabkan oleh
aktivitas penyusupan lempeng.
Sesar segmen barat dikenal sebagai Sesar Naik Flores (Flores
Thrust) yang membujur dari timur laut Bali sampai dengan utara
Flores. Flores Thrust dikenal sebagai generator gempa- gempa
merusak yang akan terus-menerus mengancam untuk
mengguncang busur kepulauan.
Sesar ini menjadi sangat populer ketika pada tanggal 12 Desember
1992 menyebabkan gempa Flores yang diikuti gelombang pasang
tsunami yang menewaskan 2.100 orang. Sesar ini juga diduga
sebagai biang terjadinya gempa besar di Bali yang menewaskan
1.500 orang pada tanggal 21 Januari 1917. \
Sesar segmentasi timur dikenal sebagai Sesar Naik Wetar (Wetar
Thrust) yang membujur dari utara Pulau Alor hingga Pulau
Romang (Gambar 2). Struktur ini pun tak kalah berbahaya dari
Flores Thrust dalam memproduksi gempa- gempa besar dan
merusak di kawasan NTT, khususnya Alor. Sebagai contoh
bencana gempa bumi produk Wetar Thrust adalah gempa Alor
yang terjadi 18 April 1898 dan gempa Alor, 4 Juli 1991, yang
menewaskan ratusan orang.

Berdasarkan tinjauan aspek seismisitas dan tektonik tersebut, dapat


disimpulkan bahwa tingginya aktivitas seismik daerah Kepulauan
Alor disebabkan kawasan kepulauan ini diapit oleh dua generator
sumber gempa, yaitu dari arah selatan Alor, berupa desakan
lempeng Indo-Australia, dan di sebelah utara Alor, terdapat sesar
aktif busur belakang (Wetar Thrust).
Adapun gempa Alor yang terjadi 12 November 2004 besar
kemungkinan disebabkan oleh aktivitas Wetar Thrust. Di samping
karena episenternya yang memang berdekatan dengan Wetar
Thrust, gempa tersebut juga memiliki kedalaman normal
(dangkal).
Gempa dangkal adalah salah satu ciri utama gempa akibat aktivitas
sesar aktif. Faktor pendukung lain adalah hasil analisis solusi
bidang sesar yang menunjukkan sesar naik (thrust fault), yang
juga merupakan ciri mekanisme gempa back arc thrust.
Gambaran seismisitas dan kerangka tektonik di atas kiranya
cukup memberikan gambaran yang menyeluruh bahwa
Kepulauan Alor dan sekitarnya sangat rawan terhadap bencana
kebumian, seperti gempa bumi dan tsunami.
Bagi masyarakat Alor, kondisi alam yang kurang bersahabat ini
adalah sesuatu yang harus diterima sehingga mau tidak mau,
suka tidak suka, semua itu adalah risiko yang harus dihadapi
sebagai penduduk yang tinggal dan menumpang di batas
pertemuan lempeng tektonik.

GUNUNG-GUNUNG YANG BERADA PADA NUSATENGGARA TIMUR


Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah
kemunculannya pada titik pertemuan lempengan-lempengan
bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini
mengikat lempengan-lempengan tersebut.Dengan sifat
tersebut,pegunungan dapat disamakan seperti paku yang
menyatukan kayu.Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak
bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat
bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah
magma menghancurkan kerak bumi.
NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri atas tiga pulau besar
yakni Flores, Sumba dan sebagian Pulau Timor serta pulau-pulau
lain yang lebih kecil seperti Komodo, Kepulauan Alor dan Solor,
Roti, Sabu, dll. Wilayah ini merupakan wilayah vulkanis memiliki
alam yang berbukit- bukit dengan iklimnya yang kering.
Di Provinsi NTT terdapat 20 gunung api aktif yang tersebar di pulau
Flores,Lomblen, adonara, komba, pantar yaitu:

a. GUNUNG WAI SANO


b. GUNUNG RANAKAH
c. GUNUNG INIERIE
d. GUNUNG INIELIKA
e. GUNUNG IYA
f. SUKARIA CALDERA
g. GUNUNG KELIMUTU
h. GUNUNG EGON
i. GUNUNG ILIMUDA
j. GUNUNG LEWOTOBI
k. GUNUNG LEROBOLENG
l. GUNUNG RIANG KOTANG
m. GUNUNG PALUWEH
n. GUNUNG ILIBOLENG
o. GUNUNG ILILABALEKAN
p. GUNUNG LEWOTOLO
q. GUNUNG ILIWERUNG
r. GUNUNG BATU TARA
s. GUNUNG SIRUNG
t. GUNUNG POCO LEOK SUBREGION

Posisi Flores sangat mendukung pengembangan potensi geothermal

Proyeksi akan terjadinya krisis energi di masa mendatang, rupanya telah mengilhami banyak negara
untuk mengembangkan seluruh potensi sumber daya energi yang dimilikinya. Sehingga sandaran
energi tidak tertumpu pada satu jenis sumber daya saja, yaitu sumber energi fosil berupa gas dan
minyak bumi. Serta mengupayakan penganekaragaman sumber daya energi.
Demikian juga yang dilakukan pemerintah Indonesia, sejak beberapa tahun terakhir ini telah giat
mengkaji dan menerapkan sumber daya yang terpendam pada bumi pertiwi ini, walau sebenarnya
negara ini termasuk penghasil bahan bakar minyak (BBM) dan gas yang andal dan selama ini
termasuk salah satu anggota OPEC.

Beberapa pilihan yang telah banyak terbukti efektif dilakukan pemerintah dengan
penganekaragaman bahan bakar pada beberapa Pembangkit Listrik. Dari pemanfaatan sumber daya
air, sumber daya batu bara, sumber daya surya sampai pada pemanfaatan sumber daya panasbumi
atau geothermal. Serta penetapan pemerintah untuk segera membangun Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) di Ujung Watu Muria, Jawa Tengah, mulai tahun anggaran 1996/97 mendatang.
Dari penganekaragaman sumber daya tersebut, serta arah percepatan pembangunan di Indonesia
yang diprioritaskan pada pembangunan Indonesia Bagian Timur (IBT) belakangan ini, maka ada
terlihat hal yang sangat menarik pada usaha penganekaragaman tersebut bila dikaitkan dengan IBT
yang sedang berbenah diri untuk mengejar ketertinggalannya dari laju pembangunan di Indonesia
Bagian Barat (IBB).
Dalam penganekaragaman sumber daya tersebut, khususnya sumber daya panasbumi untuk
program Listrik Masuk Desa di IBT, penulis ingin mengajak pembaca untuk melirik sejenak kondisi
sebuah pulau di IBT, yaitu pulau Flores yang merupakan salah satu pulau di tanah air yang sangat
berpotensi dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP). Bahkan menurut
Pemda setempat, dalam usaha realisasi pemanfaatan sumber panasbumi di sana untuk PLTP saat ini
sudah pada tingkat menunggu penetapan pemenang tender pelaksanaan proyek ini yang konon
sedang diproses di tingkat Pusat.

Daerah potensi
Pada pilihan pengembangan PLTP di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur ini, patut kita angkat topi
pada penentu kebijaksanaan di daerah ini, karena daerahnya dalam penyediaan panasbumi ini tidak
perlu diragukan lagi baik secara tektonik, geologis maupun secara vulkanologis dalam kemalaran
pasokan tenaga panas bumi itu.
Posisi daerahnya, sebagai konsekuensi dari daerah margin tektonik aktif dari tektonik lempeng Asia
Tenggara yang berbenturan dengan tektonik lempeng Hindia-Australia.
Dengan daerah di atas zona penunjaman yang merupakan sumber energi dari arus konveksi akibat
melting dari bibir tektonik lempeng samudera, yaitu tektonik lempeng Hindia-Australia yang
menujam di bawah lempeng Asia Tenggara. Yang kemudian membentuk busur vulkanik yang biasa
disebutkan pada ruas ini sebagai busur Banda (Banda Arc) yang sangat kaya akan gunung api aktif
baik di bawah laut maupun di daratan.
Untuk Flores, itu ditunjukkan dari banyaknya gunungapi (yang belakangan ini tidak lagi
diklasifikasikan ke dalam gunung aktif, tidur dan padam itu) yang berderet arah Barat-Timur
membelah pulau tersebut.

Di antaranya dari arah barat ke Timur dapat kita lihat di peta beberapa gunung api Gn. Beliling
(1300m); Gn. Iya (1363m); Gn. Cucurumbeng (1750m); Gn. Ranakah (2400m); Gn. Nambu
(1957m); Gn. Munde (1448m); Gn. Inerie (2245); Gn. Ambulombo; Gn Klambo (1361m); Gn.
Wowonata (1200m); Gn. Egong (1703); Gn. Wengor (1560m); Gn. Lewero (1284m); Gn. Muna
(1423m); Gn. Potomana (1763m) kedua yang terakhir ini berada di Pulau Alor.
Beberapa di antaranya pada tahun terakhir menunjukkan aktivitas dengan batuk-batuk dan
meletus serta lahirnya gunung baru di sekitar Gn. Ranakah, yang waktu kelahirannya dengan
sederhana diberi nama sementara Gn. Anak Ranakah.
Pada titik-titik lokasi gunung tersebut secara fisis merupakan daerah potensi PLTP yang dapat
dieksplorasikan guna memasok energi listrik daerah sekitarnya dalam menunjang program
pemerintah dalam usaha listrik masuk desa.

Pasokan energi malar


Di dalam operasional dari PLTP di daerah Flores ini, kalau melihat posisi dari pulau tersebut yang
berada di bibir Laut Banda serta pada busur Banda yang terkenal aktif serta masih menjadi ajang
penelitian para pakar geologi Eropa Barat itu, maka pasokan energi panasbumi itu akan dapat
berjalan secara malar (kontinyu).
Di samping lokasinya yang langsung berada pada busur gunungapi dengan sederet gunungapi yang
ada di sana seperti disebutkan di atas, dengan proses geologi yang masih berlangsung, dibuktikan
oleh lahirnya gunungapi baru serta letusan beberapa gunungapi setempat, maka secara tidak
langsung juga sebagian daerahnya merupakan daerah bersisian dengan gunungapi aktif yang
bertebaran di dasar Laut Banda yang secara setia juga akan membantu memasok energi panasnya
melewati kulit bumi di sana.
Dari segi kegempaan juga tidak disangsikan lagi, aktivitas kegempaan yang hampir setiap hari
terjadi gempa di busur Banda ini secara tidak langsung akan memicu proses aliran energi
panasbumi di daerah sekitarnya, termasuk Flores sehingga tidak akan henti-hentinya mengalir.
Curah hujan yang cukup sebagai persyaratan dalam pengeksplorasian energi panasbumi, rupanya
tidak menjadi masalah di Flores ini. Karena dibandingkan dengan pulau-pulau di Nusa Tenggara
tetangga daerah Flores, curah hujannya relatif lebih tinggi yang ditunjukkan dengan lebih hijau dan
berhasilnya perkebunan di sini.
Jadi secara kondisional potensi panasbumi (geothermal) di daerah Flores sangat baik, penyebaran
titik-titik panasbumi akan memudahkan pemerataan pengembangan PLTP serta mempercepat listrik
masuk desa, dan kondisi lainnya pun seperti tektonik, geologi, curah hujan terlihat saling

mendukung dalam kemalaran pasokan energinya.


Kalau saja PLTP di daerah Flores ini segera terwujud, maka tidak saja akan menjadikan semakin
cepatnya listrik masuk desa, namun ada nilai tambah yang akan bisa dipetik bila kita kaitkan
dengan komoditas perkebunan yang ada di sana , yaitu perkebunan kopi yang sudah terbukti
merupakan komoditas ekspor nonmigas dan pariwisata saat ini. Pengusahaan kopi umumnya masih
merupakan perkebunan rakyat.
Kualitas kopi yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengolahan pasca panen yang secara
konvensional masih mengandalkan tenaga panas matahari serta digelar di jalanan. Hal ini telah
dituding oleh para eksportir sebagai biang keladi dalam penurunan kualitas kopi yang dihasilkan.
Dan tentu buntutnya akan memperkecil nilai jual kopi tersebut dengan muara kerugian tetap akan
dipikul para petani.
Kehadiran listrik di sentra-sentra penghasil kopi dari pengembangan PLTP akan memberi peluang
pada masyarakat petani kopi di sana untuk mengembangkan teknologi tepatguna dalam proses
pasca panen hasil perkebunan mereka. Yang secara tidak langsung juga akan merangsang industri
pembuatan alat pengolahan pasca panen hasil perkebunan kopi di sana selain akan meningkatkan
kualitas hasil kopi. Sehingga banyak sektor akan berkembang dengan pengembangan PLTP di
Flores.
Kalau melihat banyaknya titik-titik panas bumi yang dapat dikembangkan di Flores tersebut,
kelihatannya sistem koperasi KUD ataukah jenis koperasi lainnya akan sangat cocok dikembangkan
dalam operasional PLTP di sana. Sedangkan ketersendatan pengembangannya tidak akan salah lagi
bila Departemen Koperasi ikut turun tangan memecahkannya. Apalagi sudah dinyatakan beberapa
titik panas bumi di sana sudah laik dan prospektif untuk dieksplorasi.
Kehadiran PLTP di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur, ini nantinya akan ikut memarakkan
penganekaragaman sumber daya energi di tanah air di tengah kekhawatiran akan datangnya krisis
energi akibat keterbatasan cadangan bahan bakar fosil serta langkah nyata dalam menyambut
gayung imbauan penghematan pemakaian energi oleh pemerintah, lewat Departemen
Pertambangan dan Energi, yang secara gencar digelar lewat media massa cetak maupun elektronik
kita (bahkan memakai aktor terkenal Didi Petet segala).
Dengan demikian potensi tinggi dalam panas bumi di Flores yang akan segera dieksplorasi tersebut,
dari sudut pandang percepatan pembangunan di IBT, akan merupakan rangkaian proses berantai
yang memacu laju roda pembangunan di daerah tersebut (khususnya sekitar daerah prospektif)
pada berbagai sektor yang tentunya masih terkait dengan penyediaan sumber daya listrik yang
selama ini masih merupakan kendala yang belum terpecahkan.

Dan kalau ini lancar prosesnya, maka tidak mustahil pulau Flores akan dilistriki oleh buminyanya
sendiri sebagai pulau geothermal.

Dimuat di harian Bisnis Indonesia, hari Minggu 24 Mei 1992.

You might also like