You are on page 1of 11

LAPORAN PBL CA TULANG

Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB III
Disusun Oleh :
Febria Wulandhani
Diany Ayu Ningtyas
Nurul Indah Ningrum
Mira Mardiana
Ripky Roechiyat
Siska Marsely

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG


KEPERAWATAN BANDUNG
2014

1. IDENTIFIKASI DAN JELASKAN SECARA SINGKAT ISTILAH-ISTILAH


PADA KASUS DIATAS YANG BELUMDIKETAHUI OLEH KELOMPOK
a.

Osteosarcoma proximal tibia :

b.

PTT 13,5 % :

c.

APTT 33,9% :

2. JELASKAN

PENGERTIAN

DAN

BAGAIMANA

PATOFISIOLOGI

OSTEOSARCOMA PADA KASUS DIATAS


a. Definisi Osteosarcoma
Osteosarcoma (sarcoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang
biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa
remaja.
Osteosarcoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada
anak-anak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka
kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada
akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
Osteosarkoma merupakan penyakit yang sel kankernya (ganas) ditemukan di
tulang. Ini adalah yang paling umum dari jenis kanker tulang. Osteosarkoma
paling sering terjadi di remaja dan dewasa muda. Kanker ini sebagian besar
menyerang remaja pria yg sering mengkonsumsi obat penambah tinggi badan.
anak laki-laki yang memiliki tinggi diatas rata-rata memiliki potensi yang
lebih besar untuk itu. Pada anak-anak dan remaja, tumor paling sering muncul
di sekitar tulang lutut. Gejala-gejala dan kesempatan untuk pemulihan pada
anak-anak dan remaja yang muncul akan tampak sama. (Price-Wilson, S, L.
2002).
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons
osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak
menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan
mengancam jiwa. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan
biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas
tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat
yang berdifferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti
jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling
dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui

dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya;garis epifisis


membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut (Price. 1998: 1213).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang
paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke
paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah
menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat (Smeltzer. 2001: 2347).
Tempat-tempat yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal
dan humerus proksimal. Tempat yang paling jarang adalah pelvis, kolumna,
vertebra, mandibula, klavikula, skapula, atau tulang-tulang pada tangan dan
kaki. Lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut (Otto.2003: 72).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari
mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ).

b. Patofisiologi
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut.
Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan
menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya hereditery. Radiasi ion
dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini
dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang berperan secara signifikan
terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu protein P53 ( kromosom 17)
dan Rb (kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma.
Mulai tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut
sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi
bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma
mengadakan metastase secara hematogen paling sering keparu atau pada

tulang lainnya dan didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metastase


pada saat diagnosis ditegakkan. (Salter, robert : 2006).
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respon
sosteolitik (destruksitulang) atau respon sosteoblastik (pembentukantulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak
menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sanga tberbahaya dan
mengan cam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara
histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan
fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan
ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding
periosteum dan menyebar kejaringan lunak sekitarnya; garis epifisis
membentuk terhadap gambarannya di dalamtulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel
tumor.Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang
baru dekat lempa tlesiterjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

3. BAGAIMANA PENATALAKSANAAN MEDIS OSTEOSARCOMA DIATAS


Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis.
Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi :
a. pengangkatan tumor
b. pencegahan amputasi jika memungkinkan
c. pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang
sakit.
Penatalaksanaan meliputi :
Menurut Prof. Errol, operasi ini dibagi menjadi dua:
1. Pembedahan

a.

Limb salvage yaitu tulang yang terkena tumor ganas disambung dengan bekas

kaki pasien lain yang baru saja meninggal dunia atau tulang yang terkena tumor
pada stadium dini dimatikan dulu dengan radiasi kemudian dipasang lagi.
b.

Limb ablation yaitu tulang yang terkena tumor ganas di amputasi. (Errol,

2005: 29). Kemoterapi yang biasanya akan menyebabkan tumor mengecil.


2.

Konservatif

Penanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif, dan sasaran terapeutiknya


adalah mengurangi nyeri dan ketidaknyaman klien sebanyak mungkin
3.

Kemoterapi
Obat-obatan adalah metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, dan

sisplatinum. Pemberian kemotrapi biasanya dilakukan pada pre/pascaoperasi.


4.

Radioterapi

Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara untuk eradikasi tumor-tumor
ganas yang radiosensitif dan dapat juga sebagai penatalaksanaan awal sebelum
tindakan operasi dilakukan.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi
(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau
dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan
normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin,
kalsitonin atau kortikosteroid (Gale. 1999: 245).

4. MENGAPA PASIEN MEMERLUKAN PEMERIKSAAN BIOPSI ?


Karena biopsi diperlukan untuk melihat penyebaran dan malignasi tumor tulang
tersebut, sehingga penatalaksanaan dapat dirancanakan .

Dengan mengambil sepotong kecil jaringan dari tumor untuk melakukan


pemeriksaan yang berkaitan dengan osteosarcoma, diantaranya meliputi :
a) Biopsi jaringan lewat aspirasi jarum : Dokter menggunakan satu jarum tipis
untuk mengambil sepotong kecil dari jaringan tumor.
b) Bedah Biopsi : Dokter memotong kulit, mengangkat jaringan tumor secara
keseluruhan atau sebagian jaringan tumor, kemudian melakukan pemeriksaan
osteosarcoma.

5. MENGAPA PASIEN MEMERLUKAN OBAT-OBATAN DAN DIET SEPERTI


DIATAS, JELASKAN ALASANNYA .
a) Cairan Nacl 0,9 % 500 cc 20 tetes/menit :
Larutan Nacl 0,9% merupakan larutan yang isotonik karena larutan tersebut
mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam sistem vaskuler. Pada pasien
osteosarcoma pemeberian cairan ini bertujuan untuk menggantikan cairan tubuh,
elektrolit, protein, kalori dan nitrogen pada klien yang tidak mampu mempertahankan
masukan yang adekuat melalui mulut, memulihkan keseimbangan asambasa,
memulihkan volume darah.
b) Cefazolin 3x1 gram
Cefazolin adalah kelompok obat yang disebutcephalosporin antibiotics. Cefazolin
bekerja dengan cara mematikan bakteri dalam tubuh. Cefazolin digunakan untuk
mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau yang
mengancam nyawa.
Indikasi:
Untuk mengobati infeksi bakteri atau mencegah infeksi bakteri sebelum, selama atau
setelah pembedahan tertentu.
c) Ketorolac 3x30 mg
Terapi jangka pendek untuk mengatasi nyeri sedang sampai berat pada nyeri pasca
bedah, nyeri kolik, trauma (a.l. fraktur).

Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut


sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak boleh lebih
dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi.
d) Ranitidin 2x50 mg
Manfaat obat ranitidin adalah untuk mengobati iritasi atau luka dinding lambung dan
usus halus bagian hulu akibat paparan asam lambung. Selain itu, ranitidin juga
menjadi obat pilihan untuk mengobati peradangan dinding esofagus yang terpapar
asam lambung yang bocor ke atas. Pasca operasi bedah besar, ranitidin juga diberikan,
biasanya dalam bentuk suntikan. Fungsinya melindungi lambung dari asam yang
meningkat akibat stres fisik selama operasi.
Cara kerja obat ranitidin adalah dengan menghambat sinyal yang akan memicu
produksi asam lambung, sehingga kadar asam lambung turun.
Diit : Tinggi kalori Tinggi Protein
Bertujuan memberikan makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan kalori
dan protein yang bertambah, guna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan
yubuh atau guna menambah berat badan hingga mencapai normal. Diet ini
diindikasikan untuk pasien gizi kurang (defisiensi kalori, protein), anemia dan pada
pasien sebelum dan sesudah operasi, baru sembuh dari penyakit dengan panas tinggi
atau penyakit yang berlangsung lama dan telah dapat menerima makanan lengkap,
pasien trauma, luka bakar.
Tujuan diet TKTP :
Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan, artinya dengan terpenuhinya
kebutuhan energi/ kalori dan protein di dalam tubuh, sehingga menjamin terbentuknya
sel-sel baru .

6. BERDASARKAN DATA DIATAS, TENTUKAN 4 DIAGNOSA KEPERAWATAN


DAN JELASKAN KEMUNGKINAN PENYEBAB (ETIOLOGI) ATAU DAMPAKNYA
a. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot


Resiko infeksi berhubungan dengan luka post amputasi
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan nyeri
Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau perubahan
kinerja peran

b. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot
Tujuan
: Nyeri dapat berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : -Klien mengatakan nyeri berkurang ataupun hilang
-Klien tidak tampak menyeringai
- nadi dalam batas normal (70-80x/mnt)
Intervensi
:
Tindakan
1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas
nyeri (skala 0-10). Selidiki
perubahan karakteristik nyeri.
2. Berikan tindakan kenyamanan

Rasional
1. Untuk mengetahui respon dan sejauh
mana tingkat nyeri pasien.
2. Mencegah pergeseran tulang dan
penekanan pada jaringan yang luka.

(contoh ubah posisi sering, pijatan


3. Peningkatan vena return, menurunkan

lembut).
3. Berikan sokongan (support) pada
ektremitas yang luka.

edema, dan mengurangi nyeri.


4. Agar pasien dapat beristirahat dan
mencegah timbulnya stress.

4. Berikan lingkungan yang tenang.

5. Relaksasi dapat meminimalisir nyeri


dan dapat mengurangi ketegangan pada
otot yang menurunkan rangsang nyeri

1. Ajarkan teknik relaksasi seperti


napas dalam
2. Kolaborasi
analgetik

pemberian

pada saraf-saraf nyeri


6. Mengurangi nyeri dan spasme otot

2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post amputasi


Tujuan
: Masalah infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil : -Tidak ada tanda-tanda infeksi
-Suhu normal (36-37oC)
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi
:
Tindakan
1. Kaji keadaan luka (kontinuitas dari
kulit)

terhadap adanya: edema, rubor,

kalor, dolor
2. Monitor tanda-tanda vital

Rasional
1. Untuk mengetahui tanda-tanda
infeksi
2. Peningkatan

suhu

tubuh,

denyut nadi, frekuensi dan

3.Anjurkan klien untuk tidak memegang


bagian yang luka
4.Rawat luka post amputasi dengan teknik
aseptik
5.Ganti balutan 2 kali sehari dengan alat
yang streril

penurunan

tekanan

darah

merupakan

salah

satu

terjadinya infeksi
3. Meminimalkan

terjadinya

kontaminasi
4. Mencegah kontaminasi

dan

kemungkinan infeksi silang


5. Mengganti balutan agar luka

tidak terkontaminasi bakteri

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan nyeri


Tujuan
: Mobilitas fisik dapat teratasi
Kriteria Hasil : -Klien dapat ikut serta dalam program latihan/aktivitas fisik
-Klien dapat mempertahankan koordinasi dan mobilitas fisik
Intervensi
:

Intervensi
a. Kaji tingkat immobilisasi yang
disebabkan oleh edema dan persepsi
pasien tentang immobilisasi tersebut.
b. Dorong partisipasi dalam aktivitas

Rasional
a. Pasien akan membatasi gerak karena salah
persepsi (persepsi tidak proporsional).
b. Memberikan kesempatan untuk
mengeluarkan energi, memusatkan

rekreasi (menonton TV, membaca koran

perhatian, meningkatkan perasaan

dll ).

mengontrol diri pasien dan membantu


dalam mengurangi isolasi sosial.
c. Meningkatkan aliran darah ke otot dan

c. Anjurkan pasien untuk melakukan


latihan pasif dan aktif pada yang cedera
maupun yang tidak

tulang untuk meningkatkan tonus otot,


mempertahankan mobilitas sendi,
mencegah kontraktur / atropi dan
reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
d. Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot,
meningkatkan pasien dalam mengontrol

d. Bantu pasien dalam perawatan diri.

situasi, meningkatkan kemauan pasien


untuk sembuh.
e. Mempercepat proses penyembuhan,
mencegah penurunan BB, karena pada

e. Berikan diit Tinggi protein Tinggi


kalori , vitamin , dan mineral.

f.

immobilisasi biasanya terjadi penurunan


BB.
f. Untuk menentukan program latihan.

Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.

4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap
amputasi
Tujuan : Harga diri meningkat/timbul rasa percaya diri
Kriteria hasil :
a. Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.
b. Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.
Intervensi

Tindakan
1. Berikan motivasi kepada klien
2. Diskusikan dengan orang terdekat
pengaruh diagnosis dan pengobatan
terhadap kehidupan pribadi pasien
dan keluarga.
3. Pertahankan kontak mata selama
interaksi dengan pasien
4. Diskusikan dengan klien tentang
kemampuan yang dimiliki

Rasional
1. Meningkatkan harga diri klien
2. Membantu
dalam
memastikan
masalah

untuk

memulai

pemecahan masalah
3. Menunjukkan
empati

proses

mengenai

kondisi klien
4. Agar klien dapat lebih percaya diri
setelah mengetahui kemampuan yang
dimiliki

DAFTAR PUSTAKA
Dra nurachmah, s sudarsono ratna. (2000).Prosedur keperawatan medikal bedah.jakarta:EGC
Smeltzer Suzanne.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

You might also like