Professional Documents
Culture Documents
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB III
Disusun Oleh :
Febria Wulandhani
Diany Ayu Ningtyas
Nurul Indah Ningrum
Mira Mardiana
Ripky Roechiyat
Siska Marsely
b.
PTT 13,5 % :
c.
APTT 33,9% :
2. JELASKAN
PENGERTIAN
DAN
BAGAIMANA
PATOFISIOLOGI
b. Patofisiologi
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang
paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut.
Penyebab osteosarkoma belum jelas diketahui, adanya hubungan kekeluargaan
menjadi suatu predisposisi. Begitu pula adanya hereditery. Radiasi ion
dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Akhir-akhir ini
dikatakan ada 2 tumor suppressor gene yang berperan secara signifikan
terhadap tumorigenesis pada osteosarkoma yaitu protein P53 ( kromosom 17)
dan Rb (kromosom 13).
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam patogenesis osteosarkoma.
Mulai tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut
sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi
bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma
mengadakan metastase secara hematogen paling sering keparu atau pada
a.
Limb salvage yaitu tulang yang terkena tumor ganas disambung dengan bekas
kaki pasien lain yang baru saja meninggal dunia atau tulang yang terkena tumor
pada stadium dini dimatikan dulu dengan radiasi kemudian dipasang lagi.
b.
Limb ablation yaitu tulang yang terkena tumor ganas di amputasi. (Errol,
Konservatif
Kemoterapi
Obat-obatan adalah metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, dan
Radioterapi
Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara untuk eradikasi tumor-tumor
ganas yang radiosensitif dan dapat juga sebagai penatalaksanaan awal sebelum
tindakan operasi dilakukan.
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan atau radiasi dan
kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin
(doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi
(MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau
dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan
normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin,
kalsitonin atau kortikosteroid (Gale. 1999: 245).
b. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot
Tujuan
: Nyeri dapat berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : -Klien mengatakan nyeri berkurang ataupun hilang
-Klien tidak tampak menyeringai
- nadi dalam batas normal (70-80x/mnt)
Intervensi
:
Tindakan
1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas
nyeri (skala 0-10). Selidiki
perubahan karakteristik nyeri.
2. Berikan tindakan kenyamanan
Rasional
1. Untuk mengetahui respon dan sejauh
mana tingkat nyeri pasien.
2. Mencegah pergeseran tulang dan
penekanan pada jaringan yang luka.
lembut).
3. Berikan sokongan (support) pada
ektremitas yang luka.
pemberian
kalor, dolor
2. Monitor tanda-tanda vital
Rasional
1. Untuk mengetahui tanda-tanda
infeksi
2. Peningkatan
suhu
tubuh,
penurunan
tekanan
darah
merupakan
salah
satu
terjadinya infeksi
3. Meminimalkan
terjadinya
kontaminasi
4. Mencegah kontaminasi
dan
Intervensi
a. Kaji tingkat immobilisasi yang
disebabkan oleh edema dan persepsi
pasien tentang immobilisasi tersebut.
b. Dorong partisipasi dalam aktivitas
Rasional
a. Pasien akan membatasi gerak karena salah
persepsi (persepsi tidak proporsional).
b. Memberikan kesempatan untuk
mengeluarkan energi, memusatkan
dll ).
f.
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder terhadap
amputasi
Tujuan : Harga diri meningkat/timbul rasa percaya diri
Kriteria hasil :
a. Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.
b. Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.
Intervensi
Tindakan
1. Berikan motivasi kepada klien
2. Diskusikan dengan orang terdekat
pengaruh diagnosis dan pengobatan
terhadap kehidupan pribadi pasien
dan keluarga.
3. Pertahankan kontak mata selama
interaksi dengan pasien
4. Diskusikan dengan klien tentang
kemampuan yang dimiliki
Rasional
1. Meningkatkan harga diri klien
2. Membantu
dalam
memastikan
masalah
untuk
memulai
pemecahan masalah
3. Menunjukkan
empati
proses
mengenai
kondisi klien
4. Agar klien dapat lebih percaya diri
setelah mengetahui kemampuan yang
dimiliki
DAFTAR PUSTAKA
Dra nurachmah, s sudarsono ratna. (2000).Prosedur keperawatan medikal bedah.jakarta:EGC
Smeltzer Suzanne.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC