Professional Documents
Culture Documents
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1.2.
1.1.3.
1.1.4.
1.1.5.
1.1.6.
1.1.7.
1.1.8.
1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan kami dalam menyusun makalah ini antara lain:
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
lainnya. Proses asuhan keperawatan yang diulas dalam makalah ini juga dapat
digunakan oleh mahasiswa keperawatan maupun tenaga profesional keperawatan
dalam menghadapi klien dengan gangguan hormonal seperti Kretinisme.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kretinisme merupakan gangguan akibat kekurangan hormon tiroid yang
disebabkan kurangnya yodium pada masa awal setelah bayi dilahirkan. Kretinisme
adalah gangguan akibat kegagalan kelenjar tiroid yang memproduksi hormon tiroid
atau hipotiroidisme (Kumorowulan, 2010). Kretinisme juga merupakan gejala
kekurangan iodium atau gangguan akibat kekurangan iodium (GAKY). Penderita
kelainan ini mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik maupun mentalnya.
Kretinisme dapat diderita sejak lahir atau pada awal masa kanak-kanak (Adrian,
2011).
Terdapat dua macam kretinisme, yaitu kretin endemik dan kretin Sporadik
(Kumorowulan, 2010). Kretin endemik disebabkan oleh kekurangan iodium,
sedangkan kretin sporadik atau juga dikenal sebagai hipotiroid kongenital disebabkan
oleh kekurangan hormon tiroid pada bayi baru lahir seperti tidak adanya kelenjar
tiroid (aplasia), kelainan struktur kelenjar (displasia, hipoplasia), lokasi abnormal
(kelenjar ektopik) atau ketidakmampuan mensintesis hormon karena gangguan
metabolik kelenjar tiroid (dishormonogenesis) (Kumorowulan, 2010).
2.2 Epidemiologi
Di seluruh dunia prevalensi dari kretinisme sporadik atau hipotiroid kongenital
mendekati l:3000 dengan prevalensi tinggi sekali di daerah kekurangan yodium
(l:900). Prevalensi di Asia Timur bervariasi dari 1:1000 sampai 1:6467. Sehingga bila
dilihat dari jumlah penduduk maka bayi dengan kretinisme sporadik atau hipotiroid
kongenital yang lahir tiap tahun mendekati 40.000. Kretin endemik pada umumnya
terdapat di daerah desiensi Iodium yang sangat berat dengan median kadar iodium
urin < 25 ug/L (Kumorowulan, 2010). Prevalensi kretin di daerah desiensi Iodium
berat berkisar antara 1%-15%. Hal ini tentu saja berdampak terhadap masalah
kesehatan dan sumber daya manusia. Di Indonesia hasil skreening bayi baru lahir di
beberapa propinsi ditemukan bayi dengan hipotiroid kongenital l (satu) diantara 4.305
bayi lahir hidup. Hasil penelitian Sunartini (1999) pada 10.000 bayi baru lahir di
daerah endemis kekurangan yodium di Yogyakarta dan sekitarnya ditemukan 8 bayi
dengan hipotiroid kongenital atau 1 diantara 1.250 bayi (Kumorowulan, 2010).
2.3 Etiologi
Kreatinisme terjadi disebabkan karena adanya beberapa kelainan, yaitu:
1. Agenesis (kegagalan pembentukan atau pengembangan sebagian atau seluruh
organ atau bagian tubuh saat masih dalam tahap embrio) atau disgenesis kelenjar
tiroid.
2. Kelainan hormogenesis
a. Kelainan bawakan enzim (inborn error)
b. Defisiensi iodium (kretinisme endemic)
Istilah kretinisme mula-mula digunakan untuk bayi-bayi yang baru lahir pada
daerah-daerah dengan asupan iodium yang rendah serta goiter endemik. Kretin
endemik merupakan kelainan akibat kekurangan iodium yang berat pada saat
masa fetal dan merupakan indikator klinik yang penting bagi gangguan akibat
kekurangan iodium. Tanda-tanda klinis yang menonjol yaitu adanya retardasi
mental, postur pendek, muka dan tangan tampak sembab dan seringkali tuli
mutisme dan tanda-tanda kelainan neurologis.
c. Kretinisme konginetal
Kretin sporadik atau dikenal juga sebagai hipotiroid kongenital berbeda dengan
kretin endemik. Etiologi kretin sporadik bukan karena defisiensi yodium tetapi
kelenjar tiroid janin yang gagal dalam memproduksi hormon tiroid secara
cukup karena berbagai macam sebab. Penyebab terjadinya kretin sporadic atau
hipotiroid congenital adalah kekurangan hormon tiroid pada bayi baru lahir
oleh karena kelainan pada kelenjar tiroid seperti tidak adanya kelenjar tiroid
2.5 Patofisiologi
Kecepatan pertumbuhan tidak berlangsung secara kontinyu selama masa
pertumbuhan,
demikian
juga
faktor-faktor
yang
mendorong
pertumbuhan.
Pertumbuhan janin, tampaknya sebagian besar tidak bergantung pada control hormon,
ukuran saat lahir terutama ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor
hormon mulai berperan penting dalam mengatur pertumbuhan setelah lahir. Faktor
genetik dan nutrisi juga sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini.
Kelenjar tiroid yang bekerja dibawah pengaruh kelenjar hipofisis, tempat
diproduksinya hormon tireotropik. Hormone ini mengatur produksi hormone tiroid,
yaitu tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Kedua hormone tersebut dibentuk dari
monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin. Untuk itu diperlukan dalam proses metabolic di
dalam badan, terutama dalam pemakaian oksigen. Selain itu juga merangsang sintesis
protein dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan vitamin. Hormon ini
juga diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin A. Hormone tiroid esensial
juga sangat penting untuk pertumbuhan tetapi ia sendiri tidak secara langsung
bertanggung jawab menimbulkan efek hormone pertumbuhan. Hormone ini berperan
2.7 Pengobatan
Deteksi
dini
merupakan
cara
yang
sangat
penting
untuk
mencegah
2.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahap I (Promotif)
Cara yang tepat untuk melakukan tindakan promotif adalah dengan
melakukan penyuluhan pentingnya penggunaan yodium terutama bagi
penduduk yang tinggal di daerah pengunungan.
2. Tahap II (Preventif)
Rowland dan Crotteau (2008) dalam jurnal What are the cause of elevated
TSH in a newborn mengatakan bahwa The United States Preventive Service
Task Force (USPSTF) merekomendasikan skrining rutin untuk bayi yang
lahir tanpa gejala yang beresiko terkena hipotiroidisme kongenital. USPSTF
juga merekomendasikan bahwa dokter harus mengevaluasi hasil skrining
abnormal tiroid dengan tes laboratorium tambahan, menggunakan TSH
sebagai tes utama dan T4 sebagai tambahan tes. Selain itu, American Thyroid
Association (ATA) mendukung skrining tiroid kedua pada 7 sampai 14 hari
dari kehidupan untuk meningkatkan spesifisitas skiring hipotiroidisme
kongenital.
10
11
BAB 3. PATHWAY
Gangguan
terhadap
Jaringan
tiroid
fungsional
Penurunan
sekresi TSH
atau resistensi
TSH
Kekurangan
yodium
Penggunaan
obat
antitiroid
saat
kehamilan
Hipotiroidisme
Reaksi
Autoimun
Menurunnya kadar hormone T3
dan T4
Pertumbuhan
dan
perkembangan
pada fase infan
terhambat
Menurunnya
laju
metabolisme
Jantung
Perhentian
pertumbuhan
(kretinisme)
Gangguan
pertumuhan
dan
perkembanga
n
Pulsasi
jantung
lambat
Gagguan
proses
pikir
Otak
Suhu
tubuh
menurun
Obstruksi
lidah
Penurunan
metabolisme
protein dan
pembentukan
tulang
Hati
Kesulitan
bernapas,
dispnea
Konjugasi
bilirubin
tidak terjadi
Hipotermia
Gangguan citra
diri
Ikterik
persisten,
edema
peorbital,
anemia
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas
Konstipasi
Sulit
makan,
menyusu
Ketidakefektifan
pola makan
anak
12
4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas Klien
a. Nama
Berisi nama lengkap klien yang mengalami kretinisme.
b. Jenis Kelamin
Pada klien yang mengalami kreatinisme jenis kelamin tidak mempengaruhi
karena penyakit ini akibat adanya gangguan pada endokrin.
c. Usia
Anak-anak memiliki resiko tinggi terhadap penyakit kreatinisme ini. Dan
kreatinisme kronis terjadi sering pada bayi dan anak-anak yang berada di daerah
desiensi Iodium yang sangat berat dengan median kadar iodium urin < 25 ug/L.
d. Alamat
Lingkungan tempat tinggal pada daerah yang desiensi Iodium yang sangat berat
dengan median kadar iodium urin < 25 ug/L salah satu faktor penyebab
kreatimisme.
e. Agama
Agama tidak mempengaruhi sesorang untuk terkena penyakit pielonefritis.
13
tidak
optimal/pendek)
optimal
sehingga
tinggi
badannya
akan
tidak
14
2) Waktu tumbuh gigi , karena pengaruh dari proses metabolism yang tidak
sempurna maka
kretinisme
akan
kekurangan
hormone
tiroid
sehingga
4.1.3
15
16
Hubungan Klien dengan tim medis maupun perawat yang baik dan kooperatif
akan memudahkan proses perawatan.
i. Pola Reproduksi/ Seksual
Kaji apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan dengan
reproduksi sosial.
j. Pola Koping dan Toleransi Stres
Dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam memotivasi klien untuk
mengurangi tingkat stres atau kecemasan yang dirasakan.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
Meyakini bahwa penyakit yang diderita merupakan takdir dan kehendak Tuhan.
Klien tetap bisa menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang diyakininya. Kaji
apakah ada keyakinan yang dapat memperparah infeksi.
4.1.4
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Seorang anak dengan penyakit kreatinisme didapatkan keadaan umum yang
lemah.
b. Kesadaran
Klien dengan kretinisme umumnya tidak mengalami penurunan kesadran dan
kompos mentis.
c. Tanda-tanda vital
Pada pasien dengan kretinisme RR akan meningkat, Bradikardi, suhu dapat
terjadi hipotermi dan hipertermi (apabila anak mengalami infeksi penyakit lain),
dan dispneu.
d. Berat badan
Berat badan biasanya ditemukan mengalami penurunan karena klien mengalami
penurunan proses metabolism menyebabakn semua proses penyerapan serta
metabolisme makanan di dalam tubuh menjadi sangat lambat. Sehingga terjadi
rasa enggan untuk makan.
17
e. Kepala
Bentuk kepala biasanya simetris, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada kelainan pada
bagian kepala.
f. Wajah
Wajah simetris, bentuk wajah umumnya lebam, dan tidak adanya nyeri tekan.
g. Mata
Pada mata klien dengan kreatinisme tampak simetris, sklera terlihat putih,
konjungtiva anemis, gerakan bola mata normal, refleks pupil terhadap cahaya
normal (jika diberi cahaya pupil akan mengecil), keadaan bulu mata normal, dan
tidak adanya nyeri tekan.
h. Hidung dan Sinus
Tidak ada kelainan pad bagian ini. Hidung tampak simetris dan tidak adanya
nyeri tekan maupun cairan yang keluar.
i. Leher
Pada kelenjar tiroid mengalami pembengkakan. Pada kasus ini karena terjadi
kekurangan hormon tiroid maka klenjar limfe tidak membesar.
j. Thorax
Bentuk dada klien yang menderita kreatinisme biasanya simetris.
k. Genetalia dan anus
Pada penderita kreatinisme tidak ditemukannya kelainan pada organ genetalia
dan anus.
l. Abdomen
Pada klien dengan penyakit kreatinisme umumnya perut membuncit, tidak ada
nyeri tekan ataupun luka, peristaltik usus menurun yang normalnya pada anak
10-30 menjadi kurang dari nilai normal.
m. Ekstermitas
Pada ekstermitas pergerakan lemah dikarenakan metabolisme yang tidak optimal
menyebabkan otot tidak dapat melakukan fungsinya.
18
n. Neurologis
Untuk perkembangan pada sistem neorologi atau sistem sarafnya mengalami
gangguan seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbatabata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran,
penurunan refleks tendom. Kembali lagi karena kebutuhan akan hormon yang
membantu metabolisme tubuh berkurang. Maka kerja dari masing-masing saraf
tentunya mengalami gangguan.
4.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar hormon tiroid (T3 dan T4), TSH,
dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokasi masalah kelenjar
tiroid. Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan
kadar T4 rendah dan TSH tinggi.
b. Pemeriksaan Radiologi (Pencitraan)
1. Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG
USG atau CT Scan: Tiroid menunjukkan ada tidaknya goiter.
X foto tengkorak: Menunjukkan kerusakan hipotalamus atau hipofisis
anterior.
4.2 Diagnosa Keperawatan
4.2.1 Analisa Data
No
Data
Etiologi
DS:
Gangguan proses tumbuh
Keluarga
klien
kembang
mengatakan
bahwa
klien tidak dapat Pertumbuhan dan perkembangan
tumbuh sebagaimana
anak terhambat
anak seusianya.
Perhentian pertumbuhan
Masalah
keperawatan
Gangguan proses
tumbuh kembang
19
DO:
BB/TB kurang dari Pertumbuhan dan perkembangan
normal, status mental
pada fase infan terhambat
juga tidak normal
Menurunnya kadar hormone T3
dan T4
Gangguan proses
pikir
Kerusakan kognitif
Mempengaruhi kerusakan pada
otak
Menurunnya laju metabolisme
Menurunnya kadar hormone T3
dan T4
DS :
Gangguan citra diri
Gangguan
Keluarga
klien
diri
mengatakan
bahwa Pertumbuhan dan perkembangan
klien tidak memiliki
anak terhambat
teman dan malu pada
kondisinya saat ini.
Perhentian pertumbuhan
DO:
Klien tampak murung Pertumbuhan dan perkembangan
dan
lebih
suka
pada fase infan terhambat
menyendiri.
Menurunnya kadar hormone T3
dan T4
DS :
Klien mengeluhkan
badannya menggigil,
dan
keluarga
menyatakan
bahwa
badan klien terasa
dingin
DO:
Hipotermia
Hipotermia
citra
20
DS :
Klien mengeluhkan
kesulitan bernafas dan
merasa sesak
DO :
RR
:
30x/menit,
pernafasan
cuping
hidung
Ketidakefektifan
bersihan
jalan
nafas
Obstruksi lidah
Menurunnya laju metabolisme
Menurunnya kadar hormone T3
dan T4
DS :
Keluarga
klien
mengatakan
bahwa
klien sering tidak
menghabiskan
makanannya dan sulit
untuk makan
DO :
Makanan klien masih
sering bersisa dari
porsi awawal
DS :
Keluarga
klien
mengatakan
bahwa
klien sulit BAB
Konstipasi
Pola defekasi tidak normal
Sulit makan,menyusu
DO:
Frekuensi BAB klien
kurang dari 3x sehari
Ketidakefektifan
pola makan anak
Konstipasi
21
22
No
1.
Diagnosa
Keperawatan
Hasil
Gangguan
tumbuh
berhubungan
dengan
pada
pertumbuhan
ditandai
kriteria hasil:
Rencana/Intervensi
Rasional
klien
sesuai
data
dasar
untuk
pertumbuhan fisik
sosial, atau
yang terhambat.
keterampilan usia
kelompok
2. Melakukan perawatan
diri dan pengendalian
diri kegiatan yang
sesuai usia
3. Menunjukkan berat
23
badan /stabilisasi
6. Diskusikan
tindakan
yang 6. Sebagai
pertumbuhan atau
harus
diambil
untuk
kemajuan ukuran
sesuai usia
acuan
selanjutnya
untuk
dengan
intervensi
meminimalkan
penelitian laboratorium)
7. Lakukan kolaborasi
gizi
tahun
dan
(misalnya,
spesialis
fisik/
terapis)
lain
okupasi
dalam
mengembangkan
rencana
dengan
keterlambatan
anak,
perawatan,
perawatan.
Perubahan proses
Tujuan:
berpikir
memori,
berhubungan
orientasi
dengan gangguan
menit,
neurologis ditandai
menggunakan kemampuan 2. Catat adanya perubahan tingkah 2. Kemungkinan terjadi gangguan psikotik
dengan klien
berfikirnya
klien
dapat
kembali
laku
rentang
terhadap
perhatian,
adanya
kelainan
pada
proses sensori
tempat,
24
egosentris
dengan baik
3. Ciptakan
lingkungan
menurunkan hipersensitivitas
tidak terganggu
dengan
tingkat
2. Mempertahankan
jendela,
mengatur
cahaya
kontinyu
untuk
orientasi realita
3. GCS 4 5 6
terddekat
untuk
member
dalam
mempertahankan
dukungan
6. Kolaborasi
pemberikan
obat 6. Meningkatkan
relaksasi
untuk
Gangguan
body Tujuan:
terhadap tubuhnya
perkembangan
jam,
klien
dapat
ditandai
Klien
dirinya dapat
dikalangan social
25
suka menyendiri.
menerima
metode koping
terlalu
2. Pasien
memahami
memperhatikan
perubahan.
proses penyakit
meningkatkan
rasa
percaya
karena
diperhatikan
4.4 Implementasi
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Paraf
dan
Nama
Gangguan
kembang
dengan
hormone
proses
tumbuh 1. Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan klien sesuai dengan usia klien
26
ditandai dengan pertumbuhan 5. Menyediakan aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya
6. Mendiskusikan tindakan yang harus diambil untuk menghindari komplikasi yang dapat
fisik yang terhambat.
dicegah
7. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain yaitu ahli gizi dan spesialis dalam
mengembangkan rencana perawatan.
1. Mengkaji proses pikir pasien, seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat,
waktu, dan orang
adekuat
4. Memberikan jam, kalender, ruangan dengan jendela, mengatur tingkat cahaya untuk
menstimulasi siang/ malam
5. Menganjurkan keluarga atau orang terddekat untuk memberi dukungan
6. Berkolaborasi pemberikan obat sesuai indikasi, seperti sedative atau obat antipsikotik
27
4.5 Evaluasi
Diagnosa Keperawatan
Gangguan body image
berhubungan dengan perubahan
penampilan
Evaluasi
S: Klien mengatakan bahwa belum bisa menerima kondisinya yang sekarang
ini
O: Klien tampak murung selama mendengarkan saran dan masukan dari
perawat
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
28
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kreatinisme merupakan gangguan karena kegagalan kelenjar tiroid yag
memproduksi hormone tiroid atau hipotiroidisme. Selain itu juga gejala
kekurangan iodium atau gangguan akibat kekurangan yodium. Biasanya penderita
kelainan ini mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik maupun
mentalnya. Penyakit ini dapat di derita sejak lahir atau pada awal masa kanakkanak. Penyebab gangguan ini salah satunya yaitu agenesis (kegagalan
pembentukan atau pengembangan sebagian atau seluruh organ atau bagian tubuh
saat masih dalam tahap embrio. Tidak hanya itu kekurangan iodium juga dapat
menyebabkan kreatinisme. Biasanya pada bayi yang menyusui sejak lahir hingga
penyapihan terdapat gejala-gejala yang timbul akan tertunda karena masih
mengkonsumsi ASI yang mengandung sedikit hormone
kreatinisme akan mengalami tidur yang semakin lama dan jarang menangis dan
juga kurang aktif bahkan tidak aktif. Selain itu faktor hormon merupakan peran
yan g penting dalam mengatur pertumbuhan, dan faktor genetik dan nutrisi juga
sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, saran yang dapat diberikan penulis yaitu bagi
penulis yang membahas terkait askep pada kretinisme ini agar isi dan materinya
lebih lengkap lagi terkait menambah wawasan yang lebih lagi dalam materi di
keperawatan klinik 6B. selain itu sebagai tenaga kesehatan seharusnya
memberikan pemahaman atau pengetahuan kepada masyarakat terkait dengan
informasi tentang factor resiko dan pencegahan kreatinisme. Perawat membantu
keluarga dank lien untuk memotivasi dalam menguatkan mentalnya.
29
DAFTAR PUSTAKA