You are on page 1of 8

4.4.2.9.

4 Bunuh Diri

Semua keterangan yang menerangkan tentang tindak kriminal pembunuhan itu,


meliputi masalah bunuh diri. Jadi barangsiapa bunuh diri dengan cara apapun,
berarti dia telah melakukan suatu pembunuhan yang diharamkan Allah.
Kehidupan manusia bukan menjadi hak milik pribadi, sebab dia tidak dapat
membuat dirinya, anggotanya ataupun sel-selnya. Diri manusia pada
hakekatnya hanyalah sebagai barang titipan yang diberikan Allah. Oleh karena
itu tidak boleh titipan ini diabaikannya. Bagaimana lagi memusuhinya? Dan
apalagi melepaskannya dari hidup?
Karena itu, berfirmanlah Allah:
"Dan jangan kamu membunuh diri-diri kamu, karena sesungguhnya Allah maha
belas-kasih kepadamu." (an-Nisa': 29)
Islam menghendaki kepada setiap muslim hendaknya selalu optimis dalam
menghadapi setiap musibah. Oleh karena itu Islam tidak membenarkan dalam
situasi apapun untuk melepaskan dari hidup dan menanggalkan pakaian karena
ada suatu bala' yang menimpanya atau karena gagal dalam cita-cita yang
diimpi-impikan. Sebab seorang mu'min dicipta justru untuk berjuang, bukan
untuk tinggal diam, dan untuk berperang bukan untuk lari. Iman dan budinya
tidak mengizinkan dia lari dari arena kehidupan. Sebab setiap mu'min
mempunyai senjata yang tidak bisa sumbing dan mempunyai kekayaan yang
tidak bisa habis, yaitu senjata iman dan kekayaan budi.
Rasulullah s.a.w. memberikan ancaman kepada orang yang berbuat tindak
kriminal yang kejam ini dengan terhalangnya dari rahmat Allah dan mendapat
murka Allah kelak di akhirat.
Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sebelum kamu, pernah ada seorang laki-laki luka, kemudian marah sambil
mengambil sebilah pisau dan di potongnya tangannya, darahnya terus mengalir
sehingga dia mati. Maka berkatalah Allah: hambaku ini mau mendahulukan
dirinya dari (takdir) Ku. Oleh karena itu Kuharamkan sorga atasnya." (Riwayat
Bukhari, dan Muslim)
Kalau orang tersebut terhalang masuk sorga lantaran luka yang tidak seberapa
sakitnya kemudian bunuh diri, maka bagaimana lagi orang yang bunuh diri

lantaran mendapat kerugian sedikit atau banyak, atau lantaran tidak lulus ujian
atau lantaran ditolak seorang gadis?!
Kiranya orang-orang yang kurang bergairah itu suka mendengarkan ancaman
yang dibawa Rasulullah s.a.w. yang berkilat dan mengguruh. Rasulullah s.a.w.
bersabda sebagai berikut:
"Barangsiapa menjatuhkan diri dari atas gunung kemudian bunuh diri, maka dia
berada di neraka, dia akan menjatuhkan diri ke dalam neraka untuk selamalamanya. Dan barangsiapa minum racun kemudian bunuh diri, maka racunnya
itu berada di tangannya kemudian minum di neraka jahanam untuk selamalamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan alat tajam, maka alat tajamnya itu
di tangannya akan menusuk dia di neraka jahanam untuk selama-lamanya."
(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Bunuh diri dalam pandangan agama


Kejadian bunuh diri akhir-akhir ini perlu kita sadari disebabkan sulitnya seseorang untuk menerima apa yang telah terjadi
dan putus asa karena masalah yang dibebannya , penyebab bunuh diri menurut pandangan saya, karena seseorang
yang mempunyai niat bunuh diri tidak mempunyai solusi lagi atas masalah yang dialami dan tidak ada tempat berkeluh
kesah untuk mendapat solusi tentang masalahnya . percayalah saudara bahwa sesungguhnya kematian itu memang
akan datang dan menjemput kita dan janganlah kita yang mencoba menjemput suatu kematian karena merupakan dosa
besar
Berikut ini pandangan bunuh diri menurut agama :

Islam
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (An-Nisa : 29) Maka (apakah) barangkali kamu akan
membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan
ini (Al Quran). (QS. Al-Kahfi ; 6)
Hadits 86. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda : Siapa yang bunuh diri dengan
senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selamalamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka,
untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan
dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.
Hadits 87. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, dari Nabi saw., sabdanya : Tidak wajib bagi seseorang
melaksanakan nazar apabila dia tidak sanggup melaksanakannya. Mengutuk orang Mumin sama halnya dengan
membunuhnya. Mengadakan tuduhan bohong atau sumpah palsu untuk menambah kekayaannya dengan menguasai
harta orang lain, maka Allah tidak akan menambah baginya, bahkan akan mengurangi hartanya.
Hadits 88. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, katanya Nabi saw., sabdanya : Siapa yang bersumpah menurut
cara suatu agama selain Islam, baik sumpahnya itu dusta maupun sengaja, maka orang itu akan mengalami sumpahnya
sendiri. Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara, Allah akan menyiksanya di neraka jahanam dengan cara itu pula.
Hadits 89. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya : Kami ikut perang bersama-sama Rasulullah saw., dalam
perang Hunain. Rasulullah saw., berkata kepada seorang laki-laki yang mengaku Islam, Orang ini penghuni neraka.
Ketika kami berperang, orang itu pun ikut berperang dengan gagah berani, sehingga dia terluka. Maka dilaporkan orang
hal itu kepada Rasulullah saw., katanya Orang yang tadi anda katakan penghuni neraka, ternyata dia berperang dengan
gagah berani dan sekarang dia tewas. Jawab Nabi saw., Dia ke neraka. Hampir saja sebahagian kaum muslimin
menjadi ragu-ragu. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba diterima berita bahwa dia belum mati, tetapi
luka parah. Apabila malam telah tiba, orang itu tidak sabar menahan sakit karena lukanya itu. Lalu dia bunuh diri.
Peristiwa itu dilaporkan orang pula kepada Nabi saw. Nabi saw., bersabda, : Kemudian beliau memerintahkan Bilal
supaya menyiarkan kepada orang banyak, bahwa tidak akan dapat masuk surga melainkan orang muslim (orang yang
tunduk patuh).
Hadits 90. (Shahih Muslim) Dari Syaiban ra., katanya dia mendengar Hasan ra, bercerita : Masa dulu, ada seorang lakilaki keluar bisul. Ketika ia tidak dapat lagi menahan sakit, ditusuknya bisulnya itu dengan anak panah, menyebabkan
darah banyak keluar sehingga ia meninggal. Lalu Tuhanmu berfirman : Aku haramkan baginya surga. (Karena dia
sengaja bunuh diri.)Kemudian Hasan menunjuk ke masjid sambil berkata, Demi Allah! Jundab menyampaikan hadits itu
kepadaku dari Rasulullah saw., di dalam masjid ini.

Kristen
Menurut Alkitab, bunuh diri tidak menentukan apakah seseorang masuk surga atau tidak. Jika orang yang belum selamat
bunuh diri, apa yang dia lakukan hanya mempercepat dia masuk ke lautan api. Pada akhirnya orang yang bunuh diri itu
akan masuk neraka karena menolak keselamatan dalam Kristus, bukan karena bunuh dirinya. Alkitab secara khusus
mencatat empat orang yang bunuh diri: Saul (1 Samuel 31:4); Ahitofel (2 Samuel 17:23); Zimri (1 Raja-Raja 16:18) dan
Yudas (Matius 27:5). Setiap mereka adalah orang yang jahat dan berdosa. Alkitab memandang bunuh diri sama dengan
pembunuhan, yaitu membunuh diri sendiri. Allah adalah yang menentukan kapan dan bagaimana seseorang harus mati.
Mengambil hak itu dari tangan Tuhan, menurut Alkitab, adalah penghujatan terhadap Tuhan.

Apa kata Alkitab mengenai orang Kristen yang bunuh diri? Saya tidak percaya bahwa orang Kristen yang bunuh diri akan
kehilangan keselamatannya dan masuk neraka. Alkitab mengajarkan bahwa mulai dari saat seseorang percaya kepada
Kristus, keselamatannya terjamin (Yohanes 3:16). Menurut Alkitab, orang Kristen dapat mengetahui dengan pasti bahwa
mereka tetap memiliki hidup yang kekal, apapun yang terjadi. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang
percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal (1 Yohanes 5:13). Tidak ada yang dapat
memisahkan seorang Kristen dari kasih Allah! Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat,
maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di
atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada
dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Roma 8:38-39). Jikalau tidak ada sesuatu makhluk yang dapat memisahkan seorang
Kristen dari kasih Allah, dan orang Kristen yang bunuh diri adalah sesuatu makhluk, maka bunuh diripun tidak akan
dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Yesus sudah mati untuk semua dosa-dosa kita dan jika seorang yang benarbenar Kristen, dalam saat kelemahan dan serangan rohani, sampai bunuh diri, itupun adalah dosa yang untuknya Yesus
telah mati.
Ini tidak berarti bahwa bunuh diri bukanlah sebuah dosa yang serius. Menurut Alkitab, bunuh diri adalah pembunuhan dan
itu selalu salah. Saya memiliki keraguan yang serius terhadap kesejatian iman dari seseorang yang mengaku Kristen tapi
bunuh diri. Tidak ada keadaan apapun yang memperbolehkan seseorang, khususnya orang Kristen, untuk menghabiskan
nyawanya sendiri. Orang-orang Kristen dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, keputusan mengenai kapan dan bagaimana
seseorang mati ada dan hanya dalam tangan Tuhan. Mungkin cara yang baik untuk menggambarkan bunuh diri bagi
orang Kristen adalah dengan mengambil dari Kitab Ester. Di Persia, mereka memiliki hukum bahwa barangsiapa yang
datang menghadap raja tanpa diundang akan dihukum mati, kecuali kalau raja mengulurkan tongkatnya kepada orang tsb
untuk menunjukkan kemurahan. Bunuh diri bagi orang Kristen adalah seperti memaksakan diri untuk menghadap raja dan
bukan menunggu dipanggil. Dia akan mengulurkan tongkatnya kepada engkau, namun tidak berarti dia merasa senang
dengan Anda. Walaupun bukan menggambarkan bunuh diri, ayat Alkitab dalam 1 Korintus 3:15 barangkali dapat
memberikan gambaran yang bagus mengenai apa yang terjadi pada seorang Kristen yang bunuh diri: Ia sendiri akan
diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api (1 Korintus 3:15).

Budha
Sang Buddha bersabda: sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia, sungguh sulit kehidupan manusia,
sungguh sulit untuk dapat mendengarkan ajaran benar, begitu pula, sungguh sulit munculnya seorang Buddha.
(Dhammapada 182).Maka, sungguh menyedihkan apabila kehidupan yang berharga ini hancur dengan cara yang bodoh.

Hindu
Badan manusia adalah perahu yang perkasa dalam menyeberangi samudra material ini, Tuhan sebagai angina sepoisepoi untuk mengantar kita ketempat tujuan, guru spiritual adalah nahodanya, dan kita sang jiwa adalah penumpangnya,
dan bila orang tidak memanfaatkan badan manusia seperti itu, ia adalah pembunuh dirinya sendiri/ rohnya sendiri.
(Srimad Bhagavatam 11.20.17)
Dalam ajaran kitab suci dijelaskan badan manusia adalah badan yang terbaik diantara semua badan. Bahkan dikatakan
The human body is the best of the Temple. Mengapa demikian ? Karena Tuhan bersemayam dibadan kita, sarvasya
caham herdi sanivista (Bhg-gita 15.15 ). Tuhan dengan setia mendampingi setiap mahluk hidup dalam pengembaraannya
dialam material ini. Beliau sebagai saksi dalam menemani sang jiwa, tetapi juga menjadi pembimbing jika sang jiwa
berserah diri kepadaNya (Bhg.-gita 4.11).
Hanya dari badan manusialah sang jiwa dapat kembali kealam Tuhan..
Dengan demikian janganlah disia-siakan kesempatan mendapat badan manusia ini, untuk kita dapat segera pulang
kerumah kita yang asli dialam Tuhan.
Semoga bermanfaat.

Tanya : Ustadz bagaimana hukum menyolati jenazah seseorang yang mati bunuh diri?
(Danuz, Bantul).
Jawab :
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum menyalati jenazah orang-orang fasik (alfussaaq), seperti orang yang tidak shalat dan tidak berzakat (namun masih meyakini akan
kewajibannya), orang pezina, peminum khamr, termasuk juga yang bunuh diri. Sebagian
ulama seperti Umar bin Abdul Aziz dan al-Auzai berpendapat bahwa jenazah orang fasik
tidaklah dishalati. Imam Abu Hanifah dan para sahabatnya menyetujui pendapat itu
khusus untuk orang yang memberontak (al-baaghi) dan orang pembegal (al-muharib).
Dalam salah satu riwayatnya, Imam Syafii sepakat dengan pendapat itu khusus untuk
para pembegal (qathiuth tahriq).
Sementara di sisi lain, Imam Malik, Syafii, Abu Hanifah, dan jumhur ulama berpendapat
bahwa jenazah orang fasik tetap wajib dishalati. (Imam Syaukani, Nailul Authar, [Beirut :
Dar Ibn Hazm], 2000. hal. 746; Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, I/191-192; Imam
Shanani, Subulus Salam, II/99).
Menurut pentarjihan kami, pendapat jumhur ulama ini lebih kuat (rajih) dikarenakan
dalilnya lebih kuat. Jadi, jenazah orang-orang fasik (al-fussaaq) tetap wajib hukumnya
dishalati. Sebab mereka adalah muslim, bukan kafir. Maka menyalati mereka hukumnya
tetap wajib secara fardhu kifayah (Imam Syirazi, Al-Muhadzdzab, I/135).
Dalilnya antara lain sabda Nabi SAW, Shalatlah kamu di belakang siapa saja yang
mengucapkan laa ilaaha illallah dan shalatilah oleh kamu siapa saja yang mengucapkan
laa ilaaha illallah. (shallu khalfa man qaala laa ilaaha illallah wa shallu ala man
qaala laa ilaaha illallah) (HR Ad-Daruquthni dan Ath-Thabrani) (Lihat Imam
Syaukani, Nailul Authar,. hal. 597, Bab Maa Ja`a fi Imamah al-Fasiq).
Imam Syaukani berkata,Shalat jenazah atas orang fasik telah ditunjukkan oleh
hadits shallu ala man qaala laa ilaaha illallah sebagaimana yang telah dibahas
sebelumnya pada babMaa Ja`a fi Imamah al-Fasiq sebagai salah satu bab mengenai
shalat jamaah. (Imam Syaukani, Nailul Authar, hal. 746).
Adapun bagi para pemimpin atau tokoh masyarakat (al-fudhalaa`), seperti imam
(khalifah) atau para ulama (ahlul ilmi wa ad-diin), maka boleh tidak menyalati jenazah
orang-orang fasik itu, sebagai hukuman (uqubah) dan pelajaran (ta`diib) atas jenazah
yang bersangkutan, sekaligus sebagai celaan/kecaman (zajran) agar orang banyak tidak
menirunya. (Imam Shanani, Subulus Salam, II/99; Nashiruddin Al-Albani, Ahkamul
Jana`iz, [Riyadh : Maktabah al-Maarif], 1992, hal. 108-109)
Dalilnya antara lain hadits dari Zaid bin Khalid al-Juhaniy RA, bahwa seorang laki-laki
dari kaum muslimin meninggal dunia di Khaibar dan hal itu telah diberitahukan kepada
Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW berkata,Shalatilah teman kamu itu! Maka
berubahlah wajah orang-orang karena perkataan Rasuluillah itu. Maka tatkala Rasulullah
melihat keadaan mereka itu, berkatalah Rasululah,Sesungguhnya temanmu itu telah

mengambil harta secara curang di jalan Allah. Maka kami pun memeriksa harta lakilaki tadi dan kami dapati ada sebuah untaian mutiara (kharaz) milik kaum Yahudi senilai
dua dirham. (HR Khamsah, kecuali Tirmidzi) (Lihat Imam Syaukani, Nailul Authar,
hal. 746).
Dalil lainnya adalah hadits Jabir bin Samurah RA, bahwa seorang laki-laki telah
membunuh dirinya sendiri dengan tombak maka Nabi SAW tidak menyalatinya. (HR
Muslim) (Imam Shaani, Subulus Salam, II/99).
Imam Tirmidzi mengomentari hadits Jabir bin Samurah di atas (atau yang semakna
dengannya) dengan mengatakan,Para ulama (ahlul ilmi) telah berbeda pendapat
dalam masalah ini. Sebagian mereka berkata,Dishalati setiap siapa saja yang shalat
menghadap kiblat, juga setiap orang yang bunuh diri. Inilah pendapat Sufyan Ats-Tsauri
dan Ishaq. Ahmad berkata,Imam [khalifah] tidak menyalati orang yang bunuh diri,
sedangkan selain imam menyalatinya. (Nashiruddin Al-Albani, Ahkamul Jana`iz, hal.
110).
Dari seluruh uraian di atas, jelaslah bahwa jenazah orang yang bunuh diri tetap wajib
dishalati oleh kaum muslimin. Hanya saja bagi para pemimpin dan pemuka masyarakat,
sebaiknya tidak menyalatinya, sebagai celaan kepada jenazah yang bersangkutan dan
agar orang banyak tidak melakukan dosa yang serupa. Wallahu alam bish-shawab

Bunuh Diri dalam Pandangan Dinul Islam


Nilai manusia dalam pandangan Dinul Islam sangatlah tinggi. Bahkan masalah kemanusiaan adalah topik utama yang
dibahas dalam al Qur-an. Telah diajarkan dalam kitabNya bahwa menghilangkan satu saja nyawa manusia (apapun
keyakinannya) tanpa haq seolah-olah telah membinasakan seluruh manusia. Sebaliknya menghidupi satu saja jiwa
manusia seolah-olah ia telah menjaga kehidupan seluruh manusia.
Maka apapun alasannya perilaku merusak kepentingan umum, membunuh diri dan orang lain tanpa haq tidak ada
kamusnya untuk dibenarkan dalam syariat Dinullah. Berikut ini beberapa alasan yang semestinya difahami oleh manusia
tentang hukum bunuh diri, khususnya pelaku bom bunuh diri:

1. Larangan membunuh tanpa haq dan perintah menjaga jiwa manusia






()


oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia,
bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakanakan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka
seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka
Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi." (Qs.al Maidah : 32)

2. Musyrik bagi pelakunya


Apapun alasan dan caranya membunuh diri hukumnya adalah syirik. Sedangkan pelakunya syirik tidak akan diampuni
dosanya oleh Allah, bahkan kekal disiksa dalam api neraka. Bunuh diri dengan cara meminum racun, gantung diri, terjun
bebas, melukai diri, atau dengan bom dan seterusnya adalah sama saja hukumnya. Islam tidak mengenal dan
mengajarkan bunuh diri. Ajaran bunuh diri hanya dikenal dalam ajaran shinto dari Jepang yang dilakukan para samurai
yang gagal melaksanakan misinya (harakiri), juga oleh tentara nippon melawan musuhnya dengan jibaku (menabrakkan
pesawat tempur ke kapal musuh). Dalam agama shinto diajarkan bahwa pelaku bunuh diri demi membela keyakinan akan
masuk nirwana (syurga). Sedang Dia mengajarkan :


()
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (Qs.an Nisa : 29)


)

"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang
selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka
Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." (Qs.4 :116)

3. Sama dengan menghalalkan darah muslim


Kerusakan yang ditimbulkan adalah bagi masyarakat luas, baik muslim ataupun bukan. Di lokasi kejadian, korbannya
adalah sporadis. Sedangkan Allah dan rosulnya telah mengajarkan akhlaq dalam membela diri di suatu peperangan, yaitu
dilarang membunuh anak-anak, perempuan, orang tua atau cacat, dan merusak tanaman dan bangunan. Selain itu akibat
perbuatan terkutuk ini dapat muncul fitnah yang mengotori citra dan cita Islam serta ummat Islam. Akan muncul
kecurigaan dan kebencian tanpa alasan terhadap sesama ummat Islam dan di kalangan manusia secara umummnya.
Tindakan segelintir manusia ini, merugikan banyak manusia bahkan mirip dengan perbuatan neo-khawarij yang
menghalalkan darah muslim.



()

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Qs. Al Hujurat : 1)
Oleh karena itu setiap tindakan yang mengatasnamakan ajaran Islam, wajib benar niatnya karena Allah semata dan
benar caranya menurut tuntunan Muhammad Rosulullah.


()

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengabdi kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) Din secara hanif (lurus), dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah Din yang lurus." (Qs.al Bayyinah : 5). (bid.dok

You might also like