You are on page 1of 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan nikmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Bogor, Mei 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i


PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 1
BAHAN DAN METODE ................................................................................................... 2
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................... 3
SIMPULAN ........................................................................................................................ 5
SARAN ............................................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 6

ii

PENDAHULUAN
Metode kromatografi telah dikembangkan dan berhasil digunakan untuk
pemisahan dan kuantitatif penentuan berbagai senyawa organik dan anorganik
bahkan dapat digunakan untuk tingkat pemisahan yang memiliki matriks kesulitan
tinggi (Cserhati 2013). Kromatografi gas telah diterima secara luas dalam
berbagai area aplikasi, seperti kontrol proses di pabrik kimia, kontrol kualitas
dalam industri makanan, pemantauan komposisi sampel dalam industri minyak,
ilmu lingkungan dan biomedis (Sermakkani 2012).
Etil alkohol telah dikenal diberbagai budaya bertahun-tahun lamanya dan
dimanfaatkan karena sifat psikoaktifnya. Etanol adalah senyawa golongan alkohol
yang dalam konsentrasi tertentu diperbolehkan ada dalam minuman. Alkohol
termasuk ke dalam golongan stimulan yang merupakan bagian dari Narkotika
Psikotropika dan Zat adiktif (Napza). Minuman yang mengandung alkohol
(etanol) apabila dikonsumsi terus menerus menyebabkan enzim pencernaan yang
mengoksidasi etanol akan menjadi jenuh sehingga menyebabkan penyakit
alkoholik pada manusia. Selain itu alkohol dapat menghambat susunan saraf pusat
dan menimbulkan ketergantungan yang disebut alkoholisme. Alkohol merupakan
salah satu senyawa kimia yang sering disalahgunakan. (Suantini et al. 2012).
Etanol dari minuman beralkohol, dalam dosis kecil digunakan sebagai stimulan
pada fungsi pencernaan, merangsang pernapasan yang, dan dapat digunakan untuk
menggantikan beberapa metabolisme dan dapat menghangatkan tubuh. Dalam
dosis tinggi efek berbahaya pada alkohol adalah terutama diwujudkan melalui
pusat sistem saraf depresi. Keracunan alkohol yang lebih serius dapat terjadi jika
konsentrasi alkohol dalam darah tinggi (Jung 2013).
Kadar etanol sangat penting untuk rasa dalam minuman beralkohol. Kadar
etanol dalam wine, minuman keras, dan bir berturut-turut adalah 7~21%(v/v),
20~50%(v/v), and 3~6%(v/v) (Wang et al. 2003). Minuman beralkohol yang
mempunyai kadar etanol melebihi 55% dapat menyebabkan keracunan bahkan
kematian. Hal ini merupakan salah satu kasus penyalahgunaan minuman
beralkohol yang terjadi di masyarakat (Suantini et al. 2012).

TINJAUAN PUSTAKA
Alkohol membentuk kelompok senyawa yang signifikan dalam minuman
beralkohol, dan etanol termasuk senyawa yang banyak ditemukan dalam minuman
beralkohol dibandingkan dengan komponen-komponen lainnya. Keberadaan
komponen-komponen tersebut berkontribusi dalam memberikan rasa pada
minuman beralkohol. Untuk mengukur senyawa organik ini, berbagai teknik cepat
dan handal diperlukan untuk analisis kuantitatif senyawa organik yang bersifat
volatil dalam bir, anggur, dan produk makanan lainnya (Shale et al. 2013).
Kadar alkohol dalam minuman tertentu merupakan faktor penting dalam
produksi, distribusi, dan konsumsi produk beralkohol. Saat ini, banyak metode
yang sudah bermunculan guna untuk mengukur kadar alkohol dalam minuman.
Salah satunya yaitu teknik mengukur alkohol secara kuantitatif dengan
menggunakan kapiler polar gas kromatografi-spektroskopi massa (GC-MS).

Metode ini secara efektif dan efisien dapat menentukan konsentrasi alkohol
dengan sedikit persiapan dalam berbagai matriks (Restek 2002).
Penentuan etanol untuk kontrol kualitas minuman beralkohol sangat
penting karena untuk mengetahui kualitas minuman tersebut dalam satu botol.
Kontrol ini dilakukan secara kontinyu, cepat, dan akurat. Berbagai industri
minuman beralkohol dan badan pengawas telah meneliti berbagai metode untuk
mengembangkan metode analisis yang lebih cepat, spesifik, akurat, dan otomatis.
Kromatografi gas merupakan salah satu teknik modern untuk menganalisis
alkohol sejak tahun 1952. Bahkan baru-baru ini, dengan pemanfaatan elektronik
peralatan pengolahan data digital, kromatografi gas semakin disukai untuk analisis
kuantitatif yang akurat serta analisis kualitatif dari banyak zat (Stackler 1974)
Kromatografi gas adalah instrumen yang sangat kuat untuk menganalisis
produk minuman beralkohol. Pada umumnya preparasi sampel yang dibutuhkan
sedikit karena sampel yang digunakan berupa cairan. Komponen dalam produk
minuman beralkohol adalah senyawa volatil di alam, yang memenuhi salah satu
syarat utama dalam kromatografi gas. Detektor yang umum digunakan adalah FID
(Flame Ionization Detector) dan MSD (Mass Spectroscopy Detector) (Restek
2002).
Keuntungan menggunakan metode kromatografi gas ialah dilakukan tanpa
distilasi atau reaksi kimia (Stackler 1974). Keuntungan lainnya yaitu, meskipun
menganalisis sampel dalam jumlah yang besar waktu yang dibutuhkan untuk
menganalisis setiap sampel cepat, juga memiliki resolusi dan sensitifitas yang
tinggi (Wang 2003). Makalah ini membahas dan mengevaluasi efektivitas
penggunaan kapiler polar GC- MS dalam menentukan kadar alkohol dalam
pemilihan sampel minuman beralkohol.

BAHAN DAN METODE


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan standar
etil alkohol 1% v/v, asetonitril sebagai standar internal. Sampel minuman yang
diperoleh dari Eagles Landing Golf Course, dan larutan standar 5% v/v etil
alkohol dan asetonitril.
Metode yang dilakukan ada dua cara, yaitu yang pertama RRF antara etil
alkohol dengan asetonitril ditentukan dengan mencampurkan larutan standar
dalam rasio 15:1, 10:1, 5:1, 2:1, 1:1, 1:2, 1:5, 1:10, dan 1:15. Kemudian, sampel
diencerkan dengan rasio 1:10 dengan larutan standar asetonitrl 1% dalam 2 ml
vial GC-MS. Sampel diinjeksikan ke dalam GC-MS sebanyak 0,2L dengan
metode splitless injection pada suhu 250C. Selanjutnya hasil akan diplot dalam
kurva dengan perbandingan x sebagai rasio konsentrasi standar EtOH-ACN
sedangkan y sebagai luas permukaan. Metode yang kedua dilakukan dengan cara
RRF antara etil alkohol dengan asetonitril dengan mencampurkan larutan standar
dalam rasio 20:1, 15:1, 10:1, 5:1, 2:1, 1:1, 1:2, 1:5, 1:10, 1:15 dan 1:20. Sampel
minuman beralkohol yang konsentrasinya lebih dari 5% diencerkan dengan
dddH2O hingga konsentrasinya mencapai 5%. Kemudian sampel dicampurkan
dengan perbandingan volume 1:1 dengan standar ACN 5%. Selanjutnya sampel
langsung diinjeksikan ke dalam GC-MS. hasil akan diplot dalam kurva dengan

perbandingan x sebagai rasio konsentrasi standar EtOH-ACN sedangkan y


sebagai luas permukaan.
Kondisi pengukuran; percobaan dilakukan dengan menggunakan
kromatografi gas (Agilent 6890 Series GC System) dan detektor MS (Agilent
5973 Jaringan Mass Selective Detector), dan kolom FactorFour kapiler polar (VFWAXms, Part # CP9211, 30 mx 0,32 mm). Helium digunakan sebagai gas
pembawa dengan tekanan yang ditetapkan sebesar 7,35 psi, kecepatan rata-ratanya
36 cm/detik dan laju alir yang ditetapkan sebesar 1 mL/menit. Suhu oven pada
awalnya ditetapkan sebesar 45 C selama 2 menit kemudian dinaikkan menjadi
90C dan ditahan selama satu menit. Suhu kolom diatur sebesar 90 C selama 2
menit dan kemudian dinaikkan ke suhu akhir sebesar 245C dengan laju 45C per
menit. Volume injeksi yang ditetapkan sebesar 0,2 L menggunakan splitless
injection.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berikut adalah hasil dari percobaan pertama didapatkan nilai RRF yang
diukur yaitu sebesar 0,751 dengan R2 = 0,9958. Keterulangan data yang berulang
ditampilkan menunjukkan rasio EtOH:ACN dengan berbagai konsentrasi. Grafik
data ini dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1 Pengukuran RRF menggunakan EtOH 1% dan larutan standar ACN 1%


menggunakan kapiler polar GC-MS
Secara jelas RRF dapat digunakan untuk analisis beberapa sampel
minuman secara akurat. Berdasarkan metode Wong, pengenceran EtOH:ACN
dengan perbandingan 1:10 merupakan perbandingan yang baik untuk penentuan
kadar alkohol dalam minuman dan perbandingan ini digunakan pada lima sampel
pertama. Hasil percobaan pertama dalam sampel minuman dapat dilihat pada
Tabel 1 di bawah ini dengan rentang kesalahan masing-masing.
Tabel 1 Hasil pengukuran sampel minuman yang dieencerkan dalam larutan
standar ACN 1% dengan perbandingan 1:10 menggunakan kapiler polar
GC-MS

Persentase alkohol ditentukan menggunakan persamaan 1 dan % Response adalah


penyimpangan data ini dari produsen.

Tabel 1 menunjukkan faktor-faktor dilusi dan nilai RRF masing-masing


sampel tidak secara akurat mencerminkan salah satu konsentrasi alkohol yang
diberikan pada produsen. Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa hanya pada
sampel Absolut Peach Vodka yang memiliki %RSD yang tinggi yaitu mencapai >
5%. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tersebut memiliki presisi yang rendah.
Konsentrasi alkohol sebenarnya ada yang dibawah konsentrasi alkohol yang
diharapkan tetapi ada juga yang melebihi konsentrasi yang diharapkan.
Tabel 2 Hasil pengukuran sampel minuman yang dieencerkan dalam larutan
standar ACN 5% dengan perbandingan 1:1 menggunakan kapiler polar
GC-MS

Berdasarkan tabel 2 minuman dengan pengenceran yang tepat pengukuran


akurat dan tepat dapat dilakukan. Variasi dari data produsen secara konsisten di
bawah 5% dalam berbagai sampel, termasuk bir, anggur dan minuman keras.
Bahkan dengan sejumlah berjalan untuk setiap sampel, presisi untuk setiap sampel
adalah wajar, serendah 0,785% RSD di Luccio Pinot Grigio. Hasil ini
menunjukkan bahwa kapiler polar GC-MS adalah efisien, cara yang dapat
diandalkan untuk penentuan alkohol dalam berbagai minuman keras.
Gambar 4 mengilustrasikan kejelasan kapiler hasil GC-MS polar menggunakan
minuman keras gelap. Kromatogram konsisten dengan berbagai roh non-suling
dan suling digunakan.
Berdasarkan kedua percobaan hasil menunjukkan bahwa minuman dengan
pengenceran sampel yang tepat, pengukuran akurat dan tepat dapat dilakukan.
Variasi dari data produsen secara konsisten di bawah 5% dalam berbagai sampel,
termasuk bir, anggur dan minuman keras keras. Bahkan dengan sejumlah berjalan
untuk setiap sampel, presisi untuk setiap sampel wajar, serendah 0,785% RSD di
Luccio Pinot Grigio. Hasil ini menunjukkan bahwa kapiler polar GC-MS sangat

efisien dan merupakan cara yang dapat diandalkan untuk penentuan alkohol dalam
berbagai minuman keras. Penggunaan asetonitril sebagai standar internal dapat
menghindari senyawa pengganggu dan menghindari kesalahan karena dapat
meningkatkan presisi dan akurasi dalam analisis (Charapitsa et al. 2003)

Gambar 3 Kromatogram whiskey Jack Daniel menunjukkan kurangnya noise dan


konsisten baseline menggunakan kapiler polar GC-MS. Puncak EtOH dan
ACN masing-masing berada pada 2,99 dan 3,66 menit.
Ketika memilih kolom GC polar VF-WAXms CP9211 dianggap paling
tepat. Kemampuan untuk secara efektif memanipulasi kondisi GC dikombinasikan
dengan ciri-ciri hasil kolom polar mudah dibaca dalam kromatogram. Pemisahan
puncak yang dihasilkan tidak sulit untuk dibedakan.

SIMPULAN
Kondisi GC yang digunakan sama dengan metode Wang yang
menyebabkan proses pengambilan sampel yang efisien dan mampu menganalisis
berbagai jenis sampel dengan persiapan minim sementara dapat menghasilkan
pengukuran yang tepat. Sampel dapat dianalisis hanya dalam interval 15 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapiler polar GC - MS merupakan teknik
yang efektif untuk penentuan alkohol dalam minuman karena memiliki keandalan
analisa sampel yang konsisten pada beberapa jenis sampel, yang menunjukkan
kepraktisan metode ini dalam penentuan sampel skala besar.

SARAN
Metode yang tepat untuk menganalisis alkohol dalam minuman adalah
dengan menggunakan GC-MS karena sampel yang digunakan sedikit dan
menghasilkan hasil pengukuran yang tepat. Selain itu, pengenceran sampel yang
tepat dan rasio pelarut yang digunakan juga mempengaruhi hasil pengukuran yang
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Brill S.K. and Wagner M.S. 2012. Alcohol determination in beverages using polar
capillary gas chromatography-mass spectroscopy and an acetonitrile
internal standard. Concordia College Journal of Analytical Chemistry: 3
(2012), 6-1.
Cserhti, T and Maria, S. 2013. Chromatography of Wine. Eur. Chem. Bull. 2(2),
78-83.
Charapitsa, S. V., Anton N. Kavalenka, Nikita V. Kulevich, Nicolai M. Makoed,
Arkadzi L. Mazanik, Svetlana N. Sytova. 2003. The use of the major
component (solvent) as an internal standard in the gas-chromatographic
determintion of impurities. Journal of Analytical Chemistry. 58 (4):
368-371.
Jung, A., Jung, H., Muntean D.L. 2013. Gas-chromatographic Method for Volatile
Congeners in Alcoholic Beverages Analysis. REV. CHIM. (Bucharest) 64
No.7.
M. Sermakkani and Thangapandian,V. 2012. GC-MS Analysis of Cassia Italica
Leaf Methanol Extract. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical
Research. Vol 5, Issue 2.
Restek. 2003. Analyzing Alcoholic Beverages by Gas Chromatography. U.S:
Restek Corporation.
Shale K., Mukamugema J., Lues R. J., Venter P., and Mokoena K. K. 2013.
Characterisation of Selected Volatile Organic Compounds in Rwandan
Indigenous Beer Urwagwa by Dynamic Headspace Gas Chromatography
Mass Spectrometry. African Journal of Biotechnology. Vol. 12(20), pp.
2990-2996.
Stackler, B. and Christensen, E. N. 1974. Quantitative Determination of
Ethanol in Wine by Gas Chromatography. Amer. J. Enol. Viticult., Vol.
25, No. 4.
Suaniti N. M., dkk. 2012. Deteksi Etanol Setelah Konsumsi Arak Dalam Urin
Dengan Gas Chromatography. Jurnal Kimia: 6 (2): 123-126.
Wang, M., Youk-Meng Choong, Nan-Wei Su and Min-Hsiung Lee. 2003. A
Rapid Method for Determination of Ethanol in
Alcoholic Beverages
Using Capillary Gas Chromatography. Journal of Food
and
Drug
Analysis: Vol. 11, No. 2, Pages 133 (133-140).

You might also like