You are on page 1of 41

Bab I

Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi
sampai resiko jumlah kematian ibu.1Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah
menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan
target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang
terus menerus.
Setiap hari pada tahun 2013, sekitar 800 perempuan meninggal setiap hari karena
komplikasi kehamilan dan persalinan. Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi
pada saat persalinan dan segera setelah persalinan . Penyebab langsung kematian Ibu adalah
perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian
Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK pada kehamilan (37%) dan anemia pada
kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan meningkatkan risiko terjadinya
kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. Sedangkan berdasarkan laporan
rutin PWS tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%),
eklampsia (20%), infeksi (7%) dan lain-lain (33%). 1
Didapatkan sebanyak 289,000 kematian ibu terjadi di seluruh dunia pada tahun 2013.
Menurut data yang diperoleh dari WHO, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 8,800
orang dari 4,69 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2013. Berdasarkan data yang tersebut,
Indonesia berada di peringkat ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN. 2
Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu. Pemantauan dan perawatan
kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas sangat penting untuk
kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, angka kematian ibu meroket dari 228 pada 2007
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Dalam upaya mempercepat
penurunan kematian ibu, Kementerian Kesehatan menekankan pada ketersediaan pelayanan
kesehatan ibu di masyarakat. 3

Pemeriksaan Antenatal Care adalah pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk


mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan memberikan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi
secara wajar. Pelayanan antenatal atau Antenatal Care (ANC) ialah untuk mencegah adanya
komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai. Pelaksanaan pelayanan antenatal di Indonesia
dilaksanakan bersesuaian dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK).1
Menurut Riskesdas 2013 , cakupan nasional kunjungan ibu hamil ke tenaga kesehatan
di Indonesia pada K1 adalah sebesar 81,6 persen dari target 98% dan K4 adalah 70,4
persen % dari target 97%.. Berdasarkan penjelasan di atas, selisih dari cakupan K1 ideal dan
K4 secara nasional memperlihatkan bahwa terdapat 12 persen dari ibu yang menerima K1
ideal tidak melanjutkan ANC sesuai standar minimal (K4). 4 Selain daripada kunjungan ibu
hamil ke tenaga kesehatan, Pemberian tablet besi dan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) perlu
diiberikan perhatian selaras dengan peningkatan kualitas pelayanan antenatal yang lain.
Pemberian imunisasi TT penting karena berkaitan dengan masih terdapatnya kasus Tetanus
Neonatorum secara nasional pada tahun 2009 sebanyak 158 kasus dengan angka kematian
(CFR = Case Fatality rate) 48,1%. Zat besi pula sangat dibutuhkan oleh ibu hamil untuk
mencegah terjadinya anemia dan menjaga pertumbuhan janin secara optimal. Kementerian
Kesehatan menganjurkan agar ibu hamil mengonsumsi paling sedikit 90 tablet zat besi.
Laporan hasil Riskesdas 2013 konsumsi zat besi dan variasi jumlah asupan zat besi selama
hamil di Indonesia sebesar 89,1 %. Di antara yang mengonsumsi zat besi tersebut, terdapat
33,3 % mengonsumsi minimal 90 hari selama kehamilannya.4
Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang menjalankan pelayanan antenatal yang meliputi
beberapa indikator iaitu kunjungan ibu hamil, ibu hamil yang mendapat tablet zat besi,
pemberian imunisasi tetanus kepada ibu hamil, deteksi risiko ibu hamil oleh tenaga
kesehatan, serta rujukan kasus risiko tinggi ibu hamil. Keberhasilan pelaksanaan program
pelayanan antenatal di Puskesmas Jatisari , Kabupaten Karawang periode Augustus 2013
sampai dengan Juli 2014 masih belum diketahui. Oleh karena itu, evaluasi program ini perlu
dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan program.

1.2 Rumusan Masalah


1. Statistik kesehatan World Health Organization (WHO) tahun 2013, didapatkan sebanyak
289,000 kematian ibu terjadi di seluruh dunia karena komplikasi kehamilan dan
persalinan..
2. Menurut data yang diperoleh dari WHO, angka kematian ibu di Indonesia mencapai
8,800 orang dari 4,69 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2013 menjadikan Indonesia
berada di peringkat ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN.
3. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, angka kematian
ibu meningkat dari 228 pada 2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2013.
4. Pada tahun 2013 , cakupan nasional kunjungan ibu hamil ke tenaga kesehatan di
Indonesia menurut Riskesdas yaitu K1 adalah sebesar 81,6% dari target 98% dan K4
adalah 70,4 persen % dari target 97%.
5. Belum diketahuinya tingkat keberhasilan pelaksanaan Program Pelayanan Antenatal di
UPTD Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang periode Augustus 2013 sampai dengan
Juli 2014.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian program Antenatal care (ANC) di
UPTD Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Karawang Barat periode Augustus 2013
sampai dengan Juli 2014.

1.3.2 Tujuan khusus


1. Diketahuinya cakupan akses kunjungan ibu hamil

kunjungan

keempat (K4) di

UPTD Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang periode Augustus 2013 sampai


dengan Juli 2014.
2. Diketahuinya cakupan pemberian tablet zat besi, Fe3 di UPTD Puskesmas Jatisari,
Kabupaten Karawang periode Augustus 2013 sampai dengan Juli 2014.
3. Diketahuinya cakupan pemberian imunisasi TT2 di UPTD Puskesmas Jatisari,
Kabupaten Karawang periode Augustus 2013 sampai dengan Juli 2014.

4. Diketahuinya cakupan deteksi risiko tinggi pada ibu hamil oleh tenaga kesehatan di
UPTD Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang periode Augustus 2013 sampai
dengan Juli 2014.
5. Diketahuinya cakupan rujukan ibu hamil risiko tinggi di UPTD Puskesmas Jatisari,
Kabupaten Karawang periode Augustus 2013 sampai dengan Juli 2014.
6. Diketahuinya cakupan kegiatan kunjungan rumah ibu hamil di UPTD Puskesmas
Jatisari, Kabupaten Karawang periode Augustus 2013 sampai dengan Juli 2014.
7. Diketahuinya cakupan kegiatan penyuluhan perorangan dan kelompok di UPTD
Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang periode Augustus 2013 sampai dengan Juli
2014.
8. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan Program Pelayanan Antenatal di
UPTD Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang periode Augustus 2013 sampai
dengan Juli 2014.

1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk evaluator
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah, khususnya mata
kuliah Ilmu Kedokteran Komunitas.
2. Melatih diri dan mempersiapkan diri dalam mengelola program-program kesehatan
khususnya yang ada di Puskesmas.
3. Menambah pengalaman serta wawasan pengetahuan tentang program kerja Puskesmas
secara umum, dan khususnya evaluasi program antenatal care di Puskesmas dalam
lingkungan wilayah kerjanya.
4. Mampu menginventarisasi masalah yang dihadapi dan mencari solusi pemecahan
terhadap kendala yang dihadapi Puskesmas dalam pelaksanaan program antenatal care.
1.4.2 Untuk perguruan tinggi
1. Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
3. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada Masyarakat.

1.4.3 Untuk puskesmas


1. Mengetahui masalah-masalah dalam program antenatal care (ANC) di wilayah
kerjanya serta memberi saran sebagai jalan keluar masalah.
2. Memberi masukan untuk meningkatkan pelayanan antenatal care.

1.4.4 Untuk masyarakat


Menjadi bahan informasi bagi masyarakat bahwa Program Pelayanan Kesehatan Ibu
Hamil di UPTD Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang mempunyai peranan yang
sangat penting, selain untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf ekonomi masyarakat
itu sendiri

1.5 Sasaran
Ibu hamil yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang
periode Augustus 2013 sampai dengan Juli 2014.

Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam Program Pelayanan Antenatal (ANC) berdasarkan Laporan
Bulanan KIA dan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) di
UPTD Puskesmas Jatisari Kabupaten Karawang periode Augustus 2013 sampai dengan Juli
2014 yang terdiri dari :

Kunjungan kehamilan K1 dan K4

Pemberian imunisasi TT1 dan TT2 kepada ibu hamil

Pemberian tablet besi Fe1 dan Fe3 kepada ibu hamil

Deteksi ibu hamil risiko tinggi oleh tenaga kesehatan

Rujukan ibu hamil risiko tinggi

Kunjungan rumah ibu hamil

Penyuluhan perorangan dan kelompok

Pencatatan dan pelaporan

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA).

2.2 Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan cakupan Program Antenatal Care di UPTD
Puskesmas Jatisari ,Kabupaten Karawang periode Augustus 2013 hingga Juli 2014 terhadap
tolok ukur yang ditetapkan dengan melakukan pengumpulan data, pengolahan data, analisis
data dan interpretasi data dengan menggunakan pendekatan sistem, sehingga ditemukan
masalah yang ada dan kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah
tersebut berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur system. Hasil
evaluasi disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

Bab III
Kerangka Teoritis
3.1 Kerangka Teori
Lingkungan (5)
Masukan (1)
Proses (2)

Keluaran (3)

Dampak (6)

Umpan Balik (4)

Skema di atas menerangkan sebuah sistem dengan definisi menurut Ryans adalah gabungan
dari elemen-elemen yang saling berhubungan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi
sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Elemen-elemen tersebut adalah:
1. Masukan (input), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem,
dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, dan terdiri dari unsur
berikut yang merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program Pelayanan
Antenatal (ANC) yaitu:

Tenaga (man)

Dana (money)

Sarana (material)

Metode (methods)

2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan, yang
terdiri dari unsur berikut merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program
ANC yaitu:

Perencanaan (planning)

Organisasi (organization)

Pelaksanaan (actuating)

Pengawasan (controlling)

3. Keluaran (output) adalah elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam
sistem.
4. Umpan balik (feedback) adalah elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan
sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
5. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola sistem tapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem

3.2 Variabel dan tolok ukur keberhasilan


Tolok ukur terdiri daripada variabel-variabel : masukan, proses, keluaran, lingkungan,
umpan balik dan dampak yang digunakan sebagai pembanding atau target yang harus
dicapai dalam program Antenatal Care (ANC) (Lampiran I).

Bab IV
Penyajian Data
4.1 Sumber Data
Sumber data dalam evaluasi ini berupa data sekunder yang berasal dari data monografi
Kecamatan Jatisari dan laporan bulanan di UPTD Puskesmas Kecamatan Jatisari periode
Augustus 2013 sampai Juli 2014.
4.2 Data Umum
4.2.1 Data Geografis
UPTD Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari adalah salah satu Puskesmas di Kecamatan
Jatisari, yang merupakan Puskesmas induk dengan luas wilayah 519,475 Ha. Puskesmas
Jatisari memiliki Puskesmas pembantu (Pustu) yang terletak di desa Situdam. UPTD
Jatisari terletak di desa Jatisari berjarak 30 Km dengan kota kabupaten Karawang dengan
waktu tempuh 1 jam menggunakan roda 4. Secara administrasi UPTD Puskesmas Jatisari
Kecamatan Jatisari berbatasan dengan :
Sebelah utara

: Berbatasan dengan Puskesmas Cicinde

Sebelah selatan

: Berbatasan dengan Puskesmas Pacing

Sebelah barat

: Berbatasan dengan Puskesmas Kota Baru

Sebelah timur

: Berbatasan dengan Puskesmas Beusi Kabupaten Subang

4.2.1.1 Wilayah Administrasi


Wilayah kerja puskesmas Jatisari terdiri daripada 10 desa yang meliputi 30 dusun, 62 RW
dan 182 RT. Desa yang terdapat didalam wilayah kecamatan Jatisari adalah desa
Balonggadu, desa Jatisari, desa Cirejag, desa Cikalongsari, desa Mekarsari, desa Jatiragas,
desa Jatiwangi, desa Situdam, desa Kalijati dan desa Barugbug.
Peta wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatisari terlampir dalam lampiran (lampiran II).
4.2.2 Data demografis
Berdasarkan Jumlah Penduduk wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Jatsisari
pada tahun 2013 berdasarkan sumber data kependudukan kecamatan Jatisari sebanyak
55.398 jiwa yang terdiri dari laki-laki 27.292 jiwa dan perempuan 28.406 jiwa. (lampiran
II).

Tingkat Pendidikan penduduk di wiayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Jatisari


rata-ratanya hanya tamat SD 37.3%%, SMP sebesar 12.9% serta tamat SMA 13.1%.
Ditemukan sebagian besar tingkat pendidikan penduduk di Jatisari adalah tamat SD.
(lampiran II)
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatisari, sebagian
besar adalah buruh tani sebanyak 25.145 (66.8%), serta pegawai swasta 15.7 %, petani
9.7% dan pedagang sebanyak 3.3%. (lampiran II)
4.2.3 Sarana Pelayanan Kesehatan
Jumlah sarana pelayanan kesehatan dasar yang ada di wilayah UPTD Puskesmas Jatisari
tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 .Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jatisari
tahun 2013
No

Jenis sarana kesehatan

Swasta

Pemerintah

Jumlah

Pustu

Polindes

Pusling

Ambulans pusling

Pos bindu

10

10

Klinik rawat inap

Balai pengobatan 24jam

Klinik bersalin

Pengobatan tradisional

56

56

10

Toko obat

11

Apotek

Sumber laporan tahunan UPTD Puskesmas Jatisari tahun 2013

4.3 Data Khusus


4.3.1 Masukan (input)
4.3.1.1 Tenaga program
-

Dokter Umum

: 3 Orang

Petugas Administrasi

: 2 Orang

Petugas Laboratorium

: 2 Orang

Petugas apotek

Bidan
Bidan desa

: 2 orang

: 11 orang

Bidan PONED
Bidan puskesmas

: 4 orang

Bidan tambahan

: 5 orang

Total
-

: 3 orang

Kader aktif

: 23 orang
: 330 orang (5 orang /posyandu)

4.3.1.2 Dana
APBD : Cukup
4.3.1.3 Sarana kesehatan
Medis

Antenatal kit

: 1 buah

Steteskop

: 2 buah

Doppler

: 1 set

Timbangan dewasa

: 2 buah

Pengukur tinggi badan

: 2 buah

Tensimeter

: 2 buah

Vaksin TT dan alat suntik

: Tidak ada (dari bulan Maret hingga Juli


2014,sebelumnya jumlah cukup)

Tablet besi

: Ada, Jumlah cukup

Alat dan bahan laboratorium

: Ada (mesin hitung Hb 1 buah, stick protein


urin jumlah cukup, strip HCG jumlah
cukup

Non medis
Ruangan pemeriksaan ANC

: Ada

Ruang USG

: Ada

Meja tulis

: 4 buah

Kursi lipat

: 4 buah

Tempat tidur ibu hamil

: 1 buah

Tempat penyimpanan vaksin

: Ada, pada suhu 2-80 C

Buku KIA

: Ada, Jumlah cukup

Alat peraga penyuluhan

: Ada (Papan tulis, poster,

spidol,

dan brosur)
4.3.1.4 Metode
Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan
yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10T.
Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut :

1.

Timbang berat badan

2.

Pemeriksaan tekanan darah

3.

Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4.

Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

5.

Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6.

Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid


(TT) bila diperlukan.

7.

Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8.

Test laboratorium (rutin dan khusus)

9.

Tatalaksana kasus

10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan


Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.

Kunjungan antenatal care (ANC) sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu:
1. Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu
2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 28).
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah
minggu ke 36 )

Indikator pelayanan antenatal

Kunjungan pertama (K1)

Kunjungan ke-4 (K4)

K1 adalah kontak pertama ibu hamil

K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali

dengan tenaga kesehatan yang

atau lebih dengan tenaga kesehatan yang

mempunyai kompetensi, untuk

mempunyai kompetensi,untuk

mendapatkan pelayanan terpadu dan

mendapatkan pelayanan terpadu dan

komprehensif sesuai standar.Kontak

komprehensif sesuai standar.Kunjungan

pertama harus dilakukan sedini mungkin

antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai

pada trimester pertama, sebaiknya

kebutuhan dan jika ada keluhan penyakit

sebelum minggu ke 8.

atau gangguan kehamilan. Kunjungan ini


termasuk dalam K4.

Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan
kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan
khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan) disertai kunjungan rumah ibu
hamil dan pencatatan dan pelaporan yang lengkap. Metode pelaksanaannya adalah seperti
dibawah.
Pemeriksaan fisik
1) Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat badan yang
kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya
menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

2) Ukur tekanan darah.


Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeclampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria).
3) Nilai Status gizi dengan mengukur lingkar lengan atas (LiLA).
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu hamil
berisiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energy kronis disini maksudnya ibu
hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
4) Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi
fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Standar pengukuran menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu.
5) Tentukan presentasi janin dan Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap
kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin.
Jika, pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum
masuk ke panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat lebih dari 160/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
Pemeriksaan laboratorium
6) Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin,
protein urine dan gula darah puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah

prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-risiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah
hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.

Intervensi dalam pelayanan antenatal

Intervensi Dasar

7) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid


(TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat imunisasi
TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status imunisasi TT-nya.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil, disesuai dengan status imunisasi ibu saat ini.
Ibu hamil yang belum pernah diberikan imunisasi TT harus mendapatkan imunisasi
paling sedikit 2 kali suntikan selama kehamilannya, yaitu pertama pada saat K1 dan
kedua kali pada 4 minggu kemudian. Bila ibu hamil pernah diberikan imunisasi TT
sebelumnya maka hanya diberikan 1 kali suntikan selama kehamilannya. Imunisasi TT
Disuntikkan secara subkutan dosis 0,5 cc pada lengan atas.

Tabel : 2.1 Jadwal Pemberian TT


Antigen

Interval
(selang waktu minimal)

TT1

Pada kunjungan antenatal pertama

TT2

Lama

pelindungan Perlindungan
-

4 minggu setelah TT1

3 tahun

80%

TT3

6 bulan setelah TT2

5 tahun

95%

TT4

1 tahun setelah TT3

10 tahun

99%

TT5

1 tahun setelah TT4

25 tahun/

99%

seumur hidup

Keterangan : Artinya apabila dalam waktu 3 tahun Wanita Usia Subur (WUS)
tersebut melahirkan, maka bayi yang dilahirkan akan terlindung dari Tetanus
Neonatorum (TN).

8) Beri tablet tambah darah (tablet besi)


Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat besi
minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama. Diberikan 30
tablet besi (Fe1) pada kunjungan pertama (K1), 30 tablet besi (Fe2) pada kunjungan
kedua (K2) dan 30 tablet besi (Fe3) pada kunjungan keempat (K4).Untuk pencegahan
anemia diberikan 1 tablet / hari, sedangkan untuk pengobatan anemia diberikan 3
tablet / hari. Tablet besi diminum setelah makan.

Intervensi khusus::

9) Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan laboratorium,
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar
dan kewenangan tenaga kesehatan.
i. Deteksi ibu hamil risiko tinggi : Kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu
hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan.
a. Faktor risiko pada ibu hamil antara lain :
-

Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun

Anak lebih dari 4

Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun

Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas (LILA) < 23,5 cm dan
penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.

Anemia dengan dari Hb < 11 g/dL.

Tinggi badan < 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang.

Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.

Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain: TBC, kelainan jantungginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin, tumor dan keganasan.

Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, KET, mola hidatidosa, KPD,


bayi dengan cacat kongenital.

Riwayat persalinan dengan komplikasi: persalinan dengan seksio sesarea,


ekstraksi vakum / forseps.

Riwayat nifas dengan komplikasi: perdarahan pasca persalinan, infeksi masa


nifas, psikosis post partum (post partum blues).

Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat


cacat kongenital.

Kelainan jumlah janin: kehamilan ganda, janin dampit, monster.

Kelainan besar janin: pertumbuhan janin terhambat, janin besar.

Kelainan letak dan posisi janin: letak lintang, sungsang pada usia kehamilan >
32 minggu.

b. Komplikasi pada ibu hamil :


-

Ketuban pecah dini

Perdarahan pervaginam: keguguran, plasenta previa, solusio plasenta.

Hipertensi dalam kehamilan: tekanan darah tinggi (sistolik > 140 mmHg,
diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.

Ancaman persalinan prematur.

Infeksi berat dalam kehamilan: demam berdarah, tifus abdominalis, sepsis.

ii. Rujukan kasus ibu hamil risiko tinggi


Pelayanan kepada ibu hamil dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat
penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas
mampu PONED meliputi:
-

Penanganan perdarahan pada kehamilan.

Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan (pre-eklampsi dan


eklampsi).

Pencegahan dan penanganan infeksi.

Penanganan abortus.

Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi.

Penanganan ibu hamil yang tidak dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED
dirujuk ke rumah sakit PONEK (rumah sakit rujukan). Pelayanan antenatal diberikan
lagi setelah mendapat rujukan balik.

10.Temu wicara (konseling)


Komunikasi ,informasi dan edukasi (KIE) yang efektif termasuk konseling
merupakan bagian dari pelayanan antenatal terpadu yang diberikan sejak kontak
pertama untuk membantu ibu hamil dalam mengatasi masalahnya.
-

Perorangan

Kelompok

: Setiap kali kunjungan, dengan wawancara


: 1 desa per bulan dengan 3 kali pertemuan kelas ibu hamil
menggunakan metode ceramah disertai senam ibu hamil.

Tabel . Materi KIE efektif dalam pelayanan antenatal terpadu


No
1

Materi KIE
Persiapan persalinan

Isi pesan

Tanda-tanda bahaya dalam

dan kesiagaan

kehamilan,persalinan dan nifas

menghadapi komplikasi

Tempat persalinan

Transportasi rujukan

Penolong persallinan

Calon donor darah

Pendamping persalinan

Suami SIAGA(siap antar jaga)

Inisisasi menyusu dini

Skin to skin ccontact untuk IMD

dan ASI eksklusif

Kolostrum

Rawat gabung

ASI saja 6 bulan

Tidak diberi susu formula

Keinginan untuk menyusui

Penjelasan pentingnya ASI

Perawatan putting susu

KB pasca persalinan

Metode yang sesuai dalam masa nifas

Masalah Gizi

Suplementasi tablet besi

Mengkosumsi garam beryodium

Mengkosumsi makanan padat kalori dan

kaya zat besi

Masalah
kronis

dan

penyakit

Upaya pencegahan

penyakit

Mengenali gejala penyakit

menular

Pemberian makanan tambahan

Kelas ibu

Brain booster

Menerapkan PHBS

Kepatuhan minum obat

Setiap ibuhamil menggunakan buku KIA

Bertukar pengalaman diantara ibu hamil

Senam hamil

Berkomunikasi dengan janin


Music untuk menstimulasi janin
Nutrisi gizi seimbang bagi ibu hamil

Informasi

HIV/AIDS

(PMTCT) dan IMS

Definisi HIV,AIDS dan IMS


Penularan HIV dan IMS
Pentingnya Tes HIV

Informasi KtP

Pengertian kekerasan terhadap perempuan


Bentuk-bentuk KtP
Akibat KtP
Pencegahan dan penanganan Ktp

Kunjungan rumah ibu hamil:


Mengunjungi rumah minimal 1x/bulan, untuk memeriksakan keadaan kesehatan ibu
hamil dan janinnya dengan menghitung DJJ (Denyut Jantung Janin) terutama pada kasus
ibu hamil dengan risiko treggi dan sedang serta memberikan nasihat-nasihat tentang
menjaga kehamilannya .
Pencatatan dan pelaporan: Menggunakan SP2TP.
a) Pencatatan
Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar pelayanan antenatal
terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan, tenaga kesehatan wajib mencatat
hasilnya pada rekam medis, Kartu Ibu dan Buku KIA . Kemudian dilakukan juga

pencatatan melalui kohort ibu hamil serta PWS KIA,


Register ibu hamil: Buku register untuk mencatat setiap ibu hamil yang diperiksa.
Buku KIA : buku untuk memantau perkembangan kesehatan ibu hamil setiap kali
pemeriksaan kehamilan, dipegang oleh ibu hamil.
Kohort ibu hamil : buku pencatatan perkembangan kesehatan ibu hamil.
Pencatatan PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak):
Setiap bulannya, Puskesmas melakukan pencatatan PWS KIA berdasarkan data
pencatatan di Puskesmas. Selain itu data sasaran juga diperoleh dengan
mengumpulkan data yang berasal dari lintas program dan fasilitas pelayanan lain
yang ada di wilayah kerja.
b) Pelaporan

Laporan Bulanan KIA (LB3): merupakan formulir pelaporan KIA untuk dilaporkan
ke Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.

4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Ada tertulis, lengkap dan terperinci mengenai :
1. Kunjungan antenatal (ANC)
Akan dilakukan oleh bidan setiap hari kerja pada pkl 08.00-12.00 WIB di
poliklinik

kebidanan dan kandungan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan laboratorium. Secara operasional,


pelayanan antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta
memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal
adalah minimal 4 kali selama kehamilan (K4) , dengan ketentuan waktu pemberian
pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu)
Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 28).
Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah
minggu ke 36 )

2. Pemberian tablet zat besi


Akan dilakukan oleh bidan setiap hari kerja pada pkl 08.00-12.00 WIB.
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat
besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak pertama.
Diberikan 30 tablet besi (Fe1) pada kunjungan pertama (K1), 30 tablet besi (Fe2)
pada kunjungan kedua (K2) dan 30 tablet besi (Fe3)pada kunjungan keempat (K4)
3. Pemberian imunisasi TT pada Ibu Hamil

Akan dilakukan oleh bidan setiap hari kerja pada pkl 08.00-12.00 WIB

Ibu hamil yang belum pernah diberikan imunisasi TT harus mendapatkan


imunisasi paling sedikit 2 kali suntikan selama kehamilannya, yaitu pertama
pada saat K1 dan kedua kali pada 4 minggu kemudian. Disuntikan secara
subkutan dosis 0,5 cc pada lengan atas.

4.

Deteksi risiko ibu hamil

Akan dilakukan oleh bidan setiap hari kerja pada pkl 08.00-12.00 WIB pada
setiap ibu yang berkunjung ke puskesmas.

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan


laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan.

5.

Rujukan kasus risiko tinggi ibu hamil

Akan dilakukan oleh bidan setiap hari kerja pada pkl 08.00-12.00 WIB dan
bidan jaga PONED 24 jam. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di
Puskesmas mampu PONED meliputi:
a. Penanganan perdarahan pada kehamilan.
b. Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan (pre-eklampsi
dan eklampsi).
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan abortus.
e. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi.

Penanganan ibu hamil yang tidak dapat dilakukan di Puskesmas maupun


PONED dirujuk ke rumah sakit PONEK (rumah sakit rujukan). Pelayanan
antenatal diberikan lagi setelah mendapat rujukan balik.

6. Penyuluhan atau Temuwicara ( konseling)

Perorangan : Dilakukan oleh bidan setiap kali kunjungan (wawancara) setiap


hari kerja pada pkl 08.00-12.00 WIB di poliklinik kebidanan dan kandungan
dengan memberikan materi-materi KIE efektif dalam pelayanan antenatal.

Kelompok: Dilakukan oleh bidan/tenaga medis lain 1 desa 3x pertemuan


melalui kelas ibu hamil . Jumlah peserta maksimal 10 orang ibu hamil dengan
umur kehamilan antara 4 minggu sampai dengan 36 minggu. Pertemuan
dilakukan sesuai kesepakatan antara bidan/petugas kesehatan dengan peserta
ibu hamil.

7. Kunjungan rumah :

Akan dilakukan minimal 1 bulan sekali oleh bidan desa dengan sasaran ibu
hamil dengan risiko tinggi dan sedang .

8. Pencatatan dan pelaporan :


a. Pencatatan dilakukan setiap hari kerja dari jam 08.00- 12.00 WIB pada :
Register ibu hamil : Akan dicatat setiap ibu hamil yang diperiksa dan
berkunjung ke puskesmas atau yang dilakukan kunjungan rumah.
Buku KIA: Akan dicatat hasil setiap kali pemeriksaan kehamilan pada setiap
kunjungan.
Kohort ibu hamil : Akan dilakukan pencatatan perkembangan kesehatan ibu
hamil.
Pencatatan PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak): Setiap bulannya, Puskesmas akan melakukan pencatatan PWS KIA
berdasarkan data pencatatan di Puskesmas. Selain itu data sasaran juga
diperoleh dengan mengumpulkan data yang berasal dari lintas program dan
fasilitas pelayanan lain yang ada di wilayah kerja.

b. Pelaporan akan dilakukan setiap awal bulan yaitu

Laporan Bulanan KIA (LB3): Merupakan formulir pelaporan KIA dan akan
dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.

4.3.2.2 Pengorganisasian
Kepala UPTD Puskesmas Jatisari
Hj Een Nuraeni,SKM

Koordinator KIA KB
Susilawati, SST

Dokter pelaksana
Dr. Dina Sekar

Penanggungjawab
PONED
Dr Diah Eka Yusnitasari

Pelaksana ANC
Bidan desa

Koordinator
pelayanan
Ooy Suhartika,SST

Koordinator alat
dan obat
Ooy Suhartika,SST

Koordinator
pencatatan dan
pelaporan
Nana N.Am.Keb

Koordinator
kelengkapan
Administrasi
Ooy Suhartika,SST

4.3.2.3 Pelaksanaan
1. Kunjungan antenatal care (ANC)
Pelayanan kunjungan dilakukan oleh bidan yang bertugas setiap hari kerja pada pkl
08.00-12.00 WIB di poliklinik kebidanan dan kandungan .Setiap ibu hamil yang
datang

memeriksakan

kehamilan

dilakukan

anamnesis,

pemeriksaan

fisik,

pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan laboratorium sesuai standar pelayanan 10T.


Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan (K4).

2. Pemberian tablet zat besi Fe1 dan Fe3 :


Dilakukan setiap hari kerja mulai pkl 08.00-12.00 WIB. Pada kunjungan pertama
(K1) diberikan 30 tablet besi (Fe1), pada kunjungan kedua (K2) 30 tablet besi (Fe2)
dan 30 tablet besi (Fe3) pada kunjungan keempat (K4).Untuk pencegahan anemia
diberikan 1 tablet / hari, sedangkan untuk pengobatan anemia diberikan 3 tablet /
hari.

3. Pemberian imunisasi TT :
Dilakukan setiap hari kerja pada pkl 08.00-12.00 WIB di poliklinik kebidanan dan
kandungan. Ibu hamil yang belum pernah diberikan imunisasi TT harus mendapatkan
imunisasi paling sedikit 2 kali suntikan selama kehamilannya, yaitu pertama pada
saat K1 dan kedua kali pada 4 minggu kemudian. Disuntikan secara subkutan dosis
0,5 cc pada lengan atas. Namun mulai bulan Maret hingga Juli 2014 karena
ketidaksediaan vaksin TT di puskesmas pemberian imunisasi TT tidak dilakukan.

4. Penyuluhan atautemu wicara :


- Perorangan: Setiap kali kunjungan (wawancara) hari kerja pkl 08.00-12.00
WIB.
- Kelompok: Dilakukan oleh bidan setiap desa 3x pertemuan melalui kelas ibu
hamil . Pertemuan dilakukan sesuai kesepakatan antara bidan/petugas kesehatan
dengan peserta ibu hamil. Pertemuan pertama

biasanya dibimbing oleh

koordinator KIA dan pertemuan kedua dan ketiga dilakukan oleh bidan setiap
desa. Namun beberapa desa masih belum melaksanakan sepenuhnya dan tidak
mencapai 3 kali pertemuan.

5. Deteksi risiko ibu hamil :


Dilakukan setiap hari kerja pada pkl 08.00-12.00 WIB oleh bidan poli KIA dan oleh
bidan jaga PONED 24 jam. Sebagian ibu hamil risiko tinggi ditangani oleh dokter
umum dan bidan PONED 24 jam.
6. Rujukan kasus risiko tinggi ibu hamil
Dilakukan setiap hari kerja pada pkl 08.00-12.00 WIB dan bidan jaga PONED 24

jam. Penanganan ibu hamil yang tidak dapat dilakukan di Puskesmas maupun
PONED dirujuk ke rumah sakit PONEK (rumah sakit rujukan). Pelayanan antenatal
diberikan lagi setelah mendapat rujukan balik.

7. Kunjungan rumah:
Dilakukan oleh bidan desa pada ibu hamil yang berisiko tinggi dan sedang namun
tidak setiap bulan dilakukan.

8. Pencatatan dan pelaporan :


- Pencatatan dilakukan setiap hari kerja dari jam 08.00- 12.00 WIB pada :
Register ibu hamil : Setiap ibu hamil yang diperiksa dan berkunjung ke
puskesmas dicatat . Namun daftar kunjungan rumah tidak dicatat.
Buku KIA: Hasil setiap kali pemeriksaan kehamilan pada setiap kunjungan
dicatat.
Kohort ibu hamil: Dilakukan pencatatan perkembangan kesehatan ibu hamil.
Pencatatan PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak): Setiap bulannya, Puskesmas melakukan pencatatan PWS KIA
berdasarkan data pencatatan di Puskesmas.
- Pelaporan dilakukan setiap awal bulan yaitu
Laporan Bulanan KIA (LB3): Merupakan formulir pelaporan KIA dan
dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.

4.3.2.4 Pengawasan
-

Pengawasan oleh kepala Puskesmas melalui rapat bulanan:


(Lokakarya

Mini Bulanan)

Pencatatan dan pelaporan bulanan

: Ada, 1 x / bulan.

Ada,

tiap

bulan

4.3.3 Keluaran (output)


Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui Proyeksi, dihitung
berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :

1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk

Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR kabupaten/kota
yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten/kota.
Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR
propinsi. CBR propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan 2007 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).
Data yang digunakan menurut pendataan UPTD Puskesmas Jatisari ialah 1,687 orang ibu
hamil. (lampiran IV).
1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4
Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan
standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1
kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu.Rumus yang dipergunakan adalah :

Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali


sesuai standar oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun
X 100

waktu tertentu
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun
Di UPTD puskesmas = Jumlah kunjungan bumil (K4) x 100
Jatisari

Jumlah sasaran ibu hamil


= 1517 x 100
1,687
= 89.9% ( Target 97%)

2. Cakupan pemberian tablet zat besi Fe3 pada ibu hamil


Di UPTD Puskesmas = Jumlah bumil yang mendapat tablet zat besi (Fe3) x 100
Jatisari

Jumlah sasaran ibu hamil


= 1410 x 100
1,687
= 83.6% ( Target 90%)

3. Cakupan pemberian imunisasi TT2 pada ibu hamil


Di UPTD Puskesmas = Jumlah bumil yang mendapat imunisasi (TT2)
Jatisari

x 100

Jumlah sasaran ibu hamil


= 440 X 100
1687
= 26.1% (Target 90%)

4. Cakupan penyuluhan
Cakupan penyuluhan perorangan dilaksanakan setiap kali kunjungan (100%).
Cakupan penyuluhan kelompok adalah 0% yaitu tidak dapat dinilai karena tidak ada
pencatatan yang lengkap.
5. Cakupan deteksi ibu hamil berisiko tinggi oleh tenaga kesehatan
Di UPTD Puskesmas = Jumlah ibu hamil yang berisiko tinggi
Jatisari

x 100

20%x Jumlah ibu hamil yang risiko tinggi


= 165 x 100
340
= 48.5% ( Target 100% )

6. Cakupan rujukan kasus risiko tinggi ibu hamil


Di UPTD Puskesmas = Jumlah ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk
Jatisari

20% xJumlah sasaran ibu hamil


= 162

x 100

340
= 47.6% (Target 100%)

x 100

7. Pencatatan dan pelaporan (tidak lengkap)


-

Laporan yang disajikan merupakan laporan absolut kedatangan ibu hamil ke semua
prasarana kesehatan seperti posyandu, puskesmas, bidan desa dan swasta namun
tidak spesifik dalam menyatakan tempat kunjungan.

Tidak ada data mengenai penyuluhan kelompok dan kunjungan rumah.

4.4 Lingkungan
4.4.1 Fisik
- Lokasi :
Mudah dicapai oleh ibu hamil, namun RS rujukan berlokasi agak jauh kurang
lebih 30 km daripada Puskesmas Kecamatan Jatisari dengan waktu tempuh
kurang lebih 1 jam menggunakan kendaraan roda empat.
-

Transportasi :
Tersedia sarana transportasi umum yang relatif murah seperti ojek dan
angkutan umum
Jalur jalan raya rata dan tidak sukar dilalui oleh prasarana trasportasi darat.
Terdapat beberapa bagian desa yang hanya boleh dijangkau dengan
kendaraan dua roda saja.
Di Puskesmas terdapat 1 ambulans yang siap pakai.

Fasilitas kesehatan :
1. Adanya fasilitas kesehatan yang lain antaranya tiga Praktek swasta dokter
umum, dan 15 Bidan praktek swasta.

4.4.2 Non fisik


- Pendidikan :
Sebagian besar penduduk berpendidikan rendah yaitu tamat SD.
-

Ekonomi:
Sebagian besar penduduk berpendapatan rendah.

4.5 Umpan balik


Adanya pencatatan dan pelaporan tiap bulan sebagai masukan dalam perencanaan
program ANC selanjutnya. Namun terdapat beberapa kegiatan dalam program ANC
yang tidak dicatat secara lengkap, antara lain :
- Penyuluhan kelompok bagi ibu hamil
- Kunjungan rumah ibu hamil
Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu kali yang
mengevaluasi program yang telah dilaksanakan.

Bab V
Pembahasan
No
I

Variable

Tolok ukur

Cakupan

Masalah

1. Cakupan K4

97%

89.9%

(+)7.3%

2. Cakupan Fe3

90%

83.6%

(+)7.1%

3. Cakupan TT2

90%

26.1%

(+)71.0%

4. Cakupan deteksi ibu hamil

100%

48.5%

(+) 51.5%

100%

47.6%

(+) 52.0%

100%

0%

(+) 100%

Keluaran

risiko tinggi
5. Cakupan rujukan ibu hamil
risiko tinggi
6. Cakupan kunjungan rumah
7. Cakupan penyuluhan

Perorangan

100%

100%

(-)

Kelompok

100%

0%

(+)100%

100%

Tidak lengkap

(+)100%

1. Tenaga program

Cukup

Cukup

(-)

2. Dana

Cukup

Cukup

(-)

- Vaksin TT

Cukup

Tidak cukup

(+)

Non medis

Cukup

Cukup

(-)

1. Perencanaan

Ada

Ada

(-)

2. Pengorganisasian

Ada

Ada

(-)

Dilakukan

Tidak dilakukan

(+)

8. Cakupan pencatatan dan


pelaporan
II

Masukan

3. Sarana

Medis

III Proses

3. Pelaksanaan

Kunjungan rumah

sepenuhnya

Penyuluhan kelompok

Dilakukan

Tidak dilakukan

(+)

sepenuhnya

Pencatatan dan

Dilakukan

(+)

sepenuhnya

pelaporan
4. Pengawasan

Tidak dilakukan

Dilakukan

Dilakukan

(-)

III Lingkungan

Fisik
1. Lokasi
2. Transportasi

Ada hambatan

.(+)

Tidak ada

(-)

hambatan
3. Fasilitas kesehatan

Tidak ada

(-)

hambatan
Non Fisik
1. Pendidikan

Ada

(+)

hambatan

Mayoritas
berpendidikan
rendah

2. Ekonomi

Ada

(+)

hambatan

Mayoritas
berpendapatan
rendah

Keterangan : (+) = bermasalah


Tabel 1: Hasil Pengamatan Cakupan di UPTD Puskesmas Jatisari Dibandingkan dengan Tolok
Ukur yang Telah Ditetapkan (Data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran IV)

Bab VI
Perumusan Masalah
Dari pembahasan hasil evaluasi program kerja di Puskesmas Jatisari ternyata terdapat beberapa
masalah.
6.1 Dari unsur keluaran

Cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebesar 89.9% dari target 97% sehingga besar masalah
adalah 7.1%.

Cakupan pemberian tablet besi Fe3 sebesar 83.6% dari target 90% sehingga besar masalah
adalah 6.4%.

Cakupan Imunisasi TT2 sebesar 26.1% dari target 90% sehingga besar masalah adalah
63.9%.

Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi sebesar 48.5% dari target 100% ibu hamil dengan
risiko tinggi sehingga besar masalah adalah 51.5%.

Cakupan rujukan ibu hamil risiko tinggi sebesar 47.6% dari target 100% ibu hamil
dengan risiko tinggi sehingga besar masalah adalah 52.0%.

Cakupan kunjungan rumah dilakukan pada setiap ibu hamil yang berisiko tinggi namun
tidak lengkap dan tidak ada data tertulissehingga besar masalah adalah 100%

Penyuluhan kelompok dilakukan tetapi tidak menyeluruh dan tidak ada data tertulis
sehingga besar masalah adalah 100%.

Cakupan pencatatan dan pelaporan tidak lengkap sehingga besar masalah adalah 100%.

6.2 Dari unsur lainnya


6.2.1 Masukan
Sarana medis
Tidak ada ketersediaan vaksin TT di puskesmas dari bulan Maret hingga Juli 2014.

6.2.2 Proses
Pelaksanaan :
-

Kunjungan rumah dilakukan namun tidak menyeluruh kepada semua ibu hamil
yang risiko tinggi

Penyuluhan kelompok dilakukan namun beberapa desa belum dilakukan dan


tidak mencapai 3 kali pertemuan.

Pencatatan dan pelaporan mengenai kunjungan rumah dan penyuluhan


kelompok tidak ada .

6.2.3 Lingkungan
Fisik :
- Lokasi : Jarak Puskesmas Jatisari ke rumah sakit rujukan sekitar 30 dan waktu
tempuh sekitar 1 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Non-fisik:
-

Pendapatan : Mayoritas masyarakat di Kecamatan Jatisari status ekonominya


rendah.

Pendidikan : Mayoritas penduduk di kecamatan Jatisari berpendidikan rendah

VII
Prioritas Masalah
1.1 Masalah menurut keluaran
A. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebesar 89.9% dari target 97% sehingga besar
masalah adalah 7.1%.
B. Cakupan pemberian tablet besi Fe3 sebesar 83.6% dari target 90% sehingga besar
masalah adalah 6.4%.
C. Cakupan Imunisasi TT2 sebesar 26.1% dari target 90% sehingga besar masalah adalah
63.9%.
D. Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi sebesar 48.5% dari target 100% ibu hamil
dengan risiko tinggi sehingga besar masalah adalah 51.5%.
E. Cakupan rujukan ibu hamil risiko tinggi sebesar 47.6% dari target 100% ibu hamil
dengan risiko tinggi sehingga besar masalah adalah 52.0%.
F. Cakupan kunjungan rumah dilakukan pada setiap ibu hamil yang berisiko tinggi
namun tidak lengkap dan tidak ada data tertulissehingga besar masalah adalah 100%
G. Penyuluhan kelompok dilakukan tetapi tidak menyeluruh dan tidak ada data tertulis
sehingga besar masalah adalah 100%.
H. Cakupan pencatatan dan pelaporan tidak lengkap sehingga besar masalah adalah 100%.
No

Parameter

Masalah
A

Besarnya masalah

Akibat yang ditimbulkan

Keuntungan sosial karena


selesainya masalah

Sumber daya yang tersedia


untuk menyelesaikan masalah

Teknologi yang tersedia dan


dapat dipakai.

Jumlah

14

17

20

21

19

16

16

16

Tabel 2: Prioritas masalah

Keterangan:

5 : Sangat penting

2 : Kurang penting

4 : Penting

1 : Sangat kurang penting

3 : Cukup penting/sedang

7.2 Yang menjadi prioritas masalah adalah :


1. Cakupan Imunisasi TT2 sebesar 26.1 % dari target 90%
2. Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi sebesar 48.5% dari target 100%

Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1 Masalah
A. Cakupan Imunisasi TT2 sebesar 26.1% dari target 90% sehingga besar masalah
adalah 71.0 .0%
o Penyebab masalah
Dari unsur masukan:
-

Tidak terdapat

suplai vaksin TT di Puskesmas selama 5 bulan mulai Maret

sehingga Juli sehingga cakupan imunisasi TT tidak dapat mencapai target yang
ditetapkan.
Dari unsur proses :
-

Pelaksanaan penyuluhan kelompok tidak sepenuhnya dilakukan di beberapa desa


sehingga materi memuatkan mengenai perawatan kehamilan khususnya
kepentingan pemberian imunisasi TT selama kehamilan tidak disampaikan kepada
ibu hamil.

Dari unsur lingkungan :


-

Tingkat pendidikan masyarakat secara keseluruhan di wilayah kerja rata-rata


masih pada tingkat rendah. Ini berhubungan dengan kurangnya pengetahuan,
sikap, dan perilaku ibu hamil mengenai kepentingan imunisasi TT pada ibu
hamil.

o Penyelesaian masalah :
1. Mengusulkan penyedian vaksin TT di puskesmas oleh Dinas Kesehatan.
2. Melaksanakan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil mengenai kepentingan
pemberian imunisasi TT .Bidan atau kader yang terlatih berperan dalam upaya
memberi penyuluhan tentang kepentingan imunisasi TT dalam waktu kehamilan
sehingga ibu-ibu hamil lebih peduli terhadap kehamilannya dan bersedia
mendapat imunisasi secara lengkap.
3. Para Bidan digalakan untuk melakukan pembinaan KIE (Komunikasi, Informasi,
Edukasi) tentang faktor-faktor risiko yang dapat terjadi selama kehamilan dan

persalinan

sehingga ibu-ibu hamil lebih peduli terhadap kehamilannya dan

bersedia mendapatkan imunisasi TT secara lengkap.

B. Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi sebesar 48.5% dari target 100% ibu hamil
dengan risiko tinggi sehingga besar masalah adalah 51.5%.
o Penyebab masalah
Dari unsur proses
- Penyuluhan kelompok ibu hamil belum dapat terlaksana dengan baik dan
menyeluruh.
- Tidak ada pencatatan dan pelaporan mengenai data kunjungan rumah ibu hamil
dan penyuluhan kelompok.
Dari unsur lingkungan
- Tingkat pendidikan dan ekonomi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas ratarata masih rendah sehingga pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil terhadap
kesehatan dan keselamatan ibu serta janin yang dikandungnya masih kurang.
o Penyelesaian masalah :
1. Membekalkan lembar pencatatan mengenai deteksi risiko tinggi ibu hamil
kepada bidan desa dan menyarankan mereka agar mengisi dengan lengkap. Dana
juga diberikan kepada wakil dari puskesmas untuk mengumpulkan laporan dari
bidan-bidan desa.
2. Mempertanggungjawabkan para kader dan bidan desa untuk melakukan
kunjungan rumah dan melakukan pendataan terutama ibu hamil yang berisiko
tinggi yang tidak dapat memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatan
seperti bidan desa, puskesmas, atau klinik bersalin untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan.
3. Mengadakan penyuluhan kelompok yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan
ibu hamil, agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya
kesehatan dan keselamatan ibu dan janin yang dikandungnya serta risiko tinggi
dalam kehamilan sehingga ibu hamil memiliki kesadaran untuk memeriksakan
sendiri kehamilannya di fasilitas kesehatan

4. Memperbaiki pencatatan dan pelaporan tentang kunjungan rumah ibu hamil


dan penyuluhan kelompok.

Bab IX
Kesimpulan dan Saran
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pelayanan antenatal dengan cara pendekatan sistem dapat
diambil kesimpulan bahwa program pelayanan antenatal di UPTD Puskesmas Jatisari
Kabupaten Karawang pada periode Augustus 2013 sampai dengan Juli 2014, sebagian besar
belum berjalan dengan baik. Ditemukan beberapa kekurangan yang menjadi proritas
masalah, yaitu:
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebesar 89.9% dari target 97%
Cakupan pemberian tablet besi Fe3 sebesar 83.6% dari target 90%
Cakupan Imunisasi TT2 sebesar 26.1% dari target 90%
Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi sebesar 48.5% dari target 100% ibu hamil
dengan risiko tinggi
Cakupan rujukan ibu hamil risiko tinggi sebesar 47.6% dari target 100% ibu hamil
dengan risiko tinggi .
Cakupan kunjungan rumah 0%, dilakukan pada setiap ibu hamil yang berisiko tinggi
namun tidak lengkap dan tidak ada data tertulis.
Penyuluhan kelompok adalah 0%, dilakukan tetapi tidak menyeluruh dan tidak ada data
tertulis.
Cakupan pencatatan dan pelaporan 0% yaitu tidak lengkap.

Dengan prioritas masalah :


- Cakupan Imunisasi TT2 sebesar 26.1% dari target 90%
- Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi sebesar 48.5% dari target 100%.
9.2 Saran
Saran untuk kepala puskesmas UPTD Puskesmas Jatisari.:
1. Cakupan Imunisasi TT2 sebesar 26.1% dari target 90%
o Membuat usulan kepada Dinas Kesehatan supaya menyediakan suplai vaksin yang
cukup kepada Puskesmas.

o Haruslah lebih tegas dan memainkan peranan penting dalam memastikan setiap
tenaga kesehatan lebih bertanggungjawab dan berdisiplin terhadap tugas yang
diberikan.
o Mengusahakan agar pembagian tugas terhadap penyuluhan kelompok tidak
memegang terlalu banyak tugasan supaya mereka lebih fokus terhadap program
yang dipertanggungjawabkan.
o Menggerakkan para bidan dan kader melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil
sesuai dengan tingkat pendidikan mereka mengenai kepentingan imunisasi TT dan
kepatuhan pengambilannya. Menggalakan para bidan untuk melakukan pembinaan
KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi).

2. Cakupan deteksi ibu hamil risiko tinggi sebesar 48.5% dari target 100%
o Membekalkan lembar pencatatan mengenai deteksi risiko tinggi ibu hamil kepada
bidan desa dan menyarankan mereka agar mengisi dengan lengkap.
o Menggerakkan bidan desa dan kader untuk melakukan kunjungan rumah dan
melakukan pendataan terutama ibu hamil yang berisiko tinggi yang tidak dapat
memeriksakan kehamilannya di fasilitas kesehatan .
o Mengarahkan bidan desa supaya dilakukan

penyuluhan kelompok yang sesuai

dengan tingkat pendidikan ibu hamil, agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu
hamil tentang pentingnya kesehatan dan keselamatan ibu dan janin yang
dikandungnya serta memahami risiko tinggi dalam kehamilan .
o Mengarahkan para bidan supaya memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai
program jampersal sehingga untuk masyarakat yang kurang mampu tetap dapat
berobat ke pelayanan kesehatan, terutama untuk ibu hamil risiko tinggi.
Diharapkan melalui saran di atas, program Pelayanan Antenatal di Puskesmas Jatisari
Karawang dapat berjalan dengan lebih baik pada periode yang akan datang sehingga dapat
meningkatkan cakupan sesuai target.

Daftar pustaka
1. Pelayanan antenatal. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta: 2009; hal 1-73.
2. World Health Organization(WHO) 2014. Trends in Maternal Mortality : 1990 to 2013.
3. Badan Pusat Statistik ,. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Disember
2012. Jakarta Indonesia
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. 2013.
5. Pedoman Pelayanan Antnatal Terpadu. Kementerian Kesehatan Direktur Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat 2010.
6. Pelayanan antenatal. Pedoman Pelayanan Antenatal. 2007. Departemen Kesehatan RI,
Jakarta: 2007; hal 1-83.

You might also like