You are on page 1of 8

Teori HSAB (hard soft acid and base) yang menggolongkan asam dalam tiga kategori (asam

keras, sedang dan asam lunak) dan basa juga dalam tiga kategori (basa keras, sedang dan basa lunak)
merupakan pengembangan dari teori asam basa Lewis.
Asam lewis meliputi:
1. H+, karena memiliki orbital kosong 1s
2. senyawa yang kekurangan elektron valensi menurut aturan oktet, seperti BeH2, AlH3, dan BH3
3. Spesies yang memiliki kemampuan untuk menambah elektron valensinya lebih dari 8, seperti PR 3,
dan SR2
4. Spesies yang memiliki ikatan rangkap polar sehingga memiliki kutub positif sehingga dapat
menarik pasangan elektron, seperti R2C=O, O=C=O, dan O=S=O
Sedangkan basa lewis meliputi:
1. Carbanion, R3C:2. NH3, PH3, AsH3, SbH3, dan basa konjugasinya dan turunanya (PR3 dll)
3. H2O, H2S, basa konjugasinya dan turunanya.
4. Anion-anion halida
5. Senyawa yang memiliki ikatan rangkat dua dan ikatan rangkap tiga dan ion-ionnya.
Untuk menentukan atau membandingkan kekuatan relatif antar basa lewis dapat dilakukan
dengan mengukur perubahan entalpi reaksi dengan menggunakan standar asam. Khusus untuk
kekuatan basa dengan standard asam proton (H+), pada asam basa Bronsted-Lowry, dikenal sebagai
afinitas proton (PA). Kebasaan diukur dengan afititas proton (kkal/mol) pada keadaan gas sesuai
urutan:
CH3->NH2->H->OH->F->SiH3>PH2>HS->Cl->Br->I->NH3>PH3>H2S>H2O>HI>
Namun jika asam standarnya diganti selain proton, afinitas terhadap asam terukur belum tentu sama
dengan urutan tersebut, seperti terjadi pada penggunaan asam lewis Hg 2+.
Hg2+ : afititas I-> Br-> Cl->FSc2+ : afititas F -> Cl-> Br->IKareana keadaan yang demikian kemudian Ahrland, Chatt dan Davies, membagi table periodik dalam
3 kelas yaitu
Klas a : afinitas terhadap F- lebih besar daripada afinitas terhadap IKlas b : borderline /sedang
Klas c : afinitas terhadap I- lebih besar daripada afinitas terhadap FPenjabaran lebih jauh sifat-sifat keasaman dan kebasaan yang dikembangkan dari pemikiran Ahrland,
Chatt dan Davies dikemukakan oleh Pearson (1968) yang menggolongkan akseptor dan donor elektron
ke dalam asam dan basa keras dan lunak.

Asam/basa keras
Ukuran kecil
Densitas muatan besar
Polarisabilitas rendah

Asam/basa lunak
Ukuran besar
Densitas muatan kecil
Polarisabilitas tinggi

Asam-basa keras digambarkan sebagai suatu spesies yang mempunyai ukuran relatif kecil, bermuatan
tinggi dan mempunyai polarisabilitas rendah. Sebaliknya asam-basa lunak digambarkan sebagai suatu
spesies yang mempunyai ukuran relatif besar, bermuatan rendah dan mempunyai polarisabilitas tinggi.
Tabel 1. Klasifikasi beberapa asam basa berdasar HSAB (Bowser, 1993 )

Terdapat hubungan antara energi orbital dengan kekerasan ataupun


kelunakan asam-basa. Asam keras lebih stabil kemungkinannya pada
orbital LUMO (lowest unoccupied molecular orbital), sedangkan basa
keras kurang stabil pada orbital HOMO (highest occupied molecular
orbital). Besarnya perbedaan energi antara orbital asam-basa keras
menyebabkan transfer muatan dari basa ke asam sangat eksotermik, dalam hal ini interaksi yang
paling dominan adalah interaksi ionik. Sebaliknya asam dan basa lunak mempunyai energi orbital
molekul yang kira-kira setara, sehingga interaksi kovalen menjadi sangat dominan. Overlab orbital
yang paling efektif adalah orbital yang mempunyai level energi yang setara. Umumnya asam keras

lebih cenderung untuk berpasangan dengan basa keras, sedangkan asam lunak lebih
menyukai basa lunak.
Donor number dan Acceptor number
Donor numbe r(DN)dan acceptor number (AN)khusus dipakai untuk penentuan aspek kuantitatif dari
tendensi keasaman Lewis pelarut atau kebasaan Lewis pelarut. Ukuran kuantitatif menggunakan data
thermodinamika. Jika Afinitas Proton (PA) diukur dengan menggunakan proton sebagai asam, maka
pengukuran DN (pendonoran) dan AN digunakan SbF5dan SbCl5 sebagai asam.

Pengukuran DN menggunakan SbF5. sedangkan pengukuran AN menggunakan


SbCl5.SbCl5memiliki harga AN = 100, dan harga DN= - sedangkan heksana memiliki
harga AN = 0. Satuan DN dan AN dalam kkal/mol. Pelarut dengan harga DN lebih besar
dari pada AN (misalnya piridin dan dietil eter) memiliki kecenderungan lebih kuat
sebagai basa lewis. Sedangkan pelarut dengan harga AN lebih besar dari pada DN
(misalnya metanol dan asam asetat) maka pelarut tersebut memiliki kecenderungan lebih
kuat sebagai asam lewis.
REFERENSI
Bowser, J.R., Inorganic Chemistry, 1993, Brooks/Cole Publishing Company, California.
Sharpe, A. G., Inorganic Chemistry, 3th edition, 1992, John Wiley and Sons, Inc., New
York.

Percobaan sintesis kalium nitrat ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami

pembuatan garam kalium nitrat yang diperoleh dari hasil reaksi antara Natrium nitrat
dengan Kalium klorida serta mempelajari pemisahan garam kalium nitrat dari hasil
samping Natrium klorida berdasarkan perbedaan kelarutan. Prinsip dalam percobaan
sintesis garam kalium nitrat ini yaitu berdasarkan perbedaan kelarutan dari masingmasing pereaksi. Cara atau metode yang digunakan adalah kristalisasi dan rekristalisasi.
Kristalisasi yaitu metode pemisahan dengan cara pembentukan kristal sehingga
campuran dapat dipisahkan sedangkan rekristalisasi yaitu pemurnian endapan yang
dihasilkan dari hasil kristalisasi. Untuk membuat

garam kalium nitrat yaitu dengan cara mereaksikan kalium klorida dengan natrium nitrat.
Jika larutan jenuh ini direaksikan maka akan terbentuk KNO
3
dan NaCl. Pada penjenuhan KCl dan NaNO
3
digunakan pelarut aquades yang sangat kecil volumenya. Fungsi pelarutan dengan
aquades adalah untuk melarutkan padatan KCl dan NaNO
3
tetapi kelarutan KCl dalam air lebih lama dibandingkan dengan kelarutan NaNO
3
. Ketika dilarutkan kedua bahan dengan aquades maka bahan tersebut akan terurai
menjadi ion ion. Reaksi yang terjadi adalah: KCl
(s)
+H
2
O
(l)
K
+(aq)
+ Cl
-(aq)
NaNO
3(s)
+H
2
O
(l)
Na
+(aq)
+ NO
3-(aq)
Untuk mendapatkan KNO
3

perlu dengan mencampurkan larutan KCl dengan larutan NaNO


3
. Ini dimaksudkan untuk mempercepat reaksi yang terjadi dan agar terjadi pertukaran ion,
yaitu ion K
+
dari KCl akan berikatan dengan ion NO
3dari NaNO
3
membentuk KNO
3
sedangkan Na
+
akan berikatan dengan ion Cl
membentuk NaCl. Reaksi yang terjadi: KCl
(aq)
+ NaNO
3(aq)
KNO
3(aq)
+ NaCl
(aq)
Tujuan dari penjenuhan larutan adalah karena dalam keadaan jenuh dan konsentrasi yang
tinggi pembentukan Kristal akan lebih maksimal. Sedangkan tujuan dari penyaringan
pertama adalah untuk memisahkan hasil reaksi dari zat-zat pengotor yang ada
didalamnya. Setelah campuran kedua larutan itu jenuh (kira-kira volume menjadi 10 mL)
kemudian didinginkan. Tujuan dari pendinginan adalah untuk mendapatkan Kristal KNO
3
karena menurut teori Kristal KNO
3
terbentuk pada suhu rendah atau sangat kecil sehingga ketika larutan itu didinginkan
dengan penangas es batu Kristal KNO
3
akan terbentuk atau mengkristal. Sedangkan garam lainnya yaitu NaCl
tidak akan mengendap atau mengkristal karena kelarutan NaCl sangat tinggi dalam air,
dan NaCl akan mengendap jika pelarut benar-benar habis. Reaksi yang terjadi: KNO
3(aq)
didinginkan
KNO
3(s)

Setelah didinginkan beberapa menit

dalam penangas es batu terdapat endapan putih berbentuk seperti jarum ,ini diperkirakan
sebagai Kristal atau endapan KNO
3
karena menurut teori karaktristik atau ciri dari endapan KNO
3
adalah berwarna putih berbentuk seperti jarum yang disebut rombik dengan panjang
sekitar 0,2

2 cm. setelah itu disaring dengan cara memisahkan air dan endapan pada gelas kimia
hasil pendinginan. Pada proses penyaringan ini digunakan kertas saring, endapan yang
ada dikristal saring adalah garam KNO
3
, sedangkan filtratnya adalah NaCl. Setelah disaring dilakukan pemanasan atau yang
disebut dengan rekristalisasi. Dimana rekristalisasi ini adalah suatu metode pemurnian
padatan. Rekristalisasi adalah metode yang sangat penting untuk pemurnian sebab
kemudahannya dan keefektifannya. Tujuan rekristalisasi adalah untuk memekatkan
endapan dengan tujuan untuk menghilangkan molekul air yang masih terikat dalam
endapan sehingga diperoleh larutan yang lebih murni. Setelah benar benar murni maka
didinginkan beberapa menit. Setelah didinginkan akan terbentuk Kristal yang dapat
diamati. Hal ini dilakukan karena didalam proses pembentukan Kristal diperlukan waktu
untuk terjadinya pengikatan antar molekul molekul. Dan karena dalam kristal KNO
3
tersebut kemungkinan masih ada zat pengotor maka dilakukan rekristalisasi sehingga
diperoleh Kristal KNO
3
yang murni yang berbentuk serbuk putih. Kemudian serbuk putih yang diperoleh
ditimbang dan diperoleh berat rendemen adalah 0.7171 gr. Ini berbeda dengan hasil
perhitungan secara teori yaitu 5.05 gr, sehingga hasil rendemen yang diperoleh adalah
14.2%. Rendemen yang diperoleh sangat kecil, hal ini mungkin disebabkan karena proses
penguapan kurang lama sehingga kedua larutan belum benar-benar jenuh. Bisa juga
disebabkan kurang lamanya pendinginan sehingga mungkin masih ada KNO
3
yang belum menjadi kristal.
PEMBAHASAN
Percobaan yang telah dilakukan yaitu mengenai Pembuatan Kalium Nitrat.
Percobaan pembuatan garam kalium nitrat ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan
garam kalium nitrat hasil reaksi antara Natrium nitrat dan Kalium klorida. Metode yang
digunakan yaitu Kristalisasi FRAKSINASI.Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan
kalium korida (KCl) dengan natriun nitrat (NaNO 3). Sesuai teori HSAB, K+ dan Na+
merupakan asam keras. Sedangkan Cl- dan NO3- merupakan basa keras. Dimana jika

direaksikan akan membentuk senyawa yang stabil, karena ketikka asam keras bereaksi
dengan asam keras maka akan membentuk senyawa yang stabil..
Praktikum pertama yang dilakukan yaitu pembuatan garam kalium NitraT terlebih
dahulu dengan mereaksikan Kalium Klorida dan Natrium nitrat sebagai reaktannya,
menggunakan pelarut aquades panas sehingga terbentuk suatu larutan, dimana hampir
semua reaksi kimia berlangsung pada fase larutanAkuades yang digunakan untuk
melarutkan reaktan tersebut harus dalam keadaan panas agar suhu tinggi ini dapat
melarutkan reakan secara sempurna, karena dapat memecah ikatan dalam senyawa
tersebut sehingga dapat terlarut membentuk ion ionnya. Untuk proses pelarutannya
dibantu teknik mekanik yaitu dengan pengadukan untuk mempercepat kelarutan reaktan
dalam akuades. Kelarutan yang bertambah cepat dikarenakan intensitas tumbukan antar
molekul dalam larutan semakin sering sehingga menambah panas dan dapat mempercepat
kelarutan. Jika larutan jenuh dari masing-masing reaksi dicampur, maka NaCl akan
mengendap, karena NaCl kurang larut dalam aquadest. Kelarutan bergantung pada
berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain didalam larutan itu
dan pada komposisi pelarutnya. Campuran larutan Kalium klorida dan garam natrium
nitrat ini dipanaskan dan diuapkan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi antara
larutan Kalium klorida dan garam natrium nitrat.
Reaksi yang terjadi adalah :

Dari

diagram

kelarutan garam diatas,


kelarutan KCl lebih tinggi
daripada kelarutan NaCl,

dimana dalam 100 g H2O NaCl maksimal yang bisa larut hanya berkisar 40 gram pada
suhu 100 C , sedangkan KCl berkisar 58 gram dalam 100 H2O pada suhu yang sama.
Ketika kedua senyawa tersebut direaksikan akan menghasilkan KNO3 dimana
kelarutannya sangat tinggi dalam H2O, dimana dalam suhu sekitar 52 C , 100 g garam ini
dapat larut dalam 100 g H20. Perubahan kelarutan dengan berubahnya suhu dapat
menjadi dasar untuk pemisahan
Pada proses pemanasan menghasilkan endapan putih dan terjadi suatu proses
penguapan yaitu dengan tujuan agar larutan pengotor atau aquadest dapat hilang dengan
cara terjadinya pemecahan mejadi gas O2 dan H2 yang akan teruapkan. Larutan ini
diuapkan sampai setengah dari volume awal karena dalam hal ini aquades yang
digunakan untuk pelarut juga banyak. Setelah itu dilakukan penyaringan saat masih panas
dengan tujuan untuk memisahkan hasil reaksi campuran natrium nitrat dan kalium klorida
dengan pengotornya yang masih terdapat dalam filtrat. Didapat pengotornya berupa
endapan putih, yakni endapan NaCl karena NaCl kurang larut dalam air dibandingkan
KNO3 ( Ksp NaCl= 1,6 x 10-5 ) dan garam-garam cenderung mudah larut dalam air.
Dilanjutkan penguapan lagi pada larutan sampai volumenya menjadi setengahnya
lagi. Dalam proses ini timbul kekeruhan seperti endapan putih lagi, inilah kristal kalium
nitrat yang dihasilkan, karena merupakan garam sehingga ketika diuapkan larutan ini
meletus-letus airnya keluar dari gelas beaker. Sehingga penguapan dilanjutkan dengak
meletakkan gelas beaker yang digunakan pada wadah beriasi air yag dipanaskan diatas
pemanas sehingga letupan-letupan dapat dicegah. Selain itu proses ini juga untuk
memaksimalkan penghilangan pengotor-pengotornya. Kemudian hasil yang diperoleh
didinginkan didalam penangas es berisi es batu, agar larutan cepat mengkristal.
Pendinginan dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil daya larut, Jika larutan
didinginkan, maka larutan akan mengendap. Endapan adalah zat yang memisahkan diri
sebagai suatu fase yang keluar dari larutan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi
terlalu jenuh dengan zat yang bersngkutan. Kristal yang terbentuk diambil dengan
penyaringan menggunakan kertas saring, dimana kertas dapat meloloskan fasa air dan
menahan fasa padat sehingga dapat dipisahkan. Sehingga diperoleh endapan Kalium
Nitrat.
Selanjutnya dilakukan proses pemurnian endapan kalium nitrat tersebut. Percobaan

ini bertujuan untuk memisahkan garam kalium nitrat dari hasil samping natrium klorida.
Endapan kalium nitrat yang dihasilkan ditambahkan sedikit aquadest panas dengan tujuan
agar larutan garam Kalium nitrat dapat terpisah dari hasil samping yang berupa ion
klorida. Larutan garam Kalium nitrat dapat terpisah dari ion klorida karena ion klorida
terikat dengan molekul air. Sehingga fungsi aquadest yaitu untuk mengikat garam kalium
nitrat dan memisahkannya dari hasil samping yaitu berupa natrium klorida. Garam
kalium nitrat mudah larut dalam aquadest sehingga aquadest yang dipakai hanya sedikit
untuk meminimalisir garam kalium nitrat yang larut dan agar diperoleh kristal kalim
nitrat yang banyak. Selanjutnya dilakukan pendinginan dengan tujuan untuk
mempercepat pembentukan kristal, Jika larutan didinginkan, maka larutan akan
mengendap membentuk kristal. Sambil diukur volumenya menggunakan gelas ukur,
pendinginannya dilakukan dalam suhu ruang sebentar agar kristal yang diperoleh banyak
dan tidak rapuh. Baru setelah itu lalu didinginkan dalam penangas es agar endapan kristal
cepat terbentuk. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan tujuan untuk memisahkan
suatu endapan dari larutan sehingga diperoleh kristal garam Kalium Nitrat. Kristal ini
berwarna putih dan masih mengandung air. Untuk menghilangkan kandungan air
dilakukan pemanasan dengan oven selama -+ 24 jam pada suhu 100C. Setelah kering
atau kandungan air hilang, dilakukan penimbangan dan diperoleh rendemen nyata kristal
garam kalium nitrat seberat 2,5 gram.

You might also like