You are on page 1of 9

ODAXTOMCAT

HIDUP INI UNTUK TERUS MAJU BUKAN UNTUK


TERUS MENGELUH

Makalah konsep kesadaran hukum dan nilai


nilai hukum
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB 1 PENDAHULUAN . 1
1. LATAR BELAKANG . 1
2. RUMUSAN MASALAH ..
1
BAB II PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.

Konsep kesadaran hukum dan nilai-nilai ..


Hubungan kesadaran hukum dan ketaatan hukum
Arti kepastian hukum
Macam-macam metode penafsiran hukum .

BAB III KESIMPULAN .


BAB IV PENUTUP .. .
DAFTAR PUSTAKA ..

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pada umumnya orang berpendapat bahwa kesadaran hukum yang tinggi mengakibatkan para
warga masyarakat mematuhi ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. apabila kesadaran hukum
sangat rendah maka derajat kepatuhan terhadap hukum juga tidak tinggi. Dengan demikian
pendapat tersebut berkaitan dengan berfungsinya hukum dalam masyarakat atau efektivitas dari
ketentuan-ketentuan hukum di dalam pelaksanaannya.Dengan kata lain yang menjadi
permasalahannya,apakah ketentuan hukum benar-benar bisa berfungsi atau tidak dalam
masyaraka.
Maka dengan adanya makalah sederhana ini di harapkan masyarakat berkeinginan untuk
mempelajari ilmu hukum karna pada kenyataannya banyak masyarakat yang belum mengerti
atau memahami tentang kesadaran dan ketaatan hukum itu sendiri dan semoga dengan
mempelajari ilmu hukum,masyarakat akan lebih jauh mengerti mengenai seberapa pentingnya
kesadaran dan ketaatan hukum yang sesungguhnya dan masyarakat dapat merealisasikan ke
dalam kehidupan sehari-hari serta masyarakat bisa menjadi masyarakat yang tertib hukum.
B.

RUMUSAN MASALAH

v Jelasakan arti dari konsep kesadaran hukum dan nilai-nilai hukum ?


v Jelaskan hubungan antara kesadaran hukum dengan ketaatan hukum ?
v Jelaskan arti dari kepastian hukum ?
v Jelaskan macam macam metode penafsiran hukum ?
BAB II
PEMBAHASAN

1.

Arti dari konsep kesadaran hukum dan nilai nilai hukum

Menurut Dra.Rispawati pada bukunya yang berjudul pengantar ilmu hukum dan pengantar tata
hukum Indonesia tahun 2005,konsep kesadaran hukum dan nilai nilai hukum tidak akan pernah
lepas dari masalah psikis. Adapun yang di maksud psikis adalah totalitas segala peristiwa
kejiwaan baik yang di sadari maupun yang tidak di sadari .kesadaran itu mempunyai dua
komponen yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa.

Adapun beberapa definisi tentang konsep kesadaran hukum ialah :


1. sadar ( kesadaran ) adalah kesadaran kehendak dan kesadaran hokum.
2. sadar di artikan merasa,tahu,ingat keadaan sebenarnya dan ingat keadaan dirinya serta
tahu pentingnya nilai-nilai hukum yang di terapkan.
3. kesadaran juga di artikan sebagai keadaan tahu,mengerti dan merasa,misalnya tentang
harga diri,kehendak hukum dan lainnya.

Ia juga berpendapat bahwa kesadaran hukum yang tinggi bisa membuat para warga masyarakat
mematuhi ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.namun sebaliknya,bila kesadaran hukum
sangat rendah maka kepatuhan terhadap hukum tidak tinggi.

Berfungsinya hukum sangat tergantung pada efektifitas penanaman hukum misalnya, apabila ada
peraturan lalulintas yang baru, maka pertama-tama yang perlu adalah pengumuman melalui
macam-macam alat media masa. Kemudian perlu diambil jangka waktu tertentu dimana ditelaah
reaksi masyarakat seprti apa, Apakah timbul kesadaran untuk mematuhi hukum atau tidak.
Apabila jangka waktu tersebut telah lampau, maka barulah diambil tindakan yang tegas terhadap
seseorang pelanggar yang tidak mau mematu.lhi hukum tersebut.

Pada umumnya orang berpendapat, bahwa kesadaran hukum yang tinggi, mengakibatkan para
warga masyarakat mematuhi ketentuan ketentuan hukum yang berlaku. Sebaliknya, apabila
kesadaran hukum sangat rendah, maka derajat kepatuhan terhadap hukum juga tidak tinggi.
Dengan demikian, pendapat tersebut berkaitan dengan berfungsihnya hukum dalam masyrakat
atau efektifitas dari ketentuan ketentuan hukum didalam pelaksanaannya dengan kata lain
apakah ketentuan hukum tertentu berfungsih atau tidak dalam masyarakat.

Dengan demikian, maka masalah kesadaran hukum rakyat banyak, sebenarnya menyangkut
factor factor apakah suatu ketentuan hukum diketahui, diakui, dihargai dan ditaati. Apabila
para warga masyarakat, hanya mengetahui adanya suatu ketentuan hukum, maka taraf kesdaran
hukumnya lebih rendah dari pada apabila mereka mengakuinya, dan seterusnya. Hal inilah yang
lazim terjadi dalam kalangan sosiologi. Hukum dinamakan legal consciousness atau
knowledge and opinion abaut law ( KOL ).

2.

Hubungan antara kesadaran hukum dengan dengan ketaatan hukum

Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan, atau perintah dari
luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Dengan berjalannya kesadaran hukum di
masyarakat, maka hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga
yang benar benar terbukti melanggar hukum.
Ketaatan hukum adalah ketaatan yang timbul dari kesadaran moral, keinsafan dari dalam
diri sendiri yang merupakan sikap batin yang tumbuh dari rasa tanggung jawab.
Kesadaran hukum mempunyai korelasi atau hubungan positif dengan ketaatan hukum,
makin tinggi kesadaran hukum seseorang, maka makin tinggi juga ketaatan hukumnya, dengan
begitu dapat diharapkan kepenting kepentingan pribadi, kelompok, masyarakat, dan Negara
akan terjamin menurut hukum. Sebaliknya kesadaran hukum yang rendah cenderung pada
pelanggaran hukum,dengan berbagai kemungkinan korban dan kerugian yang di deritanya makin
rendah kesadarn hukum ,makin banyak pelanggaran ,dan makin besar juga korbannya.

Penafsiran atau interpretasinya adalah menentukan arti atau suatu teks atau bunyi suatu pasal
berdasar pada kaitannya.ada beberapa metode penafsiran hukum yang lazim di terapkan yaitu
penafsiran gramatikal,penafsiran sistematis,penafsiran histories,dan penafsiran teleologis
Indikator indikator dari kesadaran hukum, sebenarnya merupakan petunjuk yang
konkrit tentang adanya taraf kesadaran hukum tertentu. Dengan adanya indikator indikator
tersebut, maka seseorang yang menaruh perhatian terhadap kesadaran hukum, akan dapat
mengetahui apa yang sesungguhnya merupakan kesaradn hukum.

Adapun indikator indikator kesadaran hukum antara lain :


1. Pentahuan hukum, artinya sseorang mengetahui, bahwa perilaku prilaku tertentu, diatur
oleh hukum.
2. Pemahaman hukum, artinya seorang warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan
pemahaman mengenai aturan aturan tertentu terutama dari segi isinya.
3. Sikap hukum, artinya seseorang mempunyai kecendrungan untuk mengadakan penilaian
tertentu terhadadp hukum.
4. Perilaku hukum, artinya seseorang berprilaku sesuai dengan hukum yang berlaku.

3.

ARTI KEPASTIAN HUKUM

Kepeastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif,
bukan sosiologis.kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan
diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis.jelas dalam artian tidak
menimbullkan keraguan dan logis dalam artian ia menjadi suatu system norma dengan norma
lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma.

Konflik norma yang ditimbulkan dari ketidak pastian aturan dapat berbentuk kontestasi
norma, reduksi norma, distorsi norma. Jadi, arti dari kepastian hukum adalah kepastian aturan
hukum, bukan kepastian tindakan terhadap atau tindakan yang sesuai dengan aturan hukum.

4.

Macam macam metode penafsiran hukum

Penafsiran atau interpretasi adalah menentukan arti atau makna suatu teks atau bunyi
suatu pasal berdasar pada kaitannya. Ada beberapa metode penafsiran hukum yang lazim
diterapkan, yaitu :
1. Penafsiran gramatikal atau konteks
adalah penafsiran menurut tata bahasa atau kata kata. Bahasa merupakan saran yang penting
bagi hukum. Penafsiran undang undang itu pada dasarnya selalu merupakan penjelasan dari
segi bahasa. Peraturan hukum hendaknya dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tidak
mengandung pengertian beraneka ragam. Akan tetapi pembuat UU tidak selamanya dapat
melakukannya. Dalam kondisi seperti ini seorang hakim wajib mencari arti kata sesuai dengan
kelaziman penggunaan sehari hari, menggunakan kamus, meminta keterangan dari ahli bahasa,
atau dengan mengkaji sejarah penggunaan kata. Misalnya : istilah menggelapkan ari pasal 41
KUHP ada kalanya ditafsirkan dengan menghilangkan.
2. Penafsiran historis
Tiap peraturan perundang undangan memiliki sejarahnya sendiri. Penafsiran hukum
berdasarkan sejarahnya ada 2 macam : pertama, penafsiran menurut sejarah hukum ( recht
historische interprestatien ) yang hendak memahami UU dalam konteks sejarah hukum secara

luas. Kedua, penafsiran sejarah penetapan peraturan perundang undangan adalah penafsiran
hukum dengan menyelidiki maksud pembuat UU yang bisa di lacak dari dokumen dokumen
yang berisi tentang proses terjadinya suatu UU sejak dari rancangan hingga di undangkan.
1. Penafsiran sistematis
Terjadinya sebuah UU selalu berkaitan dan berhubungan dengan peraturan perundang
undangan yang lain. Setiap UU atau aturan adalah bagian dari suatu sistim hukum. Menafsirkan
UU sebagai bagian dari keseluruhan perundang undangan dengan jalan menghubungkannya
dengan UU yang lain di sebut interprestasi sistematis
Penafsiran sistematis dengan cara mempelajari system dan rumusan UU yang meliputi :
1. penalaran analogi dan penalaran akontrario. Penggunaan analogi, berarti pengeluasan
berlakunya kaedah UU, sedangkan kegunaan kontrario yaitu memastikan sesuatu yang
tidak disebut oleh pasal UU secara kebalikan.
2. Penafsiran ektensif dan restriktif (bentuk bentuk yang lemah yang terdahulu secara
logis tak ada perbedaan.

1. Penafsiran sosiologis
Dalam penafsiran sosiologis atau peraturan perundang undangan disesuaikan dengan situasi
dan kondisi social yang baru. Peraturan yang sudah usang tetapi masih berlaku diaktualisasikan
sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan masa kini. Artinya : Penafsiran
sosiaologis ialah sesuatu penafsiran untuk memahami aturan hukum sehingga peraturan tersebut
dapat diterapkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat.

1. Penafsiran otentik
Penafsiran otentik atau penafsiran resmi adalah penafsiran yang diberikan sendiri oleh pembuat
UU atau istansi resmi yang ditunjuk oleh UU melalui penjelasan penjelasan yang dilampirkan
sebagai bagian yang tak terpisah dengan UU-nya.

BAB III
A.

KESIMPULAN

B.

SARAN

BAB IV
PENUTUP
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan YME atas pertolongannyalah kami dapat
menyejesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Namun demikian kami menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik dari sisi substansi isi maupun
teknis penulisan, itu semua terpulang pada kami sendiri. Untuk itu kami menerima saran atau
masukan agar kami dapat memperbaiki kekurangan dari makalah ini.
Akhirnya dengan penuh kerendahan hati, kami minta maaf apabila terdapat kesalahan kata atau
penulisan dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Sanusi, 1984, Pengantar Ilmu Hukum dan Pengantar Tata Hukum Indonesia, Transito,
Bandung
L.J.van Apeldom, 1983 , pengantar ilmu hukum,Pradnya paramita,bandung.
Rispawati,2005, pengantar ilmu hukum dan pengantar tata hukum Indonesia ,universitas
mataram,mataram

You might also like