You are on page 1of 10

LAPORAN PENDAHULUAN

TINDAKAN KURETASE
A. PENGERTIAN KURETASE
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase
(sendok kerokan).
Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada
dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok
kuret) ke dalam kavum uteri.
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase
(sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya
uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.
Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim.
Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak
berkembang maupun sudah meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain
jaringan semacam itu harus dikeluarkan. ( Dr. H. Taufik Jamaan, Sp.OG )
Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan
biologis atau puing di sebuah biopsi, eksisi, atau prosedur pembersihan. (Michelson,
1988).
B. TUJUAN KURETASE
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada
dua yaitu:
1. Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk
membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak
diharapkan.
2. Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim,
apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang
dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan
pasien sebelum menjalani kuret.

Persiapan Sebelum Kuretase :


Konseling pra tindakan :

1. Memberi informed consent.


2. Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita.
3. Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan: garis
besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan.
4. Memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien dipuasakan.
Pemeriksaan sebelum curretage :
1. USG (ultrasonografi).
2. Mengukur tensi dan Hb darah.
3. Memeriksa sistim pernafasan.
4. Mengatasi perdarahan.

5. Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit


Persiapan Tindakan :
1. Menyiapkan pasien.
2. Mengosongkan kandung kemih.
3. Membersihkan genetalia eksterna.
4. Membantu pasien naik ke meja ginek.
5. Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan
Paru paru dan sebagainya.
6. Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis.
7. Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan
ketalar.
8. Sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus dipersiapkan dari
ruangan.
9. Puasa: Saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam sebelumnya.
Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan
dengan maksimal.
Cek adanya perdarahan
Dokter akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah pasien mengalami
gangguan perdarahan atau tidak. Jika ada indikasi gangguan perdarahan, kuret akan
ditunda sampai masalah perdarahan teratasi. Namun tak menutup kemungkinan
kuret segera dilakukan untuk kebaikan pasien. Biasanya akan dibentuk tim dokter
sesuai dengan keahlian masing-masing, dokter kandungan, dokter bedah, dokter

hematologi, yang saling berkoordinasi. Koordinasi ini akan dilakukan saat


pelaksanaan kuret, pascakuret, dan sampai pasien sembuh.
Persiapan psikologis
Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang
bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi.
Tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Sebenarnya, seperti halnya persalinan
normal, sakit tidaknya kuret sangat individual. Sebab, segi psikis sangat berperan
dalam menentukan hal ini. Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu
sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi. Sebab rasa takut
akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat
bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah
bekerja lebih dahulu. Walhasil, dokter akan menambah dosisnya.
Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi
rasa takut, biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang
diberikan kecil sudah bisa bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum
menjalani kuret ibu harus mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat
berjalan dengan baik. Persiapan psikis bisa dengan berusaha menenangkan diri
untuk mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret adalah jalan yang terbaik untuk
mengatasi masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta bantuan kepada orang
terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya. Bila diperlukan, gunakan
jasa psikolog apabila ibu tak yakin dapat mengatasi masalah ini sendirian.
10. Mengganti baju pasien dengan baju operasi.
11. Memakaikan baju operasi kepada pasien dan gelang sebagai identitas
12. Pasien dibawa ke ruang operasi yang telah ditentukan
13. Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan, kemudian
pasien dibius dengan anesthesi narkose
14. Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas dan monitor EKG
15. Bebaskan area yang akan dikuret.
16. Persiapan petugas
a) Mencuci tangan dengan sabun antiseptic.
b) Baik dokter maupun perawat instrumen melakukan cuci tangan steril.
c) Memakai perlengkapan : baju operasi, masker dan handscoen steril
d) Perawat instrumen memastikan kembali kelengkapan alat-alat yang akan
digunakan dalamtindakan kuret.

e) Alat disusun di atas meja mayo sesuai dengan urutan


17. Persiapan alat dan obat :
a) Alat tenun, terdiri dari :baju operasi, laken, doek kecil, sarung meja mayo.

b) Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan aseptic
berisi :
-

Speculum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIMS/L (2) ukuran
S/M/L) speculum 2 Buah.

Sonde (penduga) uterus:

untuk mengukur kedalaman rahim.

untuk mengetahui lebarnya lubang vagina.

Cunam muzeus atau Cunam porsio

Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar

Bermacam macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 SET)

Cunam tampon (1 buah)

Pinset dan klem

Kain steril, dan sarung tangan dua pasang.

Menyiapkan alat kuret AVM

Ranjang ginekologi dengan penopang kaki

Meja dorong / meja instrument

Wadah instrumen khusus ( untuk prosedur AVM )

AVM Kit (tabung, adaptor, dan kanula)

Tenakulum (1 buah)

Klem ovum/fenster (2 buah)

Mangkok logam.

Dilagator/ busi hegar (1 set)

Lampu sorot

Kain atas bokong dan penutup perut bawah

Larutan anti septik (klorheksidin, povidon iodin, Alkohol)

Tensimeter dan stetoskop.

Sarung tangan DTT dan alas kaki

Set infus

Abocatt

Cairan infus

Wings

Kateter Karet 1 buah

Spuit 3 cc dan 5 cc

c) Obat-obatan :
1)

Analgetik ( petidin 1-2 mg/Kg BB


Indikasi :Nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah.
Kontra indikasi : Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut
akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala.
Efek samping : Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over
dosis menimbulkan Sediaan Petidin (generik) injeksi 50 mg/ml, tabl 50 mg

2) Ketamin HCL 0.5 ml/ Kg BB


Ketamine (Ketalar or Ketaject) merupakan arylcyclohexylamine yang
memiliki struktur mirip dengan phencyclidine. 11 Ketamin pertama kali
disintesis tahun 1962, dimana awalnya obat ini disintesis untuk menggantikan
obat anestetik yang lama (phencyclidine) yang lebih sering menyebabkan
halusinasi dan kejang. Obat ini pertama kali diberikan pada tentara amerika
selama perang Vietnam. Ketamin hidroklorida adalah golongan fenil
sikloheksilamin, merupakan rapid acting non barbiturate general anesthesia.
Ketalar sebagai nama dagang yang pertama kali diperkenalkan oleh Domino
dan Carson tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi umum. Ketamin
kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan
takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat
menimbulkan muntah muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk. Ketamin
juga sering menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan
mimpi gembira yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan
emergence phenomena.
Mekanisme kerja
Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam
otak dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan
interaksi terhadap reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan
juga efek analgesik.

Efek farmakologis

Efek pada susunan saraf pusat. Apabila diberikan intravena maka dalam waktu
30 detik pasien akan mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai
tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus.
Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari, seperti
gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila diberikan secara
intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan
mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien
mengalami agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan
tekanan darah intrakranial.
Efek pada mata
Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi
peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus
koroidalis.
Efek pada sistem kardiovaskular.
Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa
meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat
efek inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Efek pada sistem respirasi
Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat
menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga
merupakan obat pilihan pada pasien ashma.
Dosis dan pemberian
Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila
akses pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak anak. Ketamin
bersifat larut air sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi
adalah 1 2 mg/KgBB secara I.V atau 5 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis
sedatif lebih rendah yaitu 0,2 mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan
efek yang diinginkan. Untuk pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten
atau kontinyu. Emberian secara intermitten diulang setiap 10 15
menitdengan dosis setengah dari dosis awal sampai operasi selesai.
Efek samping
Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada
mulut,selain itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan
mimpi buruk juga terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek

mioklonus pada otot rangka selain itu ketamin juga dapat meningkatkan
tekanan intracranial. Pada mata dapat menyebabkan terjadinya nistagmus dan
diplopia.
Kontra indikasi
Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah
disebutkan diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja.
Pada pasien yang menderita penyakit sistemik penggunaanya harus
dipertimbangkan seperti tekanan intrakranial yang meningkat, misalnya pada
trauma kepala, tumor otak dan operasi intrakranial, tekanan intraokuler
meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan pada operasi intraokuler.
Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif terhadap obat obat
simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes militus , PJK dll.
3) Tramadol 1-2 mg/ BB
Indikasi : Nyeri sedang sampai berat.
Kontra indikasi : Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut
akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala .
Efek samping : Mual, muntah, konstpasi, ketergantungan / adiksi pada over
dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian. Sediaan
Tramadol (generik) injeksi 50 mg/ml, tablet 50 mg
4) Sedativa ( diazepam 10 mg)
Indikasi : Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan
pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot.
Cara Pemberian : Injeksi i.m atau injeksi i.v lambat : (kedalam vena besar
dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit)untuk ansietas akut berat,
pengendalian serangan panik akut, penghentian alkohol akut, 10 mg, jika perlu
ulangi setelah 4 jam.Catatan : Rute i.m hanya digunakan jika rute oral dan i.v
tidak mungkin diberikan.
Kontraindikasi : Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis,
insufisiensi pulmoner akut, glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut,
trimester pertama kehamilan, bayi prematur; tidak boleh digunakan sebagai
terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang disertai dengan depresi.
Efek Samping : Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia,
rasa malas, vertigo, sakit kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. Efek lain :
gangguan pada saluran pencernaan, konstipasi, nafsu makan berubah,

anoreksia, penurunan atau kenaikan berat badan, mulut kering, salivasi, sekresi
bronkial atau rasa pahit pada mulut.
5) Atropine sulfas 0.25- 0.50 mg/ml
Indikasi : Spasme/kejang pada kandung empedu, kandung kemih dan usus,
keracunan fosfor organik.
Kontraindikasi : Glaukoma sudut tertutup, obstruksi/sumbatan saluran
pencernaan dan saluran kemih, atoni (tidak adanya ketegangan atau kekuatan
otot) saluran pencernaan, ileus paralitikum, asma, miastenia gravis, kolitis
ulserativa, hernia hiatal, penyakit hati dan ginjal yang serius.Dosis : 0.25- 0.50
mg/ml
6) Oksigen dan regulator
Pemberian oksigen dilakukan setelah post operasi pasien diberikan oksigen 2
liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai
dipindahkan ke ruangan perawatan.
C. PERAWATAN POST KURETASE
Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain.
Harus menjaga bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu
berat, tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai
keluhannya benar-benar hilang, dan meminum obat secara teratur. Obat yang
diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang rasa sakit. Jika ternyata muncul
keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah
memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret yang kedua
karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul, biasanya
kuret berjalan dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.
Hal-hal yang perlu juga dilakukan:
1. Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan

terus memastikan apakah pasien sudah bernapas spontan atau belum.


2. Setelah itu pasien dipindahkan ke recovery room.
3. Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih.

4. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi
keadaan pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.
5. Konseling pasca tindakan.

6. Melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi

Dampak Setelah Kuretase


Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter
kandungan yang sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa
saja pada saat melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah
kaku atau membatu seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat.
Berikut adalah dampaknya:
a. Perdarahan
Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi
perdarahan. Untuk itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa
sedikit pun. Bila ada sisa kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus
segera dilakukan. Biasanya hal ini terjadi pada kasus jaringan yang sudah
membatu. Banyak dokter kesulitan melakukan pembersihan dalam sekali tindakan
sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun biasanya bila dokter tidak yakin sudah
bersih, dia akan memberi tahu kepada si ibu, Jika terjadi perdarahan maka segera
datang lagi ke dokter.
b. Cerukan di Dinding Rahim
Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan
cerukan di dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan
mengganggu kesehatan rahim.
c. Gangguan Haid
Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim,
dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran siklus haid.
d. Infeksi
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa
memicu terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang
basah oleh cairan seperti darah.
e. Kanker
Sebenarnya kecil kemungkinan terjadi kanker, hanya sekitar 1%. Namun bila
kuret tidak dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak
mendapatkan penanganan yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker. Disebut
kanker trofoblast atau kanker yang disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di
dinding rahim.
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Asih Y. Penatalaksanaan Bedah Obstetri, Ginekologi dan Traumatologi di Rumah
Sakit, edisi pertama, Jakarta: EGC 1993: 63

2. Cunningham FG, Mac'Donald PC, Gant NF. Obstetri William (Williams


Obstetrics). Alih bahasa: Sojon: J. Hartono H, editor, Ronaldi DH, edisi 18,
cetakan I, Jakarta EGC, 1995: 588-91
3. Husodo L. Usaha menghentikan kehamilan, dalam: Wiknjosastro H, ed. Ilmu
Kebidanan, edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 1994: 796-99.
4. Melfiawati S. Kapita selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, edisi pertama,
Jakarta: EGC, 1994: 511-13
5. Mochtar, Rustam, Prof. Dr. M. Ph,1998. Synopsis Obstetri, Jilid I, Edisi
2,EGC:Jakarta
6. Untoro R, dkk. Buku Panduan Pelatih, Pelatihan Keterampilan Klinik Esensial
Dasar Obstetri dan Neonatal, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan
Keluarga: Jakarta, 1996 : 38-41

You might also like