You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan
yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22
minggu dan beratnya kurang dari 500gr (liewollyn, 2002). Terdapat beberapa
macam abortus, yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik.
Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang
baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan
pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.
Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus
terapeutik (Prawirohardjo, 2002).
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya
wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya
menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui
kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun,
dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000 - 750.000 janin yang
mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus desidua
secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak
perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin
yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan
kemudian plasenta (Prawirohardjo, 2002).
Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di
kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang
sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak

boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal
ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya
abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan
keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian
abortus.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkan asuhan keperawatan pada
ibu dengan kejadian Abortus sesuai dengan konsep teori asuhan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui dan memahami definisi abortus.
b) Mengetahui dan memahami jenis jenis abortus beserta tanda dan
gejalanya.
c) Mengetahui dan memahami epidemiologi dari abortus
d) Mengetahui dan memahami etiologi dan web of causation abortus
e) Mengetahui dan memahami komplikasi dari abortus.
f) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari abortus.
g) Mampu menyusun dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan abortus.

C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Abortus?
2. Apa saja etiologi dari Abortus?
3. Apa saja klasifikasi dari Abortus?
4. Apa patofisiologi dari Abortus?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Abortus?
6. Apa saja komplikasi dari Abortus?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Abortus?

8. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan pada Ibu dengan Komplikasi


Abortus?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi
kurang dari 20 minggu dan berat badan janin kurang dari 500 gram
(Murray, 2002)

B. Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
1. Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran. Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebabsebab abortus spontan yaitu:
a. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan
kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak
mungkin hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh
karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau
kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan
disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa sebab abortus adalah :
1) Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak
mempengaruhi terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi
X. Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester pertama
yang disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom.
Sedangkan pada monosomi X (45, X) merupakan kelainan

kromosom

tersering

dan

memungkinkan

lahirnya

bayi

perempuan hidup (sindrom Turner).


2) Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi,
yaitu aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid
terjadi

karena

adanya kelainan kromosom

baik

kelainan

struktural kromosom atau pun komposisi kromosom. Sedangkan


pada abortus euploid, pada umumnyanya tidak diketahuai
penyebabnya. Namun faktor pendukung aborsi mungkin
disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan beberapa
faktor ayah serta kondisi lingkungan. (Williams,2006)

b. Faktor Ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
1) Infeksi yang terdiri dari :
a) Infeksi akut

Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.

Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

Parasit, misalnya malaria.

b) Infeksi kronis

Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester


kedua.

Tuberkulosis paru aktif.

2) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.


3) Penyakit kronis, misalnya :
a) Hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80
minggu,
b) Nephritis
c) Diabetes angka

abortus

dan

malformasi

congenital

meningkat pada wanita dengan diabetes. Resiko ini


berkaitan

dengan

derajat

control

metabolic

pada

trisemester pertama.

d) Anemia berat
e) Penyakit jantung
f) Toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi pada plasenta
4) Trauma,

misalnya

laparatomi

atau

kecelakaan

dapat

menimbulkan abortus
5) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks
yang pendek, retro

flexio

utero incarcereta, kelainan

endometriala, selama ini dapat menimbulkan abortus.


6) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
akan menyebabkan hiperemia dan abortus
7) Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)

c. Pemakainan obat dan faktor lingkungan


1) Tembakau
Merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita
yang merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2
kali lipat dIbandingkan wanita yang tidak merokok.
2) Alkohol
Abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi
alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan.
3) Kafein
Konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per
hari tampak sedikit meningkatkan abortus spontan
4) Radiasi
5) Kontrasepsi
Alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan
insiden abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
6) Toxin lingkungan
Pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang
menunjukkan bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab.
Namun terdapat buktibahwa arsen, timbal, formaldehida,

benzena dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus (barlow,


1982)

d. Faktor Imunologis
1) Autoimun
2) Alloimun

e. Faktor Ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan abortus.
(William,2006)

2. Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang


bersangkutan

C. Patofisiologi

D. Klasifikasi
1. Abortus spontaneous
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Klasifikasi
abortus secara klisnis adalah sebagai berikut:
a. Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi
masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks.
b. Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uterus yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
c. Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang
tertinggal dalam uterus.
d. Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah
dikeluarkan.
e. Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus
dihalangi oleh ostium uterus ekternum yang tidak membuka,
sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis menjadi
besar, kurang lebih bundar dengan dinding,
f. Missed Abortion adalah kematian janin berusia sebelum dari 20
minggu. Tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu
atau lebih.
g. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi
lebih dari 3 kali.
h. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran
kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
2. Abortus Provakatus (induced abortion/abortus yang sengaja dibuat)
adalah menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar

kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau


berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa
bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini terbagi lagi
menjadi:
a. Abortus medisinalis (Abortus therapeutica).
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan
apabila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (
berdasarkan indikasi

medis

). Biasanya perlu mendapat

persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.


b. Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

E. Manifestasi Klinis
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang
terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut
bagian bawah.
Secara umum terdiri dari:
1. Terlambat haid atau aminore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.

Secara khusus:
1. Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
a. Terdapat keterlambatan datang bulan.
b. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules.

c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur


kehamilan dan terjadi kontraksi otot Rahim.
d. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis,
dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi
otot Rahim.
e. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
2. Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
a. Perdarahan lebih banyak.
b. Perut mules atau sakit lebih hebat.
c. Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis
servikalis terbuka dan jaringan atau hasil konsepsi dapat diraba.
3. Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
a. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis.
b. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat.
c. Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi.
d. Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma).
4. Tanda dan gejala abortus Kompletus :
a. Uterus telah mengecil.
b. Perdarahan sedikit
c. Canalis servikalis telah tertutup.
5. Tanda dan gejala Missed Abortion :
a. Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air
ketuban dan maserasi janin.
b. Buah dada mengecil kembali

F. Pemeriksaan Ginekologi
1. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.

10

3. Vagina toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup,
bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
4. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
5. BMR dan kadar udium darah diukur untuk mengetahui apakah ada
atau tidak gangguan glandula thyroidea.
6. Psiko analisa.
7. Pemeriksaan

kadar

hemoglobin

cenderung

menurun

akibat

perdarahan.

H. Penatalaksanaan.
Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila terjadi
perdarahan selama kehamilan. Ibu harus istirahat total dan dianjurkan
untuk relaksasi. Terapi intravena atau transfuse darah dapat dilakukan bila
diperlukan. Pada kasus aborsi inkomplet diusahakan untuk mengosongkan
uterus melalui pembedahan. Begitu juga dengan kasus Missed Abortion
jika janin tidak keluar spontan. Jika penyebabnya adalah infeksi, evakuasi
isi uterus sebaiknya ditunda sampai dapat penyebab yang pasti untuk
memulai terapi antibiotic.
Secara spesifik dibagi menjadi:
1. Abortus Iminens
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
rangsang melanik berkurang.

11

b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien
tidak panas dan tiap 4 jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin
sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. berikan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat.
2. Abortus Insipiens
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan
tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret
vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse oksitosin 10
IU dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan
naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
d. Bila janin keluar, tetapi plasenta masih tertinggal di dalam ,
lakukan pengeluaran plasenta dengan cara manual.
3. Abortus Inkomplit
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu
suntikan ergometrin 0,2 mg intramuscular.
c. Bila janin sudah keluar tetapi plasenta masih tertinggal, maka
lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
4. Abortus Komplit

12

a. Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3


sampai 5 hari.
b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
transfuse darah.
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
d. Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5. Missed Abortion
a. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi
dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
b. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar
sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan
serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam laulu dilatasi
serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil
engan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
d. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan diestilstilbestrol
3x5 mg lalu infuse oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak
500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada
kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam
8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien
istirahat 1 hari.
e. Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil
konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum
uteri melalui dinding

6. Abortus Septik
Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit. Penyalahgunaan infeksi :
a. Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuscular
tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 g peroral selanjutnya 500
gmg peroral tiap 6 jam.
b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4
jam ditambah metronidazol 500 mg tiap 6 jam.

13

c. Obat pilihan lainnya: ampisilin dan kloramfenikol, penisilin dan


metronidazol, ampsilin dan gentamicin, penisilin dan gentamisin.
d. Tingkatkan asupan cairan.
e. Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.
f.

Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotic atau


lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus
dikeluarkan dari uterus.

g. Pada pasien menolak dirujuk, beri pengobatan sama dengan yang


diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari.
7. Abortus Habitualis
Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis
lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya . merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau
dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif :
SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage ).

I. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisasisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya
abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan
alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat.

14

4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh
bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia
eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric
bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira,
jamur,

Trichomonas

vaginalis,

sedangkan

pada

vagina

ada

lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli,


Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada
abortus infeksiosa, infeksi terbatas padsa desidua. Pada abortus septik
virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba,
parametrium, dan peritonium. Organisme-organisme yang paling
sering bertanggung jawab terhadap infeksi paska abortus adalah
E.coli,

Streptococcus

non

hemolitikus,

Streptococci

anaerob,

Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium


perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria
gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus
pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
5. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah.

15

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Anamnesa
1. Identitias Istri
a. Nama

: Ny. N

b. Umur

: 32 tahun

c. Agama

: Islam

d. Suku / Bangsa

: Banjar / Indonesia

e. Pendidikan

: SMA

f. Pekerjaan

: Karyawan toko

g. Alamat

: Jl. Sultan Adam Rt. 13 No. 4 Banjarmasin

2. Identitas Suami
a. Nama

: Tn. Nx

b. Umur

: 35 tahun

c. Agama

: Islam

d. Suku / Bangsa

: Jawa / Indonesia

e. Pendidikan

: SMP

f. Pekerjaan

: Swasta

g. Alamat

: Jl. Sultan Adam Rt. 13 No. 4 Banjarmasin

3. Status Perkawinan
a. Kawin

:1x

b. Usia saat kawin

: 22 tahun

c. Lama perkawinan : 10 tahun

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Persepsi Terhadap Kehamilan Saat ini :
a. Ibu dapat ke klinik karena mengalami perdarahan yang tidak berhenti
mulai tanggal 24 Maret 2001, jumlah sedikit-sedikit dan disertai
16

dengan nyeri pada perutnya bagian bawah,

menyebar ke daerah

pinggang dan dubur. Jumlah darah yang keluar kurang lebih 500 cc
(tiap hari 50 cc/kali)
b. Ibu menyatakan bahwa dirinya hanyalah mengalami menstruasi (tidak
merasa bahwa dirinya hamil) saat ini, setelah sebelunya tidak haid
selama satu bulan.
c. Kondisi hamil yang tidak dirasakan oleh ibu meyebabkan ibu
melakukan aktiitas seperti biasanya sebagai ibu rumah tangga.

2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun, siklus teratur (28 hari) denggan jumlah darah
relatif banyak selama 6-7 hari. Klien tidak mengalami dismenorhea. Hari
Pertama Haid Terakhir tanggal 23 januari 2001. Perdarahan tanggal 24
Maret 2001 dianggap klien sebagai haid.
b. Riwayat Kehamilan/nifas sebelumnya :
Klien sebelumnya pernah mengalami keguguran (tahun 1993) pada saat
umur kehamilan 5 bulan.
Klien memiliki anak (dari kehamilan kedua) berusia 5 tahun, persalinan
normal dan tidak terdapat komlikasi persalinan/nifas.
c. Kehamilan Saat ini
Klien tidak merasa dirinya hamil walaupun pernah telambat haid satu
bulan.

3. Riwayat KB
Saat ini klien tidak menggunakan alat kontrasepsi; tatpi klien pernah
menggunakan kontrasepsi jenis Suntik sebelumnya. Kontrasepsi yang
digunakan oleh klien tidak menimbulkan masalah kesehatan.

4. Riwayat Kesehatan

17

Klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, kencing manis,


gondok, dan penyakit keturunan lainnya. Tidak ada riwayat keguguran
padfa annggota keluarga lainnya.

5. Kebutuhan Dasar Khusus


1. Pola Nutrisi
Klien makan 3 kali sehari, dengan cukup lauk dan sayuran; klien tidak
mengalami gangguan nafsu makan, klien tidak berpantang makan.
2. Pola Aktivitas dan latihan
Sebagai ibu rumah tangga, klien menjalankan aktiitas seperti biasanya
dan tidak menambah waktu istirahat karena klien tidak merasa bahwa
dirinya hamil. Saat ini klien merasa nyeri pada perut bagian bawah
walaupun tidak terlalu mengganggu kegiatan sehari-hari. Nyeri yang
timbul terasa lebih berat saat merubah posisi tubuh dengan cepat dan
tiba-tiba.

C. Pengkajian
a. Pemeriksaaan Fisik
Kesadaraan Umum

: Composmentis

Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

Pernafasan

: 18 X/menit

Nadi

: 80 X/menit

Suhu

: 36,5 C

BB sebelum hamil

: 49 Kg. BB Sekarang : 55 Kg

Tinggi Badan

: 157 cm

Lingkar Lengan Atas : 23,5 cm

18

b. Head to toe
1) Kepala/Leher
Konjungtiva

: Anemis

Sclera

: Anikteric

Turgor kulit

: elastis

Warna kulit

: agak pucat

Muka

: tidak ada oedem,

Mulut/gigi

:Bersih, tidak bau, tidak ada caries, tidak ada


stomatitis

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

2) Dada
Hyperpigmentasi areola mamae. Keadaan putting susu menonjol
3) Perut
a. Inspeksi :
Pembesaran relatif abdomen, linea alba tidak ada, striae pada perut
sedikit.
b. Palpasi
Leopold I
Tinggi Fundus Uteri : 2 cm diatas simpisis
Periksa Dalam (Vaginal Toucher) :
- Vaginal Toucher

: tidak ditemukan fluks

- Portio

: Lunak, nyeri goyang (-), Pembukaan 1 cm

- Cavum Uteri

: TFU l.k 8 10 Cm

- Adnexia Parametrium ka/ki : Nyeri tekan (-) Massa (-)


- Cavum Douglas

: tidak menonjol

- Inspekulo

: Fleks (+)

c. Auskultasi
19

Doppler tidak dilakukan


4) Ekstremitas
Tidak ada oedem pada tangan dan jari, tidak ada varises pada tungkai.

c. Data Penunjang
HCG Test

: Positif

Hemoglobin

: 9 mg%

Ultra Sonografi

: Janin Tunggal intraabdomen, Denyut Jantung (+)


Panjang janin 5-6 Cm

Diagnosa Medik

: Abortus Imminens

D. Analisa Data
MASALAH

DATA

ETIOLOGI

DS :

Perdarahan akibat kerusakan

Devisit

jari-ngan

intrauterus

Cairan

menimbulkan

perdarahan

- Mengeluh

perdarahan

10 hari, badan lemah

DO :

dan

penurunan

KEPERAWATAN
Volume

volume

cairan.

- Perdarahan 10 hari, 50
cc/hari
- Hb. 9 mg%
- Kulit agak pucat

DS :

Akibat

perdarahan Resiko tinggi untuk

20

- mengeluh

perdarahan mengakibatkan kondisi vulva Infeksi

10 hari

hygiene menjadi berkurang

DO :

dan selalu lembab, beresiko


terhadap terjadinya infeksi

- Perdarahan
- Vulva kotor & lembab

DS :

Kerusakan

jaringan

yang

- Menyatakan Nyeri

terjadi dapat mengakibatkan

- Mengeluh

nyeri

Perdarahan

10 hari

dan

Gangguan

Rasa

Nyaman : Nyeri

mengganggu

kondisi fisik dan psikologis

DO :

klien

- Kadang

meringis

menahan nyeri

DS :
- Menyatakan tidak tahu
dirinya hamil
- Menyatakan perdarahan
yang terjadi adalah haid
- Menyatakan
apa

yang

bingung
harus

Kurangnya
terhadap

pengetahuan
kondisi

mengakibatkan
dan

Cemas

dapat

kecemasan

mengakibatkan

perawatan yang dilakukan


tidak maksimal

dilakukan

DO :
- Pasien terlihat gelisah
dan sering bertanya-tanya
tentang

perkembangan

kesehatan dirinya

21

E. Diagnosa Keperawatan
a. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan.
b. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri.
c. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan

perdarahan, kondisi vulva

lembab.
d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

F. RENCANA KEPERAWATAN :
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka Tidak terjadi
devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah
maupun kualitas.
Intervensi :
a. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional

: Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus

memiliki karekteristik bervariasi


b. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
d. Anjurkan klien memenuhi kebutuhan cairan
Rasional : Motivasi untuk memenuhi kebutuhan cairan

2. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Klien dapat beradaptasi
dengan nyeri yang dialami,

22

Intervensi :
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan
skala maupun deskripsi.
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan
pemberian

analgetika

oral

maupun

sistemik

dalam

spectrum

luas/spesifik.
d. Lakukan pendidikan kesehatan teknik distraksi
Rasional : Adaptasi terhadap nyeri merupakan teknik yang dapat
menurunkan nyeri disamping kecemasan.

3. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan

perdarahan, kondisi vulva

lembab
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan, diharapkan tidak terjadi
infeksi selama perdarahan berlangsung
Intervensi :
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional

: Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat

dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak
mungkin merupakan tanda infeksi
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa
perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital
yang lebih luar
23

c. Lakukan perawatan vulva


Rasional :Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.
d. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional

: Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda

nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin


merupakan gejala infeksi.
e. Anjurkan pada suami untuk

tidak melakukan hubungan senggama

selama masa perdarahan


Rasional

: Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk

kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk


kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko
infeksi pada pasangan.

4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien tidak merasa
cemas, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi

klien dan keluarga terhadap

penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
penialaian objektif klien tentang penyakit
c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan
merupakan

support

yang

mungkin

berguna

bagi

klien

dan

meningkatkan kesadaran diri klien

24

d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama


Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi
menurunkan kecemasan
e. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk
meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga;
untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

25

IMPLEMENTASI & EVALUASI

Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan


Waktu

Implementasi

Respon

09.45

Mengukur jumlah cairan yang Vol darah l.k 20 cc keluar, warna


keluar

merah segar

Menerangkan

bahaya Menyatakan

pengeluaran cairan berlebihan

takut

dengan

perdarahan, dan menanyakan cara


agar perdarahan berhenti

Melakukan penghitungan intake


dan output
Mengajarkan

cara

mengukur

kebutuhan cairan sederhana


Menganjurkan

klien

cukup

banyak minum dan makan


Mengajarkan cara menentukan
jumlah minum yang diperlukan

Intake harian + 1200 cc, Output +


1400 cc.
Menyatakan

mengerti

cara

pengukuran cairan
Menyatakan akan berusaha banyak
minum
Menyatakan

akan

minum

air

tambahan 2 gelas tiap hari

selama perdarahan

Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan Kerusakan jaringgan


intrauterine
Waktu

Implementasi

Respon

09. 55

Menilai derajad nyeri

Nyeri seperti ditekan pada bagian


bawah perut

Menerangkan penyebab nyeri

Klien diam, menyatakan mengerti

26

Menganjurkan

klien

tidak Klien mengangguk

banyak bergerak/aktivitas
Menganjurkan

klien

untuk

berobat bila nheri bertambah


hebat

Klien mengangguk, menyatakan akan


memperhatikan kondisi tubuhnya

Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva


lembab
Waktu

Implementasi

Respon

10.10

Mengajarkan pada ibu untuk Menyatakan

ia

dapat mengecek perdarahan memperhaikan

telah

berusaha

perdarahan

yang

tiap hari, menerangkan hal-hal terjadi dan dapat menyebutkan tanda


yang harus diperhatikan dalam infeksi
mengkaji tanda infeksi pada
vagina
Menganjurkan
membersihkan

ibu

untuk

kemaluan

teratur

Menganggguk

dan

menyatakan

Menganjurkan pada ibu untuk sanggup


segera berobat bila ada tanda
demam,

perdarahan

atau keluar nanah

berbau
Menyatakan akan ke RS dua minggu
lagi atau bila perlu

27

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan


Waktu

Implementasi

10.30

Menerangkan bahwa ibu saat Mengulang pernyataan bahwa dirinya


ini

hamil

Respon

dan

mengalami hamil.

keguguran
Menerangkan agar ibu banyak
istirahat

Menyatakan ia akan banyak istirahat

Menerangkan perdarahan yang


terjadi

Menganjurkan ibu untuk tidak


melakukan hubungan seksual

Mengangguk

28

IMPLEMENTASI & EVALUASI

Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan


Waktu

Implementasi

Respon

09.45

Mengukur jumlah cairan yang Vol darah l.k 20 cc keluar, warna merah
keluar

segar

Menerangkan bahaya pengeluaran Menyatakan takut dengan perdarahan,


cairan berlebihan

dan menanyakan cara agar perdarahan


berhenti

Melakukan penghitungan intake


dan output
Mengajarkan

cara

mengukur

kebutuhan cairan sederhana


Menganjurkan klien cukup banyak
minum dan makan
Mengajarkan

cara

menentukan

jumlah minum yang diperlukan

Intake harian +

1200 cc, Output +

1400 cc.
Menyatakan mengerti cara pengukuran
cairan
Menyatakan akan berusaha banyak
minum
Menyatakan akan minum air tambahan
2 gelas tiap hari

selama perdarahan

Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan Kerusakan jaringgan


intrauterine
Waktu

Implementasi

Respon

09. 55

Menilai derajad nyeri

Nyeri seperti ditekan pada bagian bawah


perut

29

Menerangkan penyebab nyeri


Menganjurkan

klien

Klien diam, menyatakan mengerti

tidak Klien mengangguk

banyak bergerak/aktivitas
Menganjurkan

klien

untuk

berrobat bila nheri bertambah


Klien mengangguk, menyatakan akan

hebat

memperhatikan kondisi tubuhnya

Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan

perdarahan, kondisi vulcva

lembab
Waktu

Implementasi

Respon

10.10

Mengajarkan pada ibu untuk Menyatakan

ia

telah

berusaha

dapat mengecek perdarahan tiap memperhaikan perdarahan yang terjadi


hari, menerangkan hal-hal yang
harus

diperhatikan

dalam

Dan dapat menyebutkan tanda infeksi

mengkaji tanda infeksi pada


vagina
Menganjurkan

ibu

untuk

membersihkan kemaluan teratur


Menganggguk dan menyatakan sanggup
Menganjurkan pada ibu untuk
segera berobat bila ada tanda
demam, perdarahan berbau atau
keluar nanah

Menyatakan akan ke RS dua minggu lagi


atau bila perlu

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

30

Waktu

Implementasi

10.30

Menerangkan bahwa ibu saat ini Mengulang pernyataan bahwa dirinya


hamil dan mengalami keguguran

Respon

hamil

Menerangkan agar ibu banyak Menyatakan ia akan banyak istirahat


istirahat
Menerangkan perdarahan yang
terjadi

Menganjurkan ibu untuk tidak


melakukan hubungan seksual

Mengangguk

31

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suatu kehamilan dikatakan abortus apabila kehamilan tersebut
terhenti atau gagal dipertahankan pada usia kehamilan kurang dari 22
minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gr. Penyebab kelainan hasil
konsepsi yaitu : abnormalitas uteri, kerusakan pada serviks, penyakitpenyakit maternal dan penggunaan obat, penyakit, trauma. Faktor hormonal,
dan kelainan plasenta. Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus adalah
kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan
pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna,
dan pengaruh dari luar.
Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang
menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan
bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002). Keadaan ibu yang
menyebabkan abortus antara lain, penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus
abdominalis, pielonefritis, malaria, toksin, bakteri, virus, plasmodium
masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus, penyakit
menahun, dan kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks,
retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo,
2002). Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progesteron
diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 1012 minggu, yaitu pada saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum
dalam produksi hormon.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dapat
memperbaiki perbuatan makalah yang akan datang.

32

Diharapkan kepada para pembaca terutama mahasiswa/i dapat memahami


konsep teori asuhan keperawatan pada infeksi nifas.

33

DAFTAR PUSTAKA

A.price Sylvia, 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Hudono, S.T, 1994. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Junaidi. P. 1992. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Edisi Ke 3. Jakarta: Media An
Aesculapius FKUI.
Marlyn E. Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mitayani. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS. Jakarta: Salemba
Medika.
Rustam Mochtar, Prof. Dr. MPH, 1998, Sonopsis Obstetri, Jilid 1, EGC, Jakarta.
Sulaeman, S. 1981. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi. Bandung:
Elstar Offset.

34

You might also like