Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan
yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22
minggu dan beratnya kurang dari 500gr (liewollyn, 2002). Terdapat beberapa
macam abortus, yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik.
Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang
baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan
pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.
Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus
terapeutik (Prawirohardjo, 2002).
Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya
wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya
menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui
kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun,
dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000 - 750.000 janin yang
mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus desidua
secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak
perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin
yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan
kemudian plasenta (Prawirohardjo, 2002).
Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di
kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang
sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak
boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal
ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya
abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan
keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian
abortus.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkan asuhan keperawatan pada
ibu dengan kejadian Abortus sesuai dengan konsep teori asuhan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui dan memahami definisi abortus.
b) Mengetahui dan memahami jenis jenis abortus beserta tanda dan
gejalanya.
c) Mengetahui dan memahami epidemiologi dari abortus
d) Mengetahui dan memahami etiologi dan web of causation abortus
e) Mengetahui dan memahami komplikasi dari abortus.
f) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari abortus.
g) Mampu menyusun dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan abortus.
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Abortus?
2. Apa saja etiologi dari Abortus?
3. Apa saja klasifikasi dari Abortus?
4. Apa patofisiologi dari Abortus?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Abortus?
6. Apa saja komplikasi dari Abortus?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Abortus?
A. Definisi
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi
kurang dari 20 minggu dan berat badan janin kurang dari 500 gram
(Murray, 2002)
B. Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
1. Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran. Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebabsebab abortus spontan yaitu:
a. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan
kelainan pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak
mungkin hidup terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh
karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau
kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan
disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa sebab abortus adalah :
1) Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak
mempengaruhi terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi
X. Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester pertama
yang disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom.
Sedangkan pada monosomi X (45, X) merupakan kelainan
kromosom
tersering
dan
memungkinkan
lahirnya
bayi
karena
baik
kelainan
b. Faktor Ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
1) Infeksi yang terdiri dari :
a) Infeksi akut
b) Infeksi kronis
abortus
dan
malformasi
congenital
dengan
derajat
control
metabolic
pada
trisemester pertama.
d) Anemia berat
e) Penyakit jantung
f) Toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi pada plasenta
4) Trauma,
misalnya
laparatomi
atau
kecelakaan
dapat
menimbulkan abortus
5) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks
yang pendek, retro
flexio
d. Faktor Imunologis
1) Autoimun
2) Alloimun
e. Faktor Ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan abortus.
(William,2006)
C. Patofisiologi
D. Klasifikasi
1. Abortus spontaneous
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor
mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Klasifikasi
abortus secara klisnis adalah sebagai berikut:
a. Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, saat hasil konsepsi
masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks.
b. Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uterus yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
c. Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang
tertinggal dalam uterus.
d. Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah
dikeluarkan.
e. Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus
dihalangi oleh ostium uterus ekternum yang tidak membuka,
sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis menjadi
besar, kurang lebih bundar dengan dinding,
f. Missed Abortion adalah kematian janin berusia sebelum dari 20
minggu. Tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu
atau lebih.
g. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dengan frekuensi
lebih dari 3 kali.
h. Abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran
kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
2. Abortus Provakatus (induced abortion/abortus yang sengaja dibuat)
adalah menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar
tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar
medis
E. Manifestasi Klinis
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang
terlambat juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut
bagian bawah.
Secara umum terdiri dari:
1. Terlambat haid atau aminore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
Secara khusus:
1. Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
a. Terdapat keterlambatan datang bulan.
b. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules.
F. Pemeriksaan Ginekologi
1. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
10
3. Vagina toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup,
bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
4. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
5. BMR dan kadar udium darah diukur untuk mengetahui apakah ada
atau tidak gangguan glandula thyroidea.
6. Psiko analisa.
7. Pemeriksaan
kadar
hemoglobin
cenderung
menurun
akibat
perdarahan.
H. Penatalaksanaan.
Ibu hamil sebaiknya segera menemui dokter apabila terjadi
perdarahan selama kehamilan. Ibu harus istirahat total dan dianjurkan
untuk relaksasi. Terapi intravena atau transfuse darah dapat dilakukan bila
diperlukan. Pada kasus aborsi inkomplet diusahakan untuk mengosongkan
uterus melalui pembedahan. Begitu juga dengan kasus Missed Abortion
jika janin tidak keluar spontan. Jika penyebabnya adalah infeksi, evakuasi
isi uterus sebaiknya ditunda sampai dapat penyebab yang pasti untuk
memulai terapi antibiotic.
Secara spesifik dibagi menjadi:
1. Abortus Iminens
a. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
rangsang melanik berkurang.
11
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien
tidak panas dan tiap 4 jam bila pasien panas.
c. Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin
sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. berikan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptic
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat.
2. Abortus Insipiens
a. Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan
tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret
vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai
kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuscular.
c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infuse oksitosin 10
IU dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan
naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
d. Bila janin keluar, tetapi plasenta masih tertinggal di dalam ,
lakukan pengeluaran plasenta dengan cara manual.
3. Abortus Inkomplit
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu
suntikan ergometrin 0,2 mg intramuscular.
c. Bila janin sudah keluar tetapi plasenta masih tertinggal, maka
lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
4. Abortus Komplit
12
6. Abortus Septik
Abortus septic harus dirujuk ke rumah sakit. Penyalahgunaan infeksi :
a. Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuscular
tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 g peroral selanjutnya 500
gmg peroral tiap 6 jam.
b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4
jam ditambah metronidazol 500 mg tiap 6 jam.
13
I. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisasisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan
pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus
dalam posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya
abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan
alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat.
14
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh
bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia
eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric
bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira,
jamur,
Trichomonas
vaginalis,
sedangkan
pada
vagina
ada
Streptococcus
non
hemolitikus,
Streptococci
anaerob,
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Anamnesa
1. Identitias Istri
a. Nama
: Ny. N
b. Umur
: 32 tahun
c. Agama
: Islam
d. Suku / Bangsa
: Banjar / Indonesia
e. Pendidikan
: SMA
f. Pekerjaan
: Karyawan toko
g. Alamat
2. Identitas Suami
a. Nama
: Tn. Nx
b. Umur
: 35 tahun
c. Agama
: Islam
d. Suku / Bangsa
: Jawa / Indonesia
e. Pendidikan
: SMP
f. Pekerjaan
: Swasta
g. Alamat
3. Status Perkawinan
a. Kawin
:1x
: 22 tahun
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Persepsi Terhadap Kehamilan Saat ini :
a. Ibu dapat ke klinik karena mengalami perdarahan yang tidak berhenti
mulai tanggal 24 Maret 2001, jumlah sedikit-sedikit dan disertai
16
menyebar ke daerah
pinggang dan dubur. Jumlah darah yang keluar kurang lebih 500 cc
(tiap hari 50 cc/kali)
b. Ibu menyatakan bahwa dirinya hanyalah mengalami menstruasi (tidak
merasa bahwa dirinya hamil) saat ini, setelah sebelunya tidak haid
selama satu bulan.
c. Kondisi hamil yang tidak dirasakan oleh ibu meyebabkan ibu
melakukan aktiitas seperti biasanya sebagai ibu rumah tangga.
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun, siklus teratur (28 hari) denggan jumlah darah
relatif banyak selama 6-7 hari. Klien tidak mengalami dismenorhea. Hari
Pertama Haid Terakhir tanggal 23 januari 2001. Perdarahan tanggal 24
Maret 2001 dianggap klien sebagai haid.
b. Riwayat Kehamilan/nifas sebelumnya :
Klien sebelumnya pernah mengalami keguguran (tahun 1993) pada saat
umur kehamilan 5 bulan.
Klien memiliki anak (dari kehamilan kedua) berusia 5 tahun, persalinan
normal dan tidak terdapat komlikasi persalinan/nifas.
c. Kehamilan Saat ini
Klien tidak merasa dirinya hamil walaupun pernah telambat haid satu
bulan.
3. Riwayat KB
Saat ini klien tidak menggunakan alat kontrasepsi; tatpi klien pernah
menggunakan kontrasepsi jenis Suntik sebelumnya. Kontrasepsi yang
digunakan oleh klien tidak menimbulkan masalah kesehatan.
4. Riwayat Kesehatan
17
C. Pengkajian
a. Pemeriksaaan Fisik
Kesadaraan Umum
: Composmentis
Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Pernafasan
: 18 X/menit
Nadi
: 80 X/menit
Suhu
: 36,5 C
BB sebelum hamil
: 49 Kg. BB Sekarang : 55 Kg
Tinggi Badan
: 157 cm
18
b. Head to toe
1) Kepala/Leher
Konjungtiva
: Anemis
Sclera
: Anikteric
Turgor kulit
: elastis
Warna kulit
: agak pucat
Muka
Mulut/gigi
Leher
2) Dada
Hyperpigmentasi areola mamae. Keadaan putting susu menonjol
3) Perut
a. Inspeksi :
Pembesaran relatif abdomen, linea alba tidak ada, striae pada perut
sedikit.
b. Palpasi
Leopold I
Tinggi Fundus Uteri : 2 cm diatas simpisis
Periksa Dalam (Vaginal Toucher) :
- Vaginal Toucher
- Portio
- Cavum Uteri
: TFU l.k 8 10 Cm
: tidak menonjol
- Inspekulo
: Fleks (+)
c. Auskultasi
19
c. Data Penunjang
HCG Test
: Positif
Hemoglobin
: 9 mg%
Ultra Sonografi
Diagnosa Medik
: Abortus Imminens
D. Analisa Data
MASALAH
DATA
ETIOLOGI
DS :
Devisit
jari-ngan
intrauterus
Cairan
menimbulkan
perdarahan
- Mengeluh
perdarahan
DO :
dan
penurunan
KEPERAWATAN
Volume
volume
cairan.
- Perdarahan 10 hari, 50
cc/hari
- Hb. 9 mg%
- Kulit agak pucat
DS :
Akibat
20
- mengeluh
10 hari
DO :
- Perdarahan
- Vulva kotor & lembab
DS :
Kerusakan
jaringan
yang
- Menyatakan Nyeri
- Mengeluh
nyeri
Perdarahan
10 hari
dan
Gangguan
Rasa
Nyaman : Nyeri
mengganggu
DO :
klien
- Kadang
meringis
menahan nyeri
DS :
- Menyatakan tidak tahu
dirinya hamil
- Menyatakan perdarahan
yang terjadi adalah haid
- Menyatakan
apa
yang
bingung
harus
Kurangnya
terhadap
pengetahuan
kondisi
mengakibatkan
dan
Cemas
dapat
kecemasan
mengakibatkan
dilakukan
DO :
- Pasien terlihat gelisah
dan sering bertanya-tanya
tentang
perkembangan
kesehatan dirinya
21
E. Diagnosa Keperawatan
a. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan.
b. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri.
c. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan
lembab.
d. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan
F. RENCANA KEPERAWATAN :
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka Tidak terjadi
devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah
maupun kualitas.
Intervensi :
a. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional
22
Intervensi :
a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan
skala maupun deskripsi.
b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance
mengatasi nyeri
c. Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan
pemberian
analgetika
oral
maupun
sistemik
dalam
spectrum
luas/spesifik.
d. Lakukan pendidikan kesehatan teknik distraksi
Rasional : Adaptasi terhadap nyeri merupakan teknik yang dapat
menurunkan nyeri disamping kecemasan.
lembab
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan, diharapkan tidak terjadi
infeksi selama perdarahan berlangsung
Intervensi :
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional
dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak
mungkin merupakan tanda infeksi
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa
perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital
yang lebih luar
23
penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
penialaian objektif klien tentang penyakit
c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan
merupakan
support
yang
mungkin
berguna
bagi
klien
dan
24
25
Implementasi
Respon
09.45
merah segar
Menerangkan
bahaya Menyatakan
takut
dengan
cara
mengukur
klien
cukup
mengerti
cara
pengukuran cairan
Menyatakan akan berusaha banyak
minum
Menyatakan
akan
minum
air
selama perdarahan
Implementasi
Respon
09. 55
26
Menganjurkan
klien
banyak bergerak/aktivitas
Menganjurkan
klien
untuk
Implementasi
Respon
10.10
ia
telah
berusaha
perdarahan
yang
ibu
untuk
kemaluan
teratur
Menganggguk
dan
menyatakan
perdarahan
berbau
Menyatakan akan ke RS dua minggu
lagi atau bila perlu
27
Implementasi
10.30
hamil
Respon
dan
mengalami hamil.
keguguran
Menerangkan agar ibu banyak
istirahat
Mengangguk
28
Implementasi
Respon
09.45
Mengukur jumlah cairan yang Vol darah l.k 20 cc keluar, warna merah
keluar
segar
cara
mengukur
cara
menentukan
Intake harian +
1400 cc.
Menyatakan mengerti cara pengukuran
cairan
Menyatakan akan berusaha banyak
minum
Menyatakan akan minum air tambahan
2 gelas tiap hari
selama perdarahan
Implementasi
Respon
09. 55
29
klien
banyak bergerak/aktivitas
Menganjurkan
klien
untuk
hebat
lembab
Waktu
Implementasi
Respon
10.10
ia
telah
berusaha
diperhatikan
dalam
ibu
untuk
30
Waktu
Implementasi
10.30
Respon
hamil
Mengangguk
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu kehamilan dikatakan abortus apabila kehamilan tersebut
terhenti atau gagal dipertahankan pada usia kehamilan kurang dari 22
minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gr. Penyebab kelainan hasil
konsepsi yaitu : abnormalitas uteri, kerusakan pada serviks, penyakitpenyakit maternal dan penggunaan obat, penyakit, trauma. Faktor hormonal,
dan kelainan plasenta. Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus adalah
kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan
pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna,
dan pengaruh dari luar.
Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang
menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan
bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002). Keadaan ibu yang
menyebabkan abortus antara lain, penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus
abdominalis, pielonefritis, malaria, toksin, bakteri, virus, plasmodium
masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus, penyakit
menahun, dan kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks,
retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo,
2002). Faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progesteron
diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 1012 minggu, yaitu pada saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum
dalam produksi hormon.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dapat
memperbaiki perbuatan makalah yang akan datang.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
34