Professional Documents
Culture Documents
MATERI PELATIHAN
Oleh
Dr. Ir. H.M.Sarjan, M.Agr.CP
Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Mataram
2008
M. Sarjan, Bioekologi dan Pengendalian OPT Utama Tanaman Pangan
I. PENDAHULUAN
Sudah lama disadari bahwa gangguan pada tanaman, kini dan seterusnya akan tetap
merupakan masalah dalam persaingan pemenuhan kebutuhan antara umat manusia
dengan organisme lain berupa pengganggu tanaman baik yang berstatus hama, patogen
penyebab penyakit maupun gulma. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa persaingan
antara manusia dengan serangga hama sesungguhnya sudah mulai jauh sebelummulainya
peradaban , seperti dicacat dalam sejarah pada tahun 1400 SM, di Mesir dilaporkan
bahwa ulat-ulat telah merusak separuh tanaman gandum. Dan banyak lagi contoh-contoh
kerusakan yang ditimbulkan oleh berbagai jenis serangga hama.
Serangga merupakan kelompok organisme yang paling beragam jenis dan selalu
mendominasi populasi mahluk hidup di muka bumi, baik yang hidup di bawah,pada dan
di atas permukaan tanah. Oleh karena itu hampir semua jenis tanaman baik yang
dibudidayakan maupun yang berfungsi sebagai gulma selalu diganggu oleh kehadiran
serangga hama tersebut. Dengan demikian dalam proses produksi , masalah
hama
tersebut tidak bisa diabaikan, karena akan mempengaruhi produksi secara kualitatif
maupun kuantitatif dan mampu merurunkan produksi sebesar 20,7%, bahkan
menyebabkan kegagalan panen, kalau tidak dilakukan pengendalian secara efektif. Oleh
karena itu petani selalu melakukan upaya pengendalian terhadap gangguan hama tersebut
dengan berbagai teknik pengendalian yang umumnya masih mengandalkan pestisida
kimia. Demikian juga halnya pada tanaman padi terdapat berbagai jenis serangga hama
dari berbagai ordo yang tingkat gangguannya berbeda pada setiap fase pertumbuhan .
Penggerek batang, misalnya sudah lama dikenal di Indonesia sebagai hama utama pada
tanaman padi karena larvanya memakan dan mematikan tunas. Selama fase vegetatif
[stadia muda] larva penggerek batang merusak padi dengan cara memakan bagian dalam.
Hal ini akan mematikan tunas tanaman dan gejala kematian tanaman pada fase ini
II.
1. Bioekologi
HAMA
INANG
LINGKUNGAN
Dalam mempelajari bioekologi hama ada banyak komponen yang perlu dipertimbangkan,
namun yang prinsip terdapat tiga komponen utama yang saling berkaitan satu dengan
lainnya. Komponen tersebut adalah hama itu sendiri yang sangat tergantung dengan
faktor makanan (inang), yang tentu akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan suatu jenis serangga hama. Tanaman (inang) dalam pertumbuhan dan
perkembangannya akan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik yang bersifat
biotik maupun abiotik. Demikian juga sebaliknya tanaman akan dipengaruhi secara
langsung oleh kehadiran penganggu tanaman yang disebut hama.Dan hama juga akan
dipengaruhi oleh cocok dan tidaknya lingkungan (biotik maupun abiotik) tempat
hidupnya. Demikian seterusnya ketiga faktor tersebut akan saling mempengaruhi antara
sayu dengan lainnya., sehingga sering disebut dengan istilah segitiga hama .
Sebenarnya keterkaitan hubungan antara komponen dalam segitiga hama tersebut akan
sangat dipengaruhi oleh satu komponen yang selalu mengintervensi ketiga komponen
tersebut melalui usaha budidaya. Komponen keempat tersebut adalah manusia, yang
selanjutnya keempat komponen yang saling berpengaruh tersebut dikenal dengan istilah
segi empat hama
Dua macam perkembangan yang dikenal dalam dunia serangga, yaitu metamorfosis
sempurna atau holometabola yang melalui tahapan-tahapan atau stadium: telur larva
pupa dewasa, dan metamorfosis bertahap (hemimetabola) yang melalui stadiumstadium: telur nimfa dewasa.
Pada hemimetabola, bentuk nimfa mirip dewasa hanya saja sayap belum berkembang dan
habitat (tempat tinggal dan makanan) nimfa biasanya sama dengan habitat stadium
dewasanya. Contoh hemimetabola adalah jenis-jenis kepik seperti walang sangit, yang
nimfanya menempati habitat yang sama dengan kepik dewasa, biasanya pada daun. Jenisjenis belalang (Orthoptera) dan lipas (Blattaria) juga termasuk hemimetabola, nimfa dan
stadium dewasanya hidup dan makan pada habitat yang sama.
Kumbang (Coleoptera), kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera) dan semut serta lebah
(Hymenoptera) adalah serangga holometabola. Bentuk pradewasa (larva dan pupa) jenisjenis holometabola ini sangat berbeda dengan stadium dewasanya. Perhatikanlah bentuk-
2. Biologi
Penggerek batang dibedakan menjadi tiga kelompok: dua spesies Scirpophaga, dua
spesies Chilo, dan Sesamia. Telur, larvva, kepompong dan dewasa dari masing-masing
kelompok ini dapast dibedakan. Tetapi untuk membedakan telur , larva dan kepompong
masing-masing spesies pada setiap kelompok sangat sulit. Namun hal yang penting
adalah bahwa kita mampu mengidentifikasi secara umum perbedaan kelompok telur,
larva dan dewasa dari ketiga kelompok penggerek tersebut di sawah.
Kelompok telur tipe petrtama adalah kelompok telur pengerek batang padi putih dan
kuning ( Scirpophaga sp). Kelompok telur penggerek ini yang paling banyak ditemukan
di lapangan, yaittu berbentuk seperti gundukan kecil yang tertutup dengan rambut-rambut
cokelat mengkilat seperti sutera dan lunak yang berasal dari rambut-rambut ujung
belakang ngengat betina. Kelompok telur biasanya diletakkan di permukaan daun dan
dekat ujung daun.
Kelompok telur tipe yang kedua adalah kelompok telur dari penggerek batang bergaris
dan berkepala gelap (Chilo spp). Kelompom telur ini nampak seperti sisik-sisik ikan yang
terang, pipih dan terletak dalam deretan yang saling tumpang tindih. Biasanya ditemukan
di bawah permukaan daun.
Kelompok telur yang ketiga adalah telur penggerek batang merah jambu ( esamia sp).
Telur telur tersebut diletakkan di antara batang dan upih daun., biasanya kecil-kecil ,
bulat dan terletak berderet.
Fase telur penggerek batang berkisar selama 1 minggu. Setelah larva pertama muncul
dari kelompok telur, larva bergerak ke bawah dan mulai menggerek bagian antara upih
daun dan batang. Larva terus berpindah dari satu anakan ke anakan yang lain. Penggerek
batang padi kuning instar kedua ditemukan mengapung dari satu anakan ke anakan yang
lain di dalam daun yang menggulung seperti ulat hama putih. Penggerek batang kuning
ini mudah diidentifikasi seperti penggerek batang yang lain., larvanya seperti larva
penggerek batang lainnya. Dan hanya ditemukan di dalam batang. Cara yang paling baik
untuk memudahkan identifikasi serangga adalah dengan cara memelihara dari stadia larva
sampai menjadi dewasa sehingga akan mudah mengenalnya.
Penggerek batang putih dan kuning tidak mempunyai warna seperti penggerek batang
bergaris dan warnanya putih sampai kuning pucat. Larva penggerek batang bergaris dan
berkepala gelap mempunyai lima garis kecoklatan . Larva penggerek batang merah jambu
mempunyai warna merah jambu dengan kepala kemerahan.
muda,sedangkan
gejala
beluk
terjadi
pada
tanaman
yang
sudah
berbunga.Meskipun tanaman padi mampu berbunga ,tetapi karena pangkal tangkai mulai
digerek olehnya,maka bulir-bulir menjadi hampa dan tangkai malai dengan mudah dapat
kuning.
Bila
dilakukan
penyemprotan
dengan
insektisida
(racun
memakan
pelepah
batang.Periode larva
daun,dan
selanjutnya
menggerek
masuk
ke
dalam
beralasan bila hama ini merusak tanaman padi .Setelah fase larva diikuti dengan pupa
,dan menjadi serangga dewasa dalam waktu relatif pendek.
Seperti juga penggerek batang yang lain ,larva penggerek batang ungu ini mempunyai
musuh alami atau parasit.Platy telenomus,sejenis tawon ,memarasit telur penggerek ini di
daerah Singkang,Sulawesi selatan pengendalian dengan insektisida butiran yang
Kelompok telur juga dimangsa oleh sejenis jengkrik yang berwarna gelap.
Stadia larva dan pupa juga terparasit oleh berbagai macam parasitoid yang dapat diamati
dengan cara memelihara larva dan pupa penggerek seperti cara pemeliharaan telur di atas.
Ngengat penggerek juga sering dijumpai tererangkap di sarang laba-laba atau ditangkap
langsung oleh laba-laba pemburu. Karena musuh alami dapat terbunuh dengan mudah
oleh pestisida, maka harus dipertimbangkan bagaimana melestarikan musuh alami agar
mampu berperan secara maksimal.
b. Pengelolaan
Dalam upaya pengendalian hama penggerek batang padi, ada dua prinsip penting yang
perlu dilakukan
Pertama : Dengan menakan populasi penggerek batang secara ,menyeluruh di areal
pertanaman yaitu dengan cara memindahkan jerami dan sisa-sisa pembajakan atau
tunggul tanaman di lahan. Cara ini akan membunuh larva dan pupa di pertanaman pada
waktu panen serta mengurangi jumlah ngengat dewasa yang akan muncul pada musim
tanam berikutnya.
Kedua : Melindungi dan melestarikan musuh alami. Musuh-musuh alami ini berupa
parasitoid dan predator yang mampu membatasi peningkatan populasi penggerek batang.
Dengan demikian upaya penggunaan pestisida harus berdasarkan ambang pengendalian
yang didasari dengan jumlah kelompok telur yaitu : sebelu primordiadua kelompok telur
per meter persegi . Apabila kelompok telur di atas ambang ekonomi, peliharalah telur
tersebut untuk mengetahui perbandingan larva hama dengan parasitoid. Apabila
parasitoid lebih banyak dari pada hama , maka penggunaan insektisida tidak diperlukan.
Penggunaan insektisida harus sesuai dengan rekomendasi
Pengamatan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam usaha budidaya pertanian,
baik pengamatan tanaman maupun perkebangan serangga yang terdapat pada pertanaman
tersebut. Oleh karena itu seorang petani atau petugas pertanian lapangan seharusnya
melakukan pengamatan secara reguler untuk mengetahui kondisi tanaman dan hama
untuk merencanakan opengendalian yang paling tepat. Pada pengamatan penggerek
batang padi, saat pengamatan paling penting dilakukan pada saat pemmbentukan anakan
dan pada stadia bunting. Apabila di sawah terlihat ngengat penggerek batang atau didekat
sumber cahaya seperti lampu, maka sebaiknya diadakan pengamatan seksama terhadap
kelompok telur. Dari waktu rtanam hingga waktu pengisian malai, ambang pengendalian
adalah 2 kelompok telur per 20 rumpun. Sedangkan dari masa pengisian sampai akhir
masa pembungaan ambang pengendalian adalah 1 kelompok telur per 20 rumpun. Hal
penting adalah walaupun sudah melampau ambang pengendalian, bukan berarti
penggunaan insektisida langsung digunakan, namun perlu pengamatan kelompok telur
yang dijumpai dengan cara memelihara kelompok telur tersebut. Apabila setelah menetas
ternyata jumlah parasitoid masih lebihbanyak daripada larva hama penggerek batang,
maka penggunaan insektisida masih bisa ditunda. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka
megoptimalkan peranan musuh alami .
: Insecta
Ordo
: Homoptera
: Delphacidae
4. Tungro (Mentek)
Virus group : Virus
Genus
: Unassigned Virus
5. Blas
Kingdom
: Fungi
: Ascomycetes
Subclass
: Sordariomycetidae
Family : Magnaporthaceae
Genus : Magnaporthe
Species : Magnaporthe grisea.dan Magnaporthe salvinii
Penyakit blas ( blast ), yang sering disebut penyakit Pyricularia atau disebut
juga cendawan Pyriculari grisea CKE. Cendawan ini mempertahankan diri
dengan konida pada biji dan jerami blas adalah penyakit yang gejala serangannya
mirip dengan pertanaman yang ditiup dengan udara panas. Berbeda dengan
bercak coklat ( Drechslera oryzae ), blas lebih banyak terdapat di pertanaman
yang subur. Oleh karena itu penyakit ini sering dianggap sebagai penyakit orang
kaya
Bagian tanaman yang diserang : Daun, Buku-buku pada batang dan ujung tangkai
malai
Gejala serangan :
a. Busuk daun ( Rice blast )
Mula-mula pada daun muda tampak bercak-bercak berbentukbelah
ketupat, kedua ujungnya memenjang searah dengan urat daun.
Bagian tepi bercak-bercak tersebut berwarna coklat, sedang tengahnya
berwarna putih abu-abu.
Bila terjadi serangan pada daun tua, tampak bercak-bercak yang lebih
kecil dan bercak-bercak ini cendrung bergabung menjadi satu pada
pangkal helai daun sehingga tampak mengering seperti terbakar.
b. Busuk gelang buku ( Node blast )
Tanaman yang telah keluar malai, menjadi sasaran cendawan, terutama
bagian buku-buku batang.
Buku-buku batang berubah warna menjadi coklat kehitam-hitaman dan
1. Penggerek batang
2. Penggerek tongkol
3. Penyakit bulai
Beberapa langkah atau taktik untuk tindakan perlindungan tanaman dari serangan OPT
dengan sistem PHT, sehingga pengembangan agribisnis dengan usahatani non sintetik bisa di
laksanakan, antara lain sebagai berikut :
a. Budidaya tanaman ;
- pengolahan tanah yang baik,
- penggunaan pupuk kandang,
- melakukan pemulsaan,
- mengatur pengairan,
- mengatur jarak tanam,
- menanamsecara tumpang sari (bertanam ganda),
- melakukan rotasi tanaman,
- menanam tanaman perangkap/penarik,
- menanam tanaman naungan,
- menggunakan benih yang sehat dan bersih dari kontaminasi OPT.
b. Fisik/mekanis ;
- menghasilkan sumber infeksi (dicabut/dipetik),
- menggunakan peralatan yang bersih,
- memasang perangkap mekanis,
- pembakaran sumber infeksi,
- menggunakan alat penimbul suara-suara (menolak hama).
c. Biologis
d. Kimiawi ;
- penggunaan pestisida dari tumbuhan/nabati,
- penggunaan pestisida kimia sintesa/buatan,
e. Pasca panen ;
melakukan penyimpanan/penanganan pasca panen yang tepat
Contoh-contoh penerapan PHT pada tanaman hortikultura khususnya pada tanaman sayuran
dapat dijelaskan berikut ini.
3. Pengendalian hayati
Beberapa cara pengendalian hayati yang dapat dilakukan yaitu ;
Pemanfaatan musuh alami setempat dengan cara menciptakan lingkungan yang mendukung
semakin berfungsinya musuh-musuh alami (parasitoid, predator, dan patogen penyakit)
secara maksimal.
Pemasukan, peningkatan populasi musuh alami secara buatan dan perbanyakan musuhmusuh alami hama.
Perbanyakan dan penyebaran patogen penyakit hama seperti virus, cendawan dan bakteri.
Contoh :
- D. semiclausum dan Cotesia plutella Kurdj.
Merupakan parasitoid penting hama P. xylostella pada tanaman kubis dan Brassica lainnya.
- Patogen penyakit penting pada larva Spodoptera exigua adalah Se-NPV, pada S. litura (F.)
adalah SI-NPV, pada larva Helicoverpa armigera Hbn. adalah Ha-NPV, dan pada larva P.
operculella adalah PoGV.
- Kumbang Cocconella spp. adalah predator beberapa jenis kutu daun.
- Patogen penyakit tular tanah layu Fusarium spp pada tanaman sayuarn, pisang dan tanaman
buah lainnya adalah cendawan antagonis Trichoderma spp dan Gliocladium sp.
Cara perbanyakan dan penggunaan cendawan Trichodemma spp, Gliocladium sp dan virus
Se-NPV seperti pada Lampiran 3, dan 4.
4. Pola Tanam
Penanaman secara organik dapat dilakukan dengan sistem monokultur atau polikultur. Dari
kedua sistem tersebut, polikultur paling banyak digunakan karena memiliki banyak
kelebihan.
1. Monokultur
Monokultur adalah menanam satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Kelebihan
sistem ini yaitu teknis budidayanya relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun
yang dipelihara hanya satu jenis. Di sisi lain, kelemahan sistem ini adalah tanaman relatif
mudah terserang hama maupun penyakit.
2. Polikultur
Polikultur adalah menanam lebih dari satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama.
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa keuntungan,
antara lain sebagai berikut :
Dalam sistem polikultur, pemilihan jenis tanaman menjadi sangat penting karena
tanaman yang tidak sesuai dapat menyebabkan kerugian, misalnya tanaman akan berebut
unsur hara, adanya tanaman lain akan mendatangkan hama dan penyakit baru, maupun
pertumbuhan tanaman saling terhambat.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam memilih jenis tanaman antara lain
sebagai berikut.
Tanaman akan hidup baik bila mendapat sinar matahari. Namaun banyaknya sinar
matahari untuk tiap tanaman berbeda. Umumnya, tanaman yang menghasilkan bunga
atau buah membutuhkan sinar matahari penuh (tidak ternaungi), sedangkan tanaman yang
menghasilkan daun masih dapat tumbuh dengan cahaya yang sedikit. Misalnya buncis
merambat dan kapri membutuhkan sinar yang banyak, sedangkan selada dan seledri
masih hidup di bawah naungan. Dengan demikian, selada atau seledri dapat ditanam di
antara tanaman buncis, merambat atau kapri.
Berdasarkan kebutuhan unsur hara, tanaman dapat dikelompokkan menjadi tiga sebagai
berikut.
a) Tanaman yang memerlukan unsur hara nitrogen lebih banyak, disebut heavy feeders.
Misalnya kubis, selada, bayam, jagung, dan labu.
b) Tanaman yang memerlukan unsur hara nitrogen lebih sedikit daripada kalium, disebut
light feeders. Yang termasuk kelompok ini umumnya tanaman penghasil umbi seperti
bawang merah, lobak, ubi kayu, wortel, dan ubi jalar.
c) Tanaman penghasil nitrogen atau tanaman yang dapat mengikat nitrogen dari udara
dengan bantuan bakteri Rhizobium, disebut soil builders. Tanaman yang termasuk
kelompok ini yaitu tanaman dalam keluarga Leguminosae, misalnya kacang tanah,
kedelai, buncis, kacang hijau, dan kara.
Dengan menggabungkan ketiga kelompok tanaman tersebut, dapat diperoleh hasil yang
tinggi karena antar-tanaman tidak terjadi perebutan unsur hara.
3) Sistem perakaran
Sistem perakaran setiap tanaman berbeda, ada yang dalam, dangkal, melebar, rimbun,
dan sebagainya.Sistem perakaran ini penting untuk menentukan jarak tanam dan memilih
jenis tanaman. Tanaman yang dipilih sebaiknya yang mempunyai perakaran yang