Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. masalah kejiwaan dan
kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan
sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa
(Depkes, 2011).
Contoh masalah psikososial antara lain: psikotik gelandangan dan pemasungan,
penderita gangguan jiwa, masalah anak: anak jalanan dan penganiayaan anak, masalah anak
remaja: tawuran dan kenakalan, penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, masalah
seksual: penyimpangan seksual, pelecehan seksual dan eksploitasi seksual, tindak kekerasan
sosial, stress pasca trauma, pengungsi/ migrasi, masalah usia lanjut yang terisolir, masalah
kesehatan kerja: kesehatan jiwa di tempat kerja, penurunan produktifitas dan stres di tempat
kerja, dan lain-lain: HIV/AIDS (Depkes, 2011).
BAB II
Analisis Film
A. Sinopsis
"The Hunt" dimulai dengan kisah tentang seorang pria bernama Lucas yang
hidup di sebuah kota kecil. Seorang guru yang awalnya harus menjadi pengangguran
karena sekolah tempat dia dulu bekerja harus ditutup. Sekarang dia bekerja di sebuah
tempat penitipan anak, menjaga dan mengajak anak-anak bermain sepanjang hari. Dia
adalah seseorang yang tenang, hangat, dan sangat peduli terhadap orang lain sehingga
dia sangat mudah akrab dengan anak didiknya. Lucas memiliki beberapa orang
sahabat yang juga berasal dari kelompok berburunya. Sahabat-sahabat Lucas khawatir
dia kesepian, hidup seorang diri di rumah dimana dia pernah tinggal bersama dengan
anak dan mantan istrinya, sehingga mereka sering mengadakan perkumpulan setiap
malam untuk bersenang-senang atau minum-minum.
Segalanya berubah, ketika salah satu anak didik Lucas memberitahu pemilik
tempat penitipan anak bahwa Lucas sudah melakukan pelecahan seksual terhadap
dirinya, dan membuat pemilik tempat penitipan anak merasa geram dan khawatir, dan
berniat menyelidiki yang sebenarnya terjadi. Sementara itu Lucas yang tidak curiga
terhadap apapun yang terjadi di belakang punggungnya pergi ke tempat penitipan
anak seperti biasa. Pemilik penitipan anak memanggil seorang psikolog untuk
membantunya menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.
Sampai akhirnya bos Lucas memanggilnya ke kantor untuk bercerita tentang
apa yang telah terjadi di balik punggungnya. Namun, ia menolak untuk
mengungkapkan nama penuduh dan tuduhan apa yang dilakukan. Lucas diperintahkan
untuk mengambil cuti beberapa hari sampai masalah ini diselesaikan. Semua orang
tua juga dipanggil ke tempat penitipan anak dan diberitahu tentang tuduhan yang
terjadi pada Lucas. Mereka diminta untuk mengingat gejala-gejala anak yang
mengalami pelecahan seksual untuk meyakinkan bahwa Lucas mungkin telah
mencabuli anak-anak mereka.
Sejak saat itu Lucas diperlakukan sebagai penjahat oleh komunitasnya, dia
diasingkan dan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan. Lucas juga tidak pernah
diberi kesempatan untuk membela dirinya. Semua orang menganggap bahwa anak
kecil tidak mungkin berbohong, dan mereka menganggap Lucas adalah penjahat
pedofil yang sangat menjijikan. Kehidupan Lucas berubah, dia harus kehilangan
pekerjaan dan sahabat-sahabatnya, dia juga tidak diperbolehkan bertemu dengan anak
semata wayangnya lagi karena mantan istrinya khawatir anaknya akan mendapatkan
perlakuan yang buruk dari semua warga karena ulahnya. Lucas menjadi sering
mengurung diri di rumahnya, dia mengalami kecemasan berat karena harus
menghadapi tuduhan-tuduhan yang tidak pernah dia lakukan.
D. Asuhan Keperawatan
Diagnosa Utama : Kecemasan tingkat Berat
DO/DS
: ada adegan dimana tokoh utama terlihat panik, gemetar, mudah marah,
berperilaku menghindar, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa
depan.
Intervensi
Berikan umpan balik pada pasien
tentang perilaku, stresor,
penilaian stresor, dan sumber
koping
Rasional
Ansietas berat/panik dapat
dikurangi dengan
membiarkan pasien
menentukan jumlah stres
yang dapat ditangani
Makalah Psikososial Tutor5 |
Pasien akan
mengalami
penyembuhan dari
gejala-gejala ansietas
berat
Meminimalkan asper
menularnya ansietas
Agar tidak timbul lagi
ansietas yang berlebih
Dengan memberikan
dorongan aktivitas ke luar
rumah, perawat membatasi
waktu pasien yang tersedia
untuk mekanisme koping
yang destruktif sambil
berpartisipasi dan menikmati
aspek kehidupan lainnya
Hubungan efek terapeutik
dapat ditingkatkan jika
kendali terhadap gejala
kimiawi memungkinkan
pasien untuk mengarahkan
perhatian pada konflik yang
mendasari.
BAB III
Materi dan Asuhan Keperawatan
A. Keputusasaan
1. Pengertian
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seseorang individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak
dapat memobilisasi energi yang dimilikinya (NANDA, 2005).
2. Tanda dan gejala
a. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (saya
tidak dapat melakukan sesuatu)
b. Sering mengeluh dan tampak murung
c. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
d. Menunjukkan kesedihan, efek datar atau tumpul
e. Menarik diri dari lingkungan
f. Kontak mata kurang
g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh
h. Nampak selalu murung atau blue mood
i. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takippneu)
j. Menurun atau tidak adanya selera makan
k. Peningkatan waktu tidur
l. Penurunan keterlibatan dalam perawatan
m. Bersikap pasif dalam menerima perawatan
n. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna
3. Intervensi
a. Tujuan umum:
Klien mampu mampu mengekspresikan harapan positif tentang masa depan,
mengekspresikan tujuan dan arti kehidupan
b. Tujuan khusus: klien mampu
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengenal masalah keputusasaan
3) Berpartisipasi dalam aktivitas
4) Menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung
c. Tindakan keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
a) Ucapkan salam
b) Perkenalkan diri: sebutkan nama dan panggilan yang disukai
c) Tanyakan nama klien dan panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Dengarkan klien dengan penuh perhatian
f) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya
B. Kecemasan
1. Definisi
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil Lur
Rochman, 2010).
Kecemasan sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri
keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan
kekhawatiran bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. (Nevid Jeffrey S,
Rathus Spencer A, & Greene Beverly, 2005)
2. Gejala
a. Gejala fisik : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit
bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah
atau tersinggung
b. Gejala behavioral : berperilaku menghindar, terguncang, melekat dan
dependen
c. Gejala kognitif : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan
terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang
menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit
berkonsentrasi.
(Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly, 2005)
3. Faktor Penyebab
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula
menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam
bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
(Kholil Lur Rochman, 2010)
Menururt (Mary C Towserd, 1998) penyebab kecemasan antara lain:
a. Teori Biologi
3. Manifestasi
Menurut dilami,dkk. (2009), tanda gejala seseorang yang mengalami gangguan
citra tubuh adalah :
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
b. Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi/akan terjadi
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh yang terjadi
d. Persepsi negative terhadap tubuh
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
f. Mengungkapkan keputusasaan
g. Mengungkapkan ketakutan.
4. Pohon diagnosis
Keputusasaan
Ketidakberdayaan
ketidakefekifan koping
D. Dukacita
Dukacita mengacu pada emosi yang subjektif dan afek yang merupakan
respons normal terhadap pengalaman kehilangan (Varcarolis, 1998). Berduka
mengacu pada proses mengalami dukacita. Berduka tidak hanya melibatkan isi (apa
yang dipikirkan, dikatakan, dan dirasakan individu), tetapi juga proses (bagaimana
individu berpikir, berkata, dan merasa).
Semua indivudu berduka ketika mereka mengalami perubahan dan kehilangan
dalam hidup, dan sering kali proses tersebut merupakan salah satu hal yang paling
sulit dan menantang keberadaan manusia.
Tipe kehilangan
Menurut Maslow (1954), tindakan manusia dimotivasi oleh hierarki
kebutuhan, yang dimulai dengan kebutuhan fisiologis (makanan, udara, air, dan tidur),
kemudian kebutuhan keselamatan (tempat yang aman untuk tinggal dan bekerja),
kemudian kebutuhan keamanan dan memiliki. Apabila kebutuhan manusia tersebut
tidak terpenuhi atau diabaikan karena suatu alasan, indivisu mengalami suatu
kehilangan.
Makalah Psikososial Tutor5 |
10
Ahli teori
Kubler-Ross
(1969)
Fase I
Tahap I:
penyangkalan
Bowlby (1980)
Mati rasa,
pengangkalan
Harvey (1998)
Syok, menangis
dengan keras,
menyangkal
Rodebaugh et
al. (1999)
Reeling: syok,
tidak percaya,
menyangkal
Fase II
Tahap II:
kemarahan
Tahap III:
depresi
Kerinduan
emosional
terhadap orang
yang dicintai,
memprotes
kehilangan yang
tetap ada
Instruksi pikiran,
distraksi,
meninjau
kehilangan
secara obsesif
Feeling:
penderitaan yang
berat, rasa
bersalah,
kesedihan,
kurang
konsentrasi,
gangguan tidur,
perubahan nafsu
makan,
keletihan,
ketidaknyamanan
yang umum
Fase III
Tahap IV:
tawar-menawar
Fase IV
Tahap V:
penerimaan
Disorganisasi
kognitif,
keputusasaan
emosional, sulit
melakukan
fungsi
Reorganisasi
kognitif,
reintegrasi
kesadaran diri
Menceritakan
kepada orang
lain untuk
meluapkan
emosi dan
secara kognitif
menyusun
kembali
peristiwa
kehilangan
Dealing:
beradaptasi
terhadap
kehilangan
Healing:
integrasi
kehilangan,
penderitaan
yang akut
hilang,
kehilangan
dapat dilupakan
atau diterima,
dapat juga tidak
11
Isi berduka ialah apa yang dipikirkan, di katakan, dirasakan, dilakukan, dan secara
fisiologis dialami individu selama proses berduka. Isi berduka juga dapat dikatakan sebagai
respons manusia dan berkorelasi dengan apa yang Schneider (1984) ajukan sebagai model
holistik berduka yang memiliki lima dimensi proses berduka yaitu kognisi, emosi, semangat,
perilaku, dan fisiologi.
Jenis respon
Respon kognitif
Respon emosional
Respon spiritual
Respon perilaku
Respon fisiologis
Gejala
Gangguan asumsi dan keyakinan
Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang
meninggal adalah pembimbing
Marah, sedih, cemas
Kebencian
Merasa bersalah
Perasaan mati rasa
Emosi yang berubah-ubah
Penderitaan dan kesepian yang berat
Keinginan kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau
benda yang hilang
Depresi, apatis, putus asa selama fase disorganisasi dan
keputusasaan
Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri
Kecewa dan marah kepada Tuhan
Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
Tidak memiliki harapan, kehilangan makna
Melakukan fungsi secara otomatis
Menangis terisak, menangis tidak terkontrol
Sangat gelisah, perilaku mencari
Iritabilitas dan sikap bermusuhan
Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan
bersama orang yang telah meninggal
Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal
ingin membuangnya
Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
Kemungkinan melakukan gestur atau upaya bunuh diri atau
pembunuhan
Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
Sakit kepala, insomnia
Gangguan nafsu makan, berat badan turun
Tidak bertenaga
Palpitasi, gangguan pencernaan
Perubahan sistem imun dan endokrin
12
Dukacita dengan penyulit merupakan respons yang berada di luar norma yang ada dan
terjadi ketika individu mungkin tanpa emosi, berduka dalam waktu lama, dan memiliki
ekspresi berduka yang tampaknya tidak wajar.
Bagi beberapa orang, dampak berduka terutama merusak karena kepribadian atau
status emosional atau situasi mereka membuat mereka rentan terhadap penyulit selama proses
tersebut. Kadang-kadang gangguan jiwa dapat terjadi (Parkes, 1998).
Karakteristik kerentanan:
-
13
Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang memiliki tangguang jawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah steriotif peran
gender, tuntunan peran kerja, dan harapan peran budaya, nilai-nilai
budaya yang tidsk dapat diikuti oleh individu.
Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi, meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
3. Stresor pencetus
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal, yaitu
sebagai berikut:
Trauma seperti penganiyayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis
transisi peran:
1) Transisi peran pengembangan adalah perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, ni8lai-nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan
oleh: kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk
penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis
dan keperawatan.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari harga diri rendah pada seseorang berbeda-beda dan
bervariasi antara individu satu dengan yang lainnya, tetapi biasanya
dimanifestasikan sebagai berikut:
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit/tindakan, misalnya:
malu karena alopesia setelah dilakukan tindakan kemoterapi.
Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan, mengkritik,
mengejek diri sendiri.
Makalah Psikososial Tutor5 |
14
Merendahkan martabat: saya tidak bisa, saya bodoh, saya tidak tahu
apa-apa, saya tidak mampu.
Gangguan hubungan sosial.
Percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan.
Mencederai diri.
Mudah marah, mudah tersinggung.
Apatis, bosan, jenuh dan putus asa.
Kegagalan menjalankan peran, proyeksi ( menyalahkan orang lain)
5. Pohon diagnosis
Keputusasaan
Ketidakberdayaan
Ketidakefektifan koping
identitas personal
Gangguan
15
16
17
18
Eforia
Mengantuk
Konstipasi
Penurunan kesadaran
Mata merah
Mulut kering
Banyak bicara dan tertawa
Nafsu makan meningkat
Gangguan persepsi
Pegendalian diri berkurang
Jalan sempoyongan
Memperpanjang tidur
Hilang kesadaran
Berkeringat dan bergetar
Selalu terdorong untuk bergerak
Cemas
Depresi
Paranoid
Nyeri
Mata dan hidung berair
Perasaan panas dingin
Gangguan daya ingat
Muka merah
Mudah marah
Tangan gemear
Mual muntah
Kelelahan
Energy berkurang
19
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan lab urin
Radio immuno-assay mendeteksi
diketahui melalui uji nalorfin.
pecandu
apa
bukan,
dapat
8. Penatalaksanaan
Pencegahan
a. Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang
NAPZA.
b. Deteksi dini perubahan perilaku
c. Menolak tegas untuk mencoba (Say no to drugs) atau Katakan
tidak pada narkoba.
Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum
banyak, makan makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan
dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu
pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala
sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari.
Pengobatan
a. Detoksifikasi
tanpa
subsitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan
zat yang mengalami gejala putus zat tidak diberi obat untuk
menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien hanya dibiarkan
saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
b. Detoktifkasi dengan substitusi
Patau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan jenis opiat
misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon, substitusi bagi
pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat dari jenis anti
ansietas, misalnya diazepam. Pemberian substitusi adalah dengan
cara penurunan dosis secara bertahap sampai berhenti sama sekali.
Selama pemberian substitusi dapat juga diberikan obat yang
menghilangkan gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa
nyeri, rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang
ditimbulkan akibat putus zat tersebut
c. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh
dan terpadu melaui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan
20
hasil
secara
bermakna;
persepsi
kurang
dapat
2. Etiologi
Penyakit
kronis
atau
terminal,
dan
penyakit
yang
mengancam
kehamilan.(Townsend, Nanda )
3. Karakteristik
Berat
21
Sedang
a. Subjektif :
-
Marah
mengungkapkan
ketidakpuasan
dan
frustasi
terhadap
rasa bersalah
b. Objektif :
-
kepasifan
kebencian
Ringan
a. Subjektif : Mengungkapkan ketidakpastian tentang tingkat energy yang
berfluktuasi.
b. Objektif : kepasifan.
(Nanda )
22
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Anamnesa : Nama/Jenis Kelamin, umur, tanggal masuk RS, no CM, alamat,
pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, sumber data, suku, bentuk tubuh
b. Fisik : Ukur dan observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan), Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Faktor predisposisi
d. Faktor presipitasi
e. Konsep Diri
i. Citra Tubuh/Gambaran Diri
Tanyakan persepsi klien tentang keadaan tubuhnya
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuh yang disukai dan tidak
disukai
ii. Identitas diri, tanyakan tentang
Status dan posisi klien sebelum dirawat
Kepuasan klien terhadap status dan posisinya ( sekolah, tempat
kerja, kelompok)
Kepuasan klien sebagai laki-laki /perempuan
iii. Peran, tanyakan tentang
Tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/kelompok/masyarakat
Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut
Kaji bagaimana perasaan klien terhadap perannya, apakah ada
konflik peran
iv. Ideal diri
Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran
Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat
kerja, masyarakat)
Harapan klien terhadap penyakitnya
v. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi no.2a, b,
c, dan d
Penilaian / penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya
vi. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
f. Hubungan Sosial
i. Tanyakan pada klien siapa orang berarti dalam kehidupannya, tempat
mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau dukungan
23
ii. Tanyakan pada klien, kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat
iii. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok di
masyarakat
iv. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
g. Pendidikan dan pekerjaan
i. Gaya hidup: Tanyakan bagaimana kebiasaan hidup klien sebelum dan
sesudah sakit
ii. Budaya: Tanyakan latar belakang budaya klien, apakah ada konflik
dalam dirinya sehubungan dengan budayanya itu dalam menghadapi
masalah atau tantangan di lingkungannya
h. Spiritual
i. Nilai dan keyakinan, tanyakan tentang :
Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai dengan
norma budaya dan agama yang di anut
Pandangan masyarakat setempat secara individu tentang gangguan jiwa
ii. Kegiatan ibadah, tanyakan
Kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok
Pendapat klien, keluarga tentang kegiatan ibadah
Rasional
24
Pasien akan
terlindung dari
bahaya
Ansietas berat/panik
dapat dikurangi dengan
membiarkan pasien
menentukan jumlah
stres yang dapat
ditangani
Sekarang ini pasien
tidak mempunyai
alternatif untuk
mekanisme koping
Pasien akan
Batasi interaksi pasien
Meminimalkan resiko
mengalami situasi
dengan pasien lain
menularnya ansietas
yang
Identifikasi atau modifikasi Agar tidak timbul lagi
membangkitkan
lingkungan yang dapat
ansietas yang berlebih
ansietas lebih sedikit membangkitkan ansietas
Pasien akan terlibat Berikan beberapa jenis
dalam aktivitas yang latihan fisik
dijadwalkan sehari- Rencanakan jadwal atau
hari
aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari
Libatkan keluarga dan
sistem pendukung lainnya
sebanyak mungkin
Pasien akan
mengalami
penyembuhan dari
gejala-gejala
ansietas berat
Dengan memberikan
dorongan aktivitas ke
luar rumah, perawat
membatasi waktu
pasien yang tersedia
untuk mekanisme
koping yang destruktif
sambil berpartisipasi
dan menikmati aspek
kehidupan lainnya
Hubungan efek
terapeutik dapat
ditingkatkan jika kendali
terhadap gejala kimiawi
memungkinkan pasien
untuk mengarahkan
perhatian pada konflik
yang mendasari.
25
2) Diagnosa Keperawatan
: Gangguan Citra Tubuh dan Harga Diri Rendah
Situasional
Kriteria Hasil : Klien akan mencapai tingkat aktualisasi diri yang maksimal
Data Objektif :
Penurunan produktivitas
Gangguan dalam berhubungan
Menarik diri secara sosial
Menarik diri secara realitas
Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
Pandangan hidup pesimis
Data Subjektif :
Klien mengkritik diri sendiri
Klien merasa tidak mampu melakukan peran
Klien merasa tidak berguna lagi untuk orang lain
Klien sering mengeluhkan tentang fisiknya yang berubah
Intervensi Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Meluaskan kesadaran Tawarkan penerimaan tanpa
diri pasien
syarat
Dengarkan pasien
Dukung pembahasan tentang
pikiran dan perasaan pasien
Berespons tanpa mendakwa
Sampaikan bahwa pasien
adalah seseorang yang berharga
Mendukung eksplorasi Gunakan respons empati dan
diri pasien
pantau diri anda terhadap
perasaan simpati atau kasihan
Tegaskan bahwa pasien bukan
tidak berdaya atau tak kuasa
dalam menghadapi masalah
Tunjukkan pada pasien baik
secara verbal maupun perilaku
bahwa pasien bertanggung
jawab terhadap perilakunya
sendiri
Gunakan sistem pendukung dari
keluarga dan kelompok untuk
memfasilitasi eksplorasi diri
pasien
Rasional
Mengurangi ancaman yang
terlihat dalam sikap perawat
terhadap pasien, membantu
pasien untuk meluaskan dan
menerima semua aspek
kepribadian
26
3) Diagnosa Keperawatan
: Koping Individu Tidak Efektif
Kriteria Hasil : Klien dapat mengidentifikasi koping individu yang efektif
Data Objektif :
Data Subjektif :
Intervensi Keperawatan
Intervensi
Menginformasikan pasien
alternatif atau solusi lain
penanganan
Memfasilitasi pasien untuk
membuat keputusan
Bantu pasien mengidentifikasi
keuntungan, kerugian dari
keadaan
Bantu pasien untuk identifikasi
bermacam-macam nilai
kehidupan
Bantu pasien identifikasi
strategi positif untuk mengatur
pola nilai yang dimiliki
Rasional
Pemberian solusi tersebut
membantu klien dalam
mencari solusi bagi
dirinya
Pengambilan keputusan
oleh pasien membuat
dirinya dapat
mengidentifikasi
mengenai masalahnya
serta nilai-nilai lain dan
dapat menentukan pilihan
jalan keluar dari masalah
tersebut
27
4) Diagnosa Keperawatan
: Duka Cita dan Keputusasaan
Kriteria Hasil : Klien dapat memberi respon yang adaptif terhadap kehilangan
Data Objektif :
Menangis
Mengingkari kehilangan
Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
Data Subjektif : klien merasa putus asa dan kesepian
Intervensi Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Jangka Pendek :
1.
Tentukan pada tahap
Klien dapat
berduka mana pasian terfiksasi.
mengekspresikan
Identifikasi perilaku-perilaku
kemarahan terhadap
yang berhubungan dengan
konsep kehilangan
tahap ini.
dalam 1 minggu.
2.
Kembangkan hubungan
Jangka Panjang :
saling percaya dengan pasien.
Klien mampu
Perlihatkan empati dan
menyatakan secara
perhatian. Jujur dan tepati
verbal perilakusemua janji
perilaku yang
berhubungan dengan 3.
Perlihatkan sikap
tahap-tahap berduka
menerima dan membolehkan
yang normal. Klien
pasien untuk mengekspresikan
mampu mengakui
perasaannya secara terbuka
posisinya sendiri
dalam proses
berduka sehingga ia
mampu memecahkan 4.
Dorong pasien untuk
masalah
mengekspresikan rasa marah.
Jangan menjadi defensif jika
permulaan ekspresi kemarahan
dipindahkan kepada perawat
atau terapis. Bantu pasien
untuk mengeksplorasikan
perasaan marah sehingga
Rasional
9.
Pengkajian data
dasar yang akurat adalah
penting untuk perencanaan
keperawatan yang efektif
bagi pasien yang berduka.
10.
Rasa percaya
merupakan dasar untuk
suatu kebutuhan yang
terapeutik.
11.
Sikap menerima
menunjukkan kepada
pasien bahwa anda yakin
bahwa ia merupakan
seseorang pribadi yang
bermakna. Rasa percaya
meningkat.
12.
Pengungkapan
secara verbal perasaan
dalam suatu lingkungan
yang tidak mengancam
dapat membantu pasien
sampai kepada hubungan
dengan persoalan-persoalan
28
5.
Bantu pasien untuk
mengeluarkan kemarahan yang
terpendam dengan
berpartisipasi dalam aktivitasaktivitas motorik kasar (mis,
joging, bola voli,dll)
13.
Latihan fisik
memberikan suatu metode
yang aman dan efektif
untuk mengeluarkan
kemarahan yang
terpendam.
6.
Ajarkan tentang tahaptahap berduka yang normal dan 14.
Pengetahuan tentang
perilaku yang berhubungan
perasaan-perasaan yang
dengan setiap tahap. Bantu
wajar yang berhubungan
pasien untuk mengerti bahwa
dengan berduka yang
perasaan seperti rasa bersalah
normal dapat menolong
dan marah terhadap konsep
mengurangi beberapa
kehilangan adalah perasaan
perasaan bersalah
yang wajar dan dapat diterima
menyebabkan timbulnya
selama proses berduka.
respon-respon ini.
7.
Dorong pasien untuk
meninjau hubungan dengan
15.
Pasien harus
konsep kehilangan. Dengan
menghentikan persepsi
dukungan dan sensitivitas,
idealisnya dan mampu
menunjukkan realita situasi
menerima baik aspek
dalam area-area dimana
positif maupun negatif dari
kesalahan presentasi
konsep kehilangan sebelum
diekspresikan.
proses berduka selesai
seluruhnya.
8.
Bantu pasien dalam
memecahkan masalahnya
16.
Umpan balik positif
sebagai usaha untuk
meningkatkan harga diri
menentukan metoda-metoda
dan mendorong
koping yang lebih adaptif
pengulangan perilaku yang
terhadap pengalaman
diharapkan.
kehilangan. Berikan umpan
balik positif untuk identifikasi
strategi dan membuat
keputusan.
29
5) Diagnosa Keperawatan
: Ketidakberdayaan
Kriteria Hasil : Klien mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang efektif
untuk mengontrol situasi kehidupannya dengan menurunkan perasaan
ketidakberdayaannya
Data Objektif :
Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan
diberikan.
Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
Apatis, pasif.
Ekspresi muka murung.
Bicara dengan lambat.
Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
Tidur berlebihan.
Menghindari orang lain.
Data Subjektif : Klien mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
Intervensi Keperawatan
Intervensi
Biarkan pasien mengambil
sebanyak mungkin tanggung
jawab untuk praktik-praktik
perawatan dirinya sendiri.
Bantu pasien untuk menetapkan
tujuan-tujuan yang realistis.
Rasional
Memberikan pasien pilihan akan
meningkatkan perasaan mampu
mengontrol pada pasien.
Sasaran atau tujuan yang tidak
realistis menyebabkan pasien
gagal dalam menguatkan perasaan
ketidakberdayaan.
Kondisi emosi pasien
mempengaruhi kemampuannya
dalam menyelesaikan masalah.
Penguatan positif meningkatkan
harga diri dan mendorong
pengulang perilaku yang
diharapkan.
30
Daftar Pustaka
Carpenito, L.J. 1995. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 6. (terjemahan). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Daulima, Novi Helena dkk. 1995. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Edisi:3. Jakarta: EGC.
Depkes. 2002. Keputusan Menteri kesehatan RI tentang pedoman penyelenggaraan
sarana pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hamid, Prof. Achir Yani. 2008. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: EGC.
Hawari, D. 2000. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (narkotik, alkohol dan zat
adiktif). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Nanda.2012-2014. Aplikasi Asuhan Keperawatan.Yogyakarta: Media Hardy
Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. 1998. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3.
(terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Townsend, Marry. 1997. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Videbeck. Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda dan Nic Noc.
Jakarta: EGC.
31
Soal Kuis
1. Sebutkan 2 stresor pencetus terjadinya gangguan harga diri rendah situasional!
a. Trauma. (contoh: penganiayaan seksual, menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehdupan)
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi
2. Sebutkan 3 data objektif yang perlu dikaji dari pasien gangguan harga diri
rendah situasional!
a. Perasaan negatif terhadap diri sendiri
b. Mernarik diri dari kehidupan
c. Mudah tersinggung atau marah
3. Apa sajakah jeni-jenis NAPZA? (sebutkan minimal 3)
Kokain, ganja, alkohol, opioida, amfetamin (dekongestan), LSD
4. Apakah tanda dan gejala dari pengguna NAPZA? Minimal 3
Mata merah, lemah, eforia, mengantuk,c emas, depresi, paranoid, gangguan
daya ingat, selalu terdorong untuk bergerak, gangguan persepsi, mata dan
hidung berair, nafsu makan meningkat, nyeri
5. Sebutkan rentang respon kecemasan?
Antisipasi, ringan, sedang, berat, panik
6. Sebutkan ketiga karakteristik kecemasan serta dua manifestasinya dari masingmasing karakteristik!
(Boleh menyebutkan manifestasi yang ada di materi selain di jawaban ini)
-
7. Sebutkan gejala dari Respon Spiritual dan Respon emosional dari berduka!
- Respon Spiritual: Kecewa dan marah kepada Tuhan, Penderitaan
karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan, Tidak memiliki harapan,
kehilangan makna
- Respon Emosional: Marah, sedih, cemas, Kebencian,Merasa bersalah,
Perasaan mati ras, Emosi yang berubah-ubah, Penderitaan dan kesepian
yang berat, Keinginan kuat untuk mengembalikan ikatan dengan
32
individu atau benda yang hilang, Depresi, apatis, putus asa selama fase
disorganisasi dan keputusasaan
8. Apa saja tanda dan gejala dari keputusasaan?
- Sering mengeluh dan tampak murung
- Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
- Menunjukkan kesedihan, efek datar atau tumpul
- Menarik diri dari lingkungan
- Kontak mata kurang
- Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takippneu)
- Menurun atau tidak adanya selera makan
9. Apa yang dimaksud dengan gangguan citra tubuh?
Perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan
ukuran,bentuk struktur, fungsi keterbatasan, makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh. ( Dalami,dkk)
10. Sebutkan fase-fase tahap proses berduka menurut Kubler Ross!
Kubler-Ross
(1969)
Tahap I:
penyangkalan
Tahap II:
kemarahan
Tahap III:
depresi
Tahap IV:
tawarmenawar
Tahap V:
penerimaan
33