You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti organ-organ yang lain, telinga pun mengalami kemunduran pada usia lanjut.
Kemunduran ini dirasakan sebagai kurangnya pendengaran, dari derajat yang ringan sampai
dengan yang berat. Bila kekurang pendengaran ini berat, akan menimbulkan banyak masalah
bagi penderita dengan orang-orang sekitarnya. Misalnya salah faham dalam komunikasi.
Penderita sering membantah karena mengira orang lain-lain marah-marah kepadanya, tak perduli
kepadanya, atau malah mentertawakannya, mengejeknya atau lain-lain lagi. Dalam perjalanan
mencapai usia lanjut, alat pendengaran dapat mengalami berbagai gangguan, salah satunya
presbikusis.
Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat prose degenerasi organ
pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat
dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses
menua secara umum.
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan pendengaran yaitu
Kesulitan mengerti pembicaraan, Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan
nada tinggi, Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau bergumam,
Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang bising,
Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan, Perubahan kemampuan mendengar
konsonan seperti s, z, t, f dan g, Suara vokal yang frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u
umumnya relatif diterima dengan lengkap.
Schuknecht membagi klasifikasi presbikusis menjadi 4 jenis : sensori (outer hair-cell),
neural (ganglion-cell), metabolik (strial atrophy), dan koklea konduktif (stiffness of the basilar
membrane). Schuknecht menambahkan dua kategori : mixed and indeterminate, terdapat 25%
kasus, dimana terjadi akibat perubahan patologi yang bermacam-macam. Prevalensi terbanyak
menurut penelitian adalah jenis metabolik 34,6%, jenis lainyan neural 30,7%, mekanik 22,8%
dan sensorik 11,9%.
Berdasarkan besarnya angka insiden terjadinya presbiakusis dan resiko insiden yang
dapat terjadi, maka pemakalah tertarik membahas masalah Asuhan keperawatan pada klien
dengan presbiakusis.

Sistem Persepsi Sensori PRESBIAKUSIS

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah yang dibuat, yaitu:

Apa Pengertian Presbiakusis ?

Apa Penyebab (Etiologi) Presbiakusis?

Bagaimana Patofisiologi Presbiakusis?

Bagaimana Klasifikasi Presbiakusis?

Apa Tanda dan Gejala Presbiakusis ?

Bagaimana cara Penatalaksanaan & Terapi Presbiakusis ?

1.3 Tujuan
Adapun Tujuannya Yaitu :

Mengetahui Pengertian dari Presbiakusis .

Mengetahui Penyebab dari Presbiakusis.

Mengetahui Patofisiologi Presbiakusis.

Mengetahui Klasifikasi Presbiakusis.

Mengetahui Tanda dan Gejala Presbiakusis..

Mengetahui Cara Penatalaksanaan & Terapi Presbiakusis.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh, yaitu dapat mengetahui mengenai penyakit, penyebab,
gejala penyakit, dan pengobatan untuk penyakit , serta komplikasi dari penyakit Presbiakusis.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN, bab ini berisi tentang latar belakamg, rumusan masalah,
manfaat dan tujuan dan sistematika penulisan

BAB II ISI, bab ini berisi tentang definisi, etiologi, bentuk-bentuk, manifestasi klinis dan
penatalaksanaan, pencegahan

BAB III PENUTUP, bab ini berisi tentang kesimpulan

Sistem Persepsi Sensori PRESBIAKUSIS

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Definisi


Presbikusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses degenerasi organ
pendengaran , simetris (terjadi pada dua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat,
dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari
selain proses menua secara umum.

2.2 Etiologi
Schuknect menerangkan bahwa penyebab kurang pendengaran akibat degenerasi ini
mulai terjadinya atrofi dibagian efitel dan saraf pada organ corti. Lambat laun secara
progresif terjadi degenerasi sel ganglion spiral pada daeral basal hingga kedaerah apeks yang
pada akhirnya terjadi degenerasi sel-sel pada jaras saraf pusat dengan manifestasi gangguan
pemahaman bicara. Kejadian presbikusis diduga mempunyai hubungan dengan factor-faktor
herediter, metabolism, aterosklorosing, bising, gaya hidup atau bersifat multifactor.

2.3 Patofisiologi
Penurunan aktivitas ambang suara pada frekuensi tinggi merupakan tanda utama
presbikusis. Perubahan dapat terjadi pada dewasa muda, tetapi terutama terjadi padausia 60
tahun keatas. Terjadi perluasan ambang suara denganbertambahnya waktu teritama pada
frekuensi rendah. Kasus yang banyak terjadi adalah kehilangan sel rambut pada basal koklea.
Presbikusis sensori memiliki kelainan spesifik seperti akibat trauma bising. Pola konfigurasi
adiometri presbikusis sensori adalah penurunan frekuensi tinggi yang curam, seringkali
terdapat notch takik pada frekensi 4kHz (4000 Hz).
Factor lain seperti genetic, usia, ototoksis dapapt memperberat penurunan pendengaran.
Perubahan usia yang akan mempercepat proses kurang pendengaran dapat dicegah apabila
paparan bising dapat dicegah. Goycoolea dkk, menemukan kurang pendengaran ringan pada
kelompok penduduk yang tinggal didaerah sepi (easter island) lebih sedikit jika dibandingkan
Sistem Persepsi Sensori PRESBIAKUSIS

kelompok penduduk yang tinggal ditempat ramai dalam jangka waktu 3-5 tahun. Kesulitan
mengontrol efek bising pada manusia yang memiliki struktur dan fungsi yang sama dengan
mamalia, mills dkk, menyatakan bahwa terdapat kurang pendengaran lebih banyak akibat
usia pada kelompok hewan yang tinggal ditempat bising. Interaksi efek bising dan usia belum
dapat dimengerti sepenuhnya, oleh karena itu kedua factor awalnya mempengaruhi frekuensi
tinggi pada koklea. Bagaimanapun, kerusakan akibat bising ditandai kenaikan ambang suara
pada frekuensi 3 6 kHz, walaupun awalnya dimulai pada frekuensi tinggi (biasanya 8 kHz).

2.4 Klasifikasi
Schuknecht membagi klafikasi presbikusis menjadi 4 jenis : sensori (outer hair-cell),
neural (ganglion-cell), metabolic (strial atrophy), dan koklea konduktif (stiffness of the
basilar membrane). Schuknecht menambahkan dua kategori : mixed dan indeterminate,
terdapat 25% kasus, dimana terjadi akibat perubahan patologi yang bermacam-macam.
Prevalensi terbanyak menurut penelitian adalah jenis metabolic 34,6% jenis lainnya neural
30,7% mekanik 22,8% dan sensorik 11,9%.
a. Sensori
Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai ilangnya sel-sel rambut dan penyokong
organ corti. Proses berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-lahan menjalar ke
daerah apeks. Perunahan ini berhubungan dengan penurunan ambang frekuensi tinggi,
yang dimulai setelah usia pertangahan. Secara histologi, atrofi dapat terbatas hanya
beberapa millimeter awal dari basal koklea dan proses berjalan dengan lambat. Beberapa
teori mengatakan perubahan ini terjadi akibat akumulasi dari granul pigmen lipofusin.
Ciri khas dari tipe sensory presbicusys ini adalah terjadi penurunan pendengaran secara
tiba-tiba pada frekuensi tinggi (slooping). Gambatan konfigurasi menurut schuknecht
jenis sensori adalah tipe noise-indused hearing loss (NIHL). Banyak terdapat pada lakilaki dengan riwayat bising.
b. Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi sel-sel saraf dikoklea dan jalur saraf pusat. Atrofi
terjadi mulai dari koklea, dengan bagian basilarnya sedikit lebih banyak terkena
Sistem Persepsi Sensori PRESBIAKUSIS

disbanding sisa dari bagian koklea lainnya. Tidak didapati adanya penurunan ambang
terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan penurunan diskriminasi
kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan presbikusis neural dan dapat dijumpai
sebelum terjadinya gangguan pendengaran. Efeknya tidak disadari sampai seseorang
berumur lanjut sebab gejala tidak akan timbul sampai 90% neuron akhirnya hilang.
Pengurangan jumlah sel-sel neuron ini sesuai dengan normal speech discrimination. Bila
jumlah neuron ini berkurang dibawah yang dibutuhkan untuk tranmisi getaran, terjadilah
neural presbycusis. Menurunnya jumlah neuron pada koklea lebih parah terjadi pada
basal koklea.
c. Metabolic (strial presbycusis)
Tipe presbikusis yang sering didapatidengan ciri khas kurang pendengaran yang
mulai timbul pada decade ke-6 dan berlangsung perlahan-lahan. Kondisi ini akibatkan
atrofi stria vaskularis. Histologi : atrofi pada stria vaskularis, lebih parah pada sepauh dari
apeks koklea. Stria vaskularis normalnya berfungsi menjaga keseimbangan pada
seseorang yang berusia 30-60 tahun. Berkembang dengan lambat dan mungkin bersifat
familial. Dibedakan dari tipe presbikusis lain yaitu pada strial presbycusis ini gambaran
audiogramnya rata, dapat mulai frekuensi rendah, speech discrimination bagus sampai
batas minimum pendengarnnya melebihi 50 dB (flat). Penderita dengan kasus
kardivaskuler (heart attacks, stroke, intermittent claudication) dapat mengalami
presbikusis tipe ini serta menyerang pada semua jenis kelamin namun lebih nyata pada
perempuan.
d. Koklea konduktif
Tipe kekurangan pendengaran ini disebabkan gangguan gerakan mekanis di
membrane basalis. Gambaran itu audiogram yang menurun dan simetris (skisloop).
Histologi : tidak ada perubahan morfologi pada struktur koklea ini. Perubahan atas respon
fisik khusus dari membrane basalis lebih besar dibagian basal karena lebih tebal dan jauh
lebih kurang diapikal, dimana disini lebih lebar dan lebih tipis. Kondisi ini disebabkan
oleh penebalan dan kekakuan sekunder membrane basilaris koklea. Terjadi perubahan
gerakan mekanik dari duktus koklearis dan atrofi dari ligamentum spiralis. Berhubungan
dengan tuli sensorineural yang berkembang sangat lambat.

Sistem Persepsi Sensori PRESBIAKUSIS

2.5 Tanda&Gejala

Berkurangnya pendengaran secara perlahan dan progresif perlahan pada kedua telinga
dan tidak didasari oleh penderita.

Suara-suara

terdengar

seperti

bergumam,

sehingga

mereka

sulit

untuk

mengerti pembicaraan.

Sulit mendengar pembicaraan di sekitar, terutama jika berada di tempat dengan latar
belakang suara yang ramai.

Suara berfrekuensi rendah, seperti suara laki-laki, lebih mudah di dengar daripada suara
berfrekuensi tinggi.

Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga. Telinga terdengar
berdenging ( tinnitus).

2.6 Penatalaksanaan
A. Alat Bantu Mendengar

"Pocket". Daya pembesaran baik hanya karena berbentuk agak besar maka penderita kebanyakan mau
memakainya.

"Wear level". Diletakkan di belakang telinga hingga bisa ditutupirambut pada wanita atau
laki-laki berambut gondrong.Untuk pemakaian APM, perlu disesuaikan hasil audiogramnya dengan
dayakemampuan APM. Jadi perlu dicoba seperti pemakaian kacamata.

B. O b a t - o b a t a n
Seperti asam nikotinat dan derivatnya menyebabkan vasodilatasi perifer, dan pemberian
dosis tinggi dalam waktu yang lama menurunkan blood lipid pada orang hiperkolesteromia. Efek
teraupetik pada presbiakusis disebakan oleh dilatasi koklear dalam pembuluh darah diotak akibat
aksi lipoproteinolitik dari obat tersebut. Contoh lain misalnya : ranicol dan hydergin.

2.7 PENCEGAHANPRESBIAKUSIS
1. Pencegahan Primer

Hindari paparan dengan bising yang terlalu sering

Membersihkan telinga secara teratur

Membiasakan olahraga

Sistem Persepsi Sensori PRESBIAKUSIS

Makan makanan yang bergizi

2. Pencegahan Sekunder

Kurangi paparan terhadap bising

Gunakan alat bantu pendengaran

Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak bibir dan latihan
mendengar

Berbicaralah kepada penderita presbikusis dengan nada rendah dan jelas

3. Pencegahan Tersier

Gunakan alat bantu dengar untuk membantu berkomunikasi

K u r a n g i p a p a r a n b i s i n g ya n g d a p a t m e m p e r p a r a h p e n u r u n a n pendengara
n

Lakukan permeriksaan pendengaran secara rutin

Sistem Persepsi Sensori PRESBIAKUSIS

ASUHAN KEPEARAWATAN
Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, golongan darah dan lain sebagainya.
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara
b) Riwayat kesehatan sekarang
- Saat sekarang keluarga klien mengatakan susah mendengar pesan atau rangsangan berupa suara.
- Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti terhadap pembicaraan.
- Untuk lebih mengerti, klien sering meminta untuk mengulangi pembicaraan.
- Keluarga klien mengatakan lebih senang menyendiri dan dengan kesendiriannya itu klien
mengekspresikan kesepian dan keluarga klien mengatakan bahwa klien sering menarik diri dari
lingkungan dan tidak mau tampil bersama anggota keluarga.
- Untuk mengisi kebosanannya, keluarga klien mengatakan bahwa klien lebih banyak tidur dan
tidak mau melakukan aktivitas apapun.
- Komunikasi dengan klien sebagian besar berjalan melalui pesan-pesan tertulis.
c) Riwayat penyakit dahulu
- Dikaji dari keluarga klien, apakah klien mengalami penyakit akut maupun kronis.
- Sejak kapan gangguan pendengaran mulai dirasakan klien ? biasanya prebikusis sering muncul
pada umur 60 tahun keatas ,tapi hal tersebut belum terlalu mengganggu bagi klien.
- Apakah klien pernah mengalami cedera kepala dan mengalami alergi terhadap berbagai
makanan dan minuman.
- Bagaimana gaya hidup klien, apakah klien seorang perokok berat atau tidak.
- Apakah Klien sering terpajan dengan suara bising ?
d) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit pada sistem pendengaran, apakah ada kelurga
yang menderita DM.
c.
a)
1)
2)
3)
4)
b)
1)
2)

Pemeriksaan Fisik
Pengkajian Daun telinga
Inspeksi:
Kesimetrisan daun telinga (simetris kiri dan kanan)
Posisi telinga normal yaitu sebanding dengan titik puncak
Penempatan pada lipatan luar mata ( masih terdapat/tampak atau tidak)
Terdapat pembengkakan pada Auditorius eksternal atau tidak.
Palpasi:
Apakan terdapat nyeri raba
Apakah ada pembengkakan

d. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan otoskopik
Sistem Persepsi Sensori PRESBIAKUSIS

1)
2)
b)
1)
2)

Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membran timpani
dengan cara inspeksi:
Hasil:
Serumen berwarna kuning, konsistensi kental.
Dinding liang telinga berwarna merah muda
Tes ketajaman pendengaran
Tes penyaringan sederhana
Hasil:
Biasanya klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan
Klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 12 inchi.
Uji rinne
Hasil: Biasanya klien tidak mendengarkan adanya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar
adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.

Diagnosa keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian
dalam.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.
c. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.
No

Diagnosa Keperawatan

Noc (Tujuan)

Gangguan
komunikasi verbal klien berjalan
komunikasi verbal dengan baik dengan Kriteria Hasil
b.d
degenerasi Dalam 1 hari klien dapat :
tulang pendengaran
1. Menerima pesan melalui
bagian dalam
metode alternative.
2. Mengerti
apa
yang
diungkapkan.
3. Memperlihatkan
suatu
peningkatan
kemampuan
untuk berkomunikasi.
4. Menggunakan alat bantu
dengar dengan cara yang
tepat.

Sistem Persepsi Sensori PRESBIAKUSIS

Nic (Intervensi)

1.1 kaji tingkat klien dalam


menerima pesan.
1.2 Periksa apa ada serumen
yang
mengganggu
pendengaran.
1.3 Bicara dengan pelan dan
jelas.
1.4 Gunakan alat tulis dalam
menyampaikan pesan.
1.5 Beri dan ajarkan klienpada
penggunaan alat bantu
dengar.
1.6 Pastikan alat bantu dengar
berfungsi dengan benar.
1.7 Anjurkan
klien
untuk
menjaga
kebersihan
telingan.

Harga diri rendah Klien dapat menerima keadaan


b.d
penurunan dirinya dengan kriteria hasil :
fungsi pendengaran 2.1 Mengenal
perasaan
yang
menyebabkan perilaku menarik
diri
2.2 Berhubungan sosial dengan
orang lain
2.3 Mendapat dukungan keluarga
mengembangkan kemampuan
klien
untuk
berhubungan
dengan orang lain
2.4 Membina hubungan saling
percaya dengan perawat

Sistem Persepsi Sensori PRESBIAKUSIS

2.1 Kaji pengetahuan klien


tentang perilaku menarik
diri dan tanda-tandanya.
2.2 Beri kesempatan pada klien
untuk
mengungkapkan
perasaan penyebab klien
tidak mau bergaul atau
menarik diri.
2.3 Diskusi bersama klien
tentang perilaku menarik
diri,
tanda-tanda
serta
penyebab yang mungkin.
2.4 Beri
pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaan.
2.5 Diskusikan
tentang
keuntungan
dari
berhubungan dan kerugian
dari perilaku menarik diri.
2.6 Dorong dan bantu klien
untuk berhubungan dengan
orang lain.
2.7 Beri
pujian
atas
keberhasilan yang telah
dicapai klien.
2.8 Bina
hubungan
saling
percaya dengan klien.
2.9 Anjurkan anggota keluarga
untuk secar rutin dan
bergantian
mengunjungi
klien.
2.10Beri reinforcement positif
atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga.
2.11Bina
hubungan
saling
percaya
dengan
menggunakan
prinsip
hubungan terpeutik.

10

Kurang
aktivitas Klien dapat melakukan aktivitas
b.d menarik diri tanpan kesulitan dengan kriteria
dengan lingkungan hasil :
Secara bertahap klien dapat ,
3.1 Menceritakan
perasaanperasaan bosan.
3.2 Melaporkan
adanya
peningkatan
dalam
aktivitas
yang
menyenangkan.
3.3 Menceritakan
metode
koping terhadap perasaan
marah atau depresi yang
disebabkan

Sistem Persepsi Sensori PRESBIAKUSIS

3.1 Beri motivasi untuk


dapat saling berbagi
perasaan
dan
pengalaman.
3.2 Bantu
klien
untuk
mengatasi
perasaan
marah dari berduka.
3.3 Variasikan
rutinitas
sehari-hari.
3.4 Libatkan individu dalam
merencanakan rutinitas
sehari-hari.
3.5 Rencanakan
suatu
aktivitas sehari-hari.
3.6 Beri alat bantu alat
pendengaran
dalam
melakukan aktivitas.

11

You might also like