Professional Documents
Culture Documents
DIAGNOSIS
MCV
dan
hitung
retikulosit
dapat
membantu
menentukan
pengklasifikasian anemia?
3. Mengapa pemeriksaan apus darah tepi penting dalam penatalaksanaan anemia?
Eritrosit memiliki fungsi vital dalam pengiriman oksigen ke jaringan. Hemoglobin dalam
eritrosit memiliki kapasitas untuk mengikat oksigen di paru dan melepaskannya ke
jaringan. Istilah anemia berasal dari bahasa Yunani, anaimia, yang berarti tanpa
darah.
Penurunan
eritrosit,
atau
penurunan
jumlah
hemoglobin
di
eritrosit
Anemia secara operasional berarti kekurangan eritrosit yang berada dibawah jumlah
minimal, jumlah hemoglobin, dan berat eritrosit pada sebagian pasien. Secarapraktis,
definisi ini tidak dapat diaplikasikan, karena jumlah minimal eritrosit tiap pasien
berbeda-beda. Definisi yang lebih konvensional adalah penurunan eritrosit, hemoglobin
dan hematokrit dibawah jumlah rata-rata pada seorang infdividu sehat yang usia, seks,
ras, dan kondisi lingkungan sekitar yang sama. Masalah dengan definisi konvensional
ini muncul karena beberapa alasan. Nilai rata-rata berasal dari banyak sampel normal.
Definisi normal sangat berbeda pada tiap orang. Hal ini butuh pengembangan dalam
membedakan rata-rata data, bergantung pada kumpulan individu mana yang
digunakan. Selain itu, kumpulan individu ini kurang heterogen untuk dijadikan semua
populasi yang berbeda.
Contoh dari berbagai referensi hematologi untuk populasi dewasa dan anak ada di
cover awal tulisan ini. Mereka menulis berdasarkan usia dan seks, tetapi ras,
lingkungan dan faktor laboratorium juga dapat mempengaruhi nilai. Tiap laboratorium
harus menentukan referensinya sendiri berdasarkan instrument tertentu, metode yang
digunakan, dan demografi serta lingkungan populasi pasiennya. Tujuan dari diskusi
pada bagian ini, seoarang pasien dikatakan anemis jika hemoglobinnya turun dibawah
nilai pada tabel ini.
TEMUAN KLINIS
Riwayat dan pemeriksaan fisik sangat penting dalam membuat diagnosis klinik anemia.
Gejala klasik dar anemia adalah fatigue dan sesak napas. Jika suplai oksigen
berkurang, pasien tidak memiliki cukup energy untuk melaksanakan kegiatan seharihari. Memperoleh riwayat yang baik membutuhkan pertanyaan yang hati-hati kepada
pasien, terutama pola makan, konsumsi obat, bahan kimia, pekerjaan, hobi, perjalanan,
riwayat perdarahan, etnis, riwayat keluarga, gejala neurologis, pengobatan terakhir,
kekuningan, dan penyakit lain yang dapat menyebabkan anemia. Walaupun terdapat
banyak hal untuk mengungkapkan keadaan anemia, terdapat beberapa kemungkinan.
Oleh karena itu, diskusi teliti dibutuhkan untuk memperoleh penyebab anemia.
Contohnya, defisiensi besi memiliki gejala khas yaitu pica. Pasien dengan pica
menyukai substansi seperti es, tepung jagung, atau tanah liat. Jadi, seseorang dengan
anemia mungkin asimptomatis, dan dapat terlihat sebagai anemia yang ringan atau
progresif.
Fitur tertentu harus dievaluasi erat selama pemeriksaan fisik untuk memberikan
petunjuk gangguan hematologi, seperti kulit, mata, dan mulut. Pemeriksaan juga harus
mencari
nyeri
sternum,
limfadenopati,
murmur
jantung,
splenomegali,
dan
rendah tetap asimptomatis. Anemia berat dan persisten, kabarnya, ketegangan pada
jantung dan berubah menjadi kegagalan jantung.
MEKANISME ANEMIA
Usia eritrosit di sirkulasi sekitar 120 hari. Pada individu yang sehat yang tidak anemia,
setiap hari sekitar 1% dari total eritrosit dimusnahkan dari sirkulasi karena usia, namun
sum-sum tulang terus memproduksi eritrosit untuk menggantikan kehilangan itu. Sel
hematopoietik berkembang menjadi sel prekursor, dan sum-sum tulang kemudian
mensekresi retikulosit yang akan matur menjadi eritrosit di sirkulasi. Produksi eritrosit
yang adekuat membutuhkan nutrisi seperti besi, B12, dan folat. Sintesis globin juga
harus berfungsi normal. Pada keadaan hemolisis, sum-sum tulang harus meningkatkan
produksi eritrosit untuk mengkompensasi kehilangan eritrosit. Oleh karena itu, menjaga
kestabilan kadar hemoglobin membutuhkan produksi atau fungsi normal dari eritrosit
dalam jumlah cukup untuk mengganti kekurangan.
Eritropoiesis yang tidak efektif
Eritropoiesis merupakan istilah untuk pembentukan eritrosit di sum-sum tulang. Ketika
Eritropoiesis dikatakan efektif, maka sum-sum tulang dapat memproduksi eritrosit dan
menyuplaikannya ke sirkulasi dengan jumlah yang adekuat.
Eritropoiesis tidak efektif berarti adanya defek produksi sel progenitor eritroid. Kadang
mereka rusak di sum-sum tulang sebelum dilepas ke sirkulasi. Pada keadaan yang
berat, missal pada megaloblastik, talassemia, dan anemia sideroblastik, karaktetistik
utamanya adalah eritropoiesis tidak efektif. Pada anemia, hemoglobin perifer menurun
meskipun prekursor eritrosit di sum-sum tulang meningkat. Produksi yang efektif
menurun yang mengakibatkan penurunan jumlah eritrosit di sirkulasi sehingga pasien
menjadi anemis.
Eritropoiesis insufisiensi berarti penurunan jumlah prekursor eritroid di sum-sum tulang
yang
berakibat
penurunan
eritrosit
dan
anemia.
Beberapa
faktor
dapat
index (RPI). RPI merupakan pilihan yang lebih baik dalam menentukan produksi
eritrosit daripada hitung retikulosit.
Analisis hitung retkulosit memainkan peran penting dalam menentukan suatu anemia
disebabkan olej defek produksi eritrosit atau karena destruksi prematur. Jika terdapat
pemendekan masa hidup eritrosit, seperti pada anemia hemolitik, sum-sum tulang akan
mencoba mengkompensasi dengan meningkatkan produksi eritrosit. Peningkatan ini
akan terlihat sebagai peningkatan jumlah retikulosit di sirkulasi perifer dan hitung
retikulosit yang meningkat. Walaupun peningkatan retikulosit dapat terlihat pada
perdarahan akut, namun akan lebih terlihat pada anemia hemolitik. Perdarahan kronik,
bukanlah suatu penyebab peningkatan retikulosit, melainkan menyebabkan defisiensi
besi dan hitung retikulosit rendah. Hitung retikulosit rendah dapat disebabkan karena
penurunan produksi eritrosit normal, karena eritropoiesis inefektif dan insufisien.
Pemeriksaan Apus Darah Tepi
Komponen penting dalam evaluasi anemia adalah pemeriksaan apus darah tepi,
dengan melihat diameter eritrosit, bentuk, ukuran, dan inklusi. Apus darah tepi juga
dapat menjadi control terhadap hasil penghitungan dengan menggunakan alat hitung
otomatis. Eritrosit normal apus darah tepi yaitu seragam, diameter 6-8 m, dan eritrosit
besar berdiameter > 8 m. bentuk abnormal eritrosit (sel sabit, sferosit, sistosit dan oval
makrosit) dan inklusi eritrosit (parasit malaria, basofilik stippling, badan Howell-Jolly)
hanya dapat dlihat dengan apus darah tepi.
Akhirnya, penilaian leukosit dan trombosit dapat melihat kelainan pada sum-sum tulang
dalam mengdiagnosis anemia. Contohnya, netrofil hipersegmen dapat dilihat pada
defisiensi B12 atau folat, atau peningkatan sel blas dan penurunan trombosit terlihat
pada keadaan leukemia akut.
Pemeriksaan Sum-Sum Tulang
Penyebab banyak kasus anemia dapat ditentukan dari riwayatnya. Pemeriksaan fisik
dan hasil laboratorium serta apus darah tepi. Jika penyebab maish belum dapat
ditemukan, maka diagnosis diferensial
studi
laboratorium
hematologi
komplit,
anemia
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan hitung retikulosit, MCV, dan apus darah tepi. Studi besi sangat bermanfaat
jika terdapat penurunan retikulosit dan pada keadaan anemia mikrositik. Pemeriksaan
serum vitamin B12 dan folat sangat membantu dalam menentukan anemia
megaloblastik dengan penurunan kadar retikulosit, atau tes antiglobulin langsung dapat
membedakan anemia
hemollitik autoimun
dengan penyebab
lainnya.
Karena
Pendekatan terhadap pasien dengan anemia dimulai dengan meminta riwayat lengkap
dan pemeriksaan fisik. Sebagai contoh, kelelahan onset baru dan sesak napas
kemungkinan akibat penurunan konsentrasi hemoglobin akut, atau gejala minor dari
kondisi kongenital jangka panjang. Seorang vegetarian yang ketat mungkin tidak
mengkonsumsi vitamin B12 yang cukup pada makanannya, atau seorang dengan
kebiasaan minum alkohol mungkin tidak mendapat folat yang cukup. Pembesaran limpa
mungkin sebuah indikasi dari sferositosis herediter, atau pemeriksaan darah samar
feses positif mengindikasikan defisiensi besi. Riwayat lengkap dan pemeriksaan fisik
dapat menghasilkan informasi untuk menemukan kemungkinan penyebab anemia
dengan demikian dapat meminta pemeriksaan penunjang yang rasional.
Langkah awal dalam diagnosis anemia secara laboratorium adalah mengukur secara
akurat kadar hemoglobin, hematokrit, eritrosit dan membandingkannya dengan nilai
rata-rata orang dewasa sehat yang usia, seks, ras dan lingkungannya sama.
Mengetahui nilai hematologi sebelumnya sangatlah bermanfaat. Penurunan 10% atau
lebih nilai hematologi akan menjadi petunjuk pertama munculnya keadaan yang
abnormal.
Terdapat banyak jenis anemia, jadi algoritma dalam mengevaluasi keadaan ini sangat
penting. Banyak tes yang telah didiskusikan akan membantu menuntun dalam evaluasi
anemia, seperti, hitung darah lengkap, hitung retikulosit, indeks eritrosit (terutama MCV)
dan pemeriksaan apus darah tepi.
Hitung Retikulosit dan Klasifikasi Anemia
Hitung retikulosit absolute sangat berguna dalam mengklasifikasikan anemia ke dalam
kategori penurunan produksi eritrosit (penurunan jumlah retikulosit) dan pemendekan
masa hidup eritrosit (peningkatan jumlah retikulosit).