Professional Documents
Culture Documents
DATA PASIEN
I.1
I.2
IDENTITAS PASIEN
Nama
Usia
JenisKelamin
Pendidikan
Alamat
Agama
Suku bangsa
Status marital
Pekerjaan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
An. D
5 tahun 6 bulan
Laki-laki
TK
Jl. Gunung Crme Gang Kawi, Brobosan, Purwokerto Utara
Islam
Jawa
Belum menikah
Pelajar
:
:
:
:
:
:
:
:
ANAMNESIS
A. KELUHAN UTAMA
Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu
B. KELUHAN TAMBAHAN
Muntah dan demam sejak 2 hari yang lalu
makin lama makin terasa berat dan disertai muntah. Selain itu pasien mengeluhkan
demam sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh lemah, letih dan lesu.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Tidak ada
E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Penyakit jantung, paru, diabetes melitus, ginjal, hipertensi dan alergi disangkal.
F. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien adalah anak dari seorang karyawan swasta.Kesan social ekonomi keluarga adalah
golongan menengah ke keatas. Pasien menggunakan Jasa umum untuk memeriksakan
penyakitnya.
I.3
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan tanggal 9 November 2012
Keadaan umum
Kesadaran
RR
Nadi
Suhu : 38,8C
: 72x/menit
Tinggi Badan
Berat Badan
Status Gizi
: 20x/menit
: 100 cm
: 25 kg
: cukup
A. STATUS GENERALIS
1. Pemeriksaan kepala
Kepala : Normocephal, jejas (-), distribusi rambut merata.
Mata
Telinga : Aurikula normal, serumen -/-, hiperemis -/Hidung : Normal, sekret -/- , tidak ada deviasi septum
Mulut dan gigi: Mukosa bibir basah, sianosis (-), lidah kotor -/-.
2. Pemeriksaan leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
3. Pemeriksaan Toraks
Cor
Pulmo
4. Pemeriksaan Abdomen
Inspkesi
: cembung
Auskultasi
: bising usus () N
Perkusi
: timpani
Palpasi
: defans muscular (+), rebound tenderness (+),
Hepar / Lien
: tidak teraba
5. Pemeriksaan ekstermitas : edema (-), sianosis (-), capillary refill time< 2 detik.
B. PEMERIKSAAN LOKALIS
Abdomen
: defans muscular (+), nyeri tekan (+), nyeri lepas (+), psoas sign (+),
romberg sign (+)
Rectal Touger : deformitas (-), eksoriasi (-), tonus kuat, mukosa recti licin, ampula
recti tidak kolaps, nyeri (+),darah/feses/pus pada handscoen (-).
I.4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
W. Pembekuan
W. Perdarahan
I.5
Hasil
13,2 gr/dl
19400/ul
40,9%
278.000/ul
5
3
Nilai Normal
12-16 gr/dl
4800-10800/ul
35-47%
150.000-400.000/uL
2-6
1-3
DIAGNOSIS
APPENDISITIS AKUT
I.6
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
APPENDISITIS KRONK
I.7
PENATALAKSANAAN
Persiapan untuk dilakukan Apendektomi
I.8
a.
b.
c.
PROGNOSIS
Quo ad vitam,functionam dan sanactionam
I.9
: Dubia ad bonam
SIKAP
Pukul 18.00
I.10 FOLLOWUP
Tanggal
9
November
2012
Subjektif
-
Objektif
KU/Kes : TSR/CM
TD:110/60 mmhg
Nadi : 72 x/menit
RR :20 x/menit
Suhu 38.8oC
Assesment
Appendisitis
Planning
Laparotomi
Post opp:
Kristaloid:
Ringger Laktat 20 tts/mnt
Koloid
Tutofusin
Antibiotik: Kendacilin2 x 500 mg
Analgetik : Remopain1x 1/3 amp
Koktail
Vit C
Subjektif
Nyeri pada
perut post
Laparotomi
Objektif
KU/Kes : TSR/CM ,
TD : 95/77mmhg
Nadi : 124 x/menit
RR :25 x/menit
Suhu 38.2oC
Status Generalis: TAK
Status Lokalis :
(Abdomen) terpasang
Assesment
Post
Laparotomi
Planning
Kristaloid Elektrolit :
Ringger Laktat 20 tts/mnt
Koloid : Tutofusin 20 tts/mnt
koktail
Antibiotik : Kendacilin 2 x 500 mg
Analgetik : Remopain 1x 1/3 amp
Vit C
drainage
10
November
2012
Nyeri perut
11
November
2012
Nyeri perut
12
November
2012
Nyeri perut
13
November
2012
KU/Kes : sedang/CM ,
TD : 95/553mmhg
N : 126 x/menit
RR :25 x/menit
Status Generalis: TAK
Status Lokalis :
(Abdomen) terdapat
Post
Laparotomi
hari ke-1
Kristaloid Elektrolit :
Ringger Laktat 20 tts/mnt
Antibiotik : Kedacilin2 vial
Analgetik : Remopain1x 1/3 amp
Vit C
Alina,im F
luka jahitan
KU/Kes : sedang/CM ,
TD : 100/70 mmhg
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36.8oC
Status Generalis: TAK
Status Lokalis :
(Abdomen) terdapat
luka jahitan
KU/Kes : sedang/CM ,
TD : 100/70 mmhg
Nadi : 100 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36.8oC
Status Generalis: TAK
Status Lokalis :
(Abdomen) terdapat luka
jahitan
KU/Kes : sedang/CM ,
TD : 100/70 mmhg
Nadi : 100 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36.8oC
Status Generalis: TAK
Status Lokalis :
(Abdomen) terdapat luka
jahitan
Post
Antibiotik: amoxan 3x1
lasparotomi Analgetik:ponstan syr 3x1
hari ke-2
Ambroxol syr 3x1
Diet cair
Post
laparotomi
hari ke-3
Post
lapaotomi
hari ke-4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bawah valva ileocaecal.1 Appendix merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya sekitar 10 cm
(3-15 cm). Lumennya sempit di bagian proximal dan melebar di bagian distal. Namun pada bayi,
appendix berbentuk kerucut, lebar di pangkal, dan sempit di ujung. 1 Selama anak-anak,
pertumbuhannya berotasi ke dalam retrocaecal tapi masih dalam intraperitoneal. Pada apendiks
terdapat 3 tanea coli yang menyatu dipersambungan caecum dan berguna dalam menandakan
tempat untuk mendeteksi apendiks. Posisi apendiks adalah Retrocaecal (74%), Pelvic (21%),
Patileal(5%), Paracaecal (2%), subcaecal(1,5%) dan preleal (1%).2
Pangkal appendix ditentukan dengan pengukuran garis Monroe-Pichter. Garis diukur dari
sias dextra ke umbilicus, lalu dibagi 3. Pangkal appendix terletak 1/3 lateral dari garis tersebut
(titik Mc Burney). Ujung appendix ditentukan dengan pengukuran garis Lanz. Garis diukur dari
sias dextra ke sias sinistra, lalu dibagi 6. Ujung appendix pada 1/6 lateral dexter garis tersebut.2
Vaskularisasi apendiks oleh arteri apendicular yang merupakan cabang dari arteri ileocolica.
Arteri apendiks termasuk end arteri. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang
mengikuti a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari
n.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri visceral bermula disekitar umbilikus.
Appendix menghasilkan lendir 1-2 ml perhari yang dicurahkan ke dalam lumen dan mengalir
ke caecum. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GULT terdapat disepanjang saluran
cerna termasuk appendix adalah IgA, efektif sebagai pelindung terhadap infeksi.2
II.2 Apendisitis
A. Definisi
Apendisitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada appendiks yang merupakan
kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.3
B. Klasifikasi
1. Apendisitis akut (mendadak).
Gejala apendisitis akut adalah demam, mual-muntah, penurunan nafsu makan, nyeri
sekitar pusar yang kemudian terlokalisasi di perut kanan bawah, nyeri bertambah untuk
berjalan, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga
hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.4
Apendisitis Akut, dibagi atas :
a. Apendisitis akut fokalis atau segmentalis
C. Etiologi
Apendisitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi akibat :
1. Hiperplasia dari folikel limfoid
2. Adanya fekalit (tinja yang mengeras) dalam lumen appendiks.
3. Tumor appendiks
4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis
5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.
Bakteri penyebab apendisitis merupakan bakteri yang normal ada pada usus.
Bakteri yang paling sering ditemukan yaitu Bacteroides fragilis, bakteri anaerob, gram
negatif dan Escherichia coli, bakteri gram negatif, facultative anaerob. Sedangkan bakteri
lainnya
yaitu:
Peptostreptococcus,
Pseudomonas,
Klebsiela,
dan
Klostridium,
Apendisitis Akut
Fokal
Nyeri Epigastrium
Apendisitis
Supuratif Akut
Apendisitis
Gangrenosa
Gangrene
Dinding apendiks rapuh
Infiltrat
Perforasi
Infiltrat Apendikularis
Apendisitis Perforasi
Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang,
dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi
karena ada gangguan pembuluh darah.
G. Tanda dan Gejala Klinis
Gejala awal adalah nyeri atau rasa tidak enak disekitar umbilicus, mula-mula
minimal lalu meningkat bertahap hingga akhirnya nyeri bersifat konstan. Gejala ini
berlangsung lebih dari 1 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri begeser ke kuadran kanan
bawah dengan disertai anoreksia, mual dan muntah. Dapat juga terjadi nyeri tekan disekitar
titik McBurney, kemudian timbul spasme otot dan nyeri tekan lepas. Biasanya ditemukan
demam ringan dan leukositosis sedang. Demam biasanya subfebris, 1oC diatas suhu
normal , berkisar 37,5-38,5 oC. Bisa terjadi perbedaan suhu rektal dan aksiler sampai
1oC. Bila suhu >39,4 oC, biasanya disertai gangren, perforasi atau peritonitis.
Tanda Rovsing timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri, yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran bawah kanan. Apabila terjadi
ruptur apendiks, tanda perforasi dapat berupa nyeri yang lebih menyebar, nyeri tekan,
spasme dan distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi yang memburuk.8
H. Diagnosis
1. Anamnesis
10
Tanda awal nyeri di epigastrium atau regio umbilicus disertai mual dan anorexia.
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,50C. Bila suhu lebih tinggi,
mungkin sudah terjadi perforasi.
Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri kanan bawah pada tekanan kiri
(Rovsings Sign) nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan
(Blumbergs Sign) batuk atau mengedan
2. Pemeriksaan fisik.
Inspeksi
- Tidak ditemukan gambaran spesifik.
- Penonjolan perut kanan bawah dapat dilihat pada masaa atau abses
periapendikuler.
Palpasi
- Nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri tekan lepas
- Defans muscular menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale
- Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk
menentukan adanya rasa nyeri.
Perkusi
- Pekak hati menghilang jika terjadi perforasi usus.
Auskultasi
- Biasanya normal, peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis
generalisata akibat apendisitis perforate
Rectal Toucher
-
Ampula kolaps
Uji Psoas
Dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan
atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha
11
kanan ditahan. Bila apendiks yang meradang menepel di m. poas mayor, tindakan
tersebut akan menimbulkan nyeri.
Uji Obturator
Untuk melihat apakah apendiks yang meradang kontak
dengan m. obturator internus yang merupakan dinding
panggul kecil. Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul
pada posisi terlentang menimbulkan nyeri pada apendisitis
pelvika. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan
pemeriksaan yang ditujukan untuk mengetahui letak
apendiks.
Alvarado Score
- Nyeri perut
:1
- Mual muntah
:1
Interpretasi
- Demam
:1
- Nyeri tekan
:2
1-4
: bukan
- Nyeri lepas
:1
5-6
: ragu (observasi 6 jam tanpa analgetik)
- Anoreksia
:1
- Shift to the left : 1
7-8
: appendisitis
- Leukositosis
:2
>8
: appendisitis: cito operasi
3. Laboratorium
Hitung darah lengkap (complete blood count, CBC)
Biasanya ditemukan leukositosis (lebih dari 10.000 sel darah putih per mm 3)
12
serta
abses
apendiks.
Dengan
USG
dapat
dipakai
untuk
Barium enema
Yaitu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendisitis pada
I. Komplikasi
1. Perforasi
Keterlambatan penanganan merupakan penyebab terjadinya perforasi. Perforasi akan
mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri hebat
meliputi seluruh perut, distensi dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di
seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik.6
2. Peritonitis
Peritonitis terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang
menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya
peritonitis generalisata. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, distensi
abdomen, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang.
3. Massa Periapendikuler
Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
Umumnya massa apendix terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila
tidak terjadi peritonitis generalisata. Massa apendix dengan proses radang yang masih
aktif ditandai dengan nyeri, demam, terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis, dan
pergeseran ke kiri.6
B. Penatalaksanaan
13
a. Perawatan kegawatdaruratan
Terapi kristaloid untuk pasien dengan tanda-tanda dehidrasi atau septicemia.
Pasien dengan dugaan apendisitis sebaiknya tidak diberikan apapun melalui mulut.
Berikan analgesik dan antiemetik parenteral untuk kenyamanan pasien.
Pertimbangkan adanya kehamilan ektopik dan lakukan pengukuran kadar hCG
Berikan antibiotik IV pada pasien dengan septicemia dan dilanjutkan laparotomi
b. Tindakan pre operatif,
Antibiotik spectrum luas dan antibiotik preoperatif untuk pembedahan
Kompres untuk menurunkan suhu penderita,
Tirah baring dan dipuasakan
c. Tindakan operatif
Bila terjadi abses apendiks maka diobati dahulu dengan antibiotika IV, massanya
mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase
14
III.1.ANAMNESA
Pasien adalah anak laki-laki berusia 5 tahun 6 bulan dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak dua hari yang lalu. Ini merupakan gejala utama appendisitis. Nyeri perut ini dimulai
dari regio umbilikus dan pindah ke bagian kanan bawah, yang makin lama makin nyeri. Nyeri
perut ini awalnya disebut sebagai referred pain atau nyeri alih yang terjadi karena pada usus,
persarafannya memiliki satu jaras yang sama, sehingga nyerinya dapat dirasakan pada bagian
perut yang lain. Ini merupakan ciri khas infeksi pada abdomen. Selain itu pasien juga menderita
mual dan muntah, yang juga merupakan tanda dari appendisitis atau keracunan makanan atau
gastritis. Menurut ibu pasien, memang ia sering membeli makanan diwarung, sehingga belum
dapat menghilangkan dugaan keracunan makanan, hingga pasien merasakan nyeri pada titik
McBurney dan nyeri alih yang merupakan ciri khas apendisitis.
III.2.PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan nyeri tekan merupakan adanya peradangan pada regio
yang ditekan tersebut. Rovsings sign yang positif merupakan tanda adanya peradangan appendiks
dan Blumbergs sign yang positif merupakan tanda dari adanya infeksi pada apendiks. Defence
muscular dan nyeri lepas yang positif, ini menandakan adanya peritonitis pada infeksi abdomen
yang merupakan komplikasi appendisitis. Pada pemeriksaan rectal toucher hanya didapatkan
nyeri, berarti belum terdapat abses. Sehingga tidak diberikan antibiotik preoperatif.
Menurut ibu pasien, pasien sedang menderita flu, sedangkan infeksi pernafasan merupakan
salah satu faktor resiko dari apendisitis. Dan pasien juga kurang mengkonsumsi sayuran segar,
sehingga mengalami kekurangan asupan serat. Ini juga merupakan faktor resiko appendicitis.
III.3.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan kadar leukosit sebesar 19,400/l. Ini merupakan
tanda adanya infeksi yang meluas. Normalnya kadar leukosit adalah 4.800-10.800/l. Oleh
karenanya harus diberikan antibiotik postoperatif.
15
III.4.JALANNYA OPERASI
Operasi appendisitis adalah termasuk operasi emergensi, yang sebaiknya dilakukan secepat
mungkin, karena dapat membahayakan nyawa pasien. Incisi yang dilakukan pada pasien adalah
incisi seperti yang dipakai pada laparotomi, karena pasien adalah pasien anak dan mudah terjadi
perforasi appendiks dan karena kadar leukositnya yang tinggi (19.400/l). Sewaktu dibuka,
ternyata didapatkan pus, perlengketan usus, dan perforasi apendiks. Ini merupakan tanda bahwa
infeksinya cukup berat, dan sebaiknya dilakukan pencucian dengan NaCl yang banyak serta
diberikan antibiotik untuk bakteri gram negatif, gram positif, aerob dan anaerob. Sehingga
antibiotik yang seharusnya diberikan adalah cefotaxime dan metronidazole, tetapi karena pasien
masih anak-anak, yang diberikan hanya kedacilin.
III.5.PERAWATAN POST-OPERATIF
Setelah operasi, pasien dirawat inap di bangsal D selama 4 hari. Pada 2 hari pertama post
operasi, pasien diberikan obat-obatan melalui intravena. Obat yang diberikan adalah kedacilin
2x500mg sebagai antibiotiknya dan remopain 1x1/3 ampul sebagai analgetik. Sedangkan untuk
mencegah dehidrasi keadaan pasien, diberikan cairan RL 20gtt/m dan vitamin C per IV. Pada hari
ketiga, karena pasien sudah mulai pulih keadaannya maka diberikan makanan cair dan obat-obatan
per oral yang berupa amoxan sirup 3x1sdt sebagai antibiotiknya dan ponstan sirup 3x2sdt sebagai
analgetiknya. Kemudian karena pasien mengalami pilek, maka diberikan ambroxol sirup 3x1sdt
sebagai mukolitik.
Untuk memulihkan pasien, maka diberikan nutrisi sebanyak 25-30kkal/kgBB/hari. Karena
berat badan pasien adalah 25 kg, maka jumlah intake kalori yang dibutuhkan adalah 625750kkal/hari.
Pasien dibolehkan untuk duduk tegak 1 hari setelah operasi, berdiri tegak 2 hari setelah
operasi, pada hari keempat diperbolehkan pulang dan pengangkatan jahitan biasanya dilakukan
pada hari ke 7. Namun, karena didapatkan infeksi pada jahitan, maka jahitan tidak diangkat hingga
2 minggu setelah operasi. Dengan tiap hari dilakukan penggantian perban dan debridemen luka
hingga luka kering. 2 minggu setelah operasi, jahitan diangkat sebagian dan pengangkatan jahitan
lengkap 3 hari setelahnya.
16
BAB IV
AFTER CARE PATIENT
17
perkampungan pasien merupakan kawasan layak huni. Rumah tidak bertingkat, terdiri dari 2
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Lantai rumah berupa ubin, dinding rumah
pasien berupa tembok dan atap rumah terbuat dari genting.
Rumah tersebut termasuk dalam kategori rumah sehat, karena memenuhi sebagian besar
indikator-indikator yang ditetapkan dalam kriteria rumah sehat. Pencahayaan rumah baik,
memiliki jendela diruang tamu yang berukiuran > 10% luas lantai, pencahayaan didalam kamar
tidur juga baik, tetapi pencahayaan di ruang tamu dan ruang tengah kurang. pada masing-masing
kamar tidur memiliki jendela kamar yang cukup lebar. Ventilasi udara diruang tamu dan kamar
tidur juga baik, karena pasien rutin membuka jendela dan pintu rumah setiap pagi. Kebersihan dan
kerapian rumah baik. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah jamban jongkok berbentuk leher
18
angsa dan sebuah kran air serta bak mandi. Air minum, air untuk mencuci dan masak didapat dari
air sumur pompa. Saluran air dialirkan ke got belakang rumah yang mengalir, air dan kotoran dari
jamban ditampung di septiktang. Terdapat dua buah motor dirumah sebagai sarana transportasi.
IV.5 Diagnosis Fungsi Keluarga
A. Fungsi Biologis : Tidak ada riwayat penyakit keluarga.
B. Fungsi Psikologis : Hubungan dengan tiap anggota keluarga baik.
C. Fungsi Religius dan Sosial Budaya: sering beribadah di masjid.
D. Fungsi Ekonomi : Tidak ada masalah.
E. Faktor Perilaku
Pasien belum mempunyai kesadaran tentang PHBS karena usianya masih anak-anak..
F. Faktor Non Perilaku
Fasilitas kesehatan seperti praktek dokter umum dan rumah sakit dekat dengan rumah
pasien. Selain itu terdapat sebuah motor sebagai sarana transportasi.
IV.6 Rencana Pembinaan Keluarga
A. Terhadap Pasien
a. Pemantauan vital sign setiap kunjungan.
b. Pemeriksaan luka bekas operasi
c. Edukasi tentang perawatan luka operasi
d. Edukasi tentang kegiatan yang harus dibatasi
e. Edukasi tentang diet
B. Terhadap Keluarga
Pemberian informasi kepada orang tua pasien akan menjaga dan merawat luka bekas
operasi. Memotivasi agar turut berpola hidup sehat sehingga pasien terdorong juga untuk
memiliki pola hidup yang sehat.
19
Objektif
KU/Kes : TSR/CM ,
TD : 110/70 mmhg
Nadi: 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu 36.5 oC
Terdapat pus yang banyak pada
daerah bekas jahitan
Assesment
Post
Laparotomi et
causa
Apendisitis
perforasi hari ke
7
Planning
Debridement
Antibiotic: amoxilin
syr
Ambroxol syr
Edukasi
perawatan
luka bekas operasi
Kunjungan
Nyeri dan
keluar
kedua tanggal
pus pada
30 November
luka post
2012
operasi
Batuk
KU/Kes : TSR/CM ,
TD : 120/80 mmhg
Nadi : 76 x/mnt
Respirasi : 18 x/mnt
Suhu 36.5 oC
pus pada daerah bekas jahitan
berkurang
Post
Laparotomi et
causa
Apendisitis
perforasi hari ke
28
Debridement
Antibiotic: amoxilin
syr
Ambroxol syr
Edukasi
perawatan
luka bekas operasi
Tanggal
Kegiatan yang dilakukan
16 November Pemeriksaan vital sign.
Pemeriksaan luka post operasi
2012
Debridement pus pada luka post
operasi
Motivasi perilaku hidup sehat
Yang terlibat
Hasil
Pasien
dan Pemeriksaan vital sign stabil.
Pemeriksaan luka post operasi
keluarga
terdapat pus
Debridement pus pada luka post
operasi
Pasien memahami tentang perilaku
hidup sehat
Pasien
dan Pemeriksaan vital sign stabil.
Pemeriksaan luka post operasi
keluarga
terdapat pus
Debridement pus pada luka post
operasi
Pasien memahami tentang perilaku
hidup sehat
20
BAB V
KESIMPULAN
Apendisitis adalah suatu peradangan yang sering terjadi pada appendiks yang merupakan
kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi. Apendiksitis dibagi akut dan kronik.
Apendisitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi. Bakteri penyebab
apendisitis merupakan bakteri yang normal ada pada usus. Bakteri yang paling sering ditemukan
yaitu Bacteroides fragilis, bakteri anaerob, gram negatif dan Escherichia coli, bakteri gram
negatif, facultative anaerob.
Pasien adalah anak laki-laki berusia 5 tahun 6 bulan dengan keluhan nyeri perut kanan
bawah sejak dua hari yang lalu. Nyeri perut ini dimulai dari regio umbilikus dan pindah ke bagian
kanan bawah, yang makin lama makin nyeri. Selain itu pasien juga menderita mual dan muntah,
yang juga merupakan tanda dari appendisitis atau keracunan makanan atau gastritis. Menurut ibu
pasien, memang ia sering membeli makanan diwarung, sehingga belum dapat menghilangkan
dugaan keracunan makanan, hingga pasien merasakan nyeri pada titik McBurney dan nyeri alih
yang merupakan ciri khas apendisitis.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan nyeri tekan merupakan adanya peradangan pada regio
yang ditekan tersebut. Rovsings sign yang positif merupakan tanda adanya peradangan appendiks
dan Blumbergs sign yang positif merupakan tanda dari adanya infeksi pada apendiks. Defence
muscular dan nyeri lepas yang positif, ini menandakan adanya peritonitis pada infeksi abdomen
yang merupakan komplikasi appendisitis. Pada pemeriksaan rectal toucher hanya didapatkan
nyeri, berarti belum terdapat abses. Sehingga tidak diberikan antibiotik preoperatif. Menurut ibu
pasien, juga kurang mengkonsumsi sayuran segar, sehingga mengalami kekurangan asupan serat.
Ini juga merupakan faktor resiko appendicitis. Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan kadar
leukosit sebesar 19,400/l. Ini merupakan tanda adanya infeksi yang meluas.
Saat operasi, sewaktu dibuka, ternyata didapatkan pus, perlengketan usus, dan perforasi
apendiks. Ini merupakan tanda bahwa infeksinya cukup berat, dan sebaiknya dilakukan pencucian
dengan NaCl yang banyak serta diberikan antibiotik untuk bakteri gram negatif, gram positif,
aerob dan anaerob. Sehingga antibiotik yang seharusnya diberikan adalah cefotaxime dan
metronidazole, tetapi karena pasien masih anak-anak, yang diberikan hanya kedacilin.
21
Setelah operasi, pasien dirawat inap di bangsal D selama 4 hari. Obat yang diberikan adalah
kedacilin 2x500mg sebagai antibiotiknya dan remopain 1x1/3 ampul sebagai analgetik secara
intravena. Pada hari ketiga, karena pasien sudah mulai pulih keadaannya maka diberikan makanan
cair dan obat-obatan per oral yang berupa amoxan sirup 3x1sdt sebagai antibiotiknya dan ponstan
sirup 3x2sdt sebagai analgetiknya. Pada hari ke 4 pasien diperbolehkan pulang.dan seminggu
kemudian pasien datang ke IGD dengan mengeluh keluarnya pus dari bekas operasi sehingga
karena didapatkan infeksi pada jahitan, maka jahitan tidak diangkat hingga 2 minggu setelah
operasi. Dengan tiap hari dilakukan penggantian perban dan debridemen luka hingga luka kering.
2 minggu setelah operasi, jahitan diangkat sebagian dan pengangkatan jahitan lengkap 3 hari
setelahnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Lawrence. 2006. Appendix. Dalam: Current Surgical Diagnosis and Treatment. Ed: 12.
USA: The McGraw-Hill Companies, Inc
2. Budianto, Anang. 2005. Guidance to Anatomy II. Surakarta : Keluarga Besar Asisten
Anatomi FKUNS.
3. Katz S Michael,
Tucker
Jeffry.
Appendicitis.
2012.
(Online).
Tersedia:
(Online). Tersedia:
Treatment.
Philadelphia,
Pa.:
Mosby
Elsevier;
2009.
(Online).
http://www.mdconsult.com/das/book/body/147002427-2/0/1701/0.html.
Tersedia:
[Update:
22
November 2012]
23