Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di masyarakat.
Tingginya prevalensi karies masih menjadi masalah utama dalam dunia kedokteran gigi,
tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat pula terjadi pada anak-anak. Proses
perkembangan karies dapat terjadi begitu gigi pertama erupsi. Karies gigi adalah suatu
proses di dalam rongga mulut yang melibatkan interaksi antara permukaan gigi dan hasil
metabolisme bakteri yang mengakibatkan kehilangan mineral dan kerusakan jaringan
keras gigi. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi oleh bakteri pada
jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Menyebabkan terjadinya
invasi bakteri dan kerusakan jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan apikal
dan menimbulkan rasa nyeri.
Berdasarkan latar belakang diatas, sebagai seorang mahasiswa kedokteran gigi, kita
dituntut untuk mampu menguasai ilmu-ilmu kedokteran gigi klinik. Pada skenario ini
khususnya membahas mengenai karies. Materi ini sangat penting karena menunjang
penegakan diagnosis suatu kelainan. Dengan mengetahui gejala awal terjadinya karies,
klasifikasi karies, serta rencana perawatannya maka kita dapat melakukan tindakan yang
tepat terhadap pasien yang memiliki penyakit karies.
Maka dari itu, pada tanggal 5 September 2014 kelompok PBL 8 melakukan diskusi
mengenai definisi karies, etiologi karies, klasifikasi karies, patogenesis karies, faktor
resiko dan pengendalian karies, pemeriksaan, diagnosis, prognosis dan rencana perawatan
terhadap pasien penyakit karies, epidemiologi karies dan material preventif untuk
mencegah terjadinya karies. Hasil akhirnya, kami tuangkan dalam bentuk makalah ini.
Selain sebagai tolak ukur sejauh mana kami mengerti, pembuatan makalah ini juga akan
membantu kami untuk lebih memperdalam materi mengenai karies.
Jabaran Skenario 1:
Cintya, wanita usia 21 tahun pada beberapa gigi depan atasnya terlihat bercak putih.
Cintya mempunyai kebiasaan makan biskuit dan coklat, serta sering minum-minuman
bersoda (cola). Kebiasaan tersebut didapat dari lingkungan kerjanya, dan ada kecenderungan
peningkatan kebiasaan seperti ini di masyarakat. Pada pemeriksaan ekstra oral tampak wajah,
bibir, kelenjar submandibula tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan intra oral ada debris, plak
pada regio 1, 2, 3, 4 serta kalkulus pada regio 3 dan 4. Hidrasi saliva lebih rendah dari 30
detik, dasar mulut kering, kecepatan aliran saliva lebih besar dari 5 ml per lima menit, pH
plak 6,0 dan pH saliva 6,0
Cintya juga mengajak keponakannya Sisca (4thn) dengan gigi depan atasnya sudah terlihat
hitam dan mengeluh sakit gigi sejak 2 hari yang lalu. Pada pemeriksaan intra oral, beberapa
giginya berlubang dan gigi depan atasnya merupakan sisa akar gigi.
1.3 Hipotesis
Hipotesis : Bercak putih pada gigi Cyntia merupakan awal terjadinya karies,
sedangkan gigi berwarna kehitaman pada Siska sudah mengalami karies sehingga dibutuhkan
perawatan lanjutan.
1.5 Tujuan
Tujuan umum : Menambah dan memahami ilmu pengetahuan tentang dasar-dasar
karies yang nantinya akan membantu untuk menegakkan diagnosis saat melanjutkan
pendidikan di tingkat profesi.
Tujuan khusus : Memenuhi tugas makalah kelompok Ilmu Kedokteran Gigi Klinik 1
skenario 1 yang berjudul Gigi berbercak Putih tentang karies.
BAB II
ISI
Etiologi Karies
Menurut Acidogenic Hipothesis dari Miller dan Black, penyebab karies gigi terdiri
dari banyak faktor karena karies merupakan multifactorial disease. Faktor-faktor tersebut
terdiri atas : host atau tuan rumah yang rentan, agent atau mikroorganisme yang
kariogenik, substrat atau diet yang cocok, dan waktu yang cukup lama. Faktor-faktor
tersebut digambarkan sebagai lingkaran yang saling tumpang tindih sehingga untuk
terjadinya karies, setiap faktor tersebut harus saling mendukung.
1. Host (Gigi)
Faktor pertama yang dijadikan salah satu penyebab karies gigi ialah gigi itu sendiri.
Gigi setiap orang memiliki struktur, morfologi serta susunan yang berbeda. Permukaan
gigi yang kasar dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan
karies gigi. Selain itu kepadatan enamel juga mempengaruhi terjadinya karies. Enamel
merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97%
mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar
enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor,
fosfat dan sedikit karbonat dan air.
Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak
enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan
semakin resisten terhadap karies. Morfologi gigi atau anatomi gigi yang bervariasi juga
menjadi penyebab karies gigi, yakni ada bagian-bagian yang sulit dijangkau dan
mengakibatkan adanya makanan terselip. Contohnya ialah pada pit and fissure. Selain itu,
posisi gigi, seperti overlapping/tumpang tindih, dapat pula menyebabkan terselipnya
makanan. Hal seperti ini dapat mengakibatkan timbulnya kemungkinan terjadinya karies
gigi. Beberapa daerah gigi yang mudah terserang karies:
Email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva
Seperti yang telah diketahui bahwa gigi susu lebih mudah terserang karies daripada
gigi tetap. Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan
organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Mungkin
alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.
2. Agent (Mikroorganisme)
Agent yang dimaksud ialah mikroorganisme/bakteri yang ada di dalam rongga mulut.
Dalam rongga mulut terdapat banyak tipe bakteri yang mampu berkolonisasi dan
memiliki kemampuan untuk membentuk plak secara terus-menerus. Bakteri yang pertama
masuk melekat pada permukaan gigi dan memulai pembentukan plak ialah bakteri
Streptococci. Bakteri ini memiliki reseptor yang baik untuk memudahkan pelekatan plak
pada gigi serta memproduksi sticky matrix untuk meningkatkan kelekatan. Selain
Streptococci, dikenal bakteri lain sebagai bakteri yang pertama kali melekat pada
permukaan gigi, yaitu Actinomycetes. Organisme yang menyebabkan timbulnya karies
disebut kariogenik. Bakteri yang paling kariogenik adalah streptococcus, seperti
S.mutans, S.Sobrinus, dan juga Lactobaccilus.
3. Substrate (Makanan)
Faktor ketiga yang berperan sebagai salah satu penyebab karies gigi ialah substrat
atau makanan yang diasup, terutama sukrosa. Sintesis polisakarida ekstra sel dari sukrosa
lebih cepat dibandingkan dengan glukosa, fruktosa, dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa
merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula lainnya tetap berbahaya.
Hubungan substrat (sucrosa) dengan karies gigi ialah sucrosa memudahkan S.Mutans
berkoloni
dan
berkembang,
membantu
perkembangan
mikroorganisme
yang
4. Time (Waktu)
Karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam
waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk
berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Karena
adanya saliva, karies tidak terjadi dalam hitungan hari atau minggu akan tetapi dalam
bulan atau tahun.
Plak
Definisi Plak
Plak adalah lapisan lengket yang melekat pada permukaan gigi dan gusi yang tersusun
atas 70% mikroorganisme dan 30% matriks. Plak merupakan faktor penyebab dari karies
dan penyakit periodonsium jika bergabung dengan faktor lain dalam periode waktu
tertentu. Plak mulai terbentuk pada gigi dalam 4 jam setelah menyikat gigi. Kecepatan
plak terbentuk pada setiap orang bervariasi pada tiap individu dan tiap gigi dalam satu
mulut. Daerah utama terakumulasinya plak yaitu di batas gingival dan sulkus di mana gigi
berbatasan dengan gusi.
Karakteristik Plak
Plak gigi sebagai salah satu dari banyak mikroba biofilm.
Merupakan biofilm natural pada gigi yang terbentuk dari kumpulan-kumpulan
bakteri-bakteri yang berbeda di dalam mulut.
Tidak dapat dihilangkan dengan berkumur melainkan dengan disikat atau di flossing.
Plak pada lingkungan mulut yang memiliki tingkat higienis yang rendah, biasanya
tercampur dengan food debris.
Pembentukan Plak
Koloni bakteri mulai menjadi koloni yang terisolasi yang membatasi permukaan
mikroskopis gigi secara tidak beraturan.
Dengan bantuan asupan nutrient dari saliva dan makanan dari host maka koloni
bakteri akan mulai bereproduksi dan jumlahnya akan bertambah 2 kali lipat setelah 2
hari.
Perubahan yang cepat akan terjadi pada hari ke-4 atau ke-5 dan akumulasi plak akan
stabil pada hari ke-21.
Penebalan plak yang terjadi akan mengurangi difusi oksigen dibawah jumlah populasi
oksigen yang ditoleransikan sehingga organisme yang hidup di dasar plak adalah
fakultatif atau obligat anaerob.
Klasifikasi Plak
Plak diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan warnanya:
a) Red complex : Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola, Tannerella
forsythensis
Banyak terdapat pada plak subgingiva, pocket (pendalaman krevis gingival yang
patologis) yang dalam, dan lesi lanjutan.
Tidak berasosiasi dengan orange dan red complex; merupakan spesies antagonis.
Indeks Plak
Kalkulus
Definisi Kalkulus
Kalkulus merupakan deposit plak yang termineralisasi yang keras dan menempel pada
gigi, warnanya bervariasi dari kuning sampai coklat.
Karakteristik Kalkulus
Kalkulus merupakan mineralisasi dari bagian dalam plak dalam konsentrik layer.
Kalkulus sendiri tidak merugikan, tetutup oleh lapisan unmineralisasi, bakteri aktif
metabolic yang terhubung dengan bagian luar kalkulus.
Warnanya kuning atau bening transparan pada permukaan gigi tapi pada gingival sulci
warnanya bervariasi dari hijau ke hitam tergantung hemoglobin dalam sel darah pada
gingival sulcus.
Tidak dapat dihilangkan dengan disikat atau flossing apabila telah menjadi keras setelah
48-72 jam.
Dipengaruhi oleh factor local seperti tingkah laku dan kelainan sistemik.
Klasifikasi Kalkulus
Supragingival kalkulus (30% termineralisasi)
Terbentuk pada bagian coronal gigi ke gingival margin dan biasanya terbentuk
bersebrangan dengan saluran orifice dari major salivary gland.
Sering ditemukan pada ujung saliva pada permukaan lingual dari mandibular
incisors dan pada fissure gigi.
Berwarna kuning-putih
Dibentuk dari kasium fosfat dan material organic turunan dari serum yang
berkontribusi dalam proses mineralisasi dari subgingival plak.
Lebih susah dihilangkan daripada supragingival kalkulus karena lebih keras, tebal
dan lebih dekat menempel dengan permukaan gigi.
Pada pertemuan gigi dengan kalkulus, enamel atau cementum tidak halus dan
permukaannya bervariasi.
Bagian normal gigi yang tidak beraturan seperti perikymata dan sharpeys fiber pada
sementum akan membantu perlekatan kalkulus pada gigi dan melakukan
demineralisasi pada sementum dan enamel.
Pada electron micrograph terlihat ikatan yang kuat terjadi antara kalkulus dengan gigi
karena adanya hubungan yang dekat diantara permukaan matriks gigi dengan matriks
kalkulus yang struktur kristalinnya serupa.
Criteria
Debris
Dalam kedokteran gigi, debris merupakan suatu akumulasi fragmen yang tidak
dikehendaki seperti makanan, serpihan gigi, serbuk hasil pengeboran gigi, dan karies.
Atau: Sisa-sisa dari sel yang telah mati atau makanan yang terdapat dalam lingkungan
mulut. Lebih mudah untuk dibersihkan dengan cara berkumur.
10
Criteria
11
Enamel pit dan fissure pada permukaan oklusal molar dan premolar, buccal pit
pada molar, dan palatal pit pada insisivus atas
2. Smooth-Surface Karies
Karies jenis ini kebanyakan ditemukan pada bagian kontak interproksimal, namun
juga
dapat terjadi pada permukaan lunak yang lain. Karies ini ditandai dengan adanya bercak
putih yang kemudian akan menghancurkan enamel. Jika berlanjut, keadaan ini akan
menyebabkan terbentuknya lubang. Perawatan/tindakan yang dapat dilakukan pada masa
awal karies adalah diet dan pemberian mineral untuk membantu proses remineralisai
enamel. Pada masa ini, karies masih bersifat reversible.
12
4. Secondary Caries
Karies sekunder menurut Tarigan (1995) merupakan salah satu kegagalan tumpatan
yaitu timbulnya proses karies baru di permukaan gigi, dinding kavitas, di tepi, dan
dibawah tumpatan. Sedangkan, menurut Tarigan Kidd dan Vechal, karies sekunder adalah
karies yang tetap terjadi dijaringan sekitar tumpatan sehingga menggagalkan tumpatan
tersebut. Karies sekunder biasa disebut karies rekuren. Karies ini dapat terjadi akibat :
preparasi kavitas yang kurang baik, restorasi yang kurang efektif, terdapat celah disekitar
tambalan amalgam, atau kombinasi dari beberapa hal tersebut. Terjadinya karies sekunder
di bawah tambalan yang mungkin disebabkan karena kebocoran tambalan sehingga
bakteri dapat berpenetrasi ke jaringan gigi dan kembali menyebabkan karies.
Penetrirende Karies
Ialah karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut. Perluasannya secara
penetrasi yaitu merembes kedalam.
Unterminirende Karies
Ialah karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah samping, sehingga
disebut juga dengan undermind karies.
Karies Superficialis
Ialah karies yang baru mengenai enamel saja, sedangkan dentin belum terkena.
Karies Media
Ialah karies yang sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
Karies Profunda
Ialah karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah
mengenai pulpa. Karies ini dibagi lagi menjadi:
Karies Profunda Stadium I: karies yang telah melewati setengah dentin, pulpa belum
meradang.
Karies Profunda Stadium II: masih dijumpai lapisan yang membatasi karies dengan
pulpa, dan biasanya telah dijumpai radang pulpa.
Karies Profunda Stadium III: pulpa telah terkena, dan terjadi bermacam-macam
radang pulpa.
13
Tipe karies yang lain adalah Rampant Caries, yang biasa terjadi pada anak-anak yang
suka mengonsumsi makanan kecil atau pasien yang mengalami Xerostomia sebagai hasil dari
radioterapi penyembuhan yang dilakukannya. Jenis karies dapat digolongkan berdasarkan
waktu terbentuknya, yaitu:
1. Karies primer : terbentuk pada lokasi yang belum memiliki riwayat karies
sebelumnya
2. Karies sekunder : terbentuk pada lokasi yang memiliki riwayat karies sebelumnya,
Biasanya terdapat pada tepi tumpatan yang kurang sempurna
3. Karies residual
4. Karies radiasi: karies yang merupakan efek dari radiotherapi yang menyebabkan
Xerostomia
Klasifikasi Kavitas Lesi Karies (Menurut G.J Mount dan W.R Hume)
Lesi karies hanya terjadi di tiga tempat (sites) pada mahkota atau akar gigi. Oleh karena itu,
parameter pertama untuk klasifikasi kavitas adalah tiga tempat:
-
Site 3: Sepertiga servikal mahkota, atau diikuti resesi gingiva, akar terekspos
14
Kelas I : Pada gigi anterior terdapat pada bagian singulum, sedangkan pada gigi posterior
terdapat pada permukaan oklusal
Kelas IV : Pada incisal corner (sudut incisal edgenya lemah dan dapat menyebabkan
fraktur gigi)
Ukuran Lesi
Ukuran lesi terbagi menjadi lima:
-
Size 0
Size 1: Kavitas permukaan minimal yang melibatkan dentin sedikit diluar perawatan
remineralisasi.
Beberapa bentuk
restorasi
diperlukan untuk
mengembalikan
Size 2: Sedikit mengenai dentin. Kavitas ini masih menyisakan enamel yang disokong
dengan baik oleh dentin dan masih dapat beroklusi dengan normal. Struktur gigi yang
masih tersisa cukup kuat untu menyokong restorasi.
Size 3: Lesitelah membesar. Struktur gigi yang tersisa telah lemah, cusp ataupun
incisal edge telah rusak, dan sudah tidak dapat beroklusi dengan baik.
Size 4: Karies besar atau kehilangan struktur gigi dalam jumlah besar.
15
Hilangnya translusensi enamel dengan adanya bercak putih seperti kapur, khususnya
pada saat kering.
Lapisan permukaan yang rapuh dan rentan terhadap kerusakan pada saat pemeriksaan
(probing), khusunya pada pit dan fisura
akibat terurainya apatit atau fraktur pada kristal yang sudah melemah hinga pada akhirnya
mengakibatkan kavitasi permukaan. Plak kemudian dapat tertahan pada kedalaman
kavitas, dan fase remineralisasi kemudian akan menjaid lebih sulit dan kurang efektif.
16
Ketika sudah membentuk kavitas, maka dentin atau pulpa akan menjadi lebih aktif. Yang
harus diingat adalah pulpa akan memperoduksi suatu respon terhadap asam yang
menginvasi pada bagian luar tubula dentin. Sekali bakteri telah masuk melalui email ke
dalam dentin, dan menjadi penghuni permanen kavitas, mereka dapat berkembang di
dalam dentin.
Selain didukung oleh substrat karbohidrat, bakteri juga memproduksi asam, untuk
menguraikan hidroksiapatit di dentin yang lebih dalam. Tekstur dentin akan berubah,
demikian pula dengan warna dentin akan berubah menjadi gelap akibat produk-produk
bakteri atau stain dari makanan dan minuman.
Karies Enamel
Keterangan gambar : S, surface zone ; Body, body of lesion; DZ, Dark zone ; TZ,
translusen zone in enamel; dead tract di dentin, translucent zone in dentin; reactionary
dentine timbul akibat dari karies mencapai dentin dan memicu reaksi saraf.
Proses demineralisasi berlanjut enamel mulai pecah. Sekali saja permukaan enamel rusak
menjadi kavitas, gigi tidak bisa lagi memperbaiki dirinya sendiri. Berikut ini zona-zona pada
kasus karies enamel dari dalam ke luar:
17
Zona ini tidak selalu terlihat, namun nampak sebagai bagian terluar dari lesi dan merupakan
perubahan pertama dari enamel normal yang dapat dikenali. Zona ini merupakan zona yang
mengalami demineralisasi sehingga strukturnya lebih berpori daripada enamel normal.
Zona ini lebih berporus daripada translucent zone; porusnya juga bervariasi, ukuran porusnya
ada yang kecil dan besar, terletak di atas translucent zone. Quinoline (cairan/zat warna yang
digunakan dalam polarisasi penampang melintang gigi) merupakan molekul yang besar.
Quinoline tidak dapat masuk ke pori-pori pada zona ini sehingga penampakan zona ini
menjadi gelap (dark)
Merupakan bagian terbesar dari sebuah karies enamel, terletak tepat di bawah lapisan
permukaan enamel yang utuh. Saat dipolarisasi, areanya terlihat translucent dan garis
Retziusnya akan nampak jelas.
Karakteristik penting dari karies enamel adalah lesi kecil yang diselubungi oleh lapisan
permukaan yang nampak utuh, namun sebenarnya, pada lesi yang aktif, bagian ini ikut
mengalami pelarutan secara langsung. Zona ini awalnya mengalami 1% demineralisasi
(membentuk pori sebanyak 1% dari volume keseluruhannya). Namun jika dibiarkan, lamakelamaan dia akan rusak dan terbentuklah kavitas.
Karies Dentin
Dentin berbeda dengan enamel karena dentin memiliki jaringan hidup (terdapat
odontoblastic proses dan serat saraf) yang dapat berekasi terhadap serangan karies yang
disebut sebagai pertahanan kompleks pulpodentin. Karies yang sudah mencapi dentin terasa
sakit karena setiap perubahan tekanan dari cairan tubuli dentin akan merangsang saraf
afferent di tubuli.
Dentin memiliki lebih banyak bahan organik (20% berat) yang sebagian besar merupakan
protein kolagen.Perkembangan lesi pada karies dentin ini akan mempengaruhi perubahan
tekstur dan warna dentin. Tekstur (kekerasan) dentin akan berubah selama demineralisasi.
18
Warna dentin tersebut akan berubah menjadi lebih gelap yang disebabkan oleh produk bakteri
serta stain dari makanan.
Ketika lesi sudah melewati dentin, akan menyebabkan enamel lemah dan akan terbentuk
undermined caries. Enamel yang kolaps tersebut akan selanjutnya menyebabkan kavitas yang
terbuka Lapisan termineralisasi pada dentin yang karies dapat dibagi menjadi dua lapisan:
1. Lapisan luar dentin karies (inffected)
Jaringan mati (bagian yang ada tubuli dentin, tapi tidak ada odontoblastic
processnya, ada pada bagian atas dekat DEJ). Komponen organik dan anorganiknya
rusak secara ireversibel, tidak ada bagian odontoblasnya lagi.Bagian ini harus
diangkat pada pembersihan jaringan karies. Pada bagian ini serat kolagennya rusak,
kristal (baikyang di sepanjang tubulus maupun intertubulus) tersusun tidak teratur.
Tubuli dentin yg kosong ini diisi oleh bakteri
2. Lapisan dalam dentin karies(affected)
Merupakan jaringan hidup.degenerasi yang terjadi bersifat reversible.Lapisan ini
harus dipertahankan sebanyak mungkin.
Reaksi pertahanan dimulai saat karies mencapai dentin (iritasi odontoblas)
sehingga terbnetuklah dentin tersier/dentin reaksi dan dentin sklerosis.
Karena adanya perubahan alami yang berurutan, karies dentin dibagi menjadi 6 zona
pada pemeriksaan histopatologisnya (dari dalam ke luar):
1. Normal Dentin paling dalam. Dentinnya masih bagus dan masih ada odontoblastic
process. Intertubular dentinnya memiliki ikatan sialng kolagen dengan kepadatan
apatit yang normal. Pada bagian ini tidak ditemukan bakteri. Bila dentin ini diberi
rangsangan akan menimbulkan rasa sakit yg tajam.
2. Zona Sklerosis/Reactionary Dentin lapisan dentin yang terbentuk diantara dentin
dan pulpa, sebagai suatu reaksi terhadap rangsang yang terjadi di daerah perifer.
3. Subtransparant Dentin/Zona Demineralisasi zona demineralisasi inertubular dentin
dan mulai ada kristal-kristal di lumen tubuli dentin. Odontoblastic process di sini udah
mulai rusak, tidak ada bakteri di sini, stimulasi menyebabkan sakit, masih bisa
diselamatkan dengan remineralisasi
4. Transparent Zone lebih lunak (karena mineralnya sudah semakin berkurang),
tubuli dentin berisi kristal-krital, stimulasi memberi rasa sakit, tidak ada bacteria, ada
kolegen berikatan silang (sebagai panduan untuk remineralisasi)
19
Caries enamel
Waktu yang diperlukan untuk White Spot agar dapat terlihat apakah 4 minggu. Secara
histologi, keadaan ini tampak meruncing dengan dasarnya pada permukaan gigi,
sedangkan bagian apeks menuju dentinoenamel junction dengan tampaknya 4 layer
diatas.
2)
Fissure Caries
Proses pembentukan lesi pada jenis karies ini bergerak ke arah dentinoenamel junction,
searah dengan enamel prisma. Penampakannya ditandai dengan
20
bentuk meruncing.
Karena lesi ini berkembang searah dengan dentinoenamel junction dan enamel prisma,
pembentukannya akan menjadi semakin besar menuju dentin.
3)
Dentine Caries
Remineralisasi
Plak + karbohidrat
Faktor penstabil
21
Demineralisasi
Komponen mineral dari enamel, dentin, dan sementum adalah Hidroksiapatit (HA)
Ca10(PO4)6(OH)2. Pada lingkungan netral, HA seimbang dengan lingkungan lokal (saliva)
yang banyak mengandung ion-ion Ca2+ dan PO43-.
HA bersifat reaktif dengan ion hidrogen dibawah pH 5,5; atau biasa dikenal dengan pH
kritis HA. H+ bereaksi secara khusus dengan fosfat dengan segera didekat permukaan kristal.
Proses tersebut dapat dapat dideskripsikan sebagai konversi PO43- menjadi HPO42- melalui
adisi H+ dan pada saat yang sama H+ menjadi penyangga. HPO42- kemudian tidak dapat
berperan kembal pada keseimbangan HA karena mengandung PO43- lebih daripada HPO42-.
Selanjutnya kristal HA pun larut. Inilah yang disebut deminerilasi.
-
Remineralisasi
Proses demineralisasi dapat dibalikkan jika pH di netralkan dan terdapat ion Ca2+ dan
PO43- dalam jumlah yang cukup. Pelarutan apatit dapat menjadi netral dengan menyangga
(buffering), dengan kata lain Ca2+ dan PO43- pada saliva dapat mencegah proses pelarutan
tersebut. Ini dapat membangun kembali bagian-bagian kristal apatit yang larut. Inilah yang
disebut remineralisasi. Secara umum, karies gigi dapat terjadi jika proses demineralisasi lebih
tinggi dibanding proses remineralisasi.
b. Reaksi lanjutan ion-ion asam dengan apatit
Selama erupsi gigi terdapat proses mineralisasi berlanjut yag disebabkan adanya ion
kalsium dan fosfat dalam saliva. Pada mulanya apatit enamel terdiri atas ion karbonat dan
magnesium namun mereka sangat mudah larut bahkan pada keadaan asam yang lemah.
Sehingga terjadi pergantian, yakni hidroksil dan floride menggantikan karbonat dan
magnesium yang telah larut, menjadikan email lebih matang dengan resistensi terhadap asam
22
yang lebih besar. Tingkat kematangan atau resistensi asam dapat ditingkatkan dengan
kehadiran flouride. Lihat bagan di bawah ini.
Pada saat pH menurun, ion asam bereaksi dengan fosfat pada saliva dan plak (atau
kalkulus), sampai pH kritis disosiasi HA tercapai pada 5,5. Penurunan pH lebih lanjut
menghasilkan interaksi progresif antara ion asam dengan fosfat pada HA, menghasilkan
kelarutan permukaan kristal parsial atau penuh. Flouride yang tersimpan dilepaskan pada
proses ini dan bereaksi dengan Ca2+ dan HPO42- membentuk FA (Flouro Apatit). Jika pH
turun sampai dibawah 4,5 yang merupakan pH kritis untuk kelarutan FA, maka FA akan
larut. Jika ion asam dinetralkan dan Ca2+ dan HPO42 dapat ditahan, maka remineralisasi dapat
terjadi.
23
c.
Kemungkinan lanjutan
Ini terlihat dari diagram siklus pH, yakni tergantung dari kekuatan asam yang ada,
frekuensi dan durasi dari produksi dan potensial remineralisasi pada setiap situasi khusus,
maka salah satu kemungkinan lanjutan dibawah ini dapat terjadi:
- Enamel dapat melanjutkan kematangannya, menjadi lebih resisten terhadap asam
- Karies kronis dapat berkembang Demineralisasi lambat dengan remineralisasi
aktif (lesi subpermukaan/subsurface lesion)
- Karies besar dapat timbul Demineralisasi tinggi dengan remineralisasi lemah
- Erosi dapat terjadi Demineralisasi sangat tinggi, tanpa remineralisasi sama
sekali
24
25
letaknya. Sejarah karies seperti angka banyaknya lesi dan tumpatan pada 2-3 tahun
terakhir juga berguna. Peningkatan dua atau lebih lesi dalam setahun yang terdeteksi
secara klinis ataupun radiografi menandakan tingkat kemajuan lesi yang tinggi.
Pemnbentukan lesi pada lokasi dimana aliran saliva relative cepat juga menandakan
resiko tinggi peningkatan karies.
Setelah mengetahui status aktifitas karies pasien yang tinggi, suatu tindakan harus
dilakukan untuk mengetahui faktor resiko yang relevan sehingga dapat diketahui cara
untuk memperlambat kemajuan karies.
Faktor resiko karies menurut Kidd (2005)
A. Riwayat medis
-
Sindrom Sjgren
Disabilitas
C. Oral hygiene
-
D. Diet (makanan)
-
E. Fluoride
-
F. Saliva
-
26
Kemiskinan
27
o Besar kepala yang sesuai dengan mulut pengguna; sikat dengan kepala
yang kecil direkomendasikan pada umumnya.
o Kombinasi yang rapi filament nilon bulat yang medium hard
o Bentuk yang meningkatkan penghilangan plak; sikat dengan bulu sikat
yang diatur dengan tinggi dan sudut yang berbeda lebih efektif
dibandingkan dengan sikat gigi dengan bulu sikat rata.
Sikat gigi harus diganti secara teratur. Sekurangnya setiap 3 bulan atau lebih
cepat jika bulu sikatnya sudah membengkok secara permanen. Sikat yang
menunjukkan tanda-tanda wear tidak dapat membersihkan dengan efektif.
b. Sikat gigi bertenaga
Umumnya sikat gigi bertenaga memiliki kepala yang kecil dan bulat yang
dapat membentuk gerakan memutar atau counter-rotational. Beberapa memiliki
timer yang dapat menunjukkan berapa lama pengguna menghabiskan waktu untuk
menyikat gigi. Sikat gigi bertenaga lebih efektif menghilangkan plak dan
mengurangi gingivitis daripada sikat gigi manual.
3. Metode menyikat gigi
Metode menyikat gigi yang diklasifikasikan berdasarkan tipe gerakan yang dilakukan
sikat gigi:
-
a. Metode Bass
o Sikat dipegang agar bulu sikat mengarah secara apical dan diletakkan pada
gingival margin dengan sudut 45 terhadap sumbu memanjang gigi.
o Sikat gigi ditekan agar bulu sikat membengkok dan ujungnya berada
diantara gigi. Kemudian digerakkan dengan arah anterior posterior dengan
gerakan memutar pegangannya, menjaga agar ujung bulu sikat berada pada
posisinya.
o Untuk membersihkan permukaan lingual dari gigi anterior atas dan bawah,
sikat gigi dapat di arahkan ke posisi vertical.
Metode ini disarankan kepada pasien dengan ruang interdental terbuka karena
memfasilitasi penekanan filament sikat gigi. Metode Bass efektif untuk
menghilangkan plak yang ada pada gingival margin.
28
b. Permukaan oklusal
Menyikat dengan gerakan horizontal harus digunakan pada permukaan oklusal.
4. Membersihkan daerah interdental
a. Dental floss atau tape
Penting untuk mengajarkan pasien untuk menggunakan dental floss denggan
benar karena dapat melukai jaringan gingiva. Benang gigi arahkan perlahan
melewati titik kontak dan meliputi permukaan interproksimal lalu digerakkan
dengan arah vertical pada permukaan untuk menghilangkan plak.
b. Sikat interdental
Digunakan saat ruang interdental yang luas dan digunakan juga saat
membersihkan sekitar bridge. Sikat ini berbentuk seperti miniature sikat botol dan
tersedia dalam berbagai ukuran.
c. Single-tufted brushes
Terkadang sulit untuk mencapai permukaan distal dari gigi posterior. Bulu sikat
tunggal merupakan alat yang berguna untuk membersihkan area ini.
5. Pengendalian plak secara professional
Pada pasien dengan karies aktif namun untuk beberapa alasan tidak menguasai
cara mengontrol plak dengan dirinya sendiri atau pasien dengan penurunan sekresi
saliva (dibawah 0.3 ml/min), tambahan pengendalian plak dengan bantuan
professional dapat memberikan pasien support tambahan.
Prosedur klinis adalah sebagai berikut:
o Lihat plak.
o Hilangkan plak dengan pasta pengilap abrasive rendah yang yang
mengandung fluoride. Handpiece digunakan dengan sikat berujung runcing
untuk fissure dan rubber cup untuk permukaan yang halus. Untuk permukaan
proksimal, pasta digunakan dengan toothpick atau sikat interdental atau dental
floss.
o Lihat lagi dan cek apakah seluruh plak sudah hilang.
o Berikan varnish Duraphat pada bagian dengan lesi aktif. Durafat mengandung
sodium fluoride dalam larutan alcohol varnish biasanya. Idealnya digunakan
pada gigi yang kering dan bersih, dengan sikat atau aplikator spons tetapi akan
menempel pada gigi meskipun pada keadaan lembab. Varnish ini memiliki
konsentrasi fluoride yang tinggi (22 mg/ml) dan kontraindikasi dengan anakanak dibawah 6 tahun yang dapat menelan produk.
29
30
2.
3.
Penilaian kondisi lingkungan seperti pH saliva, aliran saliva, dan buffer saliva,
didapat dari pemeriksaan laboratorium
4.
Menurut Pitford (1993) diagnosa karies gigi dapat ditegakkan dengan dua cara :
a. Pemeriksaan Subyektif
yaitu dengan melakukan anamnesa pada pasien.
b. Pemeriksaan Obyektif
yaitu dengan cara klinik,yaitu terbagi atas :
1) Pemeriksaan Visual Langsung
Setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan dari plak,dapat dilihat tanda karies antara lain :
a. bercak putih diemail
b. hilangnya kontur permukaan gigi
c. dentin karies biasanya berwarna kuning atau coklat
2) Transluminasi
Jika gigi disinari, lesi karies akan terlihat sebagai bayangan hitam.
31
3) Penggunaan Sonde
Sonde dapat digunakan untuk menelusuri permukaan gigi dan mendeteksi pit dan flour
yang melunak karena karies.
4) Pemakaian Benang Gigi
Benang gigi dapat dilewatkan diantara permukaan Proksimal dan jika benang gigi menjadi
rusak ini menandakan adanya tepi email yang kasar dari suatu kavitas karies.
5) Radiografi
Sinar X akan diserap oleh jaringan keras, sehingga jika sinar X diarahkan ke gigi akan
terbentuk suatu gambaran pada film yang ditempatkan di belakangnya.
2.4.2 Prognosis
Prognosis yaitu prediksi kemungkinan perawatan, durasi, dan hasil akhir suatu
penyakit berdasarkan pengetahuan umum dan pathogenesis dan kehadiran faktor resiko
penyakit. Prognosis ditetapkan setelah diagnosis dan sebelum rencana perawatan.
Terdapat 6 kelas dalam prognosis, yaitu :
a. Excellent prognosis (Prognosis Sangat Baik)
Tidak ada kehilangan tulang (bone loss), kondisi gingival yang sangat
baik, pasien sangat kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan.
b. Good prognosis (Prognosis Baik)
Satu atau lebih mengikuti hal-hal sebagai berikut: dukungan tulang
yang adequat, kemungkinan kontrol faktor etiologi dan pemeliharaan gigi
yang adequat, pasien kooperatif, tidak ada faktor sistemik/ lingkungan, (jika
ada) faktor sistemik tersebut terkontrol.
c. Fair prognosis (Prognosis Sedang)
Satu atau lebih mengikuti hal-hal sebagai berikut: dukungan tulang
yang sedikit adequat, beberapa gigi goyang, furcation involvolment grade I,
kemungkinan pemeliharaan yang adequat, kerja sama pasien diterima, terdapat
faktor sistemik/ lingkungan yang terbatas.
32
2
.
4
.
2
33
1.
Filling
Filling atau penambalan dilakukan untuk mencegah progresi dan
perluasan karies. Bahan yang digunakan sebagai filling bermacam-macam
tergantung lokasi gigi dan sudah sampai dimana karies berada. Contoh :
amalgam, resin komposit, dan glass ionomer.
2.
3.
34
a) Scalling
Scalling yaitu tindakan membersihkan karang gigi pada semua permukaan gigi
dan pemolesan terhadap semua permukaan gigi.
b) Penggunaan dental floss (benang gigi)
Dental floss ada yang berlilin ada pula yang tidak yang terbuat dari nilon.
Floss ini digunakan untuk menghilangkan plaque dan memoles daerah interproximal
(celah di antara dua gigi), serta membersihkan sisa makanan yang tertinggal di bawah
titik kontak.
c) Diet
Diet merupakan makanan yang dikonsumsi setiap hari dalam jumlah dan
jangka waktu tertentu. Hendaknya dihindari makanan yang mengandung karbohidrat
seperti: dodol, gula, permen, demikian pula makanan yang lengket hendaknya
dihindari. Adapun yang disarankan dalam plaque control adalah makanan yang
banyak mengandung serat dan air. Jenis makanan ini memiliki efek self cleansing
yang baik serta vitamin yang terkandung di dalamnya memberikan daya tahan pada
jaringan penyangga gigi.
d) Kontrol secara periodik
Kontrol dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui kelainan dan
penyakit gigi dan mulut secara dini.
e) Fluoridasi
Fluor adalah suatu bahan mineral yang digunakan oleh manusia sebagai bahan
yang dapat membuat lapisan email tahan terhadap asam. Menurut YKGI (1999),
penggunaan fluor ada dua macam yaitu secara sistemik dan lokal. Secara sistemik
dapat dilakukan melalui air minum mengandung kadar fluor yang cukup,
sehingga fluor dapat diserap oleh tubuh. Secara lokal dapat dilakukan dengan
diteteskan/dioleskan pada gigi, kumur-kumur dengan larutan fluor dan diletakkan
pada gigi dengan menggunakan sendok cetak.
f) Menyikat gigi
35
Prevalensi
Prevalensi merupakan ukuran suatu populasi yang terkena penyakit atau yang berada
pada suatu kondisi dalam periode waktu tertentu.
36
Insidensi
Insidensi merupakan pengukuran tingkat kecepatan perkembangan penyakit yang
diuji sebanyak dua kali pada suatu periode tertentu, yaitu di awal dan di akhir periode.
Sebelum dilakukan pengukuran prevalensi dan insidensi, diperlukan suatu
Decayed
Missing
Filling
Index ini memberikan jumlah dari individuals decayed, missing, dan filled permanent
teeth (DMFT) atau surface (DMFS). Contohnya pada seorang individu dengan dua
decayed, tiga filled teeth, dan satu missing tooth memiliki index karies DMFT 6.
Semua gigi dengan pengecualian dari molar ketiga yang disertakan, untuk orang
dewasa, DMFT berkisar dari nol sampai 28, dan DMFS berkisar dari nol sampai 128
dengan molar dan premolar memiliki 5 permukaan dan gigi insisif dan gigi kaninus
memiliki 4 permukaan. Untuk langkah-langkah berbasis populasi, jumlah dari semua
nilai DMFT/S dibagi dengan jumlah individu dalam total sampel
37
Index ini merupakan index untuk mengetahui masalah karies pada individu atau suatu
populasi. Index ini memiliki kemiripan pada sistem perhitungan dengan index DMF,
hanya saja terdapat variabel yang diubah istilah penyebutannya, yaitu :
Decayed
Exfoliate
Filling
3. PUFA Index
PUFA Index merupakan index yang menyajikan data suatu populasi untuk
mengevaluasi prevalensi dan keparahan kondisi rongga mulut akibat karies gigi yang
tidak diobati.
Kriteria untuk indeks PUFA/pufa adalah sebagai berikut:
P/p
: Pulpal Involvement
: Ulceration
: Fistula
Fistula merupakan salah satu variabel dari PUFA index yang menggambarkan
suatu kondisi adanya pus yang berasal dari abses pada sinus
A/a
: Abses
Sistem perhitungan pada index ini hampir sama dengan DMF index, yaitu dengan
menjumlah keseluruhan nilai dari masing-masing variabel. Skor dari PUFA Index
pada gigi permanen adalah 0-32 dan pada gigi sulung 0-20.
38
a. Fungsi
Untuk mengirimkan komposisi aktif yang berperan dalam membersihkan
permukaan gigi atau jaringan.
b. Komposisi
Mouthwash terdiri atas tiga bahan utama:
1) Agen aktif
Agen aktif digunakan untuk aktivitas antikaries, efek antimikrobial,
mengirimkan fluoride, atau mengurangi adhesi plak. Agen aktif dilarutkan
dalam cairan air dan / atau alkohol. Alkohol digunakan untuk melarutkan
beberapa bahan aktif, meningkatkan rasa, dan sebagai pengawet.
2) Surfaktan
Surfaktan ditambahkan untuk membuang debris dari gigi dan melarutkan
bahan lain. Surfaktan dapat berupa kopolimer blok nonionik, kimia anionik
seperti lauryl sulfate, atau cetyl pyrinidium chloride, yang merupakan kationik
dan memiliki sifat antibakterial.
3) Agen flavoring (perisa)
Agen flavoring ditambahkan untuk menyegarkan nafas. Agen flavoring yang
biasanya dipakai adalah eukaliptus, menthol, thymol, dan metil salisilat.
c. Faktor penting
Dua faktor yang harus diperhitungkan dalam mengevaluasi mouthwash adalah
keasamannya dan kandungan etanol dalam cairannya. Dua bahan aktif dalam
mouthwash yang memberikan efek positif adalah klorheksidin dan fluoride.
1) Klorheksidin
Klorheksidin adalah agen antibakterial yang utama digunakan pada
pasien dengan infeksi jaringan lunak atau gum seperti gingivitis atau
perikoronitis. Konsentrasi yang diperbolehkan 0,1-0,2%. Klorheksidin
glukonat telah menunjukkan dapat mengurangi penggunaan aerosol
sebagai bahan pembilas sebelum operasi. Klorheksidin juga efektif
mengurangi inflamasi jaringan lunak.
2) Fluoride
Fluoride berguna sebagai bahan antikaries. Prosesnya yaitu, lapisan
materi kalsium fluorida terdeposit di permukaan gigi. Saat itulah, struktur
mineral di bawahnya diubah dari hidroksiapatit menjadi fluoroapatit, yang
39
material ini
memiliki beberapa aspek negatif, berupa diskolorasi gigi selama kurang dari 24 jam dan rasa
yang agak pahit. Adapun beberapa langkah yang harus dilakukan pada proses penggunaan
material ini adalah :
Cegah gigi terkontaminasi ulang oleh saliva dengan cara menggunakan cotton rolls
Gunakan fluoride varnish dengan ukuran 0.3-0.6 ml dengan menggunakan sikat kecil
atau aplikator
Prosedur oral hygiene yang normal dapat dilakukan kembali pada hari berikutnya
40
Fluoride gel merupakan suatu material preventif yang digunakan secara topikal untuk
menurangi insidensi karies pada pasien . Material ini bersifat sangat asam dan mengandung
kadar fluoride yang sangat tinggi . Material ini sering disebut sebagai 1.23% APF, yang
mangacu pada konsentrasi fluoride (1,23% fluoride ion atau 12,300 ppm) dan senayawa
kimia berupa acidulated phosphate fluoride yang memiliki pH 3,5 . Acidulated phophate
fluoride ini, mengandung 2 % sodium fluoride, 0,34% hidrogen fluoride, dan 0,98%
phosphoric acid . Dengan sifatnya yang asam ini, fluoride jenis ini dapat mengetsa material
restorative yang digunakan oleh seseorang . Seperti penggunaan fluoride varnish, gel fluoride
ini juga digunakan untuk indikasi klinis insidensi kariesyang cukup tinggi.
Namun, penggunaan fluoride jenis ini kini sudah dibatasi karena efek yang
ditimbulkannya, seperti mual-mual, nyeri gastrointestinal, kerusakan oral mukosa, kerusakan
ginjal atau muntah-muntah. Sifat asam pada gel fluoride ini menyebakan laju aliran saliva
meningkat dan jumlah gel yang teringesti pun menjadi bertambah . Batas kadar fluoride yang
diperbolehkan teringesti oleh anaka-anak adalah 7,7 mg setiap penggunaan, sedangkan pada
orang dewasa adalah 10,3 mg setiap penggunaan . Adapun beberapa cara yang dapat
digunakan untuk mengurangi jumlah fluoride yang teringesti dari penggunaan gel fluoride ini
adalah :
Berilah kesempatan bagi pasien untuk meludah setiap tray dikeluarkan dari dalam
mulut
41
o Setelah proses pengaplikasian, pasien dilarang untuk makan ataupun minum selama
30 menit
2.6.4 Pit and Fissure Sealant
Bahan Matriks Resin
Bahan matriksnya adalah bisfenol A-glisidil metakrilat (bis-GMA), suatu resin
dimetakrilat. Karena bis-GMA memiliki berat molekul yang lebih tinggi dari metal
metakrilat, kepadatan gugus metakrilat berikatan ganda adalah lebih rendah dalam monomer
bis-GMA, suatu faktor yang mengurangi pengerutan polimerisasi. Penggunaan dimetakrilat
juga menyebabkan bertambahnya ikatan silang dan perbaikan sifat polimer.
Bis-GMA, urethane dimetrakilat (UEDMA), dan trietil glikol dimetakrilat
(TEGDMA) adalah dimetakrilat yang umum digunakan dalam komposit gigi. Monomer
dengan berat molekul tinggi, khususnya bis-GMA amatlah kental pada temperature ruang.
Penggunaan monomer pengental penting untuk memperoleh tingkat pengisi yang tinggi dan
menghasilkan konsistensi pasta yang dapat digunakan secara klinis. Pengencer bisa berupa
monomer metakrilat dan monomer dimetakrilat. Kebanyakan bahan resin saat ini
menggunakan molekul bis-GMA, yang merupakan monomer dimetakrilat yang disintesis
oleh reaksi antara bisfenol-A dan glisidil metakrilat. Reaksi ini dikatalisasi melalui sistem
amine-peroksida
Partikel Bahan Pengisi
Dimasukkannya partikel bahan pengisi ke dalam suatu matriks secara nyata
meningkatkan sifat bahan matriks bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks.
Penyerapan air dan koefisiensi termal dari komposit juga lebih kecil dibandingkan dengan
resin tanpa bahan pengisi. Sifat mekanis seperti kekuatan kompresi, kekuatan tarik, dan
modulus elastis membaik, begitu juga ketahanan aus. Semua perbaikan ini terjadi dengan
peningkatan volume fraksi bahan pengisi.
Bis-GMA saat ini merupakan matriks resin pilihan sebagai bahan sealant. Bisa dengan
atau tanpa bahan pengisi. Penambahan bahan pengisi meliputi serpih kaca mikroskopis,
partikel quartz dan bahan pengisi lainnya. Bahan ini membuat sealant lebih tahan terhadap
abrasi . Bahan yang digunakan bahan pengisi makro adalah partikel-partikel halus dari
komponen silika, cristalin quartz, atau silikat glass boron.
Quartz telah digunakan secara luas sebagai bahan pengisi. Quartz memiliki
keunggulan sebagai bahan kimia yang kuat. Sementara sifat radiopak bahan pengisi
42
disebabkan oleh sejumlah kaca dan porselen yang mengandung logam berat seperti barium,
strontium dan zirconium. Penambahan bahan pengisi mengurangi pengerutan pada saat
polimerisasi dan menambah kekerasan
Bahan Coupling
Bahan pengisi sangatlah penting berikatan dengan matriks resin. Hal ini
memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan ke partikel yang
lebih kaku. Ikatan antara 2 fase komposit diperoleh dengan bahan coupling. Aplikasi bahan
coupling yang tepat dapat meningkatan sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan
hidrolitik dengan mencegah air menembus sepanjang antar bahan pengisi dan resin. metakriloksipropiltrimetoksi silane adalah bahan yang sering digunakan sebagai bahan
coupling
Penghambat
Untuk
mencegah
polimerisasi
spontan
dari
monomer,
bahan
penghambat
ditambahkan pada sistem resin. Penghambat ini mempunyai potensi reaksi kuat dengan
radikal bebas. Bila radikal bebas telah terbentuk, bahan penghambat akan bereaksi dengan
radikal bebas kemudian menghambat perpanjangan rantai dengan mengakhiri kemampuan
radikal bebas untuk mengawali proses polimerisasi. Bahan penghambat yang umum
digunakan adalah butylated hydroxytoluene
Sifat Bahan Resin
Secara umum resin memiliki sifat mekanis yang baik, kelarutan bahan resin sangat
rendah. Sifat termis bahan resin sebagai isolator termis yang baik. Bahan resin memiliki
koefisien termal yang tinggi. Kebanyakan resin bersifat radiopaque . Resin memiliki
karakteristik warna yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan perawatan. Sifat mekanis yang
baik sehingga dapat digunakan pada gigi dengan beban kunyah besar. Terjadinya pengerutan
selama proses polimerisasi yang tinggi menyebabkan kelemahan klinis dan sering
menyebabkan kegagalan. Kebocoran tepi akibat pengerutan dalam proses polimerisasi dapat
menyebabkan karies sekunder. Pemolesan bahan harus bagus karena kekasaran pada
permukaan komposit dapat dijadikan tempat menempelnya plak.
Indikasi Fisure Sealant Berbasis Resin
a. Digunakan pada geligi permanen
b. Kekuatan kunyah besar
c. Insidensi karies relatif rendah
d. Gigi sudah erupsi sempurna
43
44
Saat ini telah tersedia bahan fissure sealant berbasis resin dalam syringe yang akan
berpolimerisasi setelah diaktivasi dengan sinar. Sealant bis-GMA berpolimerisasi dengan
sinar ultraviolet (340-400 nm) adalah satu sistem tanpa diperlukan adanya pencampuran. Tiga
bahan kental monomer bis-GMA dilarutkan dengan 1 bagian monomer metil metakrilat.
Dengan aktivator berupa 2% benzoin metil eter.
Teknik Aplikasi Fissure Sealant Berbasis Resin
1. Pembersihan pit dan fisura pada gigi yang akan dilakukan aplikasi fissure sealant
menggunakan brush dan pumis
2. Pembilasan dengan air
3. Isolasi gigi, Gunakan cotton roll atau gunakan rubber dam
4. Keringkan permukaan gigi selama 20-30 detik dengan udara.
5. Lakukan pengetsaan pada permukaan gigi
Jika jenis etsa yang digunakan adalah gel, maka etsa bentuk gel tersebut harus
dipertahankan pada permukaan gigi yang dietsa hingga waktu etsa telah cukup.
Jika jenis etsa yang digunakan adalah berbentuk cair, maka etsa bentuk cair tersebut
harus terus-menerus diberikan pada permukaan gigi yang dietsa hingga waktu etsa
telah cukup.
Self curing: campurkan kedua bagian komponen bahan, polimerisasi akan terjadi
selama 60-90 detik.
Light curing: aplikasi dengan alat pabrikan (semacam syringe), aplikasi penyinaran
pada bahan, polimerisasi akan terjadi dalam 20-30 detik.
45
Komposisi
Komposisi bubuk:
Silica 41,9%
Alumina 28,6%
Komposisi cairan:
Sifat:
Sifat kekerasan baik
Kemampuan adhesi melibatkan proses kelasi dari gugus karboksil dari poliasam
dengan kalsium di kristal apatit enamel dan dentin
Modulus elastisitas hampir sama dengan dentin
Kekuatan ikatan mencapai 2-3 Mpa
Koefisien pemuaian sesuai dengan struktur gigi
Memiliki solubilitas yang rendah
Opasitas tinggi
Kekuatan ikatan lebih rendah daripada komposit resin
2.1.1
Kelebihan:
Sifat anti-karies karena mampu melepas fluor dalam jangka waktu lama
Ikatan fisika kimiawi antara bahan dan permukaan gigi sangat baik sehingga
mengurangi kebocoran tepi tumpatan
Tidak melibatkan proses pengetsaan
2.1.2
Kekurangan:
Dalam proses pengerasan harus dihindarkan dari saliva karena mudah larut dalam
cairan dan menurunkan kemampuan adhesi
Manipulasi:
1. Pembersihan pit and fissure pada gigi yang akan dilakukan aplikasi fissure
menggunakan brush dan pumis. Syarat pumis yang digunakan:
46
47
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan radiografik digunakan untuk membantu seorang dokter maupun dokter
gigi untuk menegakkan diagnosa dan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan atau terapi.
Hasil gambaran radiografik dapat membantu seorang dokter atau dokter gigi untuk
mengetahui keadaan jaringan yang diperiksa. Namun, penggunaan radiasi harus sesuai
dengan dosis yang telah ditentukan oleh lembaga-lembaga pengontrol dan harus
memperhatikan proteksi bagi pasien, tenaga medis, serta lingkungan mengingat bahwa radiasi
memiliki efek postif dan efek negatif.
48
DAFTAR PUSTAKA
49