You are on page 1of 32

ANALISA PENGARUH JUMLAH USAHA DAN NILAI PRODUKSI

TERHADAP JUMLAH TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KARET REMAH


(CRUMB RUBBER) DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
NAMA
NIM

: ANDRIGA
: 01121002023

DOSEN PEMBIMBING : Prof.Dr.Bernadette Robiani,M.Sc

EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................... .

Daftar Isi.......................................................................................... 2
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang........................................................................................

1.2 Identifikasi Masalah................................................................................

1.3 Rumusan Masalah...................................................................................

1.4 Batasan Masalah....................................................................................

1.5 Tujuan Penelitian...................................................................................

1.6 Manfaat Penelitian.................................................................................

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................


2.1 Definisi Karet Remah..............................................................................

5
5

2.2 Produksi.................................................................................................. 5
2.3 Perilaku Produsen...................................................................................

2.4 Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja......................................................

2.5 Teori Permintaan Tenaga Kerja...............................................................

10

2.6 Unit Usaha..............................................................................................

11

2.7 Hubungan Antara Variabel Dependen dan Independen..........................

12

2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis...................................................................

13

2.9 Hipotesis.................................................................................................
BAB III METODELOGI PENELITIAN.............................................................

13
14

3.1 Objek Penelitian.....................................................................................

14

3.2 Data Penelitian.......................................................................................

14

3.3 Metodelogi Pengumpulan Data...............................................................

14

3.4 Metode Pengolahan Data........................................................................

14

3.5 Teknik Analisi Data...............................................................................

16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................

20

4.1 Hasil......................................................................................................

20

4.2 Pembahasan..........................................................................................

25

BAB V PENUTUP.............................................................................................

26

5.1 Kesimpulan...........................................................................................

26

5.2 Saran.....................................................................................................

26

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................

27
28
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dinyatakan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja
mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan
pembangunan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur yang merata, baik materiil
maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
tahun 1945.
Masalah pokok dalam pembangunan ekonomi adalah memaksimumkan penciptaan
lapangan kerja produktif secara berkelanjutan. Dengan upaya menempatkan penyediaan
lapangan kerja sebagai titik tolak dalam mengupayakan manusia Indonesia menjadi
kekuatan utama pembangunan. Kebijakan pembangunan dalam berbagai bidang berangkat
dari titik yang sama, yaitu penyediaan lapangan kerja bagi tenaga kerja dengan mutu dan
jumlah yang cukup secara berkelanjutan. Sering dikatakan bahwa di negara-negara yang
sedang berkembang daya serap terhadap tenaga kerjanya tidak memadai, artinya bahwa
pertambahan jumlah tenaga kerja ada dalam persentase kecil yang mampu mendapatkan
pekerjaan di sektor industri. Sedangkan sisanya dengan terpaksa akan menerima pekerjaan
dengan produktivitas yang rendah, terutama di sektor pertanian dan jasa.
Namun
kenyataannya,
dewasa ini di negara-negara
yang
sedang
berkembang, kesempatan kerja di bidang industri telah mampu meningkatkan
penyerapan tenaga kerja. Bahkan dengan laju penyerapan yang kira-kira hampir
sama dengan yang dialami oleh negara-negara maju. Hal ini mencerminkan bahwa
pertumbuhan industri yang cepat terjadi di negara-negara yang sedang berkembang, atau
yang sering disebut dengan negara dunia ketiga.
Ada beberapa variabel penting yang mungkin bisa mempengaruhi jumlah tenaga
kerja, dalam hal ini kami ingin meneliti nilai produksi dan jumlah unit usaha pada Industri
Karet Remah.Dimana akan dilihat apakah variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap
jumlah tenaga keja.Oleh sebab itu sebagai penulis tertarik untuk membuat sebuah makalah
berjudul Analisis Pengaruh Jumlah Unit Usaha dan Nilai Produksi Terhadap Jumlah
Tenaga Kerja Pada Industri Karet Remah di Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang terjadi adalah industri karet remah tidak mengetahui secara
menyeluruh bagaimana pengaruh nilai produksi dan jumlah unit usaha terhadap jumlah
tenaga kerja yang digunakan industri karet remah untuk melakukan kegiatan produksi dalam
setiap tahunnya.
.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah bagaimanakah jumlah
unit usaha dan nilai produksi mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang akan digunakan oleh
industri karet remah serta apakah variabel yang paling mempengaruhi jumlah tenaga kerja
pada industri karet remah..

1.4 Batasan Masalah


Penulis memberikan batasan berupa data-data sekunder seperti nilai produksi , jumlah
unit usaha, dan jumlah tenaga kerja industri karet remah (22123) dalam periode tahun 20062010.

1.5 Tujuan Penelitian


Membantu industri karet remah agar dapat mengetahui pengaruh jumlah unit usaha dan
nilai produksi yang dihasilkan terhadap jumlah tenaga kerja dan membantu industri karet
remah dalam menentukan jumlah tenaga kerja dalam kegiatan industri.

1.6 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Akademis
Memperkaya kajian mengenai nilai produksi,tenaga kerja dan jumlah usaha dalam
kegiatan industri, sehingga dapat

diguunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan

mengenai ekonomi industri.

2. Manfaat Praktis
Membantu pihak industri karet remah dalam memberi gambaran pengaruh jumlah unit
usaha dan nilai produksi terhadap jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan
produksi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Karet Remah
Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga
terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb rubber) didasarkan pada
penilaian sifat-sifat teknis dimana warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan
golongan mutu pada jenis karet sheet crepe maupun lateks pekat crumb rubber. Karet remah
tergolong dalam karet spesifikasi teknis karena penilaian mutunya didasarkan pada sifat
teknis dari parameter dan besaran nilai yang dipersyaratkan dalam penetapan mutu karet
remah yang tercantum dalam skema SIR. Berdasarkan jenis kualiatasnya karet remah di
klasifikasikan menjadi SIR 3CV, SIR 3L, SIR 3WF, SIR 5, SIR 10 dan SIR 20.Karet remah
(crumb rubber) dipak dalam bongkah-bongkah kecil, berat dan ukuran seragam, ada sertifikat
uji laboratorium, serta ditutup dengan lembaran plastic polythene
Usaha karet remah adalah suatu usaha industri pengolahan karet yang melakukan
kegiatan mengubah bahan baku karet menjadi karet remah. Pabrik karet remah yang
merupakan bagian dari perusahaan perkebunan maupun bukan,dimasukkan sebagai usaha
industri karet remah.

2.2 Produksi
1. Pengertian Produksi
Kegiatan produksi dalam kegiatan sehari-hari sering diartikan sebagai kegiatan membuat
dan menghasilkan barang atau jasa.Orang yang membuat atau menghasilkan barang dan jasa
disebut produsen.
a.Dalam Arti Sempit
Kegiatan produksi adalah segala usaha atau kegiatan manusia untuk membuat dan
menghasilkan barang atau jasa.
Contoh : Petani mengolah sawah atau ladang menghasilkan padi ,jagung dan singkong

b. Dalam Arti Luas


Kegiatan produksi adalah kegiatan menambah atau menciptakan nilai guna suatu barang
atau jasa lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan manusia.
Contoh : Petani menggiling padi menajadi beras.
2.Tujuan
Tujuan adanya produksi adalah menghasilkan atau menciptakan barang atau jasa menambah
atau meningkatkan nilai guna barang yang sudah ada memenuhi kebutuhan manusia,memenuhi
kebutuhan pasar , mendapatkan keuntungan dan meningkatkan kemakmuran.

3. Sumber Daya Ekonomi (Faktor Produksi)


Dalam melaksanakan produksi diperlukan sumber daya ekonomi, yang disebut dengan faktor
produksi.
Faktor produksi adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam usaha menghasilkan atau menambah
guna suatu barang. Faktor produksi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu berikut.
a. Faktor produksi asli adalah faktor produksi alam dan tenaga kerja.
b. Faktor produksi turunan terdiri atas modal dan kewirausahaan.

4. Cara Peningkatan Jumlah dan Mutu Hasil Produksi


a. Ekstensifikasi, merupakan cara peningkatan jumlah produksi yang ditempuh manusia dengan
jalan/ menambah jumlah produksi, seperti luas tanah pertanian, tenaga kerja, dan modal.
b. Intensifikasi, merupakan cara peningkatan jumlah dan mutu produksi dengan cara
meningkatkan kualitas pengelolaan faktor produksi yang ada tanpa menambah faktor produksi.
c. Diversifikasi, merupakan cara peningkatan produksi dengan melakukan penganekaragaman hasil
produksi.
d. Mekanisasi, merupakan cara peningkatan jumlah dan mutu produksi dengan cara mengganti
tenaga manusia dengan tenaga mesin. Contohnya, di bidang pertanian mengolah tanah dengan
tenaga mesin
manusia diganti dengan traktor.
e. Rasionalisasi, yaitu usaha untuk meningkatkan produksi dengan cara meningkatkan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.3 Perilaku Produsen


Perilaku produsen menjelaskan bagaimana produsen menggunakan sumber daya yang
dimiliki suatu perusahaan tersebut seperti SDA, SDM, modal, peralatan, dll dalam kegiatan
produksi.
Orang yang menggunakan sumberdaya perusahaan selain manajer adalah pengusaha
atau produsen itu sendiri, Pengusaha berbeda dengan pemilik bisnis kecil ataupun manajer.
Bila hanya memiliki sebuah usaha dan hanya berusaha mencari keuntungan, maka orang itu
barulah sebatas pemilik bisnis. Bila orang itu hanya mengatur karyawan dan menggunakan
sumber daya perusahaan untuk usaha, maka orang itu disebut sebagai manajer. Pengusaha
lebih dari keduanya. Pengusaha berusaha mendirikan perusahaan yang menguntungkan,
mencari dan mengelola sumber daya untuk memulai suatu bisnis. Agar berhasil seorang
pengusaha harus mampu melakukan 4 hal sebagai berikut :

1.Perencanaan
Perencanaan antara lain terkait dengan penyusunan strategi, rencana bisnis, serta visi
perusahaan. Ia harus tau apa yang ingin ia capai dan bagaimana cara mencapai tujuan
tersebut.

2. Pengorganisasian
Semua sumber daya yang ada harus bisa ia kelola untuk mencapai tujuan perusahaannya,
baik sumber daya, modal, maupun manusia.

3.Pengarahan
Agar rencana bisa terwujud, pengusaha wajib mengarahkan dan membimbing anak
buahnya.

4.Pengendalian
Kemampuan ini ada hubungannya dengan bagaimana hasil pelaksanaan kerja tersebut.
Apakah sesuai dengan rencana atau justru sebaliknya

2.4 Pengertian Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja


Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan dalam melaksanakan
proses produksi. Dalam proses produksi tenaga kerja memperoleh pendapatan sebagai balas
jasa dari usaha yang telah dilakukannya yakni upah. Maka pengertian permintaan tenaga
kerja adalah tenaga kerja yang diminta oleh pengusaha pada berbagai tingkat upah
(Boediono, 1992).

2.4.1 Tenaga Kerja


Sumber

daya

manusia

(SDM)

atau

Human

Resources

mengandung

dua

pengertian.Pertama, sumber daya manusia mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang
dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber daya manusia mencerminkan
kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa.
Kedua, sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang
mempunyai nilai ekonomis yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Seseorang dalam usia kerja dianggap mampu
bekerja. Kelompok dalam usia kerja tersebut disebut tenaga kerja atau Man power.
Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja atau Labor Force dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja terdiri dari (1) golongan yang bekerja (2) golongan yang menganggur dan
mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja terdiri dari (1) golongan
yang bersekolah (2) golongan yang mengurus rumah tangga dan (3) golongan lain-lain atau
penerima pendapatan lainnya (Payaman J. Simanjuntak, 2002).
Angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 10 tahun keatas yang mampu terlibat
dalam proses produksi. Yang digolongkan bekerja yaitu mereka yang sudah aktif dalam
kegiatannya dapat menghasilkan barang atau jasa atau atau bekerja dengan maksud
memperoleh penghasilan selama paling sedikit 1 jam dalam seminggu yang lalu dan tidak
boleh terputus.Sedangkan pencari kerja adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini
tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan (Mulyadi Subri, 2003).
Menurut Badan Pusat Statistik (2003) yang di maksud angkatan kerja adalah penduduk
usia kerja yang selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan baik yang bekerja maupun

sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti menunggu panen, pegawai yang sedang
cuti dan sejenisnya. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang
mencari atau mengharap pekerjaan juga termasuk dalam angkatan kerja.
Definisi mencari pekerjaan, pekerjaan adalah :
1. Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha untuk mendapatkan
pekerjaan.
2. Mereka yang bekerja tetapi karena suatu hal masih mencari pekerjaan.
3. Mereka yang dibebas tugaskan tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.

Melainkan yang bukan angkatan kerja adalah kelompok penduduk yang selama seminggu
yang lalu mempunyai suatu kegiatan (Payaman J.Simanjuntak, 2002) yaitu :
1. Sekolah yaitu mereka yang kegiatan utamanya sekolah.
2. Mengurus rumah tangga yaitu mereka yang kegiatan utamanya mengurus rumah
tangga tanpa mendapatkan upah
3. Penerima pendapatan.maksudnya adalah mereka yang tidak melakukan suatu
kegiatan tetapi mendapatkan penghasilan. Seperti pensiunan

2.4.2 Kesempatan Kerja


Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada
suatu perusahaan atau suatu instansi kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga
kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang
dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia (Tulus T.H Tambunan, 2001).
Menurut Payaman J. Simanjuntak (2002) elastisitas kesempatan kerja diartikan sebagai
perbandingan laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan ekonomi.
Elastisitas tersebut dapat dinyatakan untuk seluruh perekonomian atau untuk masing-masing
sektor atau subsektor. Elastisitas kesempatan kerja ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
EN /N : Y /Y......(2.1)
Dimana :
E : Elastisitas Kesempatan Kerja
N : jumlah pertambahan kesempatan kerja sektor ekonomi
N : total kesempatan kerja pada sektor ekonomi
Y : jumlah pertambahan produksi sektor ekonomi
Y : jumlah produksi sektor ekonomi

Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja berarti pula timbulnya
masalah kesempatan kerja, karena kesempatan kerja yang ada penting menyangkut berbagai
aspek baik ekonomi maupun non ekonomi, disamping itu usaha perluasan kesempatan kerja
merupakan salah satu usaha meningkatkan taraf hidup. Kesenjangan yang terjadi diantara
pertumbuhan kesempatan kerja yang tersedia berdampak makin terasa mendesaknya
keputusan perluasan kesempata kerja.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pengertian kesempatan kerja adalah banyaknya
orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu perusahaan atau instansi. Kesempatan
kerja ini akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang
tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia. Yang
dimaksud lapangan kerja adalah bidang kegiatan dari usaha atau pekerja atau instansi dimana
seseorang bekerja atau pernah bekerja.
Menurut Soedarsono (1996), pengertian besarnya Kesempatan Kerja adalah kesediaan
usaha produksi dalam mempekerjakan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi,
yang dapat berarti lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja yang ada
dari suatu kegiatan ekonomi (produksi), termasuk semua lapangan pekerjaan yang masih
lowong. Kesempatan kerja dapat diukur dari jumlah orang yang bekerja pada suatu saat dari
suatu kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja dapat tercipta jika terjadi permintaan akan tenaga
kerja di pasar kerja, dengan kata lain kesempatan kerja juga menunjukan permintaan tenaga
kerja.
2.5 Teori Permintaan Tenaga Kerja
Pengusaha harus membuat pilihan mengenai input (pekerja dan input lainnya) serta
output (jenis dan jumlah) dengan kombinasi yang tepat agar diperoleh keuntungan
maksimal.Agar mencapai keuntungan maksimal pengusaha akan memilih atau menggunakan
input yang akan memberikan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan
terhadap penerimaan total biayanya. Perusahaan sering mengadakan berbagai penyesuaian
untuk mengubah kombinasi input. Permintaan terhadap pekerja merupakan sebuah daftar
berbagai alternatif kombinasi pekerja dengan input lainnya yang berhubungan dengan tingkat
gaji. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perusahaan menjual output kepasar yang benarbenar kompetitif dan membeli input dipasar yang benar-benar kompetitif (Aris Ananta,
1990).
10

Menurut pendapat Sadono Sukirno (2003), didalam suatu perusahaan, usaha untuk
menciptakan pengalokasian faktor-faktor produksi tenaga kerja yang optimal harus
dilaksanakan.
Disatu pihak usaha tersebut adalah penting, karena tindakan tersebut akan menghasilkan
sumber daya dalam perekonomian secara efisien. Tetapi di pihak lain, usaha tersebut adalah
tergantung pada kemampuan perusahaan untuk menggunakan faktor produksi yang
dipekerjakannya.
Permintaan tenaga kerja memiliki hubungan antara tingkat upah dan kuantitas tenaga
kerja yang dikehendaki untuk dipekerjakan dalam jangka waktu tertentu. Permintaan
perusahaan atas tenaga kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa.
Orang membeli barang karena barang itu memberikan kepuasan atau utility kepada si
pembeli. Akan tetapi pengusaha mempekerjakan seseorang karena seseorang itu membantu
memproduksikan barang atau jasa untuk di jual kepada konsumen. Dengan kata lain,
kenaikan permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja tergantung dari penambahan
permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksikan (Payaman J. Simanjuntak,
2002).
Soedarsono (1996) menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah
tenaga yang dibutuhkan perusahaan atau instansi tertentu. Biasanya permintaan akan
tenaga kerja dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi permintaan hasil produksi antara lain : naik turunnya permintaan pasar dan
harga barang-barang modal yaitu mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi.
2.6 Unit Usaha

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) unit usaha adalah adalah unit yang melakukan
kegiatan yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan dan
mempunyai kewenangan yang ditentukan berdasarkan kebenaran lokasi bangunan fisik, dan
wilayah operasinya.
Secara umum, pertumbuhan unit usaha suatu sektor dalam hal ini industri kecil dan
menengah pada suatu daerah akan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Hal ini berarti
penyerapan tenaga kerja juga bertambah. Jumlah unit usaha mempunyai pengaruh yang
positif terhadap permintaan tenaga kerja, artinya jika unit usaha suatu industri ditambah maka

11

permintaan tenaga kerja juga bertambah. Semakin banyak jumlah perusahaan atau unit
usahayang berdiri maka akan semakin banyak untuk terjadi penambahan tenaga kerja (Azis
Prabowo,1997).

2.7 Hubungan antara Variabel Dependen dan Variabel Independen

Dalam Sub ini menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel independen dan variable
dependen, serta berbagai teori yang bersumber dari penelitian sebelumnya.

2.7.1 Unit Usaha dengan Permintaan Tenaga Kerja

Menurut pendapat Azis Prabowo (1997) bahwa jumlah unit usaha mempunyai pengaruh
yang positif terhadap permintaan tenaga kerja artinya jika unit usaha suatu industry ditambah
maka permintaan tenaga kerja juga bertambah. Semakin banyak jumlah perusahaan atau unit
usaha yang berdiri maka semakin banyak untuk terjadi penambahan tenaga kerja

2.7.2 Nilai Produksi dengan Permintaan Tenaga Kerja

Menurut Nunuk Nuswantoro (2011)

bahwa nilai produksi mempengaruhi jumlah

tenaga kerja yang akan diserap untuk kegiatan produksi berikutnya. Semakin tinggi nilai
produksi maka ada kemungkinan besar akan terjadinya penambahan tenaga kerja begitu juga
sebaliknya.

2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis

Jumlah Unit usaha


Jumlah Tenaga Kerja
Nilai Produksi

12

Model penelitian ini menggunakan model penelitian dari Nelsen Diyan Pratama (2012), Dyah
Ratih Sulistyastuti (2004), Jaka Sriyana (2010) , Tri Wahyu Rejekiningsih (2004) dimana
model penelitian penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah unit usaha dan nilai
produksi.
2.9 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab
permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya masih harus diuji secara
impiris. Hipotesis yang dimaksud merupakan dugaan yang mungkin benar atau salah.
J. Supranto (2001) mengatakan, Hipotesis adalah penjelasan sementara yang harus diuji
kebenarannya mengenai masalah yang diteliti, dimana hipotesis selalu dirumuskan dalam
bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variabel atau lebih.
Dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis guna memberikan arah dan pedoman dalam
melakukan penelitian. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga ada pengaruh positif dari jumlah unit usaha terhadap permintaan tenaga kerja pada
Industri Karet Remah di Indonesia.
2. Diduga ada pengaruh positif dari nilai Produksi terhadap permintaan tenaga kerja pada
Industri Karet Remah di Indonesia.

13

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Salah satu jenis Industri Karet Remah /Crumb Rubber (22123) sebagai objek
penelitiannya.

3.2 Data Penelitian


Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari laman resmi BPS yaitu www.bps.go.id dan
Kementerian Perdagangan dan Industri www.kemenperin.go.id berupa data jumlah unit
usaha, nilai produksi dan jumlah tenaga kerja (periode 2006-2010)

3.3 Metode Pengumpulan Data


Data diambil langsung dengan mendownload data dari laman resmi Badan Pusat
Statistik dan Kementerian Perdagangan Industri serta dengan menghubungi langsung pihak
terkait melalui telepon dan email.

3.4 Metode Pengolahan Data


Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis
penelitian yang yang dilakukan adalah analisis kausal. Menurut Sekaran (2006), analisis
kausal adalah analisis yang dilakukan untuk mendeteksi hubungan sebab akibat diantara dua
atau lebih variabel. Jadi, disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan
variabel dependen (dipengaruhi). Variabel independen dalam penelitian ini adalah biaya
produksi dan variabel dependen yaitu nilai output.

Definisi Operasional Variabel


1. Variabel independen (X)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel bebas. Menurut Sekaran (2006: 117),
variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi vaiabel terikat, entah secara positif atau
negatif. Variabel X dalam penelitian ini adalah jumlah unit usaha dan nilai produksi.

14

2. Variabel dependen (Y)


Variabel dependen disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel
yang menjadi perhatian utama peneliti (Sekaran, 2006: 116). Variabel Y dalam penelitian ini
adalah jumlah tenaga kerja..

3.Permintaan Tenaga Kerja


Permintaan Tenaga Kerja adalah Jumlah tenaga kerja yang berkerja pada industri karet
remah selama 2006-2010 dalam satuan orang.

4. Jumlah Unit Usaha


Jumlah Unit Usaha adalah suatu unit satu kesatuan usaha yang melakukan kegiatan
ekonomi ,bertujuan menghasilkan baranga dan jasa. Dalam hal ini data jumlah industri karet
remah di Indonesia.

5. Nilai Produksi
Data nilai produksi dalam penelitian ini merupakan nilai dari hasil produksi yang
dilakukan industri karet remah selama periode 2006-2010.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah Industri karet remah yang terdata di Kementerian
Perdagangan dan Industri 2006-2010 .Sampel yang diambil tidak ada karena menggunakan
data keseluruhan industri karet remah (22123) yang terdapat di Indonesia

15

3.5 Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda
adalah kecenderungan satu variabel, variabel dependen, pada satu atau lebih variabel lain,
variabel yang menjelaskan. Analisis regresi berganda digunakan untuk menaksir dan atau
meramalkan nilai rata-rata hitung atau nilai rata-rata variabel dependen atas dasar nilai tetap
variabel yang dijelaskan (Damodar Gujarati, 2004). Persamaan regresi linier berganda dapat
dituliskan sebagai berikut :
LAB =

0+

1UNIT + 2PRODUC + ....(3.1)

Dimana :
0 : Konstanta.
LAB : Jumlah tenaga kerja pada industri karet remah. (satuan jiwa)
UNIT : Jumlah unit usaha pada industri karet remah.(satuan unit usaha)
PRODUC : Nilai produksi pada industri karet remah.(satuan juta rupiah)
1, 2, 3 : Koefisien Regresi Berganda
: disturbance error

Analisis data kuantitatif adalah bentuk analisa yang menggunakan angka-angka dan
perhitungan dengan metode statistik, maka data tersebut harus diklasifikasikan dalam
kategori tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu, untuk mempermudah dalam
menganalisis dengan menggunakan program Eviews
3.5.1 Deteksi Asumsi Klasik
Menurut Damodar Gujarati (2004), sebuah model penelitian secara teoritis akan
menghasilkan nilai parameter penduga yang tepat bila memenuhi deteksi asumsi klasik dalam
regresi,

yaitu

meliputi

deteksi

normalitas,

deteksi

multikolinearitas,

deteksi

heteroskedastisitas, dan deteksi autokorelasi.


3.5.1.1 Deteksi Normalitas
Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan
variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau paling tidak mendekati
distribusi normal. Model regresi yang paling baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal.

Deteksi asumsi klasik normalitas mengasumsikan bahwa distribusi probabilitas dari


gangguan 1 memiliki rata-rata yang diharapkan sama dengan nol, tidak berkorelasi dan
16

mempunyai varian yang konstan. Dengan asumsi ini penaksir akan memenuhi sifat-sifat
statistic yang diinginkan seperti unbiased dan memiliki varian yang minimum (Damodar
Gujarati, 2004).
Uji normalitas dapat diuji dengan menggunakan Uji Jarque Bera. Nilai signifikansi di
atas 0,05 menunjukkan data yang berdistribusi normal.
3.5.1.2 Deteksi Deteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji ada atau
tidaknya heteroskedastisitas dapat digunakan Uji White. Secara manual, uji ini dilakukan
dengan melakukan meregres regresi kuadarat (Ut2) dengan variabel bebas. Dapatkan nilai R2
digunakan untuk menghitung X2 , Dimana X2 =n*R2 . Kriteria yang digunakan adalah apabila
X2 tabel lebih kecil dibandingkan dengan nilai Obs *R-Squared, maka hipotesis nol yang
menyatakan bahwa tidak ada heteroskedasitas dalam model dapat ditolak.

3.5.1.3 Deteksi Multikolinearitas


Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear anatar variabel independen
(Wing Wahyu, 2009). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi. Maka variabel-variabel ini
tidak orthogonal (Imam Ghozali, 2006).
Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai kolerasi antar sesame
variabel independen sama dengan nol. Multikolinearitas dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan auxilliary regression untuk mendeteksi adanya multikolinearitas. Kriterianya
adalah jika R2 regresi persamaan utama lebih besar dari R2 auxiliary regressions maka
didalam model tidak terjadi multikolinearitas.

3.5.1.4 Deteksi Autokorelasi


Faktor-faktor yang menyebabkan autokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan
model, penggunaan lag pada model, memasukkan variabel yang penting. Akibat dari adanya
autokorelasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya minimum,
sehingga tidak efisien (Damodar Gujarati, 2004). Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi
salah satunya diketahui dengan melakukan Uji Breusch-Godfrey Test atau Uji Langrange

17

Multiplier (LM). Dari hasil uji LM apabila nilai Obs*R-squared lebih besar dari nilai X2 tabel
dengan probability X2 < 5% menegaskan bahwa model mengandung masalah autokorelasi.
Demikian juga sebaliknya, apabila nilai Obs*R-squared lebih kecil dari nilai X2 tabel dengan
probability X2> 5% menegaskan bahwa model terbebas dari masalah autokorelasi.Apabila
data mengandung autokorelasi, data harus segera diperbaiki agar model tetap dapat
digunakan. Untuk menghilangkan masalah autokorelasi, maka dilakukan estimasi dengan
diferensi tingkat satu (Wing Wahyu Winarno,2009).

3.5.2 Uji Statistik


Uji Statistik yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Uji Koefisien Determinasi
(Uji R2), Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-Sama (Uji F), Uji dan Uji Koefisien Regresi
Parsial (Uji-t).

3.5.2.1 Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi (R) digunakan untuk mengetahui sampai seberapa besar
persentase variasi dalam variabel terikat pada model yang diterangkan oleh variabel bebasnya
(Gujarati, 2004). Dimana apabila nilai R mendekati 1 maka ada hubungan yang kuat dan erat
antara variabel terikat dan variabel bebas dan penggunaan model tersebut dibenarkan.
Sedangkan menurut Damodar Gujarati (2004) koefisien determinasi adalah untuk mengetahui
seberapa besar persentase sumbangan variabel bebas terhadap variabel tidak bebas yang
dapat dinyatakan dalam persentase. Namun tidak dapat dipungkiri ada kalanya dalam
penggunaan koefisien determinasi (R) terjadi bias terhadap satu variabel bebas yang
dimasukkan dalam model. Sebagai ukuran kesesuaian garis regresi dengan sebaran data, R2
menghadapi masalah karena tidak memperhitungkan derajat bebas. Sebagai alternatif
digunakan corrected atau adjusted R yang dirumuskan :
AdjR 2 =1-(1-R2) (n-1/n-k) (3.4)

Dimana:
R : Koefisien determinasi
k : Jumlah variabel independen
n : Jumlah sampel

18

3.5.2.2 Koefisien Regresi Secara Keseluruhan (Uji F)

Uji F pada dasarnya dimaksudkan untuk membuktikan secara statistik bahwa seluruh
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
Hipotesis yang menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas. sedangkan
kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
Apabila F hitung < Ftabel, maka H1 ditolak dan H0 diterima
Apabila F hitung > Ftabel, maka H1 ditolak dan H0 ditolak

3.5.2.3 koefisien Regresi Parsial (Uji-t)

Uji statistik t untuk menunjukkan apakah masing-masing variabel independen berpengaruh


terhadap variabel dependen. Perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: Jika Ho = bi =0
variabel independen secara parsial tidak pengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel
dependen. Jika H1 = bi <0 variabel independen secara parsial pengaruh negatif dan signifikan
terhadap variabel dependen Dalam pengujian hipotesis dengan uji t digunakan rumus sebagai
berikut:
T hitung = bi/ se(bi).....(3.6)

Dimana :
bi = koefisien regresi
se(bi) = standar eror koefisien regresi

sedangkan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:


apabila t hitung > t statistik maka H0 ditolak dan H1 diterima.
apabila t hitung < t statistik maka H0 ditolak dan H1 ditolak

19

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk melakukan analisis pengaruh jumlah unit usaha dan nilai produksi terhadap jumlah
tenaga kerja pada industri karet remah (22123) di Indonesia akan dilakukan analisis berganda
menggunakan alat analisis program e-views dengan berbagai deteksi dan berbagai bentuk
analisis agar didapatkan hasil yang akurat dan tepat.
Berikut hasil perhitungan dan pembahasan yang menggunakan 2 (dua) variabel
independen yaitu Jumlah Unit Usaha dan Nilai Produksi serta 1 (satu) variabel dependen
yaitu Jumlah tenaga kerja dengan melakukan berbagai uji atau deteksi .

4.1 HASIL
1 Deteksi Asumsi Klasik

Dependent Variable: TK
Method: Least Squares
Date: 11/30/14 Time: 12:26
Sample: 2006 2010
Included observations: 5
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
NP
JUI

-60.49221
0.033604
1.538466

37.03799
0.089768
0.327363

-1.633247
0.374341
4.699568

0.2440
0.7441
0.0424

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.917621
0.835243
3.975384
31.60736
-11.70457
11.13909
0.082379

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

102.4394
9.793933
5.881829
5.647492
5.252891
0.520036

Model regresi dapat dituliskan sebagai berikut:


EG = -60.49 + 0.03 FDI + 1.53 TK
t-statistik

(-1.63) (0.37)

R2 = 0.91

F= 11.13

(4.69)

dan D-W stat= 0.52

20

Nilai koefisien determinasi (R2) = 0,91 artinya variasi jumlah unit usaha dan nilai
produksi mampu menjelaskan terhadap variasi jumlah tenaga kerja sebesar 0,91 atau 91%
sisanya 0,09 atau 9 % dijelaskan oleh faktor diluar model.
2. Deteksi Normalitas
2

Series: Residuals
Sample 2006 2010
Observations 5

Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis

5.68e-15
-0.126437
3.285220
-3.115501
2.811021
0.056551
1.362509

Jarque-Bera
Probability

0.561285
0.755298

0
-4

-3

-2

-1

Ho:

data terdistribusi normal

Ha:

data tidak terdistribusi normal.

Berdasarkan uji JB nilai JB-test= 0.56 dan probabilitas nya 0.75 > 0.05. Sedangkan nilai
Chi-squares dengan k=2, df=22 pada =5% atau probability= 0,95 yaitu X 2 tabel=0.352.
Dengan demikian JB test < X2 tabel, berarti menerima Ho yang menyatakan residual
berdistribusi normal. Ini menyatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal sehingga
bisa dikatakan model regresi yang baik.

21

3. DETEKSI HETEROKEDASTISITAS
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS

3.708674
3.938130
0.114208

Prob. F(2,2)
Prob. Chi-Square(2)
Prob. Chi-Square(2)

0.2124
0.1396
0.9445

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/30/14 Time: 12:27
Sample: 2006 2010
Included observations: 5

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
NP
JUI

19.80179
-0.165069
0.050887

25.83845
0.062624
0.228375

0.766369
-2.635874
0.222822

0.5236
0.1188
0.8444

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.787626
0.575252
2.773308
15.38247
-9.904170
3.708674
0.212374

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

6.321471
4.255321
5.161668
4.927331
4.532730
1.649193

Ho:
Ha:

Hasil uji White dengan perkalian variable independent (Cross term) pada bagian atas
memberikan informasi tentang nilai hitung F beserta probabilitasnya dan informasi nilai Chi
square hitung beserta probabilitasnya. Nilai Chi square hitung sebesar 3.98, koefisien
determinasi (R2) = 0,78 dan probabilitas Chi-square = 0,1396 > 0,05 maka hipotesis Ho yang
menyatakan tidak ada heterokedastisitas diterima.
Dengan demikian dari hasil deteksi deteksi heterokedastisitas yang menyatakan tidak
ada heterokedastisitas di dalam data membuktikan bahwa model tersebut merupakan
model regresi yang baik.

22

4. Deteksi Multikolinearitas
TK
1.000000
-0.088984
0.954908

TK
NP
JUI

NP
-0.088984
1.000000
-0.171567

JUI
0.954908
-0.171567
1.000000

Ternyata r parsial antara Jumlah Unit Usaha dan Nilai Produksi dengan jumlah tenaga kerja
sebesar 0.1715 < 0,5 atau hubungan kedua variabel lemah, sehingga dikatakan model mengalami
masalah multikolonieritas.
Dapat dikatakan model diatas merupakan model yang kurang baik dimana adanya hubungan
linear anatar variabel independen.

5.Deteksi Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared

0.419754
1.478262

Prob. F(1,1)
Prob. Chi-Square(1)

0.6340
0.2240

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 11/30/14 Time: 12:32
Sample: 2006 2010
Included observations: 5
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
NP
JUI
RESID(-1)

-2.028271
-0.002459
0.019479
0.616066

44.07116
0.106612
0.389704
0.950889

-0.046023
-0.023062
0.049984
0.647884

0.9707
0.9853
0.9682
0.6340

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.295652
-1.817390
4.718322
22.26257
-10.82836
0.139918
0.924528

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

Ho:E (

= 0 (Non Autokorelasi)

Ha:E (

0 (Autokorelasi)

5.68E-15
2.811021
5.931346
5.618896
5.092762
0.993794

23

Pada output bagian atas adalah nilai statistic F dan Chi-Square (Obs* Rsquare)
dengan masing-masing probabilitasnya. Karena nilai probabilitas Chi square sebesar 0,2240
> 0,05 atau ( 22.40% > 5%) maka kita menerima Ho, yang berarti model tidak mengalami
masalah autokorelasi.
Dapat disimpulkan data yang ada tidak bias dan tidak memiliki varian minimum,
sehingga data efisien.

6. Pengaruh Indeks Nilai Produksi dan Indeks Jumlah Unit Produksi Terhadap Indeks
Tenaga Kerja Tahun 2006-2010
150
140
130
120
110
100
90
80
2006

2007

2008
TK

NP

2009

2010

JUI

Tenaga Kerja

Nilai P.

100

100

Jumlah
U.P
100

116.7737594

112.4374

111.25

91.03414942

140.4793

95.50562

97.60874004

84.66126

102.9412

106.7804766

130.1652

107.4286

Grafik dan Tabel Indeks Pengaruh Jumlah Unit Usaha dan Nilai Produksi Terhadap Jumlah
Tenaga kerja Pada Industri Karet Remah di Indonesia pada tahun 2006-2010. Grafik dan

24

Tabel menunjukkan kedua variabel independen memiliki pengaruh positif terhadap variabel
dependen yaitu jumlah tenaga kerja.

4.2 PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan menggunakan berbagai deteksi atau uji yang
dilakukan dengan menggunakan program eviews dapat diambil beberapa hasil penting
berupa koefisien ( NP = O,O33 JUI= 1,538), probabilitas (0,0823), uji statistik t (NP=O,374
JUI=4,699), uji f (11,139) dan durbin watson statistik (0,520) (lihat pada hasil deteksi atau uji
asumsi klasik) menunjukkan bahwa variabel independen Jumlah unit usaha dan Nilai
Produksi memberikan pengaruh yang positif terhadap Jumlah tenaga kerja pada industri
karet remah di Indonesia. Dalam hal ini jumlah unit usaha angkanya lebih signifikan
dibandingkan dengan Nilai Produksi,sehingga dapat diakatan jumlah unit usaha adalah
variabel yang paling mempengaruhi jumlah tenaga kerja.
Hal ini membuktikan bahwa hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini diterima
yaitu adanya pengaruh positif dari jumlah unit usaha dan nilai produksi terhadap jumlah
tenaga kerja pada Industri karet remah di Indonesia
Hasil penelitian ini juga sesuai atau memiliki persamaan dengan penelitian dan
pendapat Aziz Prabowo (1997) dan Nunuk Nuswantoro (2011). Aziz Prabowo menyatakan
bahwa jumlah unit usaha mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan tenaga
kerja artinya jika unit usaha suatu industri ditambah maka permintaan tenaga kerja juga
bertambah.Semakin banyak jumlah perusahaan atau unit usaha yang berdiri maka semakin
banyak penambahan tenaga kerja.
Kemudian Nunuk Nuswantoro menyatakan bahwa nilai produksi mempengaruhi jumlah
tenaga kerja yang diserap untuk kegiatan produksi berikutnya.Semakin tinggi nilai produksi
maka ada kemungkinan besar akan terjadinya penambahan tenaga kerja begitu juga
sebaliknya.
Industri karet remah memiliki trend perkembangan yang positif sehingga pertumbuhan
jumlah unit usaha dan perkembangan nilai produksi akan berdampak pada bertambahnya
jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dalam proses produksi di industri tersebut.

25

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Industri karet remah sudah lama ada keberadaanya dan melakukan kegiatan produksi
di Indonesia. Keberadaanya memberikan dampak positif dan kontribusi dalam kegiatan
perekonomian Indonesia Mulai dari menghasilkan keuntungan, memberikan ketersediaan
kebutuhan dalam negeri, komoditas ekspor maupun penyerapan tenaga kerja.
Penelitian ini yang mencari pengaruh variabel jumlah unit usaha dan nilai produksi
terhadap jumlah tenaga kerja industri karet remah di Indonesia menunjukkan hasil bahwa
perkembangan jumlah unit usaha dan peningkatan nilai produksi berpengaruh positif
terhadap jumlah tenaga kerja industri karet remah. Pada hasil analisis menunjukkan bahwa
jumlah unit usaha berpengaruh besar terhadap penambahan maupun pengurangan jumlah
tenaga kerja.
Hasil ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh teori maupun penelitian terlebih dahulu
yang menyatakan penambahan atau pengembangan jumlah unit usaha dalam kegiatan
produksi akan menimbulkan penambahan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dalam
kegiatan produksi.

5.2 SARAN
1. Industri karet remah harus terus meningkatkan nilai produksi dengan melakukan
peningkatan produktivitas dan efisiensi pada faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
kegiatan menghasilkan karet remah, dengan demikian hal tersebut juga dapat
memungkinkan terjadinya penambahan jumlah tenaga kerja
2. Pemerintah ataupun sektor swasta hendaknya terus melakukan penambahan jumlah unit
usaha pada sektor industri baik industri karet remah maupun industri-industri lainnya
sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang banyak. Dengan demikian masalah
pengangguran yang dialami Indonesia selama ini bisa dikurangi atau diatasi.

26

DAFTAR PUSTAKA
www.kemenperin.go.id

www.bps.go.id

Widyastuti,2013.Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum Terhadap


Permintaan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan Menengah Pada Industri Kecil
dan Menengah di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1997-2011.Skripsi. Program
S1,Studi Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro.

Aziz Prabowo,2005.Analisis Pengaruh Jumlah Unit Usaha, Nilai Produksi dan Modal
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Tahu di Kediri.Skripsi.Program
S1, Studi Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya.

Nunuk Nuswantoro,2011.Pengaruh Investasi, Nilai Produksi dan Unit Usaha terhadap


Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil di Pati.Tesis.Program
Pascasarjana,Studi Ilmu Ekonomi Univesitas Negeri Semaran

Nurlina Tarmizi , 2012. Ekonomi Ketenagakerjaan.Edisi ke-dua.Percetakan Universitas


Sriwijaya.

Muhammad Teguh,2010, Ekonomi Industri. Edisi ke-satu.RajaGrafindo Persada,Jakarta

27

Lampiran :
Data Jumlah Unit Usaha Industri karet Remah-22123
2006-2010 (unit)

Tahun

Jumlah

2006

160

2007

178

2008

170

2009

175

2010

188

Data Nilai Produksi Industri Karet Remah -22123


2006-2010(Ribuan Rp)
Tahun

Jumlah

2006

37.998.264.357

2007

42.724.251.356

2008

60.018.747.459

2009

50.812.626,863

2010

66.140.352.840

Data Jumlah Tenaga Kerja Industri Karet Remah -22123


2006-2010 (Orang)
Tahun

Jumlah

2006

46.066

2007

53.793

2008

48.970

2009

47.779

2010

51.040

Sumber : www.kemenperin.go.id
28

LAMPIRAN :
1. DETEKSI ASUMSI KLASIK
Dependent Variable: TK
Method: Least Squares
Date: 11/30/14 Time: 12:26
Sample: 2006 2010
Included observations: 5
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
NP
JUI

-60.49221
0.033604
1.538466

37.03799
0.089768
0.327363

-1.633247
0.374341
4.699568

0.2440
0.7441
0.0424

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.917621
0.835243
3.975384
31.60736
-11.70457
11.13909
0.082379

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

102.4394
9.793933
5.881829
5.647492
5.252891
0.520036

2.DETEKSI NORMALITAS

Series: Residuals
Sample 2006 2010
Observations 5

Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis

5.68e-15
-0.126437
3.285220
-3.115501
2.811021
0.056551
1.362509

Jarque-Bera
Probability

0.561285
0.755298

0
-4

-3

-2

-1

29

LAMPIRAN :
3.DETEKSI HETEROKEDASTISITAS

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey


F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS

3.708674
3.938130
0.114208

Prob. F(2,2)
Prob. Chi-Square(2)
Prob. Chi-Square(2)

0.2124
0.1396
0.9445

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/30/14 Time: 12:27
Sample: 2006 2010
Included observations: 5
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
NP
JUI

19.80179
-0.165069
0.050887

25.83845
0.062624
0.228375

0.766369
-2.635874
0.222822

0.5236
0.1188
0.8444

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.787626
0.575252
2.773308
15.38247
-9.904170
3.708674
0.212374

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

6.321471
4.255321
5.161668
4.927331
4.532730
1.649193

4. DETEKSI MULTIKOLINIERITAS

TK
NP
JUI

TK
1.000000
-0.088984
0.954908

NP
-0.088984
1.000000
-0.171567

JUI
0.954908
-0.171567
1.000000

30

LAMPIRAN :
5. Deteksi Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
Obs*R-squared

0.419754
1.478262

Prob. F(1,1)
Prob. Chi-Square(1)

0.6340
0.2240

Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 11/30/14 Time: 12:32
Sample: 2006 2010
Included observations: 5
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
NP
JUI
RESID(-1)

-2.028271
-0.002459
0.019479
0.616066

44.07116
0.106612
0.389704
0.950889

-0.046023
-0.023062
0.049984
0.647884

0.9707
0.9853
0.9682
0.6340

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.295652
-1.817390
4.718322
22.26257
-10.82836
0.139918
0.924528

Mean dependent var


S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

5.68E-15
2.811021
5.931346
5.618896
5.092762
0.993794

31

LAMPIRAN :

6, Pengaruh Indeks Nilai Produksi dan Indeks Jumlah Unit Produksi


Terhadap Indeks Tenaga Kerja Tahun 2006-2010
Tenaga Kerja

Nilai P.

100

100

Jumlah
U.P
100

116.7737594

112.4374

111.25

91.03414942

140.4793

95.50562

97.60874004

84.66126

102.9412

106.7804766

130.1652

107.4286

150
140
130
120
110
100
90
80
2006

2007

2008
TK

NP

2009

2010

JUI

32

You might also like