You are on page 1of 44

Fraktur pada wajah

Yusta Wetri Handayani


112013187

Anatomi wajah

definisi
Suatu ruda paksa yang mengenai wajah dan
jaringan sekitarnya
mencakup jaringan lunak dan jaringan keras

etiologi

kecelakaan lalu lintas


kekerasan fisik
Terjatuh
olah raga
trauma akibat senjata api

epidemiologi
pada laki-laki usia produktif, yaitu usia 21-30
tahun, sekitar 64,38% disertai cedera di tempat
lain,
trauma penyerta terbanyak adalah cedera otak
ringan sampai berat, sekitar 56%
Penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas
dan sebagian besar adalah pengendara sepeda
motor
Kejadian fraktur mandibula dan maksila
terbanyak diantara 2 tulang lainnya, yaitu masingmasing sebesar 29,85%, disusul fraktur zigoma
27,64% dan fraktur nasal 12,66%.

klasifikasi

Fraktur Tulang hidung


Fraktur Tulang zigoma dan arkus zigomatikus
Fraktur Tulang mandibula
Fraktur Tulang maksila
Fraktur Tulang rongga mata

Fraktur tulang Hidung


Fraktur
hidung Fraktur
nasal
sederhana
kominunitiva
reposisi fraktur dengan fragmentasi
tulang
analgesia lokal
hidung ditandai dengan
batang hidung nampak
rata (pesek)

Fraktur tulang hidung Fraktur tulang


terbuka
nasoorbitoetmoid
kompleks
perubahan tempat dari
tulang hidung tersebut nasal piramid rusak
yang
juga
disertai
karena tekanan atau
laserasi pada kulit atau
pukulan dengan beban
mukoperiosteum rongga
berat akan menimbulkan
hidung
fraktur hebat pada
tulang hidung, lakrimal,
etmoid, maksila dan
frontal

Komplikasi neurogenik
Robeknya duramater
Keluarnya cairan serebrospinal dengan
kemungkinan timbulnya meningitis
Pneumoensefal
Laserasi otak
Avulsi dari nervus olfaktorius
Hematoma epidural atau subdural
Kontusio otak dan nekrosis jaringan otak

Komplikasi pada mata


Telekantus traumatika
Hematoma pada mata
Kerusakan nervus optikus yang mungkin
menyebabkan kebutaan
Epifora
Ptosis
Kerusakan bola mata

Komplikasi pada hidung


Perubahan bentuk hidung
Obstruksi rongga hidung yang disebabkan oleh
fraktur,dislokasi, atau hematoma pada septum
Gangguan penciuman (hiposmia atau anosmia)
Epistakis posterior yang hebat yang
disebabkan karena robeknya arteri etmoidalis
Kerusakan duktus nasofrontalis dengan
menimbulkan sinusitis frontal atau mukokel

Fraktur Tulang Zigoma


Trauma dari depan yang langsung merusak
pipi (tulang zigoma) menyebabkan perubahan
tempat dari tulang zigoma tersebut kearah
posterior, kearah medial atau kearah lateral
tidak merubah posisi dari rima orbita inferior
kearah atas atau kearah bawah

Fraktur arkus zigoma


timbul rasa sakit pada waktu bicara atau
mengunyah. Kadang-kadang timbul trismus

Fraktur tulang maksila


Mathog menggunakan pembagian klasifikasi
fraktur maksila Le Fort dalam 3 kategori yaitu
fraktur Le Fort I, II, III

Fraktur Le Fort I
Nasomaksila dan zigomatikomaksila vertical
buttress
Bagian bawah lamina pterigoid
Anterolateral maksila
Palatum durum
Dasar hidung
Septum
Aperture piriformis

Fraktur Le Fort II
berjalan melalui tulang hidung dan diteruskan
ke tulang kakrimalis, dasar orbita, pinggir
infraorbita dan menyeberang ke bagian atas
dari sinus maksila juga kearah lamina pterigoid
sampai ke fossa pterigopalatina

Fraktur Le Fort III


fraktur yang memisahkan secara lengkap
antara tulang dan tulang cranial

Fraktur Tulang Orbita


Fraktur dinding orbital adalah terputusnya
kontinuitas antara jaringan-jaringan pada
dinding orbital dengan atau tanpa penglibatan
tulang-tulang di daerah sekitarnya

Fraktur Tulang Mandibula


Fraktur mandibula ini paling sering terjadi. Hal
ini disebabkan oleh kondisi mandibula yang
terpisah dari cranium
Fraktur mandibula ini sangat penting
dihubungkan dengan adanya otot yang bekerja
dan beorigo atau berinsersio pada mandibula
ini. Otot tersebut ialah otot levator, otot
depressor dan otot protrusor

Manifestasi Klinis
Dislokasi,berupa perubahan posisi yg
menyebabkan maloklusi terutama pada fraktur
mandibula.
Pergerakan yang abnormal pada sisi fraktur.
Rasa nyeri pada sisi fraktur.
Perdarahan pada daerah fraktur yang dapat
menyumbat saluran napas.
Pembengkakan dan memar pada sisi fraktur
sehingga dapat menentukan lokasi daerah
fraktur.

Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan


akibat pergeseran dari ujung tulang yang fraktur.
Laserasi yg terjadi pada daerah gusi, mukosa
mulut dan daerah sekitar fraktur.
Diskolorisasi perubahan warna pada daerah
fraktur akibat pembengkakan
Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah,
biasanya bila fraktur terjadi di bawah nervus
alveolaris.
Pada fraktur orbita dapat dijumpai penglihatan
kabur atau ganda, penurunan pergerakan bola
mata dan penurunan visus.

fraktur tulang hidung

Depresi atau pergeseran tulang tulang hidung.


Terasa lembut saat menyentuh hidung.
Adanya pembengkakan pada hidung atau muka.
Memar pada hidung atau di bawah kelopak mata
(black eye).
Deformitas hidung.
Keluarnya darah dari lubang hidung (epistaksis).
Saat menyentuh hidung terasa krepitasi.
Rasa nyeri dan kesulitan bernapas dari lubang
hidung

fraktur zigoma
Pipi menjadi lebih rata (jika dibandingkan dengan sisi kontralateral atau
sebelum trauma)
Diplopia dan terbatasnya gerakan bola mata
Edema periorbita dan ekimosis
Perdarahan subkonjungtiva
Enoftalmos (fraktur dasar orbita atau dinding orbita)
Ptosis
Terdapatnya hipestesia atau anastesia karena kerusakan saraf infra-orbitalis.
Terbatasnya gerakan mandibula
Emfisema subkutis
Epistaksis karena perdarahan yang terjadi pada antrum

fraktur orbita

Enoftalmos
Exoftalmos
Diplopia
Asimetris pada muka
Gangguan saraf sensori

fraktur mandibula
Pembengkakan, ekimosis atau pun laserasi pada kulit yang
meliputi mandibula
Rasa nyeri yang disebabkan oleh kerusakan pada nervus
alveolaris inferios
Anesthesia dapat terjadi pada satu sisi bibir bawah, pada
gusi atau pada gigi dimana alveolaris inferior menjadi rusak
Maloklusi. Adanya fraktur mandibula, sangat sering
menimbulkan maloklusi. Maloklusi ini disampaikan
penderita kepada dokter.
Gangguan morbilitas atau adanya krepitasi
Malfungsi berupa trismus, rasa nyeri waktu mengunyah dan
lain-lain
Gangguan jalan napas

Pemeriksaan fisik

Lokasi nyeri dan durasi nyerinya.


Adanya Krepitasi.
Fraktur.
Tanda pasti fraktur adalah pemendekan, rotasi,
angulasi, dan false movement
Deformitas, kelainan bentuk.
Trismus (tonik kontraksi rahang)
Edema.
Ketidakstabilan, atau keabnormalan bentuk dan
gerakan yang terbatas

Tatalaksana
pertolongan pertama ABC
perdarahan aktif hentikanlah dulu
perdarahannya
pasien mengeluh nyeri beri analgetik untuk
membantu menghilangkan rasa nyeri

Fraktur komplek nasal


direduksi dibawah analgesia lokal, tetapi
anestesia umum dengan pipa endotrakeal lewat
mulut yang memadai lebih diminati karena
mungkin terjadi perdarahan banyak. Kadangkadang bila fraktur tidak begitu parah maka
pemasangan splin setelah reduksi tidak perlu

Fraktur komplek zigoma


Fraktur arkus yang terisolasi bisa diangkat
melalui pendekatan Gillies klasik
Perbaikan fraktur komplek zigoma sering
dilakukan secara elektif.

Fraktur maksila
fraktur Le Fort I dirawat dengan menggunakan
arch bar, fiksasi maksilomandibular, dan
suspensi kraniomandibular yang didapatkan
dari pengawatan sirkumzigomatik

fraktur Le Fort II serupa dengan fraktur Le


Fort I. Hanya perbedaannya adalah perlu
dilakukan perawatan fraktur nasal dan dasar
orbita juga. Fraktur nasal biasanya direduksi
dengan menggunakan molding digital dan
splinting.

fraktur Le Fort III dirawat dengan


menggunakan
arch
bar,
fiksasi
maksilomandibular, pengawatan langsung
bilateral, atau pemasangan pelat pada sutura
zigomatikofrontalis
dan
suspensi
kraniomandibular pada prosessus zigomatikus
ossis frontalis.

Fraktur mandibula
teknik tertutup,reduksi fraktur dan imobilisasi
mandibula dicapai dengan jalan menempatkan
peralatan fiksasi maksilomandibular
prosedur terbuka, bagian yang fraktur dibuka
dengan pembedahan dan segmen direduksi dan
difiksasi
secara
langsung
dengan
menggunakan kawat atau plat. Terkadang
teknik terbuka dan tertutup ini tidaklah selalu
dilakukan tersendiri, tetapi juga dapat
dikombinasikan.

kesimpulan
Fraktur maksilofasial adalah fraktur yang
terjadi pada tulang-tulang wajah yaitu tulang
frontal, temporal, orbitozigomatikus, nasal,
maksila dan mandibula

You might also like