Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dengan hipertensi ialah keadaan hipertensi yang diimbas oleh kehamilan.
Istilah ini diadopsi oleh The American College of Obstetrician and Gynecologist untuk
mengganti istilah preeklampsia dan eklampsia. Sindrom ini terdiri atas trias: yaitu
hipertensi, proteinuria, dan edema. Hipertensi jenis ini lazim menjangkiti primigravida
(kehamilan minggu XX) berusia antara 20-35 tahun yang berasal dari lapisan social
ekonomi
tingkat
bawah,
dan
menderita
malnutrisi.
Badan
Kesehatan
dunia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hipertensi Gravidarum
a. Pengertian Hipertensi Gravidarum
KEHAMILAN adalah suatu peristiwa yang dinantikan oleh setiap wanita yang sudah
menikah. Dalam waktu 9 bulan akan dijalani proses kehamilan yang bersejarah bagi
masing-masing ibu sampai pada saatnya kelahiran sang buah hati yang sangat dinantikan.
Namun tidak semua kehamilan dapat berjalan dengan lancar, terdapat beberapa penyulit
yang bisa terjadi pada masa kehamilan ini sehingga dapat mengancam jiwa ibu maupun
janin.
Hipertensi dalam kehamilan berarti bahwa wanita telah menderita hipertensi sebelum
hamil atau disebut pre eklamsia tidak murni. Hipertensi dalam kehamilan sering dijumpai
dalam klinis, yang terpenting adalah menegakkan diagnosis seawal mungkin.
Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII (2003)
Klasifikasi
Normal
Sistolik
Diastolik
< 120
< 180
Pre hipertensi
120 139
80 89
Hipertensi stadium I
140 159
90 99
Hipertensi stadium II
>= 160
>= 10
gestasional berkaitan dengan timbulnya hipertensi kronik suatu saat di masa yang
akan datang.
3. Pre-Eklampsia dan Eklampsia Hipertensi ringan sampai berat dengan
proteinuria (>0,3 gr dalam 24 jam). Jika tidak ada proteinuria, tersangka
preeklampsia bila terjadi kenaikan tekanan darah dan ada keluhan sakit kepala,
gangguan penglihatan, nyeri perut. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
kadar creatinin serum >1,2 mg/dl, jumlah trombosit < 100.000 sel /mm3, anemia
hemolitik dan kenaikan SGOT, SGPT. Peningkatan tekanan darah yang baru
timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan
berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan
laboratorium dijumpai protein di dalam air seni (proteinuria). Eklamsia:
preeklamsia yang disertai dengan kejang.
4. Pre-Eklampsia dengan Hipertensi Kronik Pre eklampsia yang terjadi pada
penderita hipertensi esensial. Penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan dengan
memberikan obat anti hipertensi antara lain Methyldopa, Labetalol, Nifedipin SR
dan Hydralazine. Preeklamsia yang terjadi pada perempuan hamil yang telah
menderita hipertensi sebelum hamil.
Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 5% dari seluruh kehamilan, 10% pada
kehamilan anak pertama, dan 20-25% pada perempuan hamil dengan riwayat
hipertensi kronik sebelum hamil. Faktor risiko ibu untuk terjadinya preeklamsia antara
lain meliputi kehamilan pertama, pasangan/ paternitas baru, usia lebih muda dari 18
tahun atau lebih tua dari 35 tahun, riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya,
riwayat keluarga dengan preeklamsia, obesitas/ kegemukan, dan selang waktu jarak
antar kehamilan kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun.
Dasar penyebab preeklamsia diduga adalah gangguan pada fungsi endotel
pembuluh darah (sel pelapis bagian dalam pembuluh darah) yang menimbulkan
vasospasme pembuluh darah (kontraksi otot pembuluh darah yang menyebabkan
diameter lumen pembuluh darah mengecil/ menciut). Perubahan respons imun ibu
terhadap janin/ jaringan plasenta (ari-ari) diduga juga berperan pada terjadinya
preeklamsia. Kerusakan endotel tidak hanya menimbulkan mikrotrombosis difus
plasenta (sumbatan pembuluh darah plasenta) yang menyebabkan plasenta
berkembang abnormal atau rusak, tapi juga menimbulkan gangguan fungsi berbagai
organ tubuh dan kebocoran pembuluh darah kapiler yang bermanifestasi pada ibu
dengan bertambahnya berat badan ibu secara cepat, bengkak (perburukan mendadak
bengkak pada kedua tungkai, bengkak pada tangan dan wajah), edema paru, dan/ atau
hemokonsentrasi (kadar hemoglobin/ Hb lebih dari 13 g/dL). Plasenta yang tidak
3
normal akibat mikrotrombosis difus, akan menurunkan aliran darah dari rahim ke
plasenta. Hal tersebut akan memengaruhi kehidupan janin dan bermanifestasi secara
klinis dalam bentuk pertumbuhan janin terhambat di dalam kandungan/ rahim dan
oligohidramnion (cairan ketuban sedikit).
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di dalam tulisan di atas, pemeriksaan
kehamilan secara berkala sangat penting pada semua ibu hamil untuk mendeteksi
adanya hipertensi pada kehamilan sehingga dapat diberikan tatalaksana yang tepat.
Lebih lanjut, perempuan yang menderita hipertensi pada kehamilan memerlukan
tindak lanjut medis atau dimonitor kondisi medisnya setelah melahirkan.
Hypertensi Kronis Dalam Kehamilan
Hypertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit hypertensi yang
telah terjadi sebelum hamil ataupun diketemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu
atau hypertensi yang menetap 6 minggu paska persalinan, apapun yang menjadi
sebabnya. (Winardi. B, 1991 : 2).
Hipertensi kronik mungkin sudah terdapat sebelum kehamilan, mungkin
meliputi 3-20% dari seluruh hipertensi dalam kehamilan. Sebab yang umum :
hipertensi esensial, kelainan ginjal, penyakit vaskular, endokrin, penyakit kolagen.
Klinis kelompok risiko tinggi adalah :
- usia pasien di atas 40 tahun
- ada riwayat hipertensi di luar kehamilan
- tekanan darah di atas 160/100 mmHg
- ada riwayat diabetes mellitus, penyakit ginjal, kardiomiopati, penyakit
kolagen / vaskuler
Lakukan pemeriksaan tes toleransi glukosa oral, karena kadang terjadi bersama
dengan diabetes mellitus. Hipertensi kronik dapat mengalami superimposed preeclampsia, artinya pre-eklampsia yang menyertai penyakit itu.
Batasan/Konsep Dasar Hypertensi Kronis
Batasan
Penyakit hypertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi
sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas.
(Sastrawinata. S, 1984 : 90)
4
Perubahan kardiovaskular
Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal : karena vasodilatasi perifer.
Vasodilatasi perifer disebabkan penurunan tonus otot polos arteriol, akibat :
1. meningkatnya kadar progesteron dalam sirkulasi
2. menurunnya kadar vasokonstriktor (adrenalin/noradrenalin/ angiotensin II)
3. menurunnya respons dinding vaskular terhadap vasokonstriktor akibat
produksi vasodilator / prostanoid yang juga tinggi (PGE2 / PGI2)
4. menurunnya aktifitas susunan saraf simpatis vasomotor
trimester ketiga akan terjadi peningkatan tekanan darah yang normal ke
tekanan darah sebelum hamil. + 1/3 pasien pre-eklampsia : terjadi pembalikan ritme
diurnal, tekanan darah naik pada malam hari. Juga terdapat perubahan lama siklus
diurnal menjadi 20 jam per hari, dengan penurunan selama tidur, yang mungkin
disebabkan perubahan di pusat pengatur tekanan darah atau pada refleks baroreseptor.
Regulasi volume darah
Pengendalian garam dan homeostasis juga meningkat pada pre-eklampsia.
Kemampuan mengeluarkan natrium terganggu, tapi derajatnya bervariasi. Pada
keadaan berat mungkin juga tidak ditemukan edema (suatu "pre-eklampsia kering").
Jika ada edema interstisial, volume plasma lebih rendah dibandingkan wanita
hamil normal, dan dengan demikian terjadi hemokonsentrasi. Porsi cardiac output
untuk perfusi perifer relatif turun. Perfusi plasenta melakukan adaptasi terhadap
perubahan2 ini, maka pemakaian diuretik adalah tidak sesuai karena justru akan
6
Ginjal
Pada pre-eklampsia, arus darah efektif ginjal berkurang + 20%, filtrasi
glomerulus berkurang + 30%. Pada kasus berat terjadi oligouria, uremia, sampai
nekrosis tubular akut dan nekrosis korteks renalis. Ureum-kreatinin meningkat jauh di
atas normal. Terjadi juga peningkatan pengeluaran protein ("sindroma nefrotik pada
kehamilan").
Sirkulasi uterus, koriodesidua dan plasenta
Perubahan arus darah di uterus, koriodesidua dan plasenta adalah patofisiologi
yang terpenting pada pre-eklampsia, dan merupakan faktor yang menentukan hasil
akhir kehamilan.
1. Terjadi iskemia uteroplasenter, menyebabkan ketidakseimbangan antara
massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi darah sirkulasi yang
berkurang.
2. hipoperfusi uterus menjadi rangsangan produksi renin di uteroplasenta, yang
mengakibatkan vasokonstriksi vaskular daerah itu. Renin juga
meningkatkan kepekaan vaskular terhadap zat-zat vasokonstriktor lain
(angiotensin, aldosteron) sehingga terjadi tonus pembuluh darah yang lebih
tinggi.
3. karena gangguan sirkulasi uteroplasenter ini, terjadi penurunan suplai
oksigen dan nutrisi ke janin. Akibatnya bervariasi dari gangguan
pertumbuhan janin sampai hipoksia dan kematian janin.
D. Diagnosis pre eklampsia
7
9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu
rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau
pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat
antihipertensi.
10. jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat.
Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11. pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi
terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
12. persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan
bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
Penatalaksanaan pre-eklampsia berat :
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.
- Aktif berarti
10
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
nifas, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan / atau koma. Sebelumnya wanita
hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang dipastikan bukan
timbul akibat kelainan neurologik lain).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala pre-eklampsia disertai kejang
dan atau koma.
Tujuan pengobatan : menghentikan / mencegah kejang, mempertahankan
fungsi organ vital, koreksi hipoksia / asidosis, kendalikan tekanan darah sampai batas
aman, pengakhiran kehamilan, serta mencegah / mengatasi penyulit, khususnya krisis
hipertensi, sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal
mungkin.
Sikap obstetrik : mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk ibu.
Pengobatan medisinal : sama seperti pada pre-eklampsia berat. Dosis MgSO4
dapat ditambah 2 g intravena bila timbul kejang lagi, diberikan sekurang-kurangnya
20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis tambahan ini hanya diberikan satu kali
saja. Jika masih kejang, diberikan amobarbital 3-5 mg/kgBB intravena perlahan-lahan.
Jangan lupa berikan oksigen nasalkanul 4-6 L/menit.
Perawatan pada serangan kejang : dirawat di kamar isolasi dengan penerangan
cukup, masukkan sudip lidah ke dalam mulut penderita, daerah orofaring dihisap.
Fiksasi badan pada tempat tidur secukupnya.
Sikap dasar : semua kehamilan dengan eklampsia HARUS diakhiri tanpa memandang
umur kehamilan dan keadaan janin. Pertimbangannya adalah keselamatan ibu.
Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi hemodinamika dan
metabolisme ibu, paling lama 4-8 jam sejak diagnosis ditegakkan. Yang penting
adalah koreksi asidosis dan tekanan darah.
Cara terminasi juga dengan prinsip trauma ibu seminimal mungkin. Bayi
dirawat dalam unit perawatan intensif neonatus (NICU).
Pada kasus pre-eklampsia / eklampsia, jika diputuskan untuk sectio cesarea,
sebaiknya dipakaianastesia umum. Karena kalau menggunakan anestesia spinal, akan
terjadi vasodilatasi perifer yang luas, menyebabkan tekanan darah turun. Jika diguyur
cairan (untuk mempertahankan tekanan darah) bisa terjadi edema paru, risiko tinggi
untuk kematian ibu.
Pasca persalinan : maintenance kalori 1500 kkal / 24 jam, bila perlu dengan
selang nasogastrik atau parenteral, karena pasien belum tentu dapat makan dengan
baik. MgSO4 dipertahankan sampai 24 jam postpartum, atau sampai tekanan darah
terkendali.
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hipertensi dalam kehamilan berarti bahwa wanita telah menderita hipertensi
sebelum hamil atau disebut pre eklamsia tidak murni. Hipertensi dalam kehamilan
sering dijumpai dalam klinis, yang terpenting adalah menegakkan diagnosis seawal
mungkin.
Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII (2003)
Klasifikasi
Sistolik
Diastolik
Normal
< 120
< 180
Pre hipertensi
120 139
80 89
Hipertensi stadium I
140 159
90 99
Hipertensi stadium II
>= 160
>= 10
B. Saran
Semoga pembaca dapat menetahui dan mengimplementasikan pada ibu hamil
karena hipertensi ini sangat berpengaruh pada ibu hamil, dan memberitahukan
mengenai tanda dan gejala serta penatalaksanaan sdalam hipertensi gravidarum
12