You are on page 1of 11

BAB I

KASUS

1.

IDENTITAS/BIODATA

Pasien

Suami

Nama

: Ny. NS

Nama

: Tn. S

Umur

: 25 tahun

Umur

: 26 tahun

Suku Bangsa

: Sunda

Suku Bangsa

: Sunda

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Buruh

Alamat Rumah : sindang laka, Cianjur

Alamat Rumah : sindang laka, Cianjur

No. Telepon

No. Telepon

:-

:-

Tanggal Masuk RS : 30/10/2014

Jam Masuk RS : 18.50 WIB

Tanggal Pengkajian : 30/10/2014

Cara Masuk : IGD Kebidanan

2.

DATA SUBJEKTIF

DATA UMUM
Keluhan utama
Ibu merasa hamil 7 bulan mengeluhkan tidak merasakan gerakan janin sejak 3 hari yang lalu;
Riwayat penyakit sekarang
Ibu merasa hamil 7 bulan mengeluhkan tidak merasakan gerakan janin sejak 3 hari yang lalu.
Ibu mengatakan bahwa tadi pagi USG dengan dr. A dan hasilnya sudah tidak ada detak
jantung janin. Ibu juga mengatakan saat ini tidak merasakan mules-mules yang semakin sering
dan bertambah kuat. Ibu juga mengatakan belum keluar air-air dan lendir bercampur darah.
Karena keluhannya itu ibu berobat ke klinik lalu dirujuk ke RSUD.
Riwayat penyakit dahulu
Ibu merasakan hal yang sama saat kehamilan sebelumnya tetapi pada usia kehamilan 8 bulan.
Ibu menyangkal memiliki riwayat hipertensi pada masa kehamilan ini dan sebelumya, atau
juga menyangkal memilliki hipertensi sebelum hamil. Ibu juga menyangkal memiliki DM,
penyakit jantung, asma, dan lainnya.
Riwayat pengobatan
Ibu menyangkal pernah minum obat apapun, karena merasa takut.

Riwayat penyakit keluarga


Ibu menyangkal jika keluarganya pernah mengalami hal yang sama saat kehamilan. Ibu juga
menyangkal adanya riwayat hipertensi, DM, penyaki jantung, asma, dan lainnya.
Riwayat psikososial
Selama ini ibu makan 3x sehari, minum sebanyak 8 gelas/hari, dan tidur dengan waktu yang
cukup. Ibu juga sedang tidak memiliki masalah. Ibu tidak pernah minum kopi atau minuman
beralkohol. Ibu juga mengatakan tidak memiliki hewan peliharaan dirumah.
Riwayat alergi
Ibu mengaku tidak memiliki alergi apapun, baik makanan, debu, ataupun udara.
DATA OBSTETRI
Riwayat menstruasi
Umur menstruasi : 12 tahun

Siklus haid : 28 hari

Lamanya : 8 hari

Jumlah darah haid : sampai 3 kali ganti pembalut per hari


Haid biasanya disertai dengan nyeri perut pada hari pertama sampai hari ketiga
HPHT : 1 Maret 2014

Taksiran persalinan : 8 Desember 2014

Riwayat perkawinan
Pernikahan yang sah, pernikahan yang kedua, pernikahan yang pertama saat umur 18 tahun
dan suami 19 tahun.
Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak menggunakan KB.
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
G3P2A0 dengan anak hidup 0
Tahun

Tempat

Partus

3.

Umur

Jenis

kehamilan

persalinan

Penolong

Keadaan
Bayi

BB

JK

2007

Rumah

9 bulan

Spontan

Bidan

Hidup

3 kg

2010

Rumah

8 bulan

Spontan

Paraji

IUFD

2,2 kg

Hamil ini

DATA OBJEKTIF

Pemeriksaan Fisik
Umum
Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88x/menit

BB : 60 kg
Suhu : 37oC

TB : 155 cm
RR : 20x/menit

General
Mata : pandangan kabur -/-, berkunang-kunang -/-, sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/2

Dada dan axyla : mammae simetris +/+, areola hiperpigmentasi +/+, puting susu menonjol +/+,
tumor -/-, penegluaran sekret -/Ekstremitas atas dan bawah : simetris +/+, edema -/-, refleks +/+
Jantung : S1, S2 reguler +/+, gallop -/-, disritmia -/-, murmur -/Paru-paru : simetris +/+, gerakan dada simetris +/+, vocal fremitus +/+, suara vesikuler +/+,
wheezing -/-, Ronki -/Obstetri
Abdomen
Inspeksi : membesar dengan arah memanjang (+), linea nigra (+), striae albican (+), luka
operasi (-)
Palpasi TFU : 24 cm
Leopold I

: Teraba bagian bulat, lunak, melenting

Leopold II

: Teraba bagian keras memanjang di sebelah kiri perut ibu

Leopold III

: Teraba bagian terbawah janin, bulat, keras, tidak melenting

Leopold IV

: Bagian terendah janin belum masuk PAP, konvergen

Taksiran berat janin : (24 11) x 155 = 2015 gram


Auskultasi DJJ : HIS : PD : V/V taka da kelainan, porsio kuncup.
Inspeksi : lekore (-), sisa air-air ketuban (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah rutin.
Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

Satuan

Haemoglobin

12,3

12 16

g/dl

Haematokrit

35,2

37 47

Eritrosit

3,95

4,2 5,4

10x6/l

Leukosit

8,0

4,6 10,8

10x3/l

Trombosit

207

150 450

10x3/l

BT (Ivy methode)

200

36

Menit

CT

330

5 - 10

Menit

Diagnosa :
G3P2A0 gravida 32 minggu dengan IUFD

Penatalaksanaan :
R/ Terminasi kehamilan pervaginam
1.

Informed consent;

2.

Observasi TTV, KU, His, pembukaan.

3.

Cek lab : darah (darah rutin), bleeding time, dan clotting time;

4.

Pemasangan infus RL 500 cc

5.

Skin test (+), cefotaxime IV (+)

6.

Advice dokter : Terminasi dengan pemberian misoprostol 200 mcg dengan dosis 1/8 per
forniks, diulang tiap 6 jam.

7.

Pemindahan ke ruang VK delima;

OBSERVASI PERSALINAN
Nama

: Ny. NS

Umur

: 25 tahun

Diagnosa : G3P2A0 gravida 32 minggu dengan IUFD


Jam masuk Ruang VK Delima

: 19.30 WIB

30/10/2014
1.

Saat masuk ruang VK : TD 120/80 mmHg dengan porsio tebal-lunak 1 jari setelah
pemberian misoprostol 1/8 tab (pukul 19.10 WIB di IGD Keb) dan belum disertai his;

2.

Pukul 22.30 WIB : TD 120/80 mmHg dengan porsio tebal-lunak 3 cm, ketuban (+),
dan his mulai 2x/10/20;

3.

Pukul 02.00 WIB : TD 110/80 mmHg dengan porsio tebal-lunak 4-5 cm, ketuban (+)
dan his 3x/10/35;

4.

Pukul 02.30 WIB : dilakukan amniotomi;

5.

Pukul 03.00 WIB : pemberian misoprostol 1/8 (25 mcg) per vaginam dan induksi 5 IU
oksitosin dalam 500 cc RL 20 tpm;

31/10/2014
6.
Pukul 06.30 WIB : TD 110/80 mmHg dengan porsio tebal-lunak 6 cm, ketuban (-),
dan his 4x/10/40;
7.

Pukul 08.30 WIB : TD 110/80 mmHg dengan porsio tipis-lunak 8 cm, teraba caput,
ketuban (-) setelah amniotomi, dan his 5x/10/50;

8.

Pukul 11.40 WIB : TD 100/80 mmHg dengan porsio tidak teraba, lengkap, teraba
caput, ketuban (-), dan his 5x/10/55.

LAPORAN PARTUS
Pukul 13.50 WIB : Bayi lahir spontan, jenis kelamin , BB 1500 gr, PB 35 cm, maserasi grade
II. Disuntikkan oksitosin 10 IU IM, FU setinggi pusat, kontraksi baik, dilakukan peregangan
tali pusat terkendali, dan tampak tanda-tanda pelepasan plasenta.
Pukul 14.05 WIB : Lahir plasenta spontan lengkap, panjang tali pusar 50 cm, TFU 2 jari
dibawah pusar, kontraksi uterus baik, dan perdarahan 150 cc.
Observasi TTV postpartum:
TD : 120/80 mmHg

N : 86x/menit

RR : 24x/menit

S : Afebris

DIAGNOSIS POST PARTUM : P3A0 Partus prematurus dengan induksi misoprostol dan
augmentasi oksitosin + stillbirth

LAPORAN FOLLOW UP RUANGAN NIFAS


Tanggal/Jam
01/11/2014

Perkembangan

Istruksi

S : perdarahan dari jalan

P:

lahir (+) sedikit, mules (-),

Terapi :

pusing (-), BAK (+) belum

Cefadroxil 2 x 500 mg

lancar, BAB (-).

As. Mefenamat 3 x 500 mg

O:

BLPL

TD = 100/60 mmHg
S = Afebris
N = 80x/menit
Abdomen datar, lembut
TFU = 2 jari dibawah
pusat
A : P3A0 Partus
prematurus dengan induksi
misoprostol dan
augmentasi oksitosin +
stillbirth

BAB II
ANALISA KASUS

A.

ANALISA ANTEPARTUM
2.1. Data Subjektif
Dari data subjektif didapati keluhan ibu, sudah tidak merasakan
gerakan bayinya sejak 3 hari yang lalu, dan ibu juga mengatakan bahwa hasil
USG di klinik dr. A detak jantung bayinya tidak terlihat. Dari data subjektif
dengan keluhan ibu mengarah terhadap tanda dan gejala yang sudah diutarakan
oleh Saifuddin, 2010 diantaranya adalah :
a.

Gerakan janin tidak dirasakan lagi

b.

Tinggi fundus uteri berkurang

c.

DJJ tidak terdengar


Dari hasil anamnesa yang dilakukan, ibu mengatakan tidak memiliki

riwayat hipertensi, penyakit jantung dan diabetes melitus. Dari data ini dapat
disingkirkan bahwa penyebab terjadinya IUFD bukanlah akibat dari hipertensi
atau pre-eklamsia, penyakit jantung, dan ketoasidosis diabetikum. Selain itu,
dari data psikososial, ibu mengatakan bahwa tidak memelihara hewan
peliharaan dapat menyingkrikan penyebab akibat infeksi TORCH.
Lain halnya dengan riwayat penyakit dahulu, ibu mengatakan bahwa
anak kedua juga mengalami kematian dalam kandungan. Data ini dapat
disimpulkan bahwa ada kemungkinan IUFD yang diderita saat ini merupakan
akibat kelainan kromosom atau penyakit genetik, tetapi hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk memastikannya. Dari beberapa
penyebab yang di analisa ini membuktikan teori yang diutarakan oleh L. Kean
tahun 2006 yang mengatakan bahwa 25-60% penyebab kematian janin tidak
jelas. Hal ini karena penyebab kematian janin dapat di akibatkan pleh faktor
fetal, maternal, ataupun plasental.
Namun menurut Sarwono (2011) dalam buku Ilmu Kebidanan, untuk
diagnosis pasti penyebab kematian sebaiknya dilakukan otopsi janin dan
pemeriksaan

plasenta

serta

selaput.

Dan

diperlukan

evaluasi

secara

komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis

kromosom, kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan


selanjutnya.

2.2. Data Objektif


Dari hasil pemeriksaan fisik, saat melakukan pemeriksaan DJJ dengan
Doppler, tidak di temukan suara DJJ. Diagnosis IUFD ini semakin diperkuat
dengan adanya hasil pemeriksaan penunjang berupa USG dengan hasil : tidak
adanya gerakan bayi, serta tidak terlihatnya detak jantung janin. Dari hasil
pemeriksaan fisik, didapatkan kesesuaian antara praktek dan teori menurut
Saifuddin (2010) dan Winknjosastro H (2008) yaitu diantaranya :
1.

Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat
terutama pada ibu yang kurus;

2.

Palpasi
Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba
gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya
krepitasi pada tulang kepala janin;

3.

Auskultasi
Tidak terdengarnya denyut jantung janin setelah usia kehamilan 20-23
minggu pada pemeriksaan Doppler merupakan bukti kuat kematian janin;

4.

Ultrasonografi
Tidak terlihat DJJ dan gerakan-gerakan janin.

2.3. Diagnosa Antepartum


Berdasarkan data subjektif dan objektif yang didapatkan pada kasus
tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis antepartum bahwa Ny. NS usia 25
tahun G3P2A0 hamil 32 minggu janin tunggal intrauterin dengan IUFD.
Sebagaimana menurut WHO dan The American College of Obstetrician and
Gynaecologists, IUFD adalah janin yang mati dalam rahim dengan BB 500 g
atau lebih atau kematian janin pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Sarwono, 2010).

2.4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan teori yang terdapat pada
buku Sarwono, 2010 yaitu penderita diberi informasi dengan mendiskusikan
kemungkian penyebab dan rencana penatalaksanaan serta rekomendasikan
untuk segera diintervensi yaitu dengan terminasi kehamilan. Sesuai dengan teori
yang dijelaskan oleh L. Kean bahwa metode paling aman untuk teminasi
kehamilan untuk wanita yang mengandung dengan IUFD adalah melalui
pervaginam.
Berdasarkan teori yang dikemukanan oleh Sarwono 2010 dalam bukunya
Ilmu Kebidanan, persalinan pervaginam diklasifikasikan menjadi pasif dan
aktif. Pervaginam pasif dapat ditunggu setelah 2 minggu, sedangkan
pervaginam aktif dapat dilakukan induksi dengan pemberian misorportol atau
oksitosin. Pada kasus ini, terminasi kehamilan dilakukan melalu persalinan
pervaginam aktif.
Pada kasus diatas pemberian misoprostol dilakukan dua kali dengan jarak
waktu pemberian adalah 6 jam dengan dosis yang sama. Pada kasus ini,
pemberian misoprostol sesuai dengan teori yang telah dijelaskan oleh R. Gomez
Ponce de Leon, et al dalam artikelnya yang berjudul Misoprostol for
intrauterine fetal death, yang menyebutkan bahwa dosis pemberisn misoprostol
adalah 25-50 mcg per 4-6 jam.
Selain itu, pada kasus

ini juga dilakukan induksi dengan pemberian

oksitosin drip 5 IU dalam 500 cc RL 20 tpm. Ini sesuai dengan teori yang
dijelaskan oleh Sarwono 2010 bahwa induksi persalinan dengan IUFD dapat
dikombinasi dengan misoprostol + oksotosin. Sedangkan dosis yang diberikan
sesuai dengan Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS dr.
Hasan Sadikin Bandung tahun 2005 yang menjelaskan lima menit oksitosin
dalam 500 cc Dextrose 5% diberikan dengan kecepatan awal 20 tetes per menit,
dinaikkan 5 tetes per menit setiap 15 menit sampai didapatkan his yang adekuat
(3 sampai 4 kali per 10 menit atau sampai batas maksimum 60 tetes/menit).

B.

ANALISA POST PARTUM


2.5. Diagnosa Post Partum
Berdasarkan observasi persalinan didapatkan bahwa bayi terlihat maserasi
grade II. Dimana terlihat adanya lepuhan yang menjadi merah pada tubuh bayi
dan beberapa lepuhan yang sudah pecah sehingga merubah warna air ketuban
menjadi coklat. Ini sesuai dengan klasifikasi sebagai berikitut:
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahanperubahan sebagai berikut :
1.

Tigor mostis (tegang mati)


Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.

2.

Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi
kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48 jam setelah mati.

3.

Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat,
stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak mati.

4.

Stadium maserasi III


Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas,
hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedema
dibawah kulit.

2.6. Penatalaksanaan Post Partum


a.

Menurut buku Farmakologi dan Terapi FKUI tahun 2007,


sefadroksil merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi
pertama yang berfungsi untuk mengatasi infeksi saluran kemih yang
tidak memberikan respons terhadap obat lain atau yang terjadi
selama hamil, infeksi saluran napas, sinusitis, infeksi kulit dan
jaringan lunak oleh bakteri gram positif. Hal inilah kenapa
sefadroksil diberikan kepada wanita post partum di RSUD Cianjur;

b.

Asam mefenamat dalam buku Farmakologi dan Terapi FKUI tahun


2010 digunakan sebagai analgesik; sebagai anti-inflamasi. Sehingga
9

dalam buku ini menyimpulkan bahwa asam mefenamat berfungsi


untuk mengurangi rasa nyeri. Sedangkan berdasarkan review
Pharmaceuticals yang ditulis oleh Anna Livshits dan Daniel S.
Seidman dengan judul Role of Non-Steroidal Anti-inflamatory
Drugs in Gynaecology menjelaskan bahwa NSAID (contohnya
Asam mefenamat) juga berfungsi untuk mengurangi perdarahan
menstruasi, dismenore, menoragi, komplikasi pemasangan IUD,
nyeri yang dihubungkan dengan abortus, mengurangi ovulasi
prematur yang berhubungan dengan infertilitas, dan juga berfungsi
untuk tokolitik. Dengan demikian, tidak terdapat kesenjangan antara
penanganan di RSUD dengan teori yang telah dijelaskan diatas,
bahwa asam mefenamat ini digunakan untuk mengurasi nyeri dan
perdarahan post partum.

2.7. Pencegahan IUFD


Antenatal care yang rutin dan berkala.

Memberikan nasehat pada waktu ANC mengenai keseimbangan diet


makanan, jangan merokok, tidak meminum minuman beralkohol, obatobatan dan hati-hati terhadap infeksi atau bahan-bahan yang berbahaya.

Mendeteksi secara dini faktor-faktor predisposisi IUFD dan pemberian


pengobatan.

Mendeteksi gejala awal IUFD atau tanda fetal distress

10

DAFTAR PUSTAKA

1. Anna Livshits dan Daniel S. Seidman. 2010. Role of NSAIDs in Gynaecology.


Pharmaceuticals Journal
2. Healthcare Professionals NHS. Which drugs can suppress or inhibit
lactation?. UK Medicine information: Medicine Q&As.
3. Lucy Kean. 2006. Intrauterine Fetal Death. Departement of Obstetrics and
Gynaecology, Nottingham City Hospital, Hucknall Road, Nottingham NG5
IPB, UK.
4. R. Gomes Ponce de Leon, et al. 2007. Misoprostol for Intrauterine Fetal
Death. International Federation of Obstetrics and Gynaecology.
5. RSHS. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RS Dr.
Hasan Sadikin Bandung. Bag. Obgin FK UNPAD RSHS BANDUNG
6. Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Jakarta: PT.
Bina

11

You might also like