Professional Documents
Culture Documents
NAMA KELOMPOK
No.
1.
2.
3.
Nama
M.Fatchul Choiri
Puri Bayu Pratama
Rischa Diah Rahmawati
NIM
1011058
1011047
1011009
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehigga penulis dapat menyelesaikan
Guide Book sebagai tugas mata kuliah Sistem Reproduksi 2.
Penulis dalam menyusun tugas ini tidak terlepas atas bantuan dan
dorongan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT
memberikan pahala atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Dikarenakan masih banyak kekurangan dalam menyusun buku ini,
penulis mengharap kritik dan saran yang membangun. Penulis berharap
semoga buku petunjuk ini bermanfaat guna kemajuan dan perkembangan
dunia pendidikan.
Daftar Isi
Lembar Nama Kelompok ...............................................................
Kata pengantar .................................................................................
Daftar isi ..........................................................................................
1
2
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Anatomi dan fisiologi kehamilan ..............................................
1.1.1. Adaptasi terhadap kehamilan........................................
a. Perubahan sistem reproduksi ........................................
b. Perubahan sistem kardiovaskuler .................................
c. Perubahan sistem urinary..............................................
d. Perubahan sistem respirasi............................................
e. Perubahan sistem integument .......................................
f. Perubahan sistem musculoskeletal ...............................
g. Perubahan sistem gastrointestinal .................................
h. Perubahan sistem endokrin ...........................................
i. Perubahan sistem imunologi .........................................
j. Perubahan sistem neurologi ..........................................
1.1.2. Tanda kehamilan...........................................................
1.1.3. Tes kehamilan ...............................................................
5
5
5
9
12
12
13
14
14
15
16
16
17
20
22
22
23
24
25
27
28
28
29
29
35
38
42
43
48
53
53
62
63
72
72
72
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ............................................................................... 73
4.2. Saran ......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
Bab l
Pendahuluan
1.1.Anatomi dan fisiologi kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana pada diri seorang
wanita terdapat janin yang sedang berkembang. Graviditas adalah
jumlah kehamilan, sedangkan paritas adalah jumalah kehamilan
yang menghasilkan janin hidup, berbeda dengan graviditas yang
menyatakan jumlah kehamilan secara keseluruhan. Biasanya dipakai
kode 5 digit untuk menulis riwayat kehamilan seorang wanita
(GTPAL) :
G : Graviditas yakni jumlah kehamilan
T : kehamilan term atau jumlah kehamilan yang cukup bulan
P : kehamilan praterm atau prematur
A : aborsi yakni termasuk jumlah aborsi spontan maupun elektif
L : living yaitu jumlah anak yang hidup saat ini.
( Bobak, Lowdermilk, Jensen dalam buku ajar keperawatan
maternitas edisi 4, 2005 )
1.1.1. Adaptasi terhadap kehamilan
a. Perubahan pada sistem reproduksi
Uterus
Uterus berkembang sampai xifisternum. Pengurangan
tinggi fundus terjadi pada beberapa bulan terakhir kehamilan,
pada saat fetus turun ke bawah ke bagian bawah uterus. Hal ini
bertujuan untuk membuat jaringan pelvic menjadi lebih lunak
5
dengan tonus uterus yang baik, dengan formasi yang baru dari
segmen bawah rahim ( Miler dan Harnetty, 1997 ).
Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000
gram (berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan
dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk
uterus seperti buah alpukat agak gepeng.
sangat
penting
diketahui
antara
lain
untuk
tua,
kontraksi
otot-otot
bagian
atas
uterus
perubahan.
Adanya
hipervaskularisasi
Darah
1. Aliran dan volume darah
Tidak ada peningkatan aliran darah ke otak dan hati
(Mcfadyen, 1995). Aliran darah uterus secara fisiologis
meningkat karena efek dari angiotensin II di jaringan plasenta
(Symond, 1992). Aliran darah ginjal meningkat sebanyak 70
80 % pada akhir trimester I, hal ini akan menambah ekskresi
(Davidson & Dunlop, 1995). Peningkatan aliran darah pada kulit
dan membran mukosa dan disebagian kaki dan tangan, mencapai
maksimum 500 ml per menit pada kehamilan 36 minggu dan
untuk membentuk ekstra panas untuk metabolisme fetus.
Hal ini menyebabkan ibu hamil sering merasa kepanasan
dan berkeringat (de swiet, 1991).Peningkatan volume darah
dimulai dari usia kehamilan 10 minggu sampai kehamilan 34
minggu secara progresif (Cruischank & Hays, 1991).
Sirkulasi volume darah yang tinggi diperlukan untuk :
a. Persediaan aliran darah ekstra untuk plasenta di khorio
desidual.
b. Menyuplai kebutuhan metabolisme ekstra janin
c. Persediaan untuk perfusi ekstra dari ginjal atau organ lain
d. Sebagai pengimbang dari arteri yang meningkat dan
kapasitas vena.
11
Perubahan
dalam
filtrasi
glomerulus
adalah
glomerulus
terhadap
glukosa
disbanding
dengan
selama
kehamilan
akan
bertahan
lebih
lama
1991).
menyebabkan
Lemahnya
terjadinya
dan
hidrasi
membesarnya
pada
jaringan
trisemester
akhir
koksigis
sebagai
pengganti
bagian
belakang.
produksi
tiroksin,
kortikosteroid
dan
steroid.
dan
melanocyt
stimulating
hormone
meningkat.
3. Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid pada saat kehamilan akan mengalami
pembesaran hingga 13 % karna adanya hyperplasia dari jaringan
glandula dan peningkatan vaskularitas. Secara fisiologis akan
terjadi peningkatan iodine sebagai kompensasi kebutuhan ginjal
terhadap iodine yang meningkatkan laju filtrasi glomerulus.
15
vasomotor,
hipotensi
posturnal,
atau
Gravidex,
Pregnosticon
dan
UCG
beta.
Tes
21
Bab ll
Konsep Medis Gangguan Post Partum
2.1. Konsep Medis
2.1.1. Pengertian Infeksi Nifas atau Postpartum
a. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulihnya kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. (Muchtar, 1998 :
115).
b. Periode postpartum (puerperium) adalah jangka waktu 6
minggu, yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai
pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum
kehamilan. (Bobak, 2000 : 716).
c. Masa nifas atau postpartum adalah masa setelah partus
selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. (Hanifa,
1999 : 237).
d. Postpartum adalah masa setelah melahirkan dimana masa ini
meliputi beberapa minggu pada waktu saluran reproduksi
kembali
ke
keadaan
sebelum
hamil
yang
normal.
kembali
alat-alat
22
reproduksi
sejak
selesai
postpartum
adalah
semua
peradangan
yang
2.1.3. Etiologi
Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan
mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang merupakan
flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar.
Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah
streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering
menyebabkan infeksi postpartum antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi
berat yang ditularkan dari penderita lain , alat alat yang
tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak
ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum ,
menyebabkan infeksi terbatas
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering
ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong
dukun dari luar rumah sakit.
24
malnutrisi
2) Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
3) Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan
jalan lahir.
4) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan
dara
5) Anemia, higiene, kelelahan
6) Proses persalinan bermasalah :
7) Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik,
kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi
yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam masa
nifas.
b. Cara Terjadinya infeksi
1) Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung
tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa
bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alatalat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak
sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2) Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena
kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau
25
berasal
dari
penderita-penderita
dengan
pemeriksaan
dalam.
Gejal-gejala
ialah
2.1.5. Patofisiologi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula
terjadi reaksi umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan
melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi
ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel
fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B).
Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini
terus berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan
oleh trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa
diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan
difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan
kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit kadang
berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam
suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh
yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan
ikat). (Sjamsuhidajat, R, 1997 ).
27
Infeksi Postpartum
Peningkatan
suhu tubuh
Merangsang
pegeluaran
mediator kimia
Demam tinggi
Merangsang selsel disekitar luka
anoreksia
Takikardi
Mual, muntah
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
2.1.7. Manifestasi Klinis
a. Peningkatan suhu
b. Takikardie.
28
Sensasi nyeri
ditemukan
pada
kulit
yang
normal
(Staphylococcus aureus).
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke
dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di
kulit (biasanya pada puting susu).
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan
paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkan.
29
wanita
pasca
menopause,
infeksi
payudara
di
dalam
tubuh
wanita
menyebabkan
30
d) Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa
dilakukan mammografi atau biopsi payudara.
e) Pengobatan
perkembangan
hari
setelah
pemberian
pengobatan.
f)
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan
beberapa tindakan berikut
31
kosongkan
payudara
dengan
cara
memompanya
Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk
mencegah robekan/luka pada puting susu
Minum banyak cairan
Menjaga kebersihan puting susu
Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
2) Bendungan ASI
a) Definisi
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu
karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar
yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu (Mochtar, 1996).
Menurut Huliana (2003) payudara bengkak
terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran
kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam
payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang
berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari pertama
lahir masih sedikit.
b) Patologi
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain:
Faktor hormon
32
Hisapan bayi
Pengosongan payudara
Cara menyusui
Faktor gizi
Kelainan pada puting susu
c) Patofisiologi
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara
lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras,
terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula
payudara yang terbendung membesar, membengkak
dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit
mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang
menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24
jam (Mochtar, 1998).
d) Penatalaksanaan
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
1. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah
30 menit) setelah dilahirkan
2. Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand
3. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila
produksi melebihi kebutuhan bayi
4. Perawatan payudara pasca persalinan
33
Adanya pus/nanah.
c) Penanganan
f) Berbau busuk.
4) Penatalaksanaan
a) Bila didapati pus dan cairan pada luka, buka jahitan dan
lakukan pengeluaran serta kopmres antiseptic.
b) daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan
debridemen.
c) Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika.
d) Bila infeksi relative superficial, berikan Ampisilin 500mg
per oral selama 6 jam dan Metronidazol 500 mg per oral
3 kali/hari selaa 5 hari.
e) Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan
nekrosis, beri Pennisilin G 2 juta U IV setiap 4 jam ( atau
Ampisilin inj 1 g 4x/hari ) ditambah dengan Gentamisin
5 mg/kg berat badan per hari IV sekali ditambah dengan
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam, sampai bebas
panas selama 24 jam. Bila ada jaringan nekrotik harus
dibuang, lakukan jahitan sekunder 2 4 minggu setelah
infeksi membaik.
f) Berikan nasihat kebersihan dan pemakaian pembalut
yang bersih dan sering diganti.
5) Pelaksanaan
a) Jika terdapat pus atau cairan, buka dan drain luka
tersebut.
b) Angkat kulit yang nekrotik dan jahitan subkutis dan
lakukan debridement.
36
atau
akan
timbulnya
abses
dan
berikan
antibiotika.
Fasilitas
nekrotikan
membutuhkan
37
persalinan
melalui
vagina
yang
tidak
keputihan,
kadang-kadang
terdapat
infeksi
endometrium
pada
saat
jenis
bakteri,
sehingga
dapat
diberikan
dengan
endometrium
40
yang
meradang
dapat
2.2.4. Peritonitis
Peritonitis
nifas
bisa
terjadi
karena
meluasnya
2.2.5. Tromboflebitis
1) Definisi
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan
atau invasi mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran
darah disepanjang vena dan cabang cabangnya sehingga
terjadi trobpoflebitis.
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh
darah
disertai
pembentukan
pembekuan
darah.
perisalpingo
00foritis
dan
leukositosis
(meskipun
setelah
saat
sebelum
mulainya
menggigil.
Penanganan
1. Rawat Inap
Penderita tirah baring untuk pemantauan
gejala penyakit yang dan mencegah terjadinya
emboli pulmonum.
2. Terapi Medik
Pemberian antibiotika dan heparin jika
terdapat tanda tanda atau dugaan adanya emboli
pulmonum.
3. Terapi Operatif
Pengikatan vena kava inferior dan vena
ovarika jika emboli septic terus berlangsung sampai
mencapai paru paru, meskipun sedang dilakukan
heparinisasi.
b) Tromboflebitis Femoralis
Definisi
Yaitu infeksi nifas yang mengenai vena vena pada
tungkai, misalnya vena femoralis, vena poplitea dan
vena safvena.
Penilaian Klinik
1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris
selama 7 -10 hari, kemudian suhu mendadak naik
kira kira pada hari ke 10 20, yang disertai
dengan menggigil dan nyeri sekali.
46
ditinggikan
untuk
mengurangi
edema,
2.5. Komplikasi
a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena
panggul), dengan resiko terjadinya emboli pulmoner.
c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan
oleh bakteri di dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan
kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.
2.6. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1) Masa Persalinan
a) Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada
indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila
ketuban telah pecah.
b) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c) Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker,
alat-alat harus suci hama.
49
anemia,
mengobati
malnutrisi
penyakit-penyakit
dan
kelemahan
yang
diderita
serta
ibu.
dalam
pengobatan.,
2) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
3) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka
berikan antibiotika spektrum luas (broad spektrum)
menunggu hasil laboratorium.
4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita,
infus atau transfusi darah diberikan, perawatan lainnya
sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
e. Penanganan infeksi postpartum :
1) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
2) Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan
transfusi darah bila perlu, Hati-hati bila ada abses, jaga
supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum.
52
Bab lll
Konsep Asuhan Keperawatan
3.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Post Partum
Proses keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah klien, membuat perencanaan,
untuk mengatasi, serta pelaksanaan dan evaluasi keberhasilan secara
efektif, terhadap masalah yang diatasinya. (Effedi, Nasrul,1995: 3).
Proses keperawatan pada dasarnya adalah metode pelaksanaan
asuhan keperawatan yang sistematis yang berfokus pada respon manusia
secara individu, kelompok dan masyarakat terhadap perubahan
kesehatan baik actual maupun potesial.
Proses keperawatan terdiri dari empat tahap yaitu : Pengkajian,
Perecanaan, Implementasi dan Evaluasi, dimana masing-masing tahap
saling berkaitan dan berkesinambungan satu sama lain.
3.1.1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy, 1995 : 18).
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan awal dari pengkajian untuk
mengumpulkan informasi tentang klien yang akan dilakukan
53
pernah
mengalami
penyakit
54
infeksi,
operasi
sebelumnya,
alergi
obat-obatan,
keturunan
seperti
diabetes
mellitus,
3) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan ibu
Keadaan Umum
Pada klien post operasi seksio sesarea hari
kedua biasanya klien masih lemah, tigkat kesadaran
pada umumnya compos mentis, tanda-tanda vital
biasanya sudah stabil, tingkat emosi mulai stabil
dimana ibu mulai masuk dalam fase taking hold. BB
biasanya mendekati BB sebelum hamil.
Sistem Respirasi
Respirasi kemungkinan meningkat sebagai
respon tubuh terhadap nyeri, perubahan pola nafas
terjadi apabila terdapat penumpukan secret akibat
anesthesi.
55
Sistem Kardiovaskuler
Klien biasanya mengeluh pusing, tekanan
darah biasanya mengalami penurunan. Bila terjadi
peningkatan 30 mmHg systolic atau 15 mmHg
diastolic kemungkinan terjadi pre eklampsia dan
membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Observasi nadi
terhadap penurunan sehingga kurang dari 50x/menit
kemungkinan ada shock hypovolemik, kaji apakah
konjungtiva anemis sebagi akibat kehilangan darah
operasi, kaji apakah ada peningkatan JVP, kaji juga
fungsi jantung. Pada tungkai bawah kaji adanya tandatanda tromboemboli periode post partum, seperti
kemerah-merahan, hangat dan sakit di sekitar betis
perasaan tidak nyaman pada ekstremitas bawah, kaji
ada tidaknya tanda-tanda humans positif dorso fleksi
pada kaki.
Sistem Saraf
Kaji fungsi persarafan, kesadaran terutama
sensasi pada tungkai bawah pada klien dengan spinal
anesthesi.
Sistem Pencernaan
Kaji keadaan mulut, pada hari pertama dan
kedua keadaan mulut biasanya kering arena klien
puasa pada klien dengan anesthesi umum, fungsi
menelan baik, kecuali klien merasa tenggorokan terasa
56
Sistem Urinaria
Bagaimana pola berkemih klien, berapa kali
frekuensinya, kaji keadaan blass apakah ada distensi,
bagaimana pola BAK klien, kecuali terpasang kateter,
kaji warna urine, jumlah dan bau urine.
Sistem Reproduksi
Kaji bagaimana keadaan payudara, apakah
simetris, adakah hyperpigmentasi pada areola, putting
susu menonjol, apakah ASI sudah keluar.
Kaji tinggi fundus uteri pada pinggir abdomen,
karena pada bagian tengah abdomen terdapat luka,
kaji kontraksi uterus, perasaan mulas adalah normal
karena proses involusi. Tinggi fundus uteri pada post
partum seksio sesarea hari kedua adalah 1-2 jari
dibawah umbilicus atau pertengahan antara sympisis
dan umbilical.
Kaji pengeluaran lochea, jumlahnya, warna da
baunya. Biasanya lochea berwarna merah, bau amis
dan agak kental (lochea rubra). Kaji pengetahua klien
tentang cara membersihkannya, berapa kali mengganti
pembalut dalam sehari.
57
Sistem Integumen
Kebersihan rambut biasanya kurang, karena
sejak post operasi klien belum melakukan aktivitas
seperti biasa, kaji muka apakah ada hyperpigmentasi,
kloasma gravidarum, kaji keadaan luka operasi,
balutan dan kebersihannya, luka balutan biasanya
dibuka pada hari ke tiga.
Sistem Muskuloskletal
Bagaimana keadaan klien apakah lemah,
adakah pergerakan klien kaku, apakah ekstremitas
simetris, apakah klien mampu melakukan pergerakan
ROM, tonus otot biasanya normal, tapi kekuatan
masih lemah, terutama karena klien dipuasakan pada
saat operasi. Pergerakan sendi-sendi biasanya tidak
ada keterbatasan. Kaji apakah ada diastasis rektus
abdominalis.
Sistem Endokrin
Kaji apakah ada pembesaran tyroid, bagaimana
produksi ASI, pada post partum akan terjadi
penurunan
hormone
sehingga
hormone
estrogen
dan
prolaktin
progesterone
meningkatyang
yang
merangsang
pengeluaran
ASI.
b) Eliminasi
Kaji frekuensi BAB, warna, bau dan kosistensi feses
serta masalah yang dihadapi klien saat BAB. Kaji
frekuensi BAK, warna, bau dan jumlah urine.
c) Pola tidur dan istirahat
Klien post partum seksio sesarea membutuhkan waktu
tidur yang cukup, tapi sering mengalami masalah tidur
karena perasaan yeri dan suasana rumah sakit.
d) Personal hygiene
Data yang perlu dikaji adalah mandi, gosok gigi,
keramas dan gunting kuku. Pada klien dengan post
partum seksio sesarea hari ke 1-2 masih memerlukan
bantuan dalam personal hygiene.
59
e) Ketergantungan fisik
Apakah klien suka merokok, minum-minuman keras,
serta kaji apakah klien mengkonsumsi obat-obatan
terlarang.
5) Aspek Psikososial
a) Pola pikir dan persepsi
Yang perlu dikaji adalah hubungan ibu dan bayi,
respon ibu mengenai kelahiran, kaji pengetahuan klien
tentang kondisi setelah melahirkan/setelah seksio
sesarea. Dan hal apa yang perlu dilakukan setelah
operasi seksio sesarea, kaji pengetahuan klien tentang
laktasi, perawatan payudara dan perawatan bayi.
b) Persepsi diri
Kaji tingkat kecemasan dan sumber yang menjadi
pencetus kecemasan, kaji rencana ibu setelah pulang
dari rumah sakit untuk merawat bayi dan siapa yang
membantunya dalam merawat bayi di rumah.
c) Konsep diri
Terdiri dari body image, peran diri, identitas diri,
harga diri dan ideal diri klien setelah menjalani seksio
sesarea.
d) Hubungan komunikasi
Kesesuaian antara yang diucapakan dengan ekspresi,
kebiasaan bahasa dan adat yang dianut.
60
e) Kebiasaan seksual
Kaji pengetahuan klien tentang seksual post partum,
terutama setelah seksio sesarea. Biasanya dapat
dilakukan setelah melewatiperiode nifas (40 hari).
f) Sistem nilai dan kpercayaan
Kaji sumber kekuatan klien, kepercayaan klien
terhadap sumber kekuatan, kaji agama yang klien
anut, apakah klien suka menjalankan ibadah selama
sakit.
g) Pemeriksaan penunjang
Klien post partum dengan seksio sesarea perlu
pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan leukosit.
h) Therapi
Biasanya klien mendapatkan antibiotic, analgetik dan
vitamin.
b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan menigkatkan data
dengan menghubungkan data tersebut dengan data dari
konsep teori serta prinsip yang relevan untuk mebuat
kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan rencana
keperawatan pasien (Effendi, 1995 : 24).
Jadi analisa data adalah membuat kesimpulan dari
data-data yang terkumpul.
61
eliminasi
urine
berhubungan
dengan
62
Intervensi
Rasional
kemajuan atau
63
yang diharapkan.
setiap 4 jam.
dan
serta
teknik
nafas
dapat
mengurangi
ketegangan
otot
dan
teknik
oksigen.
Distraksi
tidak
mengubah
3. Mempermudah pengeluaran
miring.
gas
4. Analgetik
sesuai order
bersifat
persepsi
berkurang/hilang
64
nyeri
Intervensi
Rasional
1. Lakukan
1. Akan meminimalkan
perawatan
dengan
luka
teknik
dan
mencegah
kontaminasi
atau
septic.
mikroorganisme.
2. Observasi adanya
tanda-tanda
infeksi
daerah
dolor,
dan
masuknya
2. Akan memudahkan
intervensi lebih dini
pada
luka
kalor,
65
dan
intervensi
selanjutnya.
rubor
dan
function laesa.
3. Berikan antibiotic
3. Antibiotik
bersifat
bakterisida
dan
kolaborasi untuk
adanya leukositosis
pemeriksaan
merupakan
leukosit.
4. Anjurkan
salah
untuk
makan makanan
C dibutuhkan untuk
tinggi
pertumbuhan
protein,
besi.
untuk pembentukan
hemoglobin.
Intervensi
1. Berikan
Rasional
dan
keseimbangan
jaga
cairan
1. Untuk
memenuhi
kebutuhan
bila
pemberian infuse
belum
nutrisi
lewat
oral
memungkinkan atau
bising usus sangat
lemah.
2. Buatkan
makanan
dicerna.
normal
3. Anjurkan
makan
sedikit-sedikit
tapi
sering.
3. Untuk menghindari
mual,
sehingga
intake adequate.
Intervensi
Rasional
1. Mencegah
agar
tidak
mendukung
teratur.
pertumbuhan
bakteri.
2. Tempatkan
kantung
2. Untuk
mencegah
refluk,
sehingga
tidak
pasien.
bakteri
3. Ajarkan
teknik
merangsang
air
setelah
6-8
seperti
setelah
siram
kencing
tumbuh
daerah
pengangkatan
kateter.
duduk.
duduik
kecil
jam
Posisi
dapatmenimbulkan
rasa penuh sehingga
klien
terangsang
untuk kencing.
4. Angkat kateter sesuai
4. Untuk menghindari
pertumbuhan
bakteri.
68
Intervensi
1. Rubah
posisi
Rasional
klien
1. Untuk
menghindari
komplikasi
setelah
bedah
seperti
nafas
dekubitus
dalam
dan
latihan kaki
dan
tromboemboli.
2. Meningkatkan
2. Bantu
dan
ajarkan
dalam
memenuhi kebutuhan
klien
memenuhi ADL
klien
3. Untuk
anestesi
mencegah
komplikasi
dan
perasaan nyeri
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi berupa penyuluhan dan
demonstrasi (minimal 3 kali pertemuan) pengetahuan klien
bertambah tentang perawatan diri dan bayi.
Kriteria evaluasi:
Klien mengetahui dan mendemontrasikan tentang perawatan
diri dan bayi
Intervensi
1. Berikan
Rasional
informasi
1. Untuk
mencegah
seperti
perawatan
mempercepat
vulva,
perawatan
kesembuhan
informasi
2. Untuk meningkatkan
keterlibatan
tali
dengan bayi
pusat
dan
klien
memandikan
3. Beri penjelasan dan
ajarkan
3. Meningkatkan minat
tentang
untuk
memberikan
laktasi/menyusui dan
perawatan payudara
gangguan laktasi
4. Beri
penjelasan
4. Mencegah kehamilan
70
tentang
hubungan
terlalu cepat
Intervensi
1. Anjurkan
Rasional
untuk
1. Mendukung
dan
mengungkapkan
mendorong
emosi
perasaanya
klien
sehingga
merasa diperhatikan
2. Berikan
penjelasan
2. Memberikan
perasaan
dan bayinya.
karena
dan
tenang
kondisinya
bayi
keadaan baik
71
dalam
untuk
mengatasi masalah
3. Membantu
memfasilitasi peran
sebagai
sehingga
ibu
baru
cemas
berkurang
3.1.4. Implementasi
Kegiatan pada tahap ini merupakan pelaksaan dari
rencana yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya perawat
menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan berdasarkan
Ilmu-ilmu keperawatan dan ilmu yang terkait secara terintegrasi.
3.1.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan untuk mengukur keberhasilan dari tujuan yang
ingin dicapai selanjutnya dilakukan penilaian tiap hari melalui
catatan perkembangan
3.1.6. Dokumentasi
Setelah melakukan asuhan keperawatan setiap data,
rencana maupun tindakan serta evaluasi yang harus dilakukan
harus didokumentasikan.Hal ini dilakukan agar dapat diketahui
bagaimana perkembangan klien tiap harinya.
72
Bab IV
Penutup
4.1. Kesimpulan
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia,
terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat
selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan,
dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob
juga kuman anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita,
droplet infeksion, infeksi rumah sakit (hospital infection), dalam rumah
sakit, dan Koitus karena ketuban pecah. Manifestasi yang muncul
bergantung pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi yang terbatas pada
perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium kemudian bisa
menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe
dan permukaan endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang
muncul juga dapat memperburuk keadaan penderita.
Peristiwa terjadinya infeksi setelah persalinan yaitu dimana
sewaktu persalinan, bakteri yang mengkoloni servik dan vagina
memperoleh akses ke cairan amnion, dan postpartum bakteri-bakteri ini
akan menginvasi jaringan mati di tempat histerektomi. Kemudian terjadi
seluletis para metrium dengan infeksi jaringan ikat fibroareolar
retroperitonium panggul. Hal ini dapat disbabkan oleh penyebaran
limfogen ogranisme dari tempat laserasi servik atau insisi/ laserasi
uterus yang terinfeksi. Dengan ini dapat mengakibatkan berbagai
73
74
Daftar Pustaka
Bobak, Irenne M.; Lowdermilk, Deltra Leonard; and Jensen, Margaret
Duncan. 2005. Buku Ajar
75
TERIMA KASIH
76