Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pada saat ini penyakit peradangan payudara sangat merajala lela pada
kalangan wanita khususnya pada wanita yang masih pertama kali hamil. Penyakit
yang menyerang payudara ternyata tak hanya kanker payudara saja. Ada
penyakit lain yang tak kalah berbahayanya yaitu abses mammae. Abses mammae
ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini
terjadi karena si ibu tidak menyusui atau puting payudaranya lecet karena
menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus. ABSES
MAMMAE merupakan istilah medis untuk peradangan payudara. Gejalanya antara
lain payudara memerah, terasa sakit serta panas dan membengkak. Bila semakin
parah, maka suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 38 derajat Celcius dan timbul
rasa lelah yang sangat.
Abses ini biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi
dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui
mengalami abses mammae pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan tentang abses payudara, penyusun menentukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. apa definisi dari abses payudara ?
2. apa saja penyebab abses payudara ?
3. bagaimana penatalaksanaan dari abses payudara ?
1.3.
a.
TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan Khusus
ETIOLOGI
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus).
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu
melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu).
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering
terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.
Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu
pertama setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan
peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran
air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksi.
Suatu Infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara :
Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
Terdapat gangguan system kekebalan.
Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya infeksi
payudara. Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri
ke jaringan payudara. Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut
mastitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di
putting, dan dermatitis yang mengenai putting. Bakteri seringkali berasal dari mulut
bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit
(biasanya pada putting susu). Abses payudara bisa terjadi disekitar putting, bisa
juga diseluruh payudara.
C. GEJALA
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi
suatu organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses
payudara diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak
dan adanya nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan
akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara
yang terkena.
D. PATOFISIOLOGI
Luka atau lesi pada putting terjadi peradangan masuk (organisme ini
biasanya
dari
mulut
bayi) pengeluaran
susu
terhambat produksi
susu
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses
dalam seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi
atau biopsy payudara.
Pada
penderita
abses
biasanya
pemeriksaan
darah
menunjukkan
peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi bses
dalam, bisa dilakukan pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses pecah dengan
sendirinya san mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang secara perlahan
karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi.
Abses tidak pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
E. PENANGANAN
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa
ditusuk dan dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah
dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya
sia-sia. Antibiotic bisa diberikan setelah suatu abses mongering dan hal ini dilakukan
untuk mencegah kekambuhan. Antibiotic juga diberikan jika abses menyebarkan
infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 20 menit, 4 kali/hari.
Sebaiknya dilakukan pemijatan dan p emompaan air susu pada payudara yang
terkena untuk mencegah pembengkakan payudara.
Untuk
mengurangi
nyeri
bisa
diberikan
obat
pereda
nyeri
(misalnya
BAB III
KASUS
Jakarta - Kelahiran buah hati tentulah membawa berjuta-juta kebahagiaan. Tapi
hati-hati! Ada bahaya mengancam sang ibu.Yaitu terjadi abses mammae. Inilah
yang diderita Ny.Maria Phasahingga ia tidak ingin selalu menyusui bayinya setiap
kali ia melihat bayinya.setiap kali ia menyusui banyinya ia merasa kesakitan pada
payudaranya..Perempuan kelahiran 15 januari 1984 ini sebenarnya sangat ingin
sekali menyusui bayinya,dan dia memeriksakan sakitnya ke RS setempat,dan
dokter mengatakan dia menderita abses mammae,dan dianjurkan untuk segera
diinsisi ..
BAB IV
TINJAUAN KASUS
I.
PENGKAJIAN
menorhoe
Dilakukan pada hari kamis tanggal 20 Desember 2010 di RS Budi, Jakarta jam 10.00
WIB.
I. DATA SUBYEKTIF
Biodata
Nama istri
Umur
: Ny. M
: 26 th
Nama suami
Umur
Agama
: Katolik
Pendidikan
: SMA
Suku/Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
: Tn. R
: 31thn
Agama
: katolik
Pendidikan
Suku/Bangsa
Pekerjaan
Kawin
: kawin
Kawin
Umur kawin
: 21 thun
Lama kawin
: 5 tahun
Lama kawin
Alamat
: Jakarta Barat
Alamat
Umur kawin
: SMA
:Indonesia
: Wiraswasta
: kawin
: 26 thun
: 5 tahun
: Jakarta Barat
Keluhan Utama
Klien mengatakan payudaranya terasa sakit dan membengkak sehingga
tidak bisa menyusui bayinya.
Riwayat Menstruasi
a.
Menarche Umur
b. Siklus
c.
: 14 Tahun
: 28 hari
Lamanya
: 7 Hari
d. Banyaknya
e.
Konsistensi
f.
Warna
g. Bau
: Ada biasanya pada hari pertama tidak selalu terjadi, rasa nyeri pada perut
yang masih normal tidak sampai menyebabkan pingsan
i.
Flour Albus
j.
HPHT
k. HPL
l.
: 22-12-2010
UK
: 9 bulan
Hamil
ke
L
/
P
UK
9
bln
Nifas
H
/
M
Tempat
persalinan
Penolong
penyulit
BPS
Bidan
Lama
nifas
Kelainan
Abses
hari
mamae
KB
menyusui
tidak
tidak
Umur
anak
sekarang
7 hari
Imunisasi
kehamilan 2 minggu
Obat-obatan
: Fe, Kalk. Vitamin
He
Personal hygiene
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu
1. Apakah pernah menderita penyakit menular?
Tidak ada penyakit menular
seperti Hepatitis, Aids, PMS (penyakit menular seksual), Typoid.
2. Apakah pernah menderita penyakit menurun?
Budaya
Klien ada kebiasaan minum jamu atau pantangan makanan yang berbau amis.
Pola kegiatan sehari-hari
Pola Nutrisi
a.
Makan
Selama hamil
: 3 x 1 hari dengan menu nasi, sayur-sayuran, lauk pauk,tahu,tempe,daging/ikan
dan buah.
Porsi
: 1 piring
Minum
: Air putih
: 6 gelas / hari
Teh hangat
b. Selama nifas
Makan
: 2 x per hari dengan menu nasi, sayur-sayuran, lauk pauk (tahu dan tempe) dan
buah.
Porsi
: 1 piring
Minum
: Air putih
Susu
: 7 Gelas / hari
: 2 gelas / hari (untuk ibu hamil)
Pola eliminasi
a.
Selama hamil
BAB
BAK
: 5 Kali / hari
b. Selama nifas
BAB
: 1 Kali / hari
BAK
: 9 Kali / hari
Pola aktivitas
a.
Selama hamil
Klien melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri
Nyapu
Ngepel
Mencuci piring
Mencuci baju
b. Selama nifas
Klien melakukan kegiatan hanya memasak
Pola istirahat
a.
Selama hamil
Siang
Malam
Siang
Malam
Selama Hamil
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 3 kali sehari, cuci rambut 1 kali / 2 hari, ganti pakaian
dalam 2 kali sehari, ganti celana 2 x /hari.
b. Selama nifas
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, cuci rambut 1 kali /2 hari, ganti pakaian
dalam 2 kali sehari, ganti celana 3 x/hari.
Pola Seksualitas
a.
Selama hamil
Karena merasa tidak nyaman, takut terjadi keguguran, akan hal-hal yang dapat
membahayakan kandungannya seperti kecacatan.
b. Selama nifas
Belum pernah melakukan hubungan seksual.
Ketergantungan
Selama hamil
Klien tidak pernah ketergantungan dengan obat-obatan tertentu, tidak minum
jamu-jamuan
II. DATA OBYEKTIF
Kedaan umum
: lemas
Kesadaran
: Composmentis/sadar
Postur tubuh
: normal
Cara berjalan
Tinggi Badan
Berat badan sekarang
Lila
: tegak
: 157 cm
: 49 Kg
: 24 cm
: 38 C
Nadi
pala
Muka
ata
dung
Tekanan darah
: 110 / 70 mmHg
Respirasi
: 20 x per menit
Pemeriksaan Fisik
: Tekstur rambut, warna hitam dan tidak bercabang, tidak ada kutu, ada ketombe,
tidak ada lesi, tidak ada benjolan.
: Tidak Pucat, tidak oedema, tidak ada chloasma gravidarum.
: Simetris, conjungtiva merah muda, palpebra tidak oedema, sclera putih keabuabuan.
: Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung.
lut dan gigi : Bibir simetris, gigi tampak kotor, tidak ada ingus, tidak ada caries, gusi tidak ada
elinga
her
yudara
ksila
: terdapat benjolan.
domen
netalia
nus
trimitas atas : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada penyakit kulit, kuku bersih
trimitas bawah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada penyakit kulit, kuku bersih
her
Palpasi
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
ayudara
bdoment
ada
erut
: tidak dilakukan
Kesimpulan :
Ny . M, K/U lemah, P1001, Post partum hari ke 7 dengan abses mamae
DIAGNOSA / MASALAH
Diagnosa
P 1001, Postpartum hari
ke 7dengan abses mamae.
Tujuan / kriteria
keberhasilan
Tujuan :
INTERVENSI
Dx:
1. BHSP
P 1001,
Setelah dilakukan
Rasional :
Postpartum hari
asuhan
Terjalin hubungan
ke 7dengan abses
Kriteria
:pembengkakan
terapeutik antara
mamae
dan sakit pada
petugas dengan klien
payudara dapat
2Jelaskan
keadaan
ibu
teratasi.
sekarang
TTV :
Rasional :
TD : 110/70-120/80
Dengan
mengetahui
mmHg
keadaanya saat ini kx
N : 60-100 x /menit
akan
mengurangi
S: 38C
kecemasan ibu dan
RR: 16-20 x /menit
ibu
tau
penyebab
penyakitnya
3
Yakinkan
kelurga
suami
atau
untuk
selalu
memperhatikan ibu
Rasional:
Dengan
memberikan
Kompres
air
hangat
Berikan
obat
pereda
nyeri
6.
Rasional:
Untuk mengurangi nyeri
Berikan paracetamol 500
mg tiap 4 jam sekli
Rasional :
7.Untuk menurunkan
tubuh
Lakukan
insisi
suhu
payudara
pada px.
8 Rasional :
Untuk
mengeluarkan
pus,mengurangi
dan
nyeri,
mempercepat
penyembuhan
memenuhi
kebutuhan nutrisi
Kolaborasi dengan tim
medis
Rasional :
Untuk
menentukan
terapi berikutnya
IMPLEMENTASI
Tanggal : 20-12-2010 / Pkl. 10.00 WIB
Dx/Mx/Keb.
Implementasi
Dx:
1. Melakukan komunikasi terapiutik kepada ibu
P1001 post
dengan bahasa yang
partum hari
Sopan agar ibu mau mengatakan semua
ke 7dengan Abses
keluhan yang ibu rasakan
mamae
2. Menjelaskan keadaan ibu sekarang bahwa
keadaanya harus segara diobati dan
memerlukan perawatan
3.
4
5..
6.
7.
8.
9.
VII EVALUASI
Tanggal : 21-12-2010 / Pkl. 15.00 WIB
Diagnosa/Mslh/Kebt.
Evaluasi
Dx:
S
: Klien mengatakan payudaranya sakit dan
P1001, post partum
membengkan
hari
O
: k/u : cukup
ke 7 denganabses
ibu bisa diajak komunikasi dengan baik
mamae
A
: P1001, post partum hari ke 7dengan abses
mammae
P
: - Beri dukungan emosi ibu
- Yakinkan suami dan keluarga untuk
selalu memperhatikan ibu
- Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi
Dx :
P1001, post partum
hari
ke 8 denganabses
mamae.
Evaluasi
Tgl 22-12-2010, jam 08.00 WIB
: Klien mengatakan payudaranya masih sakit
dan bengkak
O
A
P
: k/u cukup
ibu bisa diajak komunikasi dengan baik
: P1001, post partum hari ke 10dengan abses
mammae
: Beri dukungan pada ibu
Yakinkan pada suami dan keluarga untuk
selalu memperhatikan ibu
Kolaborasi dengan tim medisdalam
pemberian terapi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan
dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan
bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga
tersebut. Biasanya abses disebabkan melalui beberapa cara :
Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Sedangkan Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara
diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak
dan adanya nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan
akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara
yang terkena.
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa
ditusuk dan dikelaurkan isinya dengan insisi.
Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya
sia-sia.
Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 20 menit, 4 kali/hari.
Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
DAFTAR PUSTAKA