You are on page 1of 6

MAKALAH

ILMU REPRODUKSI TERNAK


UJI ASCHEIM ZONDEK

Disusun Oleh:
R.R. Asterzizia Amygdala

PT/ 06423

Fathimah Rahmawati

PT/ 06467

Aryo Pujo Sakti

PT/ 06503

Muhammad Ridho A

PT/ 06504

Yuni Nurtiyas

PT/ 06561

Febri Tri Romadhon

PT/ 06590

Abdul Jafar Assidiq

PT/ 06611

Kelompok V
Asisten: Okti Havivi
LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK
BAGIAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

Pendahuluan

Salah satu usaha yang telah diketahui adalah dihasilkannya satu


atau sejumlah hormon yang bekerja pada uterus menyebabkan uterus
berada dalam satatus siap menerima blastosist. Pada manusia dikenal
dengan adanya hormon Human chorionic Gonadotropin (hCG) yang
diproduksi sewaktu usia kehamilan masih dini (35 sampai 80 hari setelah
konsepsi). Pada kuda dihasilkan hormone Pregnant Mare Serum
gonadotropin (PMSG) mulai hari ke-50 sampai ke-100 setelah kopulasi.
Oleh karena kedinian hormon-hormon ini identifikasi hCG atau PMSG
dijadikan dasar berbagai uji kehamilan pada wanita seperti Uji Galli
mainini, Gravindex, Prognosticon, Ascheim Zondek dan sebagainya.
Pada hewan, berbagai uji untuk menemukan PMSG dalam urin
kuda betina sebagai indikator kebuntingan telah dilakukan. Kenyataan
bahwa hCG sudah disekresikan pada usia kebuntingan pada begitu dini
berarti berbagai uji kebuntingan itu dapat mendeteksi kebuntingan
walaupun secara klinis tanda-tanda kebuntingan belum teramati.

Metode

Penentuan PMSG digunakan untuk uji kebuntingan pada bangsa


kuda. Prinsipnya yaitu menyuntikkan serum kuda betina setelah 40- 120
hari kawin ke tikus. Tiga sampai empat hari setelah disuntikkan ke tikus
prapuber, maka diperoleh hasil pertumbuhan folikel dan terjadi ovulasi
(Anonim, 2012).

Pembahasan

Uji kebuntingan didasarkan pada adanya produksi chorionic


gonadotropin (hCG) oleh sel-sel sinsitiotrofoblas pada awal kebuntingan.
Hormon ini disekresikan ke dalam sirkulasi betina bunting

dan

diekskresikan melalui urin. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dapat


dideteksi pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan
ekskresinya sebanding meningkatnya usia kebuntingan diantara 30-60
hari. Produksi puncaknya adalah pada usia kebuntingan 60-70 hari dan
kemudian

menurun

secara

bertahap

dan

menetap

hingga

akhir

kebuntingan setelah usia kebuntingan 100-130 hari. Pemeriksaan


kuantitatif hCG cukup bermakna bagi kebuntingan. Kadar hCG yang
rendah, ditemui pada kebuntingan ektopik dan abortus iminens. Kadar
yang tinggi dapat dijumpai pada kebuntingan majemuk, mola hidatidosa
atau korio karsinoma. Nilai kuantitatif dengan pemeriksaan radio
immunoassay dapat membantu untuk menentukan usia kebuntingan.
Aschheim dan Zondek telah menggunakan uji kebuntingan dengan
penanda hCG sejak tahun 1920. Uji biologis ini menggunakan hewan
(katak, tikus, kelinci) yang kemudian disuntik dengan serum atau urin kuda
yang diduga bunting untuk melihat reaksi yang terjadi pada ovarium atau
testes hewan percobaan tersebut. Prinsip uji biologik penanda

hCG selanjutnya dikembangkan dengan cara mengambil antiserum hCG


dari hewan yang telah memproduksi antibodi hasil stimulasi dengan hCG
(protein dengan sifat antigenik). Bila urin diteteskan ke antiserum maka
terjadi mediasi aktifitas antiserum untuk beraksi dengan partikel lateks
yang dilapisi dengan hCG (latex particle agglutination inhibition test) atau
sel darah merah yang telah disensitisasi dengan hCG (hemagglutination
inhibition test). Pada kuda yang bunting, hCG di dalam urinnya akan
menetralisir antibodi dalam antiserum sehingga tidak terjadi reaksi
aglutinasi. Pada kuda yang tidak bunting, tidak terjadi netralisasi antibodi
sehingga terjadi reaksi aglutinasi.
Karena hCG mempunyai struktur yang mirip dengan hormon
luteinisasi (Luteinizing Hormone/LH) maka dapat terjadi reaksi silang
masing-masing

antibodi

terhadap

masing-masing

hormon.

Untuk

menghindarkan hal tersebut maka dilakukan pembatasan terhadap


sensitifitas jumlah maksimum atau internasional unit hormon yang akan
diperiksa. False negatif uji imunologik kebuntingan terjadi pada 2% dari
keseluruhan pengujian dan hal tersebut umumnya terjadi akibat pengujian
yang terlalu dini (dibawah 6 minggu) atau terlalu lama (diatas 18-20
minggu kebuntingan). False positif terjadi pada 5% dari keseluruhan uji
kebuntingan dan hal ini umumnya terjadi pada betina dengan proteinuria
yang masif, menjelang menopause (peningkatan hormon gonadotropin
dan penurunan fungsi ovarium), dan reaksi silang hormon gonadotropin.
Karena akurasi pemeriksaan hCG adalah 95-98% dan tidak spesifik untuk
kebuntingan maka uji hormonal kebuntingan tidak digolongkan sebagai
tanda pasti kebuntingan (Adriaansz, 2008).

Daftar Pustaka
Adriaansz, G. 2008. Asuhan Antenatal. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik
Kesehatan Reproduksi.
Anonim. 2012. Endokrin. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas
Airlangga. Jawa Timur.

You might also like