You are on page 1of 19

MAKALAH FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI

TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA DEHIDRASI


AKIBAT DIARE

OLEH:
KELOMPOK III
NI KADEK ARIANI

1308505022

SILUH PT PUSPITA DEWI 1308505033

MD RIRIN SUTHARINI

1308505024

A.A. SRI HARTANI D.

PUPUT RAHMADANI H.

1308505027

NI WAYAN WIRAYANTI 1308505035

MADE PRIMANTARA

1308505029

DESAK GEDE ULANDARI 1308505036

KM DEDE SAPUTRA

1308505030

WIJAYA KUSUMUA

1308505034

1308505039

NYOMAN PUSPITA SARI 1308505032

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diare adalah sebuah penyakit di saat tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair
yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Penyakit diare sudah merajalela
di kalangan masyarakat luas. Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah
kesehatan utama masyarakat Indonesia Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan
salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Hal ini dikarenakan masih buruknya kondisi
sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih
dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut.
Kebersihan lingkungan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat dikarenakan kurang
bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan
tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di
lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui
perantara. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun,itu bukanlah alasan
untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan keselamatan
penderita. Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri yang masuk ke makanan
atau minuman. Pada balita, kejadian diare lebih berbahaya dibanding pada orang dewasa
dikarenakan komposisi tubuh balita yang lebih banyak mengandung air dibanding dewasa.
Jika terjadi diare, balita lebih rentan mengalami dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dapat
merujuk pada malnutrisi ataupun kematian. Dehidrasi akan menyebabkan gangguan
keseimbangan metabolisme tubuh. Kematian bayi atau anak akibat kehabisan cairan tubuh
disebabkan karena asupan cairan tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan
berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Presentase kehilangan cairan tidak harus

banyak baru menyebabkan kematian, kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% saja sudah
membahayakan jiwa.
Tindakan dalam pencegahan diare ini antara lain membiasakan diri untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, dengan perbaikan keadaan lingkungan seperti
penyediaan sumber air minum yang bersih, penggunaan jamban, pembuangan sampah pada
tempatnya, sanitasi perumahan dan penyediaan tempat pembuangan air limbah yang layak.
Berdasarkan uraian diatas, penting untuk mengetahui penyebab timbulnya diare,
berbagai macam diare, bahaya diare serta tanda-tanda dehidrasi karena diare, cara
penanggulangan dehidrasi karena diare, obat-obat yang dapat diberikan pada dehidrasi diare,
serta cara pencegahan penyakit diare agar pengetahuan masyarakat tentang diare bertambah
luas dan dapat terhindar dari penyakit diare serta kematian akibat diare dapat diminimalisir.

1.2 Tujuan
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6

Untuk mengetahui penyebab timbulnya diare


Untuk mengetahui berbagai macam penyakit diare
Untuk mengetahui bahaya diare serta tanda-tanda dehidrasi
Untuk mengetahui cara penanggulangan dehidrasi karena diare
Untuk mengetahui obat-obat yang dapat diberikan pada dehidrasi diare
Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit diare

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diare


Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Pengertian lain diare adalah
sebuah penyakit dimana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih memiliki
kandungan air berlebihan (Soenarto, 2010).

2.2 Etiologi Diare


a. Faktor infeksi : Bakteri, virus, parasit, kandida
b. Faktor parenteral : infeksi di bagian tubuh alin (OMA sering terjadi pada anak-anak)
c.

Faktor malbabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein

d. Faktor makanan : makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran yang
dimasak kurang matang, kebiasaan cuci tangan
e. Faktor psikologis : rasa takut, cemas (Soenarto, 2010).

2.3 Patofiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia
dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen
ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising usus dan
sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau agen infeksi.
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air

dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan absorpsi air serta elektrolit terganggu.
Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka
ada upaya untuk segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mukus
dan HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi, dan gangguan
sirkulasi darah (Soenarto, 2010)

2.4 Penyebab Timbulnya Penyakit Diare


Penyakit Diare ditimbulkan oleh

Makan tanpa cuci tangan dengan sabun

Minum air mentah

Makan makanan yang dihinggapi lalat

Keracunan makanan

Beberapa infeksi virus tetapi juga sering kali akibat dari racun Bakteri.

Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup
makanan (Soenarto, 2010).

2.5 Penularan Kuman Penyakit Diare


Kuman penyakit diare dapat ditularkan melalui :

Air dan makanan yang tercemar

Tangan yang kotor

Berak disembarang tempat

Botol susu yang kurang bersih (Soenarto, 2010).

2.6 Macam-macam penyakit diare


Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu :
1) Diare akut

Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
a. Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun
virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat,
nutrisi eteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi tekal
(overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
b. Patogenesis
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan
masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan
ekresiyang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa
dimasak. Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aeorosolisasi
(Morwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium diffecile), atau
melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktror
penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah kemampuan
pertahanan tubuh terhadap organisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan
lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas, juga
mencakup lingkongan mikroflora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi
patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat
kuman-kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua, yaitu:
1. Bakteri noninvasit (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak
merusak mukosa. Toksin meningkat kadar siklik AMP di dalam sel, menyebabkan
sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat,
kation natrium, dam kalium.
2. Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan
bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah.
Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasive E. Coli (EIEC).

S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S. enteriditis, S. choleraesuis, Shigela, Yersinia,


dan C. Pertringens tipe C. penyebab diare lainnya seperti parasit menyebabkan
kerusakan berupa ulkus besar (E. histolytica), kerusakan vilia yang penting untuk
penyerapan air, elektrolit, dan zat makanan (G. Lambdia)

c. Manifestasi klinis
Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2. Disentriform, pada diare di dapat lendir kental dan kadang-kadang darah.
d. Penatalaksanaan
Pada orang dewasa, penata laksanaan diare akut akibat infeksi terdiri dari :
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah :
1) Jenis cairan
2) Jumlah cairan
3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
4) Jadwal pemberian cairan.
5) Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
6) Terapi simtomatik
7) Terapi defenitif
2) Diare kronik
Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan, yaitu diare yang berlangsung lebih dari
tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak
ditetapkan batas waktu dua minggu.
a. Etiologi
Diare kronik memiliki penyebab yang bervariasi dan tidak seluruhnya diketahui.
b. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu konsistensi feses dan
motilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses mekanik
dan ensimatik, disertai gangguan mukosa, akan mempengaruhi pertukaran air dan
elektrolit, sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk.

Diare kronik dibagi tiga yaitu :


1.

Diare osmotik
Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akobat adanya gangguan absorpsi
karbohidrat, lemak atau protein, danb tersering adanya malabsorpsi lemak. Teses
berbentuk steatore.

2.

Diare sekretorik
Terdapat gangguan tranpor akibat adanya perbedaan osmotif intralumen dengan
mukosa yang besar sehungga terjadi penarikan cairan dan alektrolit ke dalam lumen
usus dalam jumlah besar. Teses akan seperti air. Diare sekresi terbagi dua
berdasarkan pengaruh puasa terhadap diare :
a. Diare sekresi yang dipengaruhi keadaan puasa berhubungan dengan proses
intralumen, dan diakibatkan oleh bahan-bahan yang tidak dapat diabsorpsi,
malabsorpsi karbohidrat, letesiensi laktosa yang mengakibatkan intolerassi
laktosa.
b. Diare cair yang tidak dipengaruhi keadaan puasa terdapat pada sidrom korsinoid,
VIP (Vasoactive Inkestinal Polypeptida) oma, karsinoma tiroid medular, adenoma
vilosa, dan diare diabetik.

3.

Diare inflamasi
Diare dengan kerusakan kematian enterosit disertai peradangan. Fese berdarah.
Klompok ini paling sering ditemukan. Trbagi dua yaitu nonspesitik dan spesitik.

c. Penatalaksanaan
1.

Simtomatis

2.

Rehidrasi

3.

Antipasmodik, antikolinergik

4.

Obat anti diare

5.

Obat antimotilitas dan sekresi usus : Laperamid, ditenoksilat, kodein fosfat.

6.

Aktreotid (sadratatin)

7.

Obat anti diare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat toksin yaitu Arang,
campura kaolin dan mortin.

8.

Antiemetik (metoklopromid, proklorprazin, domperidon).

9.

Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan, yaitu:

10. Vitamin Bie, asam, vitamin A, vitamin K


11. Preparat besi, zinc,dan lain-lain
12. Obat ekstrak enzim pankreas.
13. Aluminium hidroksida, memiliki efek konstifasi, dan mengikat asam empedu.
14. Fenotiazin dan asam nikotinat, menghambat sekresi anion usus.
15. Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi Pada diare kronik
dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya (Pudjiadi, 2010).

2.7 Tanda-Tanda Penyakit Diare


Berak encer, biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari, kadang-kadang disertai :
a. Muntah
b. Badan lesu dan lemah
c. Tidak mau makan
d. Panas (Depkes RI, 2011).

2.8 Bahaya Dari Diare


1. Penderita akan kehilangan cairan tubuh
2. Penderita akan menjadi lesu dan lemah
3. Penderita dapat meninggal bila kehilangan cairan tubuh lebih banyak (Depkes RI, 2011).

2.9 Tanda-Tanda Dehidrasi


a. Dehidrasi Ringan
Mulut kering atau bibir kering, kehausan.. Cairan yang keluar jumlahnya sekitr 5% dari
berat badan penderita.
b. Dehidrasi Sedang
Selain mulut kering, kehausan, juga terjadi penurunan tonus kulit (bila dicubit kulit akan
kembali secara lambat). Cairan yang keluar berkisar 10% dari berat badan penderita.

Urine mulai sedikit dan warnanya mulai sedikit dan warnanya mulai lebih tua dari
keadaan normal.
c. Dehidrasi Berat
Mata cekung, kulit pucat, bila dicubit sangat lambat kembali, ujung-ujung jari dingin,
kesadaran menurun. Urie sudah tidak keluar atau jika keluar pun sangant sedikit dan
berwarna pekat. Cairan yang keluar dari 50% berat badan penderita (Poerwati, 2013)

2.10

Cara Penanggulangan Dehidrasi Karena Diare

a. Meminum oralit atau dapat membuatnya sendiri


b. Jaga hidrasi dengan menggunakan elektrolit yang seimbang untuk tubuh, ini merupakan
cara paling sesuai dikebanyakan kasus diare, bahkan jenis penyakit diare, disentri
sekalipun. Mengkonsumsi sejumlah besar air yang tidak diseimbangi dengan elektrolit
yang dapat dimakan dapat mengakibatkan terjadinya rasa tidak seimbangnya elektrolit
yang berbahaya dan dapat berakibat fatal untuk penderita.
c. Mencoba memeberi makan untuk penderita lebih sering dari biasanya tapi dengan porsi
yang lebih sedikit dan frekuensi yang teratur. Jangan member makan atau minuman
terlalu cepat pada penderita.
d. Menjaga kebersihan dan isolasi: Kebersihan tubuh penderita merupakan factor utama
dalam membatasi penyebaran penyakit yang sedang diderita. Jadi Anda harus selalu
memperhatikan kebersihan dari penderita gejala dehidrasi karena diare untuk mencegah
penularannya baik secara langsung maupun tidak langsung (Poerwati, 2013).

2.11

Obat-obat yang Dapat Diberikan pada Dehidrasi Diare

a. Diare tanpa dehidrasi


Dalam tatalaksana diare di rumah, jika anak tidak diberi ASI maka susu formula tetap
diberikan. Jika berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat, dapat
diberikan susu formula selang-seling dengan oralit/cairan rumah tangga.
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
1. Larutan Oralit

Indikasi: mencegah dan mengobati kurang cairan (dehidrasi) akibat diare, mencret,
dan muntaber.
Dosis: Anak di bawah satu tahun 3 jam pertama 1 gelas; selanjutnya setengah
gelas setiap kali mencet.
Anak 1-5 tahun , 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap mencret.
Anak 5-12 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap mencret.
Dewasa: 3 jam pertama 4 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap mencret.
Kemasan: sashet untuk 200 mL air.
2. Renalyte
Indikasi: Mencegah dan mengobati dehidrasi akibat diare dan muntah berak
Kontra Indikasi: Penderita yang mengalami ggn klinis sptintractable vomiting,
adinamyc ileus, intestinal obstruction atau boel pervoration.
Dosis: Anak di bawah satu tahun 3 jam pertama 1 botol; selanjutnya setengah
botol setiap kali mencet.
Anak 1-5 tahun , 3 jam pertama 3 botol, selanjutnya 1 botol setiap mencret.
Anak 5-12 tahun : 3 jam pertama 6 botol, selanjutnya 1 botol setiap mencret.
Lebih dari 12 tahun: 3 jam pertama 12 botol, selanjutnya setiap kali mencret 2 botol.
Kemasan: Botol 200 mL larutan.
3. Pedialyte
Indikasi: Mencegah dan mengobati dehidrasi pada muntah dan diare.
Kemasan: Larutan 500 mL.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Terapi intravena Ringer Laktat bila diperlukan pada bayi setelah 1 jam pertama,
diberikan 30 mg/kg dan dapat dilanjutkan untuk 5 jam berikutnya 70 mg/kg berat badan.
Untuk anak-anak dan dewasa diberikan Ringer Laktat secara intravena dengan dosis 100
mg/kg berat badan.
Obat-obat yang sering dikombinasikan dengan oralit pada diare akut adalah Tetrasiklin,
Trimetropim, Metronidazol (Harianto, 2010).

Selain itu, terapi cairan yang diberikan pada pasien yang menderita diare yaitu:
1. Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid terdiri dari:
a. Cairan Hipotonik
Cairan ini didistribusikan ke ekstraseluler dan intraseluluer. Oleh karena itu
penggunaannya ditujukan kepada kehilangan cairan intraseluler seperti pada dehidrasi
kronik dan pada kelainan keseimbangan elektrolit terutama pada keadaan
hipernatremi yang disebabkan oleh kehilangan cairan pada diabetes insipidus. Cairan
ini tidak dapat digunakan sebagai cairan resusitasi pada kegawatan. Contohnya
dextrosa 5%
b. Cairan isotonik
Cairan isotonik terdiri dari cairan garam faali (NaCl 0,9%), ringer laktat dan
plasmalyte. Ketiga jenis cairan ini efektif untuk meningkatkan isi intravaskuler yang
adekuat dan diperlukan jumlah cairan ini 4x lebih besar dari kehilangannya. Cairan
ini cukup efektif sebagai cairan resusitasi dan waktu yang diperlukanpun relatif lebih
pendek dibanding dengan cairan koloid.
c. Cairan Hipertonik
Cairan ini mengandung natrium yang merupakan ion ekstraseluler utama. Oleh karena
itu pemberian natrium hipertonik akan menarik cairan intraseluler ke dalam ekstra
seluler. Peristiwa ini dikenal dengan infus internal. Disamping itu cairan natrium
hipertonik mempunyai efek inotropik positif antara lain memvasodilatasi pembuluh
darah paru dan sistemik. Cairan ini bermanfaat untuk luka bakar karena dapat
mengurangi edema pada luka bakar, edema perifer dan mengurangi jumlah cairan
yang dibutuhkan, contohnya NaCl 3%
Beberapa contoh cairan kristaloid :

Ringer Laktat
Larutan yang mengandung konsentrasi Natrium 130 mEq/L, Kalium 4 mEq/l,
Klorida 109 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Laktat 28 mEq/L. Laktat pada larutan
ini dimetabolisme di dalam hati dan sebagian kecil metabolisme juga terjadi
dalam ginjal. Metabolisme ini akan terganggu pada penyakit yang menyebabkan
gangguan fungsi hati. Laktat dimetabolisme menjadi piruvat kemudian dikonversi

menjadi CO2 dan H2O (80% dikatalisis oleh enzim piruvat dehidrogenase) atau
glukosa (20% dikatalisis oleh piruvat karboksilase). Kedua proses ini akan
membentuk HCO3.
Sejauh ini Ringer Laktat masih merupakan terapi pilihan karena komposisi
elektrolitnya lebih mendekati komposisi elektrolit plasma. Cairan ini digunakan
untuk mengatasi kehilangan cairan ekstra seluler yang akut. Cairan ini diberikan
pada dehidrasi berat karena diare murni dan demam berdarah dengue. Pada
keadaan syok, dehidrasi atau DSS pemberiannya bisa diguyur.
Ringer Asetat
Cairan ini mengandung Natrium 130 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalium 4 mEq/l,
Kalsium 3 mEq/l dan Asetat 28 mEq/l. Cairan ini lebih cepat mengoreksi keadaan
asidosis metabolik dibandingkan Ringer Laktat, karena asetat dimetabolisir di
dalam otot, sedangkan laktat di dalam hati. Laju metabolisme asetat 250 400
mEq/jam, sedangkan laktat 100 mEq/jam. Asetat akan dimetabolisme menjadi
bikarbonat dengan cara asetat bergabung dengan ko-enzim A untuk membentuk
asetil ko-A., reaksi ini dikatalisis oleh asetil ko-A sintetase dan mengkonsumsi
ion hidrogen dalam prosesnya. Cairan ini bisa mengganti pemakaian Ringer
Laktat.
Glukosa 5%, 10% dan 20%
Larutan yang berisi Dextrosa 50 gr/liter , 100 gr/liter , 200 gr/liter.9 Glukosa 5%
digunakan pada keadaan gagal jantung sedangkan Glukosa 10% dan 20%
digunakan pada keadaan hipoglikemi , gagal ginjal akut dengan anuria dan gagal
ginjal akut dengan oliguria .
NaCl 0,9%
Cairan fisiologis ini terdiri dari 154 mEq/L Natrium dan 154 mEq/L Klorida,
yang digunakan sebagai cairan pengganti dan dianjurkan sebagai awal untuk
penatalaksanaan hipovolemia yang disertai dengan hiponatremia, hipokloremia
atau alkalosis metabolik. Cairan ini digunakan pada demam berdarah dengue dan
renjatan kardiogenik juga pada sindrom yang berkaitan dengan kehilangan
natrium seperti asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal dan luka bakar.

Pada anak dan bayi sakit penggunaan NaCl biasanya dikombinasikan dengan
cairan lain, seperti NaCl 0,9% dengan Glukosa 5 %.
2. Cairan Koloid
Jenis-jenis cairan koloid adalah :
Albumin.
Terdiri dari 2 jenis yaitu:
1. Albumin endogen.
Albumin endogen merupakan protein utama yang dihasilkan dihasilkan di hati dengan
BM antara 66.000 sampai dengan 69.000, terdiri dari 584 asam amino. Albumin
merupakan protein serum utama dan berperan 80% terhadap tekanan onkotik plasma.
Penurunan kadar Albumin 50 % akan menurunkan tekanan onkotik plasmanya
1/3nya.
2. Albumin eksogen.
Albumin eksogen ada 2 jenis yaitu human serum albumin, albumin eksogen yang
diproduksi berasal dari serum manusia dan albumin eksogen yang dimurnikan
(Purified protein fraction) dibuat dari plasma manusia yang dimurnikan.8
Albumin ini tersedia dengan kadar 5% atau 25% dalam garam fisiologis. Albumin
25% bila diberikan intravaskuler akan meningkatkan isi intravaskuler mendekati 5x
jumlah yang diberikan.Hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan onkotik
plasma. Peningkatan ini menyebabkan translokasi cairan intersisial ke intravaskuler
sepanjang jumlah cairan intersisial mencukupi.
Komplikasi albumin adalah hipokalsemia yang dapat menyebabkan depresi fungsi
miokardium, reaksi alegi terutama pada jenis yang dibuat dari fraksi protein yang
dimurnikan. Hal ini karena factor aktivator prekalkrein yang cukup tinggi dan
disamping itu harganya pun lebih mahal dibanding dengan kristaloid.8 Larutan ini
digunakan pada sindroma nefrotik dan dengue syok sindrom
HES (Hidroxy Ethyl Starch)
Senyawa kimia sintetis yang menyerupai glikogen. Cairan ini mengandung partikel
dengan BM beragam dan merupakan campuran yang sangat heterogen.Tersedia
dalam bentuk larutan 6% dalam garam fisiologis. Tekanan onkotiknya adalah 30

mmHg dan osmolaritasnya 310 mosm/l. HES dibentuk dari hidroksilasi aminopektin,
salah satu cabang polimer glukosa.
Pada penelitian klinis dilaporkan bahwa HES merupakan volume ekspander yang
cukup efektif. Efek intarvaskulernya dapat berlangsung 3-24 jam. Pengikatan cairan
intravasuler melebihi jumlah cairan yang diberikan oleh karena tekanan onkotiknya
yang lebih tinggi. Komplikasi yang dijumpai adalah adanya gangguan mekanisme
pembekuan darah. Hal ini terjadi bila dosisnya melebihi 20 ml/ kgBB/ hari.
Dextran
Campuran dari polimer glukosa dengan berbagai macam ukuran dan berat molekul.
Dihasilkan oleh bakteri Leucomostoc mesenteriodes yang dikembang biakkan di
media sucrose. BM bervariasi dari beberapa ribu sampai jutaan Dalton.
Ada 2 jenis dextran yaitu dextran 40 dan 70. dextran 70 mempunyai BM 70.000
(25.000-125.000).

sediaannya

terdapat

dalam

konsentrasi

6%

dalam

garam fisiologis. Dextran ini lebih lambat dieksresikan dibandingkan dextran 40.
Oleh karena itu dextran 70 lebih efektif sebagai volume ekspander dan merupakan
pilihan terbaik dibadingkan dengan dextran 40.
Dextran 40 mempunyai BM 40.000 tersedia dalam konsentrasi 10% dalam garam
fisiologis atau glukosa 5%. Molekul kecil ini difiltrasi cepat oleh ginjal dan dapat
memberikan efek diuretik ringan. Sebagian kecil dapat menembus membran kapiler
dan masuk ke ruang intersisial dan sebagian lagi melalui sistim limfatik kembali ke
intravaskuler.
Pemberian dextran untuk resusitasi cairan pada syok dan kegawatan menghasilkan
perubahan hemodinamik berupa peningkatan transpor oksigen. Cairan ini digunakan
pad penyakit sindroma nefrotik dan dengue syok sindrom. Komplikasi antara lain
payah

ginjal

akut,

reaksi

anafilaktik

dan

gangguan

pembekuan

darah.

Gelatin
Cairan ini banyak digunakan sebagai cairan resusitasi terutama pada orang dewasa
dan pada bencana alam. Terdapat 2 bentuk sediaan yaitu:
1.Modified Fluid Gelatin (MFG)
2. Urea Bridged Gelatin (UBG)

Kedua cairan ini punya BM 35.000. Kedua jenis gelatin ini punya efek volume
expander yang baik pada kegawatan. Komplikasi yang sering terjadi adalah reaksi
anafilaksis.

3. Cairan Kombinasi
KaEn 1 B (GZ 3 : 1)
Larutan yang mengandung Natrium 38,5 mEq/L, Klorida 38,5 mEq/L. Dextrose 37,5
gr/L. Cairan ini digunakan sebagai cairan rumatan pada penyakit bronkopneumonia,
status asmatikus dan bronkiolitis.
Cairan 2a
Larutan yang terdiri dari glukosa 5% dan NaCl 0,9 % dengan perbandingan 1 : 1 yang
terdiri dari dextrosa monohidrat 55gr/L, dextrosa anhidrat 50 gr/L, Natrium 150
mmol/L dan klorida 150 mmol/L. Cairan ini digunakan pada diare dengan komplikasi
dan bronkopneumoni dengan komplikasi. Sedangkan campuran glukosa 10% dan
NaCl 0,9 % dengan perbandingan 1:1 digunakan pada bronkopneumoni dengan
dehidrasi oleh karena intake kurang
Cairan G:B 4:1
Larutan yang terdiri dari glukosa 5% dan Natrium Bikarbonat 1,5 % yang merupakan
campuran dari 500 cc Glukosa 5% dan 25 cc Natriun Bikarbonat 8,4%. Cairan ini
digunakan pada neonatus yang sakit
Cairan DG
Cairan ini terdiri dari Natriun 61 mEq/L, Kalium 18mEq/L serta Laktat 27 mEq/L dan
Klorida 52 mEq/L serta Dextrosa 25 g/L. Cairan ini digunakan pada diare dengan
komplikasi.
Cairan Natrium Bicarbonat (Meylon)
Cairan ini mengandung natrium 25 mEq/25ml dan bicarbonat 25 mEq/25ml. Cairan
ini digunakan pada keadaan asidosis akibat defisit bicarbonat.9 Sediaan dalam bentuk
flakon sebanyak 25 ml dengan konsentrasi 8,4% ( 84 mg/ml)
Cairan RLD

Cairan yang terdiri dari I bagian Ringer laktat dan 1 bagian Glikosa 5% yang bisa
digunakan pada demam berdarah dengue .
Cairan G:Z 4:1
Cairan yang terdiri dari 4 bagian glukosa 5-10% dan 1 bagian NaCL 0,9% yang bisa
digunakan pada dehidrasi berat karena diare murni (Korompis, 2013).

2.12

Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Makanan dan Minuman pada


Penderita Selama dan Sesudah Diare :
1. Penderita diare dangan dipuaskan
2. Bagi yang masih menetek, pemberian ASI diteruskan.
3. Berikan segera cairan Rumah tangga seperti ait kelapa, air sayur, air buah bila
penderita mulai menimbulkan gejala Diare.
4. Makanan pendamping ASI yang lunak seperti bubur.
5. Teruskan pemberian makanan. Makanan sebaiknya nudah dicerna dan tidak
merangsang.
6. Sesudah diare pemberian makanan diteruskan dan perlu ditambah (Palupi, dkk., 2009).

2.13

Cara Pencegahan Penyakit Diare

1. Pemberian ASI
Dapat mencegah Diare karena terjamin kebersihannya serta dapat meningkatkan daya
tahan tubuh baalita.
2. Pemberian makanan
Berilah anak balita makanan yang bersih dan bergizi.
3. Pemakaian air besih
Gunakan air bersih untuk membersihkan makanan dan minuman bayi.
4. Berak pada tempatnya
Biasakanlah anak anda buang kotoran pada jamban (kakus)
5. Kebersihan perorangan
Biasakanlah mencuci tangan sebelm makam serta sesudah buang kotoran.
6. Kebersihan makanan dan minuman

Perhatikan kebersihan makanan dan miniman meulai daor cara-cara mencuci, memasak,
menhhidangkan dan cara menyimpan makanan (Korompis, 2013)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Penyebab
gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan
lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Mekanisme dasar penyebab
timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising usus dan sekresi isi usus sebagai upaya
tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau agen infeksi.
Berdasarkan lamanya diare dibedakan menjadi dua, yaitu diare akut dan diare
kronik. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari Penyakit diare biasanya ditandai dengan berak encer
biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari, kadang-kadang disertai muntah, badan lesu dan
lemah, tidak mau makan, dan panas. Diare dapat menyebabkan penderita kehilangan
banyak cairan tubuh atau lebih dikenal dengan dehidrasi. Dehidrasi ditandai dengan
mulut kering, kehausan, terjadi penurunan tonus kulit, mata cekung, kulit pucat, ujung
jari dingin, dan kesadaran menurun.
Obat yang dapat diberikan bagi penderita dehidrasi diare, yaitu pada diare dengan
dehidrasi ringan dapat diberika larutan oralit, renalyte, dan pedialyte. Pada diare dengan
dehidrasi berat dapat diberikan terapi intravena Ringer Laktat. Penyakit diare dapat

dicegah dengan pemberian ASI, pemberian makanan, pemakaian air besih, berak pada
tempatnya, menjaga kebersihan perorangan dan kebersihan makanan dan minuman.
Terapi cairan dapat diberikan dalam bentuk koloid yaitu Albumin, Albumin eksogen,
HES (Hidroxy Ethyl Starch), dan Gelatin.Dalam bentuk kristaloid yaitu dextrosa 5%,
NaCl 0,9%, Ringer Laktat , Ringer Asetat, Glukosa 5%, 10% dan 20%. Sedangkan
kombinasi cairan yang digunakan yaitu dengan KaEn 1 B (GZ 3 : 1), cairan 2a, cairan
G:B 4:1, cairan DG, cairan Natrium Bicarbonat (Meylon),c airan RLD, cairan G:Z 4:1
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2011. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI Tahun 2001-2005. Makalah
disampaikan pada Workshop Peningkatan Pemberian ASI. Jakarta.
Harianto. 2010. Penyuluhan Penggunaan Oralit untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat.
Majalah Ilmu Kefarmasian. Jakarta: Departemen Farmasi FMIPA Universitas
Indonesia. Vol. I. No. 1. Hal 27-33.
Korompis, Fras, dkk., 2013. Studi Penggunaan Obat Pada penderita Diare Akut di Instalasi
Rawat Inap BLU RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado periode Januari-Juni
2012. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT. Manado : FMIPA UNSRAT. Vol. 2.
No.1.
Palupi, A., Hadi, H., Soenarto, SS., 2009. Status Gizi dan Hubungannya dengan Kejadian Diare
pada Anak Diare Akut di Ruang Rawat Inap RSUP Dr. Sarjito. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia. Yogyakarta. Vol. 6. No. 1. Hal 1-7.
Poerwati, E. 2013. Determinan Lama Rawat Inap Pasien Balita dengan Diare. Jurnal
Kedokteran Brawijaya. Vol 27. No. 4. Jakarta: Rumah Sakit Umum Daerah Pasar
Rebo Jakarta. Hal 241-244.
Pudjiadi, S. 2010. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Soenarto, Y. 2010. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: IDAI. Hal 121-135.

You might also like