Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Tinea Kruris, Tinea korporis memiliki bentuk dengan tanda radang lebih nyata, lebih
sering dijumpai pada orang dewasa. Lesi biasanya sangat gatal terutama waktu
berkeringat (Harahap, 1990).
Dermatitis kontak sering ditemukan sebanyak 10% atau lebih diantara para
penderita yang dirawat karena penyakit kulit. Kerapkali menyerang kedua belah tangan
sehingga dapat menjadi halangan bagi penderita untuk bekerja dan cenderung untuk
menjadi kronik melalui kontak yang berulang.
Pengaruh dermatitis kontak bertingkat mulai dari yang ringan dengan bengkak
yang parah dan melepuh. Seringkali pada ruam terdapat lepuhan-lepuhan/gelembunggelembung kecil yang gatal. Daerah ruam mungkin sangat kecil atau bisa terjadi ruam
melapisi seluruh tubuh.
Jika zat-zat kimia penyebab ruam dihindari, biasanya kemerahan tersebut
menghilang beberapa hari. Lepuhan bisa berair dan menjadi lapisan kerak, tetapi akan
segera mengering. Sisa-sisa sisik, gatal dan cairan kental yang bersifat sementara pada
kulit bisa berakhir selama beberapa hari atau berminggu-minggu.
Menetapkan penyebab dermatitis kontak tidak selalu mudah dikarenakan banyak
sekali kemungkinan yang ada. Selain itu banyak yang tidak tahu atau menyadari seluruh
zat-zat kimia yang bersentuhan dengan kulit mereka. Seringkali lokasi awal ruam
merupakan suatu petunjuk penting (Harahap, 1990).
2.3.1. Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan adalah dermatitis kontak yang terjadi oleh karena
berkontak dengan bahan iritan. Sedang iritan adalah substansi yang pada kebanyakan
orang dapat mengakibatkan kerusakan sel bila dioleskan untuk waktu tertentu dengan
konsentrasi tertentu. Bahan iritan dapat membuat kerusakan kulit dengan cara :
menghabiskan lapisan tanduk secara bertahap, denaturasi dari keratin, dan perubahan
Penyebab yang paling sering terjadi dari dermatitis kontak pada berbabagai
tempat di tubuh dapat dilihat pada tabel 2.1. di bawah ini.
Tabel. 2.1. Faktor Penyebab dan Tempat Timbulnya Dermatitis
Lokalisasi
Muka
Telinga
Bibir
Leher
Ketiak
Daerah belakang
Buah dada
Pinggang
Daerah perianal
Lengan dan kaki
Pergelangan tangan
Badan
Kaki
Tangan
kulit (baru) yang timbul karena pekerjaan atau lingkungan kerja dan penyakit kulit (lama)
yang kambuh karena pekerjaan atau lingkungan kerja.
2.4.1. Sebab-Sebab Dermatosis Akibat Kerja
Penyebab-penyebab dermatosis akibat kerja dapat digolong-golongkan sebagai
berikut :
a. Faktor Fisik, yaitu tekanan, kelembaban, panas, suhu dingin, sinar matahari, sinar X
dan sinar-sinar lainnya.
b. Bahan-bahan berasal dari tanaman, yaitu daun-daunan, ranting-ranting, getah, akarakaran, umbi-umbian, bunga-bungaan, buah-buahan, sayur-sayuran, debu, kayu dan
lain-lain
c. Makhluk-makhluk hidup, yaitu bakteri-bakteri, virus-virus, jamur-jamur, cacing,
serangga dan kutu
d. Bahan-bahan kimia, yaitu asam-asam dan garam anorganik, persenyawaanpersenyawaan hidrokarbon, oli, ter, bahan-bahan warna dan lain-lain.
Dari penyebab-penyebab itu bahan kimialah yang terpenting, oleh karena bahanbahan itulah terbanyak digunakan dalam industri-industri. Ada 2 (dua) cara bahan-bahan
kimia ini menimbulkan dermatosis, yaitu dengan jalan perangsangan atau iritasi dan
dengan jalan sensitisasi atau pemekaan kulit. Bahan-bahan yang menyebabkan iritasi
disebut perangsang primer, sedangkan penyebab sensitisasi disebut pemeka (sentsitizer).
Perangsang primer mengadakan rangsangan kepada kulit dengan jalan melarutkan lemak
kulit, dengan mengambil air dari lapisan kulit, dengan oksidasi atau reduksi, sehingga
kesetimbangan kulit terganggu dan timbulah dermatosis. Sensitisasi biasanya disebabkan
oleh bahan-bahan organik dengan struktur molekul lebih sederhana, yang dapat
bergabung dengan putih telur tubuh membentuk antigen.
Perangsang primer yaitu bahan yang akan menimbulkan dermatosis oleh kerjanya
yang langsung kepada kulit yang normal pada tempat terjadinya kontak dengan kulit itu
dalam jumlah dan kekuatan yang cukup untuk waktu yang cukup lama pula. Pemeka kulit
adalah bahan yang tidak menimbulkan perubahan-perubahan khas di kulit, setelah 5 atau
7 hari sejak kontak yang pertama, maupun di tempat lain di kulit kuku.
Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit kulit
sangat banyak antara lain :
1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan, kondisi cuaca,
panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik,
ternal atau radiasi langsung pada kulit. Kebanyakan iritan langsung merusak kulit
dengan jalan a). mengubah pHnya; b). Bereaksi dengan protein-proteinnya
(denaturasi); c). Mengekstraksi lemak dari lapisan luarnya atau merendahkan daya
tahan kulit.
2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 (empat) kategori yaitu :
- Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-garam logam dan
lain-lain.
- Sentsitizer, berupa logam dan garam-garaman, senyawa-senyawa yang berasal dari
anilin, derivat, nitro aromatik, resin, bahan-bahan kimia karet, obat-obatan,
antibiotik, kosmetik, terpentin, tanam-tanaman dan lain-lain.
- Agen-agen aknegenik berupa naftalen dan bifenil klor, minyak, mineral dan lainlain.
tidak menimbulkan sensitisasi). Logam mercuri juga ditemukan dalam cream anti
jerawat. Logam mercuri organik kadang menimbulkan sensitisasi kalau digunakan
sebagai pembetsa dari penyamak atau sebagai pengawet dalam obat-obatan (Fregert,
1988).
2.4.2. Diagnosa Dermatosis
Diagnosa dermatosis harus diikuti dengan cara diagnosa penyakit-penyakit pada
umumnya. Harus jelas kapan, tepatnya dermatosis dimulai, untuk itu perlu adanya data
pemeriksaan sebelum kerja dan pemeriksaan kesehatan berkala. Selanjutnya perlu
pengetahuan tentang lingkungan kerja si penderita, apakah benar terdapat penyebab
penyakit itu berada dalam lingkungan. Bila ada, bagaimana keterangannya tentang cara
penyebab itu menimbulkan penyakit tersebut, apakah secara infeksi, apakah
perangsangan primer ataukah pemekaan. Dalam hal ini dapat dijawab dengan
memperhatikan penyebab-penyebab yang ada dalam lingkungan kerja dan dengan uji
laboratorium, ataupun klinis.
Bahwa diagnosa dermatosis akibat kerja kadang-kadang sulit, ialah membedakan
apakah kelainan kulit ditangan dermatosis akibat kerja ataukah reaksi dermatophytide,
yaitu reaksi allergis terhadap infeksi jamur kronis, yang biasanya tempat infeksi di selasela jari kaki. Untuk itu harus dilakukan uji-uji klinis tertentu.
Demikian pula faktor psychis kadang-kadang menyulitkan, bahwa kelainan kulit
itu adalah dermatosis akibat kerja ataukah suatu kelainan yang latar belakangnya
penyakit psychosomatik. Untuk keperluan ini perlu suatu nasihat keahlian dari seorang
psychiater (Sumamur, 1998).
: Tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia dan
bakteriologis).
b. Kuantitas
c.Kontinuitas
: Air minum dan air bersih tersedia pada setiap kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan.
telurnya di dalam kulit. Telur akan menetas 4-8 hari, dan menjadi dewasa dalam waktu dua
minggu. Karena gatalnya penderita terus menggaruk-garuk kulitnya dan sebagai akibatnya
seringkali terjadi infeksi sekunder. Scabies didapat terutama di daerah kumuh dengan
keadaan sanitasi yang sangat jelek. Reservoir Scabies adalah manusia, penularan terjadi secara
langsung dari orang ke orang maupun lewat peralatan seperti pakaian. (Slamet, 1996).
3. Cara Water Based Disease
Penyakit ini dalam siklusnya memerlukan penjamu (host) perantara. Pejamu perantara ini
hidup di dalam air. Contoh yang baik bagi kelompok ini adalah penyakit Schistosomiasis. Larva
schistosomiasis hidup didalam keong-keong air. Setelah waktunya, larva ini akan
merubah bentuk menjadi Cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia yang berada di air
tersebut.Air yang mengandung cercaria infektif ini sangat berbahaya bagi manusia.
Badan-badan air yang potensial untuk menjangkitkan jenis penyakit ini adalah badanbadan air yang terdapat di alam. Badan-badan air yang terdapat di alam sering
berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari manusia seperti menangkap ikan, mandi,
cuci dan sebagainya.
4. Water Rellated Insecta Vectors
Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air,
misalnya malaria, demam berdarah, fillariasis, yellow fever dan sebagainya. Nyamuk sebagai
vektor penyakit akan berkembang biak dengan mudah, bila di lingkungannya terdapat genangangenangan air seperti gentong air, pot dan sebagainya.
Dalam prakteknya upaya hygiene ini antara lain meminum air yang sudah direbus
sampai mendidih dengan suhu 100C selama 5 menit, mandi dua kali sehari agar badan
selalu bersih dan segar, mencuci tangan dengan sabun sebelum memegang makanan,
mengambil makanan dengan memakai alat seperti sendok atau penjepit, dan menjaga
kebersihan kuku serta memotongnya apabila panjang (Azwar, 1996).
2.5.3. Hygiene Perorangan
Hygiene perorangan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama
pada masa-masa perkembangan. Dengan kesehatan pribadi yang buruk pada masa
tersebut akan dapat mengganggu perkembangan kualitas sumber daya manusia.
Untuk menjaga kesehatan pribadi atau perorangan tentu saja tidak terlepas dari
kebiasaan-kebiasaan sehat yang dilakukan setiap hari. Menurut Entjang (2000), usaha
kesehatan pribadi (personal hygiene) adalah upaya seseorang untuk memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatannya sendiri. Usaha-usaha tersebut antara lain adalah :
1. Memelihara kebersihan
Yang termasuk memelihara kebersihan adalah memelihara kebersihan badan (mandi
sekurang-kurangnya dua kali sehari, menggosok gigi secara teratur dan mencuci
tangan sebelum makan dan sesudah makan) memelihara, kebersihan pakaian (selalu
dicuci dan diseterika), memelihara kebersihan rumah dan lingkungannya (selalu
disapu, membuang sampah, buang air besar dan air limbah pada tempatnya).
2. Makan makanan yang sehat
Makanan harus selalu dijaga kebersihannya, bebas dari bibit penyakit, cukup
kuantitas dan kualitasnya.
3. Cara hidup yang teratur
Makan, tidur, bekerja dan beristirahat secara teratur termasuk rekreasi dan menikmati
hiburan pada waktunya.
2.6. Nelayan
Nelayan di dalam ensiklopedi Indonesia digolongkan sebagai pekerja, yaitu orang
yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung maupun
secara tidak langsung sebagai mata pencahariannya (Rahardjo, 2002).
2.6.1. Pengertian Nelayan
Arti nelayan dalam buku statistik perikanan Indonesia nelayan adalah orang yang
secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air
lainnya/tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan, seperti membuat jaring,
mengangkut alat-alat/perlengkapan ke dalam perahu/kapal, mengangkut ikan dari
perahu/kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan. Tetapi ahli mesin, juru masak yang
bekerja diatas kapal penangkapan ikan dimasukkan sebagai nelayan. Dari pengertian itu
nelayan dipandang tidak lebih sebagai kelompok kerja yang tempat bekerjanya di air,
yaitu sungai, danau atau laut.
Sedangkan nelayan menurut ensiklopedi Indonesia yang secara lengkap bunyi
kutipannya adalah Orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik
secara langsung (seperti para penebar dan penarik jaring), maupun secara tidak langsung
(seperti juru mudi perahu layar, nakhoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru
masak kapal penangkap ikan) sebagai mata pencaharian Inti pengertian batasan ini
menyatakan, bahwa nelayan adalah pekerjaan orang yang kerja utamanya menangkap
ikan. Batasan pengertian yang ada pada Ensiklopedi Indonesia itu, tampaknya diikuti
sama persis didalam statistik perikanan Indonesia dalam angka, 1992 yang dikeluarkan
oleh Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta, 1995, bunyinya adalah
sebagai berikut : Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam
operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan, seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat/perlengkapan kedalam
perahu/kapal, mengangkut ikan dari perahu/kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan.
Tetapi ahli mesin, juru masak yang bekerja diatas kapal penangkap dimasuk-kan sebagai
nelayan. Batasan ini tampak sekali hanya ingin memperjelas istilah didalam Ensiklopedi
Indonesia, sehingga nelayan adalah semua orang yang bekerja diatas perahu/kapal yang
kegiatannya dilaut untuk mencari ikan, binatang dan tanaman air (Deptan, 1995).
Menurut Mubyarto, dkk. (1984) yang dikutip oleh Rahardjo (2002), dalam
bukunya
yang
berjudul
Nelayan
dan
Kemiskinan
dalam
Studi
Ekonomi
hidup (gaya hidup). Gaya hidup menarik sebagai masalah kesehatan, minimal dianggap
faktor resiko dari berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2000). Secara rinci faktor individu
yang berkaitan dengan gangguan kesehatan kulit adalah sebagai berikut :
1. Umur
Umur merupakan salah satu karakteristik yang mempunyai resiko tinggi terhadap
keterpapan penyakit di tempat kerja. Umur juga berkaitan dengan daya tahan
tubuh terhadap agent penyakit maupun pengaruh lingkungan yang kurang baik.
2. Pendidikan
Pendidikan pekerja berperan penting terhadap pengetahuan dan pemahaman
pekerja tentang pencegahan penyakit akibat kerja termasuk penyakit gangguan
kulit, misalnya penggunaan alat pelindung diri, personal hygiene, serta
pemahaman tentang perilaku kerja yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja.
Selain itu pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi
pekerjaan, diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindar terjadinya
kecelakaan kerja.
3. Masa kerja
Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan
dengan faktor resiko. Dengan perbedaan masa kerja akan berhubungan dengan
pajanan terhadap pencemar atau bahan yang berisiko terhadap gangguan
kesehatan kulit.
4. Penggunaan alat pelindung diri
Menurut Sumamur (1998), diantara faktor-faktor penyebab terjadinya
penyakit kerja salah satu diantaranya pelindung diri yang tak aman. Alat
resisten terhadap
kontaminan-kontaminan udara,
dibersihkan dan dipelihara dengan baik, serta sesuai untuk pekerja yang
memakainya. Untuk alat-alat tertentu seperti alat pelindung pernafasan,
sumbat/tutup telinga, pakaian kerja kedap air dan lain-lain mungkin tidak nyaman
untuk dipakai terutama dicuaca yang panas. Jadi mungkin diperlukan
pengurangan jam kerja paling tidak pada waktu-waktu yang memerlukan
pemakainan
alat
pelindung
tersebut
(Personal
protective
equipment)
(Kusnoputranto, 2000)
Karakteristik Responden
- Umur
- Pendidikan
- Pendapatan
- Masa kerja
- Jam kerja
- Jumlah Anggota
keluarga
- Pengetahuan
Hygiene Perorangan