You are on page 1of 21

DOKUMENTASI NEONATUS SAKIT

OLEH:
1.
2.

SEPTIKA ZAHRA
SHELLY DEKA AGUSTI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDOENSIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN METRO
TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir, Neonatus, Balita, dan Pra Sekolah
tentang dokumentasi neonates sakit dengan baik tanpa halangan apapun.
Penulis menyadari bahwa tiada manusia yang sempurna, karena manusia pasti mempunyai
kekurangan.Penulis juga tidak lepas dari sifat kekurangan itu, sehingga apa yang tertulis dalam
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis usahakan semaksimal mungkin. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
menjadi lebih sempurna.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala jasa, kebaikan-kebaikan serta
bantuannya yang telah diberikan kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga makalh ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca pada umumnya. Amin.

Metro, November 2014

Penulis

BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada
bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal
ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat
imunitas trans. Plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar
pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap
kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.
Sepsis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons sistemik terhadap infeksi
pada bayi baru lahir (Behrman, 2000).
Sepsis adalah sindrom yang dikarekteristikkan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi
yang parah yang dapat berkembang kearah septikemia dan syok septik (Dongoes, 2000).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama sejak dilahirkan.
Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu orga saja (seperti paruparu dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada saat sebelum persalinan
(intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan karena
virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi atau jamur (candida) meskipun jarang
ditemui. (John Mersch, MD, FAAP, 2009).
Sepsis Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru
lahir. Suatu sindroma respon inflamasi janin/ FIRS disertai gejala klinis infeksi yang diakibatkan
adanya kuman di dalam darah pada neonatus.
B. Etiologi
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3 golongan,
yaitu :
1. Infeksi Antenatal

Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melalui batas
plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan
masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :
a) Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion ;
b) Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ) ;
c) Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria monocytogenes.
Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke
cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Mikroorganisme
dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketubah pecah
lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ), mempunyai
peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi
walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi
vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia
kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia.
3. Infeksi Pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal
terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat
perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini
sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali
karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan
kuman yang sudah tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit. Diagnosa
infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu sendiri tetapi lebih
penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perianatal
tidak mudah. Tanda khas seperti yang terdapat bayi yang lebih tua seringkali tidak ditemukan.
Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan
persalinan yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratarium seringkali
diagnosis didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkalan itu
diagnosis dapat ditegakkan dengan permeriksaan selanjutnya.

Infeksi pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala
infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita
cukup wasdpada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda
permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama
dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu, namun tiba
tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut
mungkin sekali disebabkan oleh infeksi. Beberapa gejala yang dapat disebabkan diantaranya
ialah malas, minum, gelisah atau mungkin tampak letargis. Frekuensi pernapasan meningkat,
berat badan tiba tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain itu dapat terjadi
edema, sklerna, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplehomegali dan kejang. Suhu
tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal. Pada bayi BBLR seringkali
terdapat hipotermia dan sklerma.
C. Klasifikasi
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar, yaitu berat
dan infeksi ringan.
a) Infeksi berat ( major in fections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik,
plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.
b) Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi umbilikus (
omfalitis ), moniliasis.
D. Penyebab dan Faktor
Faktor - faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok,
yaitu:
1. Faktor Maternal
a) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus
sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak
higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b) Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20
tahun atua lebih dari 30 tahun.
c) Kurangnya perawatan prenatal.
d) Ketuban pecah dini (KPD)

e) Prosedur selama persalinan.


2. Faktor Neonatatal
a) Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama
untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi
cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir
trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun,
menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan
kulit.
b) Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap
streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir
tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan
komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap
lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan
spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan
aktivitas opsonisasi.
c) Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar
dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
1. Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur
invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter
vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi
mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang
terkontaminasi.
2. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada
neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga
menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
3. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang
berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
4. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya,
sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
5. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara, yaitu:
1) Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.

Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain
virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang
dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
2) Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang
ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi
amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi.
Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi
oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius,
kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas
infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi
melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui
jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.
3) Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui
alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol
minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka
umbilikus (AsriningS.,2003)
Penyebab neonatus sepsis/ sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri,
virus, parasit, atau jamur.
Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri:
1. Bakteri escherichia koli
2. Streptococus group B
3. Stophylococus aureus
4. Enterococus
5. Listeria monocytogenes
6. Klepsiella
7. Entererobacter sp
8. Pseudemonas aeruginosa
9. Proteus sp
10. Organisme anaerobic
Faktor resiko penting untuk kewaspadaan terjadinya infeksi/sepsis :

1. Riwayat kehamilan
a) Infeksi pada ibu selama hamil antara lain TORCH
b) Ibu menderita eklamsia
c) Ibu dengan diabetes mellitus
d) Ibu mempunyai penyakit bawaan
2. Riwayat kelahiran
a) Persalinan lama
b) Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vacuum, seksio caesarea)
c) Ketuban pecah dini
d) Air ketuban hijau kental
3. Riwayat bayi baru lahir
a) Trauma lahir
b) Lahir kurang bulan
c) Bayi kurang mendapat cairan dan kalori
d) Hipotermia pada bayi
E.

Angka Kejadian
Angka kejadian sepsis neonatorum masih cukup tinggi dan merupakan penyebab kematian
utama pada neonatus. Hal ini dikarenakan neonatus rentan terhadap infeksi. Kerentanan
neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir
yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.
Berdasarkan perkiraan World Health Organitation( WHO) hampir semua( 98%) dari lima juta
kematian neonatal terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada
periode neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus
neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare.(Imral chair, 2007).
LaporanWHO tahun 2005 angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000
kelahiran hidup. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka
kematian bayi 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi
meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap enam menit satu bayi
Indonesia meninggal.( Roesli Utami, 2008) Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis
neonatorum cukup tinggi 13-50% dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul
sebagai komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia,
gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007).

Infeksi pada neonatus lebih sering di temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan
pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit.
Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Segala bentuk
infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih berbahaya dibandingkan dengan infeksi
yang terjadi pada anak atau dewasa. Ini merupakan alasan mengapa bayi harus dirawat dengan
ketat bila dicurigai mengalami infeksi.
F.

Tanda dan Gejala


Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi perinatal adalah
sebagai berikut.
1.

Bayi malas minum

2.

Gelisah dan mungkin terjadi letargi

3.

Frekuensi pernapasan meningkat

4.

Berat badan menurun

5.

Pergerakkan kurang

6.

Muntah

7.

Diare

8.

Sklerema dan udema

9.

Perdarahan, ikterus, dan kejang

10. Suhu tubuh dapat normal, hipotermi, atau hipertermi


G. Pencegahan
1.

Pada masa Antenatal


Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi,
pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai,
penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin.
Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.

2.

Pada masa Persalinan


Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

3.

Pada masa pasca Persalinan


Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan
tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

H. Penatalaksanaan
1.

Memberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v dan
Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v

2.

Melakuakn septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses
lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal
dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada,
pemeriksaan CRP kuantitatif).

3.

Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

4.

Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah
dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

5.

Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap
abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem
dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari
(atas indikasi khusus). Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya.
Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal
21 hari.

6.

Pengobatan suportif meliputi:


a)

Termoregulasi

b)

Terapi oksigen/ventilasi mekanik

c)

Terapi syok

d)

Koreksi metabolik asidosis

e)

Terapi hipoglikemi/hiperglikemi

f)

Transfusi darah

g)

Plasma

h)

Trombosit

i)

Terapi kejang

j)

Transfusi tukar

BAGAN PENANGANAN INFEKSI ATAU SEPSIS


TANDA-TANDA

Suhu tubuh panas atau hipotermia, sesak napas, merintih, menangis lemah
atau tidak ada tangis, susah minum, fontanel cembung, tali pusat
memerah.

KATEGORI

Sepsis

Infeksi Lokal

PENILAIAN

Tanda-tanda tersebut di atas disertai: Biasanya hanya ditemukan:


1. Kadang-kadang kejang

1. Panas

2. Tali pusat merah atau kotor

2. Tali pusat merah atau kotor

atau bau
3. Kulit ikterik

atau bau
3. Nanah di telinga
4. Bisul atau pustule di kulit

PENANGANAN
PUSKESMAS

1. Pertahankan tubuh bayi tetap


hangat (tidak hipotermia)
2. ASI tetap diberikan atau diberi
air gula
3. Injeksi antibiotika 1 kali
4. Rujuk ke rumah sakit
5. Diberi injeksi antibiotika
6. Dilanjutkan dengan antibiotika
oral
7. Nasehat perawatan infeksi
8. Kontrol kembali dalam 2 hari

RUMAH SAKIT

1. Sama seperti di atas


2. Diberi antibiotika ampisilin + gentamisin i.v.
3. Bila perlu diberikan oksigen
4. Infus untuk mencegah dehidrasi
ASI tetap diberikan

BAB II
ASUHAN KEBIDANAN

I.

PENGKAJIAN DATA
A. Anamnesis
Tanggal

: 19 Februari 2012

Jam

: 12.00 WIB

Tempat

: Ruang Anak. Melati III RSUD dr. Saiful Anwar Malang

1. Data Subyektif
a.

Biodata

Nama Bayi

: Bayi T

Tanggal lahir

: 18 Maret 2012

Umur

: 1 hari

Jenis kelamin

: Laki-laki

Anak ke

: 3 (tiga)

Nama Orang tua


Nama Ibu

: Ny. T

Nama Ayah

: Tn. A

Umur

: 38 tahun

Umur

: 38 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Jl. Imam Bonjol 6 Bugul

Alamat

: Jl. Imam Bonjol 6 Bugul

Lor Pasuruan
b.

Lor_Pasuruan

Keluhan Utama
Bayi lahir di bidan pada tanggal 18 Maret 2012. Bayi tidak langsung menangis,sisa
ketuban keruh.

c.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1) Riwayat kehamilan ini
Ibu hamil ke-3, UK 37-38 minggu, ibu periksa hamil ke bidan. Pada:
TM I

: 1 kali

TM II

: 3 kali

TM III : 3 kali
2) Riwayat persalinan ini
Bayi lahir tanggal 18 Maret 2012, spt B, dengan UK 37-38 minggu, jenis
kelamin laki-laki, tidak langsung menangis, AS pada 1 menit pertama 1 dan pada 5
menit kedua 3. BBL 3300 gr, PBL 50 cm, LK 34 cm, LD 32 cm, anus (+) , Vit. K (+).
Riwayat pemberian imunisasi HB1 tidak terkaji.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang pernah atau
sedang menderita penyakit menular, menurun, maupun menahun seperti kencing
manis, jantung, batuk darah, asma, darah tinggi dan penyakit kuning. Selain itu, ibu
mengatakan bahwa dari keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang
mempunyai keturunan kembar.
Ibu tidak pernah minum jamu dan tidak pernah pijat oyok.
4) Kebutuhan Dasar
a) Pola Nutrisi
i. Minum PASI (susu formula) 8 x 20 cc/ hari
ii. Pola Eliminasi
b) BAB: 1-2 kali dalam sehari, berupa mekoneum berwarna hijau tua/ kehitaman.
c) BAK: 5-6 kali dalam sehari, berwarna kuning jernih.
d) Pola Istirahat
Bayi lebih banyak tidur, kadang terbangun jika bayi haus, BAB, atau BAK.
e) Pola aktivitas
Bayi bergerak aktif.
6. Personal hygiene
Bayi dimandikan dan diseka 2 x/ hari, ganti popok tiap kali basah.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum

: lemah

Kesadaran

: Composmentis

BB

: 3300 gram

PB

: 50 cm

Pernapasan
Nadi

: 68 x/menit
: 120x/ menit

Suhu

: 368 0C

b. Pemeriksaan Fisik
1)

Inspeksi
Kepala

: Simetris, persebaran rambut merata, rambut bersih, berwarna hitam.

Muka

: Simetris, tidak tampak oedema, tidak tampak ikterik maupun


sianosis.

Mata

: Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebra tidak


oedema.

Hidung

: Lubang hidung simetris, ada pernafasan cuping hidung.

Mulut

: Bibir lembab, bersih, lidah bersih, gigi (-).

Telinga

: Simetris, tidak ada sekret.

Abdomen

: Bentuk normal, tampak tali pusat terbungkus kassa steril.

Genetalia

: scorotum (+), tidak tampak hipospaadia atau epispadia.

Ekstremitas atas : Simetris, bergerak aktif, tidak ada polidaktil, sindaktil, tampak
terpasang infuse D10 pada tangan kanan.
Ekstremitas bawah : Simetris, bergerak aktif, tidak ada polidaktil.
2)

3)

Palpasi
Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.

Dada

: Tidak ada benjolan abnormal.

Abdomen

: Tidak ada benjolan abnormal.

Ekstremitas

: Tidak ada oedema baik pada kedua tangan dan kaki.

Auskultasi
Dada

: Tidak ada bunyi ronchi maupun wheezing.

Abdomen

: Bising usus normal.

4) Perkusi
Abdomen

: Tidak kembung, supel.

c. Pemeriksaan Neurologis
1) Reflek Moro

: (+)

2) Reflek Menggenggam : (+)


3) Reflek roating

: (+)

4) Reflek Sucking

: (+)

5) Reflek swallowing

: (+)

6) Babynski reflek
d.

: (+)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laborat tanggal 19 Maret 2012 (05.15 WIB)
1) Darah lengkap
Jenis

Hasil

Harga normal

Leukosit

19.900 /l

N : 3500 - 10.000

Hemoglobin

17,2 mg/dl

N : 11,0 - 16,5

Hematokrit

50,8 %

N : 35,0 - 50,0

Trombosit

326.000

N : 150000 - 3390000

Jenis

Hasil

Harga normal

GD Puasa sesaat

25 mg/dl

N : < 200

Ureum

12,4 mg/dl

N : 10 - 50

Kreatinin

0,90 mg/dl

N : 0,7 - 1,5

SGOT

13,2 U/L

N : 11 - 41

SGPT

10 U/L

N : 10 41

2) Kimia Darah

II.

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH


Diagnosa

: Bayi T usia 1 hari dengan infeksi neonatorum

Data Objektif

: Keadaan Umum
Kesadaran

: Composmentis

BB

: 3300 gram

PB

: 50 cm

Pernapasan

: 68 x/menit

Nadi

: 120x/ menit

Suhu
III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
1. Potensi terjadi hipotermi
2.

: lemah

Potensi terjadi ganguan pernapasan

: 360C

3. Potensi terjadi infeksi


IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter spesialis
V.

INTERVENSI
Diagnosa

: Bayi T Usia 1 hari dengan infeksi neonatorum

Tujuan

: Bayi T keadaannya membaik

Kriteria hasil

: TTV dalam batas normal

Suhu

: 360 - 37 0C

Nadi

:120 - 160 x/menit

Pernapasan

: 40 - 60 x/menit, Tidak ada retraksi dinding dada

BB normal

: 2500 - 4000 gram

Intervensi:
1.

Lakukan cuci tangan 7 langkah sebelum dan sesudah memegang bayi.

2.

Lakukan observasi TTV.

3.

Pertahankan suhu tubuh bayi.

4.

Lakukan perawatan tali pusat pasien dengan benar.

5.

Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

VI. IMPLEMENTASI
Diagnosa : Bayi T Usia 2 hari dengan infeksi neonatorum
Implementasi:
1. Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi dengan menggunakan sabun
dan dibilas dibawah air mengalir untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
2. Dilakukan observasi TTV.
Suhu

:360C

Nadi

:120 x/menit

Pernapasan

:68 x/menit

3. Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan mengganti baju kering, mengganti popok, serta
menyelimuti bayi. Bila bayi dalam inkubator, mempertahankan suhu inkubator agar bayi tidak
kedinginan.
4. Dilakukan perawatan tali pusat bayi dengan benar yaitu dengan menggunakan kassa steril
dan tidak membubuhkan apapun pada tali pusat bayi.

5. Dillakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi


VII. EVALUASI
Tanggal

: 20 Maret 2012

Diagnosa

: Bayi T Usia 2 hari dengan infeksi neonatorum

: Ibu mengatakan bayinya bergerak aktif

: Keadaan Umum

: Cukup

Kesadaran

: Composmentis

BB

: 3300 gram

PB

: 50 cm

Pernapasan

: 60 x/menit

Nadi

: 120x/ menit

Suhu

: 36 0C

: Bayi T Usia 2 hari dengan infeksi neonatorum


Masalah teratasi sebagian

: 1. Dilakukan Observasi TTV


2. Dilakukan perawatan bayi sehari-hari
3. KIE tentang pemberian ASI dan nutrisi

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Bayi T didiagnosa Sepsis Neonatorum dengan berdasarkan hasil dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Dimana pengertian dari Sepsis Neonatorum adalah :
Sepsis Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.
Suatu sindroma respon inflamasi janin/ FIRS disertai gejala klinis infeksi yang diakibatkan adanya
kuman di dalam darah pada neonatus.
Hasil anamnesis dan pemerisaan fisik yang mendukung:
1. Bayi tidak langsung menangis,sisa ketuban keruh.
2. Pemeriksaan

Keadaan Umum

: lemah

Kesadaran

: Composmentis

BB

: 3300 gram

PB

: 50 cm

Pernapasan

Nadi

: 120x/ menit

Suhu

: 360C

: 68 x/menit

Penyebab terjadinya Sepsis Neonatorum ini, ada beberapa faktor - faktor yang mempengaruhi
kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu:
1. Faktor Maternal
a) Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan
terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya.
b) Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20
tahun atua lebih dari 30 tahun.
c) Kurangnya perawatan prenatal.
d) Ketuban pecah dini (KPD)
e) Prosedur selama persalinan.

2. Faktor Neonatatal
a)

Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko

utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari
pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada
paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus
menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan
pertahanan kulit.
b)

Neonatus

bisa

mengalami

kekurangan

IgG

spesifik,

khususnya

terhadap

streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan
hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas
lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon
terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total
dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar
penurunan aktivitas opsonisasi.
d) Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih
besar dari pada bayi perempuan.
3. Faktor Lingkungan
a) Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan
prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama.
Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat
masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat
alat yang terkontaminasi.
b) Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada
neonates yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga
menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.
c)

Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme


yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.

d)

Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya,
sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.

e)
4.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus :

Riwayat kehamilan
a)

Infeksi pada ibu selama hamil antara lain TORCH

b)

Ibu menderita eklamsia

5.

6.

c)

Ibu dengan diabetes mellitus

d)

Ibu mempunyai penyakit bawaan

Riwayat kelahiran
a)

Persalinan lama

b)

Persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vacuum, seksio caesarea)

c)

Ketuban pecah dini

d)

Air ketuban hijau kental

Riwayat bayi baru lahir


a)

Trauma lahir

b)

Lahir kurang bulan

c)

Bayi kurang mendapat cairan dan kalori

d)

Hipotermia pada bayi

Dilakukan monitoring keluhan, tanda-tanda vital, cairan masuk dan cairan keluartiap hari. Dalam
perjalanannya penderita mengalami perbaikan keadaan umum, keluhan utama sudah tidak
dikeluhkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta.Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo
http://wikipedia/infeksi-noenatorum.com
Depkes RI, 1994, Pedoman Penanganan Kegawatdaruratan Obstektrik dan Neonatal, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.

You might also like