You are on page 1of 4

Antioksidan primer

Antioksidan primer ini bekerja untuk mencegah pembentuk senyawa radikal


bebas baru. Ia mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang
berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi.
Contoh antioksidan ini adalah enzim SOD yang berfungsi sebagai pelindung
hancurnya sel-sel dalam tubuh serta mencegah proses peradangan karena
radikal bebas. Enzim SOD sebenarnya sudah ada dalam tubuh kita. Namun
bekerjanya membutuhkan bantuan zat-zat gizi mineral seperti mangan, seng,
dan tembaga. Selenium (Se) juga berperan sebagai antioksidan. Jadi, jika
ingin menghambat gejala dan penyakit degeneratif, mineral-mineral tersebut
hendaknya tersedia cukup dalam makanan yang dikonsumsi setiap hari.
Antioksidan sekunder
Antioksidan ini berfungsi menangkap senyawa serta mencegah terjadinya
reaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder: vitamin E, vitamin C, beta
karoten, asam urat, bilirubin, dan albumin.
Antioksidan tersier
Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang
disebabkan radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel
adalah metionin sulfoksidan reduktase. Adanya enzim-enzim perbaikan DNA
ini berguna untuk mencegah penyakit kanker, misalnya.
Hasil berbagai penelitian dengan menggunakan hewan percobaan telah
mendukung teori bahwa mengkonsumsi antioksidan yang memadai dapat
mengurangi terjadinya berbagai penyakit seperti kanker, kardiovaskuler,
katarak serta penyakit degeneratif lain.
Anggur merah vs jantung koroner
* Lebih dari 200 penelitian secara epidemiologi menyatakan, diet makanan
yang mengandung beta karoten dapat menurunkan risiko penyakit kanker.
Beta karoten konon mampu mecegah kerusakan sel normal dari sel ganas
dengan cara meningkatkan keutuhan sel-sel normal dan mengusahakan agar
sel-sel kanker tersebut bertindak sebagai sel normal.

Vitamin C juga berperan dalam menurunkan risiko kanker saluran


pencernaan. Dikatakan pula adanya hubungan antara asupan vitamin E yang
rendah dan risiko kanker payudara, paru-paru, tenggorokan, dan mulut.
Beberapa studi mengungkapkan peranan antioksidan untuk mencegah
penyakit jantung. Oksidasi LDL (low density lipoprotein) menyebabkan
kerusakan dinding pembuluh arteri yang berarti proses awal dari
aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah arteri).
Pertahanan antioksidan secara alami dalam LDL kolesterol dengan jumlah
yang cukup dapat melindungi LDL dari proses oksidasi tapi masih
dipertanyakan apakah perlindungan ini terjamin pada setiap orang.
Antioksidan alam terbanyak dalam LDL adalah vitamin E. Sehingga
penambahan suplemen vitamin E dalam makanan dapat meningkatkan
kandungan vitamin E dalam LDL serta meningkatkan perlindungan terhadap
proses oksidasi. Beta karoten merupakan antioksidasi yang cukup kuat yang
secara teoritis juga dapat melindungi oksidasi LDL.
Anggur merah telah terbukti dapat mencegah penyakit jantung koroner karena
kandungan flavonoidnya. Sebagai contoh, Prancis, dibandingkan negara
Eropa lain atau Amerika, jumlah penderita PJK-nya lebih kecil (dikenal
dengan istilah the French paradox) karena suka sekali minuman anggur
merah. Padahal konsumsi lemak mereka lebih besar, lebih banyak merokok
dan kurang bergerak. Anggur merah memang mempunyai kandungan
senyawa fenol lebih tinggi daripada anggur putih. Fenol ini mempunyai efek
kardioprotektif (flavonoid) yakni antioksidan yang sangat kuat. Ia dapat
mencegah oksidasi LDL 20x lebih kuat dari vitamin E.
Senyawa flavonoid ini telah terbukti secara in vitro mempunyai efek biologis
yang sangat kuat sebagai antioksidan, menghambat penggumpalan kepingkeping sel darah, merangsang produksi oksidasi nitrit yang dapat melebarkan
(relaksasi) pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan sel kanker.
Sayangnya, flavonoid pada anggur dan sayuran bentuknya kompleks
sehingga sangat sulit dicerna dan diserap. Sedangkan pada saat fermentasi
anggur merah, kompleks ini terurai sehingga mudah diserap tubuh. Ditambah
lagi adanya alkohol (10%) dalam anggur membuat kandungan flavonoid
stabil.
Berdasarkan penelitian, paparan senyawa radikal bebas, sinar ultraviolet, dan

asap rokok dapat menyebabkan oksidasi protein pada lensa mata sehingga
lama-kelamaan menimbulkan katarak. Penelitian epidemiologis menyatakan,
katarak meningkat di negara-negara yang tinggi kebiasaan merokok serta
paparan sinar mataharinya.
Asupan vitamin C dan E yang rendah pada diet makanan disertai kadar
vitamin C yang rendah dalam darah, akan mempermudah seseorang terkena
katarak (kekeruhan lensa mata). Apalagi ditambah dengan kebiasaan
merokok.
Kasiat tempe dan ikan laut
* Selain berbentuk zat gizi seperti vitamin C dan D, antioksidan dapat pula
berupa zat non-gizi seperti pigmen (karoten, likopen, flavonoid, klorofil) dan
enzim (glutation peroksida, koenzim, Q-10 atau ubiquinon).
Karoten banyak pada wortel, ubi rambat, semangka, bayam, kangkung, jeruk.
Likopen pada tomat. Flavonoid pada wortel, jeruk, brokoli, kol, mentimun,
bayam, tomat, merica dan terung.
Bila konsumsi mineral seperti seng, selenium, tembaga, vitamin E dan C serta
beta karoten cukup, maka tidak diperlukan suplemen. Suplemen berupa pil,
kapsul, dll hanya diberikan bila makanan berantioksidannya belum memenuhi
angka kebutuhan gizi yang dianjurkan.
Dalam makanan sehari-hari antioksidan banyak terdapat dalam sayuran dan
buah-buahan. Sedangkan tempe dan ikan laut dapat memusnahkan atau
meminimalkan pembentukan radikal bebas.
Selama lebih dari setengah abad antioksidan telah dimanfaatkan dalam
pengolahan pangan untuk menghambat kerusakan makanan. Biasanya
antioksidan ini ditambahkan pada makanan yang mengandung lemak atau
minyak, buah segar atau sayuran agar tidak cepat rusak. Senyawa ini juga
dapat untuk mencegah perubahan warna dan rasa yang disebabkan oksigen
di udara (pada apel, pisang yang mengandung enzim tertentu).
Selain pada bahan makanan, antioksidan seperti vitamin E juga sebagai
suplemen diet untuk mengatasi proses oksidasi dalam tubuh. Belakangan
malah antioksidan digunakan dalam produk kosmetik.

di sadur dari : http://detokshop.wordpress.com

You might also like