Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
GANGGUAN SUASANA PERASAAN (EPISODE DEPRESIF) DENGAN
GEJALA PSIKOTIK
oleh:
Andreas Tedi S. Karo-Karo
NIM. 0910015001
Pembimbing
dr. H. Jaya Mualimin, Sp. KJ. M. Kes
KASUS PSIKIATRI
Dipresentasikan pada Kegiatan Kepaniteraan Klinik Laboratorium Ilmu
Kesehatan Jiwa. Pemeriksaan dilakukan pada Hari Rabu, 03 Desember 2014
pukul 11.00 WITA di Poliklinik. RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.
Sumber Anamnesa : autoanamnesa dan heteroanamnesa.
RIWAYAT PSIKIATRI
1.1
DATA UMUM
Identitas Pasien
Nama
: Ny. N
Umur
: 29 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Janda
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
:-
Suku
: Banjar
Alamat
bisikan-bisikan, bisikan yang didengar pasien sangat ramai dan berasal dari
berbagai tempat. Pasien senang menonton tv terutama bila acara tv ada anakanak. Pasien juga mengaku bahwa anaknya sekarang sudah disurga dan
berkeinginan untuk memiliki anak lagi sebanyak 34 anak.
Heteroanamnesis:
Keluarga pasien mengeluhkan kalau pasien sering tertawa sendiri sejak
6 bulan terakhir. Pasien suka berbicara sendiri kemudian tiba-tiba tertawa
sendiri lalu menangis tanpa sebab yang jelas. Pasien sering berdiam diri
didepan kaca lalu menangis sendiri tanpa sebab yang jelas. Selain itu napsu
makan pasien juga sangat berkurang sejak 6 bulan yang lalu. Pasien sering
tidur dan bangun kembali karena terkejut dan hal ini berulang kali terjadi
sepanjang malam. Keluarga mengaku bahwa 6 bulan yang lalu anak perempuan
pasien meninggal saat berusia kurang dari 1 tahun dan pasien ditinggal kabur
oleh suami setelah anak pasien meninggal. Setelah kejadian tersebut, terjadi
perubahan drastis dalam kehidupan sehari-hari pasien, ditambah lagi setelah
anaknya meninggal, pasien ditinggal pergi oleh suaminya. Sejak saat itu, pasien
lebih sering berdiam di rumah. Dan tidak mau terlalu banyak berkomunikasi,
jika diajak bicara pasien hanya menjawab seperlunya saja. Pasien juga lebih
suka murung, atau menonton televisi jika acara yang disiarkan banyak
menampilkan anak-anak.
Riwayat Medis dan Psikiatrik Lain
o Gangguan Mental dan Emosi
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan mental dan emosi
o Gangguan Psikosomatik
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan psikosomatik.
o Kondisi Medis
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit fisik
o Gangguan Neurologi
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan neurologis
Riwayat Kebiasaan
Gambaran kepribadian
Merupakan pribadi yang ramah
Faktor Pencetus
Diduga karena anak perempuan pasien meninggal dan pasien ditinggal
pergi oleh suami setelah anak meninggal.
Riwayat perkawinan
Sudah bercerai
Riwayat sosial ekonomi
Berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah kebawah.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki riwayat gangguan jiwa.
Riwayat religius
Pasien termasuk orang yang rajin beribadah.
Hubungan dengan keluarga dan lingkungan
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarga dan
lingkungannya.
Genogram
Keterangan :
: laki- laki tanpa gangguan jiwa
: Perempuan dengan gangguan jiwa
: Perempuan tanpa gangguan jiwa
STATUS PRAESENS
a. Status Internus
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
Sistem kardiovaskuler
Sistem respiratorik
Sistem gastrointestinal
Sistem urogenital
Kelainan khusus
: Tenang, rapi
: Compos Mentis, GCS 15
: 110/70 mmhg
: 72x/menit
: 20x/menit
: tidak didapatkan kelainan
: tidak didapatkan kelainan
: tidak didapatkan kelainan
: tidak didapatkan kelainan
: tidak didapatkan kelainan
Status Neurologikus
Panca indera
Tanda meningeal
: normal
Pupil
: isokor
3
Diplopia
: tidak ditemukan
b. Status Psikiatrikus
Kesan umum
Kontak
Kesadaran
Emosi / afek
: cukup
Persepsi
: Halusinasi (+)
Psikomotor
Kemauan
: ADL mandiri
Diagnosis
Formulasi diagnosis
juga pasien susah tidur dan sering terbangun saat malam hari..
Keluarga mengaku bahwa pasien kehilangan anak perempuannya
saat 6 bulan yang lalu. Setelah anaknya meninggal, suami pasien
didepan cermin..
Riwayat trauma (-), kejang (-), penyakit infeksi (-)
Riwayat mengkonsumsi Napza (-)
Riwayat merokok dan mengkonsumsi alkohol (-)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan Darah 110/70 mmHg.
Pada pemeriksaan kardiovaskuler, respiratorik, gastrointestinal,
urogenital, dan neurologikus tidak didapatkan kelainan.
Diagnosis Multiaksial:
Aksis I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Depresi adalah penyakit atau gangguan mental yang sering dijumpai.
Penyakit ini menyerang siapa saja tanpa memandang usia, ras atau golongan,
maupun
diagnosis gangguan afektif dapat terjadi. Depresi utama dan distimia (minor)
adalah sindrom depresi murni sedangkan gangguan bipolar dan gangguan
cyclothymic menunjukkan depresi yang ada hubungannya dengan mania.
Penggolongan sederhana didasarkan pada asal adalah : (1) depresi reaktif atau
sekunder, terjadi sebagai respons atas rangsangan nyata seperti sedih, sakit, dan
lain-lain; (2) depresi endogen, merupakan gangguan biokimia berdasarkan
genetik dengan tanda tidak mampu menghadapi stres biasa (kira-kira 25%); dan
(3) depresi yang ada hubungan dengan penyakit afektif bipolar (manik-depresif,
kira-kira 10-15%). Tabel 30-1 menunjukkan bagaimana ketiga kelompok itu
dibedakan.
Sebelum ditemukan obat antidepresan, pasien depresi psikiatrik diobati
hanya dengan terapi elektrokonvulsi. Obat-obat ini bukan stimulan SSP dan
sesungguhnya merupakan kontraindikasi untuk depresi organik atau depresi SSP
yang disebabkan obat. Penelitian tentang cara kerja antidepresi sebagian besar
diarahkan pada efeknya pada berbagai neurotransmiter amin dalam otak.
Sebuah usaha intensif untuk memformulasikan panduan untuk mengatasi
deperesi dilakukan dengan publikasi antar disiplin pada Depression Guideline
Panel (1993) dan sekarang diperbaharui dalam farmakoterapi yang terbaru
(Mulrow et al, 1999). Pengobatan farmakologis dianjurkan, meskipun diketahui
terdapat masih ada peranan terapi elektrokonvulsi untuk dedlusi atau bentukbentuk depresi yang berat yang mengancam hidup. Selain penelitian intensif,
mekanisme kerja berbagai pengobatan farmakologis masih belum dimengerti,
meskipun kebayakan dari pengobatan tersebut dipercaya memiliki pengaruh pada
dua neurotrasmiter monoamine; serotonin; dan norepinephrine.
bahwa
rendahnya
neurotransmiter
serotonin
(5-HT)
otak
Derajat Depresi
Depresi dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :
1. Depresi ringan (mild), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga
gejala utama ditambah sekurang-kurangnya dua
sendiri.
3. Zung Self Depression Scale: suatu skala depresi terdiri dari 20 kalimat
dan penilaian derajat depresinya dilakukan oleh pasien sendiri.
Pemilihan Obat
Obat antidepresan kemungkinan merupakan obat yang paling sesuai bagi
pasien yang memiliki karakteristik vegetative yang jelas, termasuk retardasi
psikomotor, gangguan tidur, kurang nafsu makan, dan penurunan berat badan serta
penurunan libido.
Trisiklik dan agen-agen generasi kedua dan ketiga yang lain sangat
berbeda dalam tingkatan efek sedasi (yang tertinggi adalah amitriptyline,
doxepine, trazodone, dan mirtazapine; yang terendah protriptyline) dan efek
antimuskarinik yang dihasilkan (yang tertinggi adalah amitriptyline dan
doxepine). SSRI pada umumnya tidak memiliki efek sedative dan terhitung kecil
kemungkinannya untuk disalahgunakan hingga overdosis.
Inhibitor MAO membantu pasien yang dideskripsikan sebagai depresi
atipikal dalam membantu identifikasi diri. Pasien depresi yang menunjukkan
kecemasan, tanda-tanda fobia, dan hipokondriasis adalah salah satu dari mereka
yang menunjukkan respon baik tehadap jenis obat ini.
Beberapa dokter menggunakan lithium, sebuah agen antimanik, sebagai
terapi primer bagi depresi. Bagaimanapun sebagian doktertelah menemukan
bahwa kombinasi lithium dengan antidepresan memberikan hasil yang lebih baik
dari pemberian antidepresan saja. Penggunaan potensial lithium adalah untuk
mencegah pasien mengalami depresi lagi.
aritmia berbahaya.
Efek anti kolinergik ; akibat blokade reseptor muskarin dengan
menimbulkan antara lain mulut kering, obstipasi, retensi urin,
tachycardia, serta gangguan potensi dan akomodasi, keringat
berlebihan.
Sedasi
5
kulit
Gejala penarikan; pada penghentian terapi dengan mendadak dapat
timbul antara lain gangguan lambung-usus, agitasi, sukar tidur,
serta nyeri kepala dan otot.
Efek samping :
terlambat.
Sindroma serotonin; berupa antara lain kegelisahan, demam, dan
menggigil, konvulsi, dan kekakuan hebat, tremor, diare, gangguan
koordinasi. Kebanyakan terjadi pada penggunaan kombinasi obatobat generasi ke-2 bersama obat-obat klasik, MAO, litium atau
7
Gejala
ini
dilawan
dengan
antagonis
serotonin
(metisergida, propanolol).
Efek antikolinergik, antiadrenergik, dan efek jantung sangat kurang
atau sama sekali tidak ada.
studi
juga
mengindikasikan
bahwa
terapi
MAOI
kronik
Farmakokinetik
Absorpsi/distribusi Informasi mengenai farmakokinetik MAOI terbatas. MAOI
tampaknya terabsorpsi baik setelah pemberian oral. Kadar puncak tranilsipromin
dan fenelzin mencapai kadar puncaknya masing-masing dalam 2 dan 3 jam.
Tetapi, inhibisi MAO maksimal terjadi dalam 5 sampai 10 hari.
Metabolisme/ekskresi metabolisme MAOI dari kelompok hidrazin (fenelzin,
isokarboksazid) diperkirakan menghasilkan metabolit aktif. Inaktivasi terjadi
terutama melalui asetilasi. Efek klinik fenelzin dapat berlanjut sampai 2 minggu
setelah penghentian terapi. Setelah penghentian tranilsipromin, aktivitas MAO
kembali dalam 3 sampai 5 hari (dapat sampai 10 Hari). Fenelzin dan
isokarboksazid dieksresi melalui urin sebagian besar dalam bentuk metabolitnya.
10
berperan
dalam
menginduksi
memburuknya
depresi
dan
Takhikardia atau bradikardia dapat terjadi dan dapat menyertai sakit dada.
Pendarahan intrakranial (terkadang fatal) telah dilaporkan berkaitan dengan
peningkatan tekanan darah paradoks. Harus sering diamati tekanan darah, tapi
jangan bergantung sepenuhnya pada pembacaan tekanan darah, melainkan
penderita harus sering pula diamati. Bila krisis hipertensi terjadi, hentikan segera
penggunaan obat dan laksanakan terapi untuk menurunkan tekanan darah.
Jangan menggunakan reserpin parenteral. Sakit kepala cenderung mereda
sejalan dengan menurunnya tekanan darah. Berikan senyawa pemblok alfa
adrenergik seperti fentolamin 5 mg i.v. perlahan untuk menghindari efek
hipotensif berlebihan. Tangani demam dengan pendinginan eksternal.
Peringatan kepada penderita: Peringatkan penderita agar tidak memakan
makanan yang kaya tiramin, dopamine, atau triptofan selama pemakaian dan
dalam waktu 2 minggu setelah penghentian MAOI. Setiap makanan kaya protein
yang telah disimpan lama untuk tujuan peningkatan aroma diduga dapat
menyebabkan krisis hipertensif pada penderita yang menggunakan MAOI. Juga
peringatkan penderita untuk tidak mengkonsumsi minuman beralkohol serta
obat- obatan yang mengandung amin simpatomimetik selama terapi dengan
MAOI. Instruksikan kepada penderita untuk tidak mengkonsumsi kafein dalam
bentuk apapun secara berlebihan serta malaporkan segera adanya sakit kepala
atau gejala lainnya yang tidak biasa,
Risiko bunuh diri: Pada penderita yang mempunyai kecenderungan bunuh diri,
tidak ada satu bentuk penanganan pun, seperti MAOI, elektrokonvulsif, atau
terapi lainnya, yang dijadikan sandaran tunggal untuk terapi. Dianjurkan untuk
melakukan penanganan ketat, lebih baik dilakukan perawatan di rumah sakit.
Pemberian bersamaan antidepresan: Pada penderita yang menerima suatu
SRRI dalam kombinasi dengan MAOI, telah dilaporkan reaksi serius yang
terkadang fatal termasuk hipertermia, kekakuan, mioklonus, instabilitas otonom
disertai fluktuasi cepat pada tanda vital, dan perubahan status mental termasuk
agitasi hebat, yang meningkat menjadi delirium dan koma. Reaksi ini telah
terjadi pada penderita yang baru saja menghentikan SRRI dan baru mulai
menggunakan MAOI. Bila terjadi pengalihan dari SRRI ke MAOI, maka harus
ada selang 2 minggu diantara pergantian.
Setelah penghentian fluoxetin, maka harus ada selang 1 atau 2 minggu sebelum
mulai menggunakan MAOI. Jangan memberikan MAOI bersama atau segera
setelah antidepresan trisiklik. Kombinasi ini menyebabkan seizure, koma,
12
13
14
15
16
Pemilihan Obat
Hal ini tergantung padatoleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian
efek samping terhadap kondisi pasien (usia, jenis penyakit tertentu, jenis depresi).
Mengingat efek sampingnya, untuk penggunaan pada sindrom depresi ringan dan
sedangyang dating berobat jalan pada fasilitas pelayanan kesehatan umum,
pemelihan obat anti-depresi sebaiknya mengikuti urutan :
Step 1 = Golongan SSRI (fluoxetin, Sertralin, etc.)
Step 2 = Golongan Trisiklik (Amitriptyline, ect.)
Step 3 = Golongan Tetrasiklik (Maprotiline, ect.)
Golongan atypical (Trazodone, ect.)
Golongan MAOI Reversible (Moclobemide)
Pertama-tama mengunakana golongan SSRI yang efek sampingnya sangat
minimal (meningkatkan kepatuhan minum obat, biasa digunakan pada berbagai
kondisi medik), spectrum efek anti-depresi luas, gejela putus obat sangat minimal,
serat lethal dose yang tinggi (>6000mg) sehingga relative aman.
Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang cukup
(sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua, golongan trisiklik,
yang spectrum anti depresinya juga luas tetapi efek sampingnya relative lebih
berat.
Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spectrum antidepresi lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan dibandingkan Trisiklik,
yang terringan adalah golongan MAOI Reversible.
Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAOI
membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk washout period guna
mencegah timbulnya Serotonin Malignant Syndrome
17
BAB III
PEMBAHASAN
a. Anamnesis
Diagnosis Episode Depresi menurut PPDGJ-III
Teori
Fakta
Gejala Utama (pada derajat ringan, sedang, Terlihat afek depresi pada
dan berat) :
- afek depresi
- kehilangan minat dan kegembiraan
-berkurangnya energy yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktifitas
pesimistis
e. gagasan/perbuatan membahayakan diri
f. tidur terganggu
g. nafsu makan berkurang
Diperlukan masa sekurang-kurangnya 2
minggu untuk penegakan diagnosis, akan
periode
lebih
minat
kehilangan
melakukan
apapun
Aktifitasnya
juga
aktivitas
sangat
Gejala lainnya :
a. konsentrasi dan perhatian berkurang
b. harga diri dan kepercayaan berkurang
c. gagasan ttng rasa bersalah & tdk berguna
d. pandangan masa depan yg suram &
tetapi
wajah pasien
Pasien
telah
pendek
kehilangan anak)
dapat
Teori
Fakta
18
setelah
pasien
Disertai
Memenuhi
Memenuhi
depresif.
19
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ganguan depresi merupakan salah satu gangguan mood. Pasien dalam
kondisi mood terdepresi memperlhatka kehilangan energy dan minat, merasa
bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir mati atau bunuh
diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktifitas,
kemampuan kognitf, bicara, dan fungsi vegetative (termasuk tidur, aktifitas
seksual, dan ritme biologic yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan
hendaya interpersonal, social dan fungsi pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA