You are on page 1of 35

KELOMPOK 3

Dwi Cahya Aji Wijayanto


Joko Julianto
Laila Purnamasari

Reski Andari
Tiya Marifatul Khusna

Sistem Reproduksi II

ASUHAN
KEPERAWATAN
KEHAMILAN EKTOPIK
DAN
ABORTUS

Kehamilan Ektopik ?

Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum yang dibuahi,

berimplantasi dan tumbuh tidak ditempat yang normal yakni dalam


endometrium kavum uteri (Wiknjosastro, Hanifa, edisi 2. 2009)

Kehamilan ektopik terjadi sekitar 1 sampai 79 sampai 100


kehamilan, bila ovum yang dibuahi (blastosit) melekat pada
sembarang jaringan selain lapisan uterus seperti tuba fallopi,
ovarium, abdomen atau serviks. (Brunner&Suddarth, 2001)

Definisi

Etiologi
1. Faktor dalam lumen tuba :
a. Endosalpingitis
b. hipoplasia uteri lumen tuba sempit
dan berkeluk-keluk
c. Operasi plastik tuba dan sterilisasi
yang tak sempurna
2.Faktor pada dinding tuba

a. Endometriosis tuba
b. Divertikel tuba kongenital

3.Faktor di luar dinding tuba:


a. Perlekatan peritubal dengan
distorsi atau lekukan tuba
b. Tumor yang menekan dinding tuba
4. Faktor lain:
a.Migrasi luar ovum
b.Fertilisasi in vitro.

Patofisiologi
Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan
blastokista yang berimplantasi di dalamnya. Vaskularisasi kurang baik, dan desidua

tidak tumbuh dengan sempurna. Dengan demikian ada 3 kemungkinan:


1. Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini seringkali adanya kehamilan
tidak diketahui

2. Trofoblas dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis, dan


menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba.
3. Trofoblast dan villus korialis menembus lapisan muskularis dan peritoneum pada

dinding tuba dan menyebabkan perdarahan langsung ke rongga peritoneum.


Peristiwa ini yang sering terjadi pada kehamilan di isthmus, dapat menyebabkan
perdarahan banyak karena darah mengalir secara bebas dalam rongga

peritoneum.

Klasifikasi
Kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya :
1. Tuba Fallopii

3. Ovarium

a. Pars-interstisialis

4. Intraligamenter

b. Isthmus

5. Abdominal

c. Ampula

a. Primer

d. Infundibulum

b. Sekunder

e. Fimbrae
2. Uterus
a.Kanalis servikalis

b.Divertikulum
c. Kornu
d.Tanduk rudimenter

6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar


uterus.

Manifestasi Klinis
1. Amenore
2. Gejala kehamilan muda
3. Nyeri perut bagian bawah terjadi tiba-tiba dan hebat,

menyebabkan penderita pingsan sampai shock.


4. Perdarahan pervapina bewarna coklat

5. Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila


serviks digerakkan

Penatalaksanaan
1. Kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi

dini dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang


disarankan.
2. Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi
definitif adalah pembedahan :
a. Laparotomi
b.Laparoskop
c. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi

Komplikasi
Akibat kesalahan diagnosis, diagnosis
yang

terlambat,

atau

pendekatan

tatalaksana:
1. Ruptur tuba atau uterus,

Akibat pembedahan :
1. Perdarahan,
2. Infeksi,
3. Kerusakan organ sekitar (usus,

2. Perdarahan masif,

kandung

3. Syok

pembuluh darah besar).

4. Kematian.

kemih,

ureter,

dan

Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik.

Wanita yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar


untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual
secara aman seperti menggunakan kondom akan mengurangi

risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks secara


aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual
yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul.
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut
pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya

kehamilan ektopik.

Asuhan Keperawatan
Pada Kehamilan Ektopik

PENGKAJIAN
1. Anamnesis dan gejala klinis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan khusus
a. Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
b. Kavum douglas menonjol dan nyeri
c. Mungkin tersa tumor di samping uterus
d. Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
e. Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan,
nyeri pada uteris kanan dan kiri

DIAGNOSA & INTERVENSI

Dx 1 :
Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.

Intervensi :
1. Observasi TTV dan observasi tanda akut abdoment.

2. Pantau input dan output cairan


3. Lakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga.
4. Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini
5. Lakukan kolaborasi dengan tim medis untuk penanganan lebih lanjut.

Dx 2 :

Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan


intraperitonial.
Intervensi :
1. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus
hemoragi ataunyeri tekan abdomen.
2. Kaji steres psikologi ibu/pasangan dan respons emosional terhadap
kejadian
3. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan

rasa nyeri.
4. Berikan narkotik atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila
prosedur pembedahan diindikasikan.

Dx 2 :

Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan


intraperitonial.
Intervensi :
1. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus
hemoragi ataunyeri tekan abdomen.
2. Kaji steres psikologi ibu/pasangan dan respons emosional terhadap
kejadian
3. Berikan lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk menurunkan

rasa nyeri.
4. Berikan narkotik atau sedative berikut obat-obat praoperatif bila
prosedur pembedahan diindikasikan.

Dx 3 :
Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman
atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.

Intervensi :
1.

Menjelaskan tindakan dan rasional yang ditentukan untuk kondisi


hemoragia.

2.

Berikan kesempatan bagi ibu untuk mengajukan pertanyaan dan


mengungkapkan kesalah konsep

3.

Diskusikan kemungkinan implikasi jangka pendek pada ibu/janin


dari kedaan pendarahan.

Abortus ?

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum


janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500

gram. (Maryunani, Anik dan Eka Puspita, 2013).

Abortus adalah penghentian kehamilan atau pengeluaran produk


konsepsi sebelum janin hidup. Janin biasanya dianggap mampu
hidup setelah lima sampai enam bulan masa gestasi.

(Brunner&Suddarth, 2001).

Definisi

Etiologi
Hal-hal yang menyebabkan abortus :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian jani atau


cacat .
2. Kelainan pada plasenta misalnya endarteritis dapat terjadi di dalam villi koriales

menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu


3. Penyakit ibu yang kronis dan melemahkan
4. Kelainan edokrin

5. Faktor imunologi
6. Faktor nutrisi
7. Faktor psikologis

Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis

jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus.Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda
asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam , Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih
dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan,kemudian Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan
terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes
ovum)

Klasifikasi
1. Abortus spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran)

2. Abortus provokatus (disengaja, digugurkan)

Secara klinis masih ada istilah sebagai berikut :

1. Abortus imminens (keguguran mengancam)


2. Abortus insipiens(keguguran berlangsung)
3. Abortus Inkomplit(keguguran tidak lengkap)

4. Abortus Kompletus(keguguran lengkap)


5. Missed Abortion(keguguran tertunda)

Komplikasi
1. Perdarahan

2. Perforasi
3. Infeksi dalam uterus dan adneksa

4. Syok
5. Dampak psikologis

Asuhan Keperawatan
Pada Kehamilan Abortus

Pengkajian
1. Biodata

2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang

b. Riwayat kesehatan masa lalu.


c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Riwayat kesehatan reproduksi
e. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas
f. Riwayat seksual
4. Pola aktivitas sehari-hari

DIAGNOSA & INTERVENSI

Dx 1 :

Kekurangan volume cairan berhubungan denga kehilangan vaskuler berlebih.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam volume cairan terpenuhi.

Kriteria hasil :
1. Pasien mengungkapkan tidak lemah, dan tidak merasa haus lagi
2. Mukosa bibir lembab
3. Turgor kulit normal
4. Mata tidak cekung
Intervensi :
1. Posisikan ibu dengan tepat (semi fowler)
2. Lakukan tirah baring dan menghindari ibu untuk valsava manufer
3. Laporkan serta catat jumlah dan sifat kehilangan darah

Dx 2 :

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan injury biologis.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam nyeri teratasi.

Kriteria hasil :
1. Pasien tidak mengeluh nyeri lagi
2. Skala nyeri berkurang
Intervensi :
1. Observasi TTV
2. Jelaskan nyeri yang di derita klien serta penyebabnya
3. Tentukan riwayat nyeri. Misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitasnya
4. Berikan tindakan fixsasi (misalnya dengan gurita)
5. Kolaborasi : Berikan analgetik

Dx 3 :
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan 3x 24 jam pasien tidak mengalami infeksi.
Kriteria hasil :
1. Tidak merasa nyeri pada daerah vulva.
2. Tidak merasa gatal
3. TTV normal
Intervensi :
1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
2. Terangkan pada klien pentingnya vulva hygiene.

3. Lakukan teknik vulva hygiene


4. Terangkan pada kliencara mengidentifikasi tanda infeksi
5. Tingkatkan teknik cuci tangan yang benar untuk meningkatkan personal hygiene

klien.

Sekian
&
Terima
Kasih

You might also like