Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m dengan berat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh.
(Wasitaatmadja, 1997).
2.3.1 Fungsi kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
ultra violet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dari luar.
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti
zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas
atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus.
Ganguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin
yang menyerap sebagian sinar tersebut. Dengan adanya lemak pada kulit dapat
melindungi kulit dari bahan bahan kimia.
Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai berikut
(Wirakusumah, 1994):
Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara
melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut menguap
sehingga tubuh terasa dingin. Demikian pula sebaliknya, bila seseorang
merasa kedinginan, pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga
tubuh akan tertahan.
Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar,
seperti dingin, panas, sentuhan, dan tekanan. Oleh karena itu, kulit segera
memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf tersebut.
Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda.
Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan
hipodermis (subkutan).
energi
dengan
cara
memecah
simpanan
lemaknya
(Wirakusumah, 1994).
2.3.3 Jenis kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian:
1. Kulit Normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan
elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
2. Kulit Berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak di permukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori
kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit Kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun
sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan
(Wasitaatmadja, 1997).
2.3.4 Alasan kulit di lembabkan
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang
antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak
tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan
menyebabkan dehidrasi kulit.
2.4 Emulsi
dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase
kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air
dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase
minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut
kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian
besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah
menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan
diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight,1995 adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2. Memberi efek dingin terhadap kulit
2.5 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi
relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang
ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam
air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air,
yang dapat dicuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika (Ditjen POM, 1995).
Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O
b. Emulsi minyak dalam air atau emulsi O/W
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini
(Lachman, dkk., 1994).
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena
memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak
serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung
air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin,
propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w
untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis (Voigt, 1995).
Krim pelembut adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk maksud
memperbaiki kulit rusak misalnya karena deterjen. Bahan yang biasa digunakan
mencakup emolien, pengawet dan parfum (Ditjen POM, 1985).
Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan
dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan
sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi
sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah
tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan
non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
Umumnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang
bisa menyerap air seperti asam amino, purin, pentosa, dan derivat asam fosfat,
yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum corneum. Bahan-bahan yang
larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian.
Jika bahan-bahan itu tidak dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air
maka dapat menyebabkan dehidrasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kosmetika pelembab bekerja dengan cara mempertahankan ikatan air di
dalam kulit dan melindungi lipid atau lipoprotein yang terdapat dalam membran
sel. Kosmetika pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan maupun
sintesis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan
lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan kulit dari sel kulit
namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit semula.
Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan
minyak tertentu (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air (moisturizing
cream) dan dapat ditambah atau dikurangi zat tertentu untuk tujuan khusus
(Wasitaatmadja, 1997).
Dasar pelembaban kulit yang didapat adalah efek emolien, yaitu mencegah
kekeringan dan kerusakan kulit akibat sinar matahari atau kulit menua, sekaligus
membuat kulit terlihat bersinar. Kandungan air dalam sel-sel kulit normal lebih
dari 10%, bila terjadi penguapan air yang berlebihan maka nilai kandungan air
tersebut akan berkurang. Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:
1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif).
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit.
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik
yang menyerap air.
4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh yang mengeringkan kulit.
2.6.2 Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit
Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang
bisa menyerap air, asam amino, purin, pentose, choline dan derivirat asam fosfat,
yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum korneum. Bahan-bahan yang
larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian
jika bahan-bahan itu dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air. Jika
lapisan lemak tipis itu diangkat, bahan-bahan yang dapat larut dalam air itu
terbuka dan siraman air berikutnya akan mengangkat mereka, meninggalkan kulit
yang sebagian atau sepenuhnya kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya,
demikianlah penghilangan lapisan lemak kulit menyebabkan dehidrasi kulit.
2.6.3 Macam-macam kosmetik pelembab
Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.
bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di
permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah
dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
c. Humektan
Bahan berwarna tersebut dapat dikembalikan (dapat menyerap air kembali) dengan
memanaskannya pada suhu 110oC hingga gel berubah warna semula (Ditjen POM, 1995).
Silika gel adalah butiran seperti kaca dengan bentuk yang sangat berpori,
silika dibuat secara sintetis dari natrium silikat. Silika gel adalah mineral alami
yang dimurnikan dan diolah menjadi salah satu bentuk butiran atau manik-manik.
Sebagai pengering, ia memiliki ukuran pori rata-rata 2,4 nanometer dan memiliki
afinitas yang kuat untuk molekul air. Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika
yang dihasilkan melalui penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2). Sol mirip
agar agar ini dapat didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran
mirip kaca yang bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan silika gel dimanfaatkan
sebagai zat penyerap, pengering dan penopang katalis.
Silika gel mencegah terbentuknya kelembapan yang berlebihan sebelum terjadi.
Para pabrikan mengetahui hal ini, karena itu mereka selalu memakai silika gel
dalam setiap pengiriman barang-barang mereka yang disimpan dalam kotak.
Silika gel merupakan produk yang aman digunakan untuk menjaga kelembaban
makanan, obat-obatan, bahan sensitif, elektronik dan film sekalipun.
Produk anti lembab ini menyerap lembab tanpa merubah kondisi zatnya.
Walaupun dipegang, butiran-butiran silika gel ini tetap kering. Silika gel penyerap
kandungan air bisa diaktifkan sesuai kebutuhan. Unit ini mempunyai indikator
khusus yang akan berubah dari warna biru ke merah muda kalau produk mulai
mengalami kejenuhan kelembaban. Setelah udara mengalami kejenuhan, dia dapat
diaktifkan kembali lewat oven. Sejak Perang Dunia II, silika gel sudah menjadi
pilihan yang terpercaya oleh pemerintah dan pelaku industri. Silika gel sering
digunakan sebagai bahan penyerap dalam kotak paket dan pengiriman film,
kamera, teropong, alat-alat komputer, sepatu kulit, pakaian, makanan, obatobatan, dan peralatan peralatan lainnya. Silika gel adalah substansi-substansi yang
digunakan untuk menyerap kelembaban dan cairan partikel dari ruang yang
berudara (Anonim c, 2012).
hilangnya
eter,
metanol,
toluen,
minyak
mineral.
Lebih
larut
dari
hydroxyanisole butylated dalam minyak makanan dan lemak (Rowe, dkk., 1983).
Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan
cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud
untuk mengetahui apakah sediaan uji itu dapat menimbulkan iritasi atau kepekaan
kulit atau tidak.
Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan kulit. Jika
toksikan diletakkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit
adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan iritan,
sedangkan kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan
toksikan golongan allergen (Ditjen POM, 1985).
Umumnya, iritasi akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah
pelekatan atau penyentuhannya pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer.
Tetapi jika reaksi itu timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan
pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Alergen biasanya adalah zat yang
dapat menyebabkan kerusakan kulit setelah pelekatan kedua atau seterusnya pada
kulit yang mengikuti pelekatan pertama pada kulit yang sama (Ditjen POM,
1985).
Tanda tanda yang ditimbulkan kedua reaksi kulit tersebut lebih kurang
sama, yakni dalam keadaan tidak parah umumnya akan nampak sebagai
hyperemia, eritema, edema atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian
biasanya bersifat lokal pada daerah kulit rusak saja. Tetapi jika keadaannya lebih
parah, kemungkinan besar dapat menyebabkan efek toksik
yang dapat
Pada dasarnya uji keamanan yang dilakukan pada kosmetika meliputi dua
aspek, yakni, uji keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk produk
kosmetika sebelum diedarkan (Ditjen POM, 1985).