You are on page 1of 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Asam Laktat

Rumus Bangun Asam Laktat


Rumus Kimia C3H6O3
BM 90,08
Asam laktat terdiri dari campuran asam laktat dan hasil kondensasinya
seperti laktoil asam laktat, yang jika diencerkan dengan air, perlahan lahan
menjadi asam laktat. Mengandung tidak kurang dari 87,5% C3H6O3 (Ditjen POM,
1979).
Asam laktat (lactic acid) adalah salah satu asam organik yang penting di
industri, terutama di industri makanan, mempunyai nama IUPAC: asam 2hidroksipropanoat (CH3-CHOH-COOH), dikenal juga sebagai asam susu
adalah senyawa kimia penting dalam beberapa proses biokimia. Asam laktat
adalah asam buah yang merupakan salah satu dari Alpha-hdroxy Acid (AHA)
yaitu komponen yang mengandung rantai hidroksi di posisi alfa. Asam laktat
sangat direkomendasikan untuk kulit kering dengan tanda-tanda penuaan (salah
satunya penurunan produksi kolagen). Asam laktat akan meregenerasi dan
melembabkan kulit. Asam ini sangat mudah diserap dan tidak berbahaya bagi
kulit.

Universitas Sumatera Utara

Asam laktat merupakan kelompok AHA yang sering terkandung pada


produk pelembab. Asam laktat dihipotesa menjadi bagian dari pelembab natural
kulit yang berperan pada hidrasi kulit. Pada suatu penelitian didapat juga dapat
meningkatkan ketebalan dan kelembutan kulit, tekstur dan kelembaban. Efeknya
hanya terbatas pada epidermis tidak sampai dermis (Anonim b, 2006).

2.2 Alpha Hidroxy Acid (AHA)


AHA umumnya terdapat pada bahan alami seperti buah-buahan, sari tebu,
susu dan sebagainya yang mengandung asam. Sejauh ini dikenal lima jenis AHA,
yaitu glycolic (asam glikolat), lactic (asam laktat), citric (asam sitrat), serta malic
dan tartaric. AHA sering disebut sebagai zat anti penuaan dan mampu mengelupas
kulit mati tanpa digosok, mengurangi keriput dan membuat kulit lebih segar. Zat
ini juga melembabkan kulit dibawahnya dan merangsang terbentuknya sel-sel
baru. AHA bekerja dengan cara meluruhkan (mengelupaskan) lapisan paling luar
pada kulit yang terdiri dari tumpukan sel-sel kulit mati. Hal ini dikenal dengan
istilah proses eksfoliasi. Efek dari proses ini adalah terlihat lebih segar dan kenyal.
Selain itu, hilangnya tumpukan sel kulit mati ini mengakibatkan berkurangnya
penyumbatan pada pori-pori kulit, sehingga memperkecil timbulnya jerawat serta
memudahkan terserapnya bahan perawatan kulit lainnya. Manfaat lain adalah
meningkatkan tampilan tekstur kulit sehingga kulit tampak lebih halus (yang
disebabkan karena bahan AHA ini mempercepat terjadinya peluruhan sel kulit
mati yang terjadi secara alami). Juga penggunaan produk AHA membuat kulit
wajah tampak lebih cerah. (Anonim a, 2001).

Universitas Sumatera Utara

2.3 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m dengan berat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh.
(Wasitaatmadja, 1997).
2.3.1 Fungsi kulit
Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti
pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan selsel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya
ultra violet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap
tekanan dan infeksi dari luar.
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti
zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas
atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,
bakteri atau virus.
Ganguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak
subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar ultraviolet diatasi oleh sel melanin

Universitas Sumatera Utara

yang menyerap sebagian sinar tersebut. Dengan adanya lemak pada kulit dapat
melindungi kulit dari bahan bahan kimia.
Kulit sebagai organ tubuh yang paling penting mempunyai fungsi sebagai berikut
(Wirakusumah, 1994):

Kulit sebagai pelindung.

Kulit mempunyai kemampuan untuk memilih bahan-bahan yang penting


bagi tubuh sehingga dapat mencegah bakteri dan zat kimia masuk ke
dalam tubuh. Selain itu, kulit dapat melindungi tubuh terhadap benturan
fisik, sinar matahari, panas dan dingin.

Kulit menjaga kelembaban dengan mencegah keluarnya cairan dalam jaringan


tubuh. Lapisan kulit bersifat padat dan kencang terutama dari dalam tubuh.

Kulit mengatur suhu tubuh.

Kulit membantu dan menjaga suhu tubuh agar tetap normal dengan cara
melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas. Keringat tersebut menguap
sehingga tubuh terasa dingin. Demikian pula sebaliknya, bila seseorang
merasa kedinginan, pembuluh darah dalam kulit akan menyempit sehingga
tubuh akan tertahan.

Kulit sebagai sistem syaraf yang sensitif

Kulit terdiri dari sistem syaraf yang peka terhadap ancaman dari luar,
seperti dingin, panas, sentuhan, dan tekanan. Oleh karena itu, kulit segera
memberikan reaksi setelah ada peringatan awal dari sistem syaraf tersebut.

2.3.2 Struktur kulit

Universitas Sumatera Utara

Kulit terdiri dari tiga lapisan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda.
Ketiga lapisan tersebut yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan
hipodermis (subkutan).

a. Lapisan Epidermis (kutikel)


Lapisan ini terletak paling atas, tahan akan air, tipis dan sebagian besar terdiri
dari sel-sel mati. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan sel yaitu:
Lapisan tanduk (stratum korneum)
Adalah lapisan yang paling luar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng
yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin (zat tanduk).
Lapisan rintangan (stratum lusidum)
Terdapat di bawah lapisan tanduk, merupakan lapisan sel-sel gepeng
tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang
disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

Universitas Sumatera Utara

Lapisan butir (stratum granulosum)


Merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar
dan terdapat inti diantaranya.
Lapisan tajuk (stratum spinosum)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
Lapisan tunas (stratum basale)
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada
pembatasan demo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan
tuna juga termasuk sel-sel yang disebut melanocytes, yaitu sel-sel yang
memproduksi pigmen melanin.
b. Lapisan Dermis
Merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemenelemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2
bagian:
1. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke dalam epidermis, berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
2. Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol ke arah subkutan,
bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut
kolagen elastis dan retikulin.
c. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar,
berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu

Universitas Sumatera Utara

membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas


tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan
berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan
memberikan

energi

dengan

cara

memecah

simpanan

lemaknya

(Wirakusumah, 1994).
2.3.3 Jenis kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas tiga bagian:
1. Kulit Normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan
elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
2. Kulit Berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak di permukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori
kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit Kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun
sedikit lepas dan retak, kaku, tidak elastis dan terlihatnya kerutan
(Wasitaatmadja, 1997).
2.3.4 Alasan kulit di lembabkan
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya, yang
antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit. Pembentukan lapisan lemak
tersebut terutama untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan
menyebabkan dehidrasi kulit.

Universitas Sumatera Utara

Kandungan air di dalam stratum korneum, meskipun sedikit (hanya 10%),


sangat penting. Kelembutan dan elastisitas stratum korneum sepenuhnya
tergantung pada air yang di kandungnya, dan bukan pada kandungan lemaknya.
Stratum korneum terbuat dari sisik-sisik keratin dan semen yang mirip
lilin, yang mengisi celah-celah piringan-piringan keratin tersebut. Keratin terdiri
dari molekul-molekul rantai panjang yang di hubungkan satu sama lain dengan
jembatan garam atau hidrogen. Semakin sedikit jumlah air di antara rantai-rantai,
semakin kuat ikatan itu dan semakin rendah elastisitas jaringan keratin stratum
korneum. Kulit akan kering dan pecah-pecah, membentuk retak-retak mendalam
mirip huruf V. Mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk
dan menumpuk dalam celah-celah itu, sehingga menimbulkan berbagai gangguan
kebersihan dan kesehatan serta menjadi sumber infeksi.
Secara garis besar, retak-retak pada stratum korneum di bawah kondisi
yang kurang baik akan menimbulkan gangguan kulit yang lebih serius. Jika celahcelah berbentuk V itu berkembang dan bahan-bahan asing seperti sisa sabun,
kotoran dan mikroorganisme masuk, maka kulit yang menjadi kering dan retakretak itu akan menimbulkan iritasi dan peradangan yang juga akan melemahkan
kulit. Disinilah perlunya kosmetika pelembab kulit untuk mencegah dehidrasi
kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit serta akibat-akibat
buruknya (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4 Emulsi

Universitas Sumatera Utara

Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak


tercampur, biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan lain. Dispersi ini tidak stabil, butir- butir ini
bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah. Emulsi
dapat di stabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.
Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting
agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan
membentuk film (lapisan) di sekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan
film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan
dispersi sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe
M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase
intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2004).
Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam

air (m/a), jika fase

dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase
kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air
dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase
minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut
kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian
besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah
menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan
diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985).
Keuntungan dari tipe emulsi m/a menurut Voight,1995 adalah:
1. Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2. Memberi efek dingin terhadap kulit

Universitas Sumatera Utara

3. Tidak menyumbat pori-pori kulit


4. Bersifat lembut
5. Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit.
2.4.1 Stabilitas emulsi
Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika:
a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk
agregat dari bulatan-bulatan.
b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik ke permukaan atau turun ke
dasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam.
c. Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan
membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar
emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam.
Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi
dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya. Untuk
kebanyakan emulsi stabilitas baik pada 5C dan 40C selama 3 bulan dianggap
sebagai stabilitas minimum yang harus dimiliki oleh suatu emulsi (Ansel, 1989).

2.5 Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan
obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi
relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang
ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam
air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air,

Universitas Sumatera Utara

yang dapat dicuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979).
Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O
b. Emulsi minyak dalam air atau emulsi O/W
Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan
dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini
(Lachman, dkk., 1994).
Basis krim (vanishing cream) disukai pada penggunaan sehari-hari karena
memiliki keuntungan yaitu memberikan efek dingin pada kulit, tidak berminyak
serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Vanishing cream mengandung
air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Humektan (gliserin,
propilenglikol, sorbitol) sering ditambahkan pada vanishing cream dan emulsi o/w
untuk mengurangi peguapan air dari permukaan basis (Voigt, 1995).
Krim pelembut adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk maksud
memperbaiki kulit rusak misalnya karena deterjen. Bahan yang biasa digunakan
mencakup emolien, pengawet dan parfum (Ditjen POM, 1985).

2.6 Kosmetik Untuk Kulit

Universitas Sumatera Utara

Kosmetik menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/1998


adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar
badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan
rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Dalam definisi kosmetik di atas, yang dimaksudkan dengan tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit adalah sediaan
tersebut seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Namun bila
bahan kosmetik tersebut adalah bahan kimia meskipun berasal dari alam dan
organ tubuh yang dikenai (ditempeli) adalah kulit, maka dalam hal tertentu
kosmetik itu akan mengakibatkan reaksi-reaksi dan perubahan faal kulit tersebut.
Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan
pribadi, meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri
dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi
dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu
seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.
2.6.1 Kosmetika pelembab
Kosmetik pelembab (moisturizers) termasuk kosmetik perawatan yang
bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh
seperti udara kering, sinar matahari terik, umur lanjut, berbagai penyakit kulit
maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit
menjadi lebih kering (Wasitaatmadja, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan
dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan
sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi
sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah
tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan
non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit
(Wasitaatmadja, 1997).
Umumnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang
bisa menyerap air seperti asam amino, purin, pentosa, dan derivat asam fosfat,
yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum corneum. Bahan-bahan yang
larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian.
Jika bahan-bahan itu tidak dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air
maka dapat menyebabkan dehidrasi kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kosmetika pelembab bekerja dengan cara mempertahankan ikatan air di
dalam kulit dan melindungi lipid atau lipoprotein yang terdapat dalam membran
sel. Kosmetika pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan maupun
sintesis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan
lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan kulit dari sel kulit
namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak kulit semula.
Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan
minyak tertentu (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air (moisturizing
cream) dan dapat ditambah atau dikurangi zat tertentu untuk tujuan khusus
(Wasitaatmadja, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Dasar pelembaban kulit yang didapat adalah efek emolien, yaitu mencegah
kekeringan dan kerusakan kulit akibat sinar matahari atau kulit menua, sekaligus
membuat kulit terlihat bersinar. Kandungan air dalam sel-sel kulit normal lebih
dari 10%, bila terjadi penguapan air yang berlebihan maka nilai kandungan air
tersebut akan berkurang. Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah:
1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif).
2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit.
3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik
yang menyerap air.
4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh yang mengeringkan kulit.
2.6.2 Faktor yang menyebabkan dehidrasi kulit
Normalnya, kulit sehat dilindungi dari kekeringan oleh bahan-bahan yang
bisa menyerap air, asam amino, purin, pentose, choline dan derivirat asam fosfat,
yang jumlah totalnya 20% dari berat lapisan stratum korneum. Bahan-bahan yang
larut dalam air tersebut dapat terangkat dari kulit oleh perspirasi atau pencucian
jika bahan-bahan itu dilindungi oleh lapisan lemak tipis yang tidak larut air. Jika
lapisan lemak tipis itu diangkat, bahan-bahan yang dapat larut dalam air itu
terbuka dan siraman air berikutnya akan mengangkat mereka, meninggalkan kulit
yang sebagian atau sepenuhnya kehilangan karakter hidrofilik dan elastisitasnya,
demikianlah penghilangan lapisan lemak kulit menyebabkan dehidrasi kulit.
2.6.3 Macam-macam kosmetik pelembab
Tipe kosmetik pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1.

Kosmetik pelembab berdasarkan lemak

Universitas Sumatera Utara

Kosmetik tipe ini sering disebut moisturizer atau moisturizing cream.


Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, sedikit banyak
mencegah penguapan air kulit, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan
lembut.
Kosmetik pelembab berdasarkan lemak terbagi dalam berbagai bentuk,
dari krim lemak anhydrous, krim emulsi W/O, emulsi ganda, krim O/W yang kaya
lemak, sampai emulsi O/W cair yang mengandung air lebih dari 80%.
2.

Kosmetik pelembab berdasarkan gliserol atau humektan sejenis.


Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan yang

bersifat higroskopis, yang menyerap uap air dari udara dan mempertahankannya di
permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak lebih halus dan mencegah
dehidrasi lapisan stratum korneum kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.7 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab


Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat
humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM,
1985).
a. Emolien
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari
lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol.
b. Zat sawar
Bahan-bahan yang biasa digunakan adalah paraffin wax, asam stearat.

c. Humektan

Universitas Sumatera Utara

Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban


diantara produk dan udara, baik di dalam kulit maupun di luar kulit.Biasanya
bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara
dan menahan air agar tidak menguap (Balsam, 1972).
d. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua
bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat,
trietanolamin.
e. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka
waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat
bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas
mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat
antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi.
f. Parfum
Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan
atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari
parfum menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang
ditawarkan produsen (Lachman, dkk., 1994).

2.8 Silika Gel


Silika gel (SiO2) adalah terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk granul
seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering, sering kali
disalut dengan senyawa yang berubah warna jika kapasitas penyerapan air telah habis.

Universitas Sumatera Utara

Bahan berwarna tersebut dapat dikembalikan (dapat menyerap air kembali) dengan
memanaskannya pada suhu 110oC hingga gel berubah warna semula (Ditjen POM, 1995).

Silika gel adalah butiran seperti kaca dengan bentuk yang sangat berpori,
silika dibuat secara sintetis dari natrium silikat. Silika gel adalah mineral alami
yang dimurnikan dan diolah menjadi salah satu bentuk butiran atau manik-manik.
Sebagai pengering, ia memiliki ukuran pori rata-rata 2,4 nanometer dan memiliki
afinitas yang kuat untuk molekul air. Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika
yang dihasilkan melalui penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2). Sol mirip
agar agar ini dapat didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran
mirip kaca yang bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan silika gel dimanfaatkan
sebagai zat penyerap, pengering dan penopang katalis.
Silika gel mencegah terbentuknya kelembapan yang berlebihan sebelum terjadi.
Para pabrikan mengetahui hal ini, karena itu mereka selalu memakai silika gel
dalam setiap pengiriman barang-barang mereka yang disimpan dalam kotak.
Silika gel merupakan produk yang aman digunakan untuk menjaga kelembaban
makanan, obat-obatan, bahan sensitif, elektronik dan film sekalipun.
Produk anti lembab ini menyerap lembab tanpa merubah kondisi zatnya.
Walaupun dipegang, butiran-butiran silika gel ini tetap kering. Silika gel penyerap
kandungan air bisa diaktifkan sesuai kebutuhan. Unit ini mempunyai indikator
khusus yang akan berubah dari warna biru ke merah muda kalau produk mulai
mengalami kejenuhan kelembaban. Setelah udara mengalami kejenuhan, dia dapat
diaktifkan kembali lewat oven. Sejak Perang Dunia II, silika gel sudah menjadi
pilihan yang terpercaya oleh pemerintah dan pelaku industri. Silika gel sering
digunakan sebagai bahan penyerap dalam kotak paket dan pengiriman film,

Universitas Sumatera Utara

kamera, teropong, alat-alat komputer, sepatu kulit, pakaian, makanan, obatobatan, dan peralatan peralatan lainnya. Silika gel adalah substansi-substansi yang
digunakan untuk menyerap kelembaban dan cairan partikel dari ruang yang
berudara (Anonim c, 2012).

2.9 Butylated Hydroxy Toluene (BHT)


Butylated hydroxy Toluene digunakan sebagai antioksidan dalam
kosmetik, makanan, dan farmasi. Hal ini terutama digunakan untuk menunda atau
mencegah

ketengikan oksidatif lemak dan minyak dan mencegah

hilangnya

aktivitas vitamin larut minyak.


Butylated hydroxytoluene juga digunakan pada 0,5-1,0% w/w konsentrasi
di karet alam atau sintetis untuk meningkatkan warna stabilitas.
Titik didih 265oC, Kepadatan (massal) 0,48-0,60 g/cm3, kepadatan (benar) 1,031
g/cm3, titik nyala 127oC (terbuka cangkir), titik lebur 70oC, kadar air
40,05%, NIR spektrum. Koefisien partisi oktanol: air= 4,17-5,80, indeks bias n
D75= 1.4859. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol,
soluble hidroksida alkali, asam mineral encer. Larut dalam aseton, etanol (95%),
benzena,

eter,

metanol,

toluen,

minyak

mineral.

Lebih

larut

dari

hydroxyanisole butylated dalam minyak makanan dan lemak (Rowe, dkk., 1983).

2.10 Uji Tempel

Universitas Sumatera Utara

Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan
cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud
untuk mengetahui apakah sediaan uji itu dapat menimbulkan iritasi atau kepekaan
kulit atau tidak.
Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan kulit. Jika
toksikan diletakkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit
adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan iritan,
sedangkan kepekaan kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan
toksikan golongan allergen (Ditjen POM, 1985).
Umumnya, iritasi akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah
pelekatan atau penyentuhannya pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer.
Tetapi jika reaksi itu timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan
pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Alergen biasanya adalah zat yang
dapat menyebabkan kerusakan kulit setelah pelekatan kedua atau seterusnya pada
kulit yang mengikuti pelekatan pertama pada kulit yang sama (Ditjen POM,
1985).
Tanda tanda yang ditimbulkan kedua reaksi kulit tersebut lebih kurang
sama, yakni dalam keadaan tidak parah umumnya akan nampak sebagai
hyperemia, eritema, edema atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian
biasanya bersifat lokal pada daerah kulit rusak saja. Tetapi jika keadaannya lebih
parah, kemungkinan besar dapat menyebabkan efek toksik

yang dapat

membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa penderitanya (Ditjen POM,


1985).

Universitas Sumatera Utara

Pada dasarnya uji keamanan yang dilakukan pada kosmetika meliputi dua
aspek, yakni, uji keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk produk
kosmetika sebelum diedarkan (Ditjen POM, 1985).

Universitas Sumatera Utara

You might also like