You are on page 1of 26

A.

Konsep Dasar Gangguan


1. Definisi Pengertian
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi yaitu saluran
pernapasan bagian atas, bagian bawah dan paru (Hidayat, 2006). Kebutuhan tubuh
terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak, tanpa
oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan
menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap
kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara 3-5
menit. Apabila kekurangan kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit,
dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Kozier dan Erb, 1998).
Fungsi sistem jantung ialah untuk mengantarkan oksigen, nutrien, dan substansi lain
ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui pompa jantung.
Kerja pompa jantung sangat penting untuk mempertahankan aliran oksigen. Proses
yang mempengaruhi oksigenasi pada klien termasuk perubahan yang mempengaruhi
kapasitas darah untuk membawa oksigen, seperti anemia dan perubahan yang
mempengaruhi gerakan dinding dada atau sistem saraf pusat klien (Potter dan Perry,
2006).
Tujuan :
untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
untuk menurunkan kerja paru-paru

untuk menurunkan kerja jantung


Terapi

oksigen

merupakan

salah

satu

terapi

pernafasan

dalam

mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memberikan


transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas
dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa metode pemberian oksigen:

a) Low flow oxygen system

Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya sistem
ini lebih nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola
pernafasan pasien.
b) High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan dengan
konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernafasan pasien.
2. Anatomi Fisiologi Pernafasan
Organ-Organ Pernafasan Pada Manusia
a. Hidung
Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung.
Rongga hidung banyak memiliki kapiler darah, dan selalu lembap dengan adanya
lendir yang dihasilkan oleh mukosa. Didalam hidung udara disaring dari bendabenda asing yang tidak berupa gas agar tidak masuk ke paru-paru. Selain itu udara
juga disesuaikan suhunya agar sesuai dengan suhu tubuh.
b. Faring
Faring merupakan ruang dibelakang rongga hidung, yang merupakan jalan
masuknya udara dari rongga hidung. Pada ruang tersebut terdapat klep (epiglotis)
yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara pernafasan dan makanan.
Faring adalah tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian
dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring,
orofaring, dan laringofaring.
c. Laring
Laring/pangkal batang tenggorokan/kotak suara. Laring menghubungkan laring
dengan trakea. Laring adalah tabung pendek berbentuk seperti kotakk triangular
dan ditopang oleh sembilan kartilago, tiga berpasangan dan tiga tidak berpasangan.
Laring terdiri atas tulang rawan, yaitu jakun, epiglotis, (tulang rawan penutup) dan
tulang rawan trikoid (cincin stempel) yang letaknya paling bawah. Pita suara
terletak di dinding laring bagian dalam.
d. Trakhea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan pita yang tersusun atas otot polos dan
tulang rawan yang berbentuk hurup C pada jarak yang sangat teratur. Dinding
trakea tersusun atas tiga lapisan jaringan epitel yang dapat menghasilkan lendir

yang berguna untuk menangkap dan mengembalikan benda-benda asing ke hulu


saluran pernafasan sebelum masuk ke paru-paru bersama udara penafasan.
e. Bronkus
Merupakan cabang batang tenggorokan yang jumlahnya sepasang, yang satu
menuju ke paru-paru kiri dan yang satunya menuju paru-paru kanan. Dinding
bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat, lapisan jaringan epitel, otot polos dan
cincin tulang rawan. Kedudukan bronkus yang menuju kekiri lebih mendatar dari
pada ke kanan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih
mudah terserang penyakit
f. Bronkiolus
Bronkeolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan salurannya
lebih tipis. Bronkeolus bercabang-cabang menjadi bagian yang lebih halus.
g. Alveolus
Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa gelembung-gelembung udara.
Dinding aleolus sanat tipis setebal silapis sel, lembap dan berdekatan dengan
kapiler- kapiler darah. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya luasnya daerah
permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus
inilah terjadi pertukaran gas-gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan
perukaran CO2 dari sel-sel tubuh ke udara bebas terjadi.
h. Paru-paru
Paru-paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh otot dada dan tulang rusuk,
pada bagian bawah dibatasi oleh otot dafragma yang kuat. Paru-paru merupakan
himpunana dari bronkeulus, saccus alveolaris dan alveolus. Diantara selaput dan
paru-paru terdapat cairan limfa yang berfungsi untuk melindungi paru-paru pada
saat mengembang dan mengempis. Mengembang dan mengempisnya paru-paru
disebabkan karena adanya perubahan tekanan rongga dada.
Paru-paru kanan
o berlobus tiga
o Bronkus kanan bercabang tiga
Paru-paru kiri
o berlobus dua
o Bronkuis kiri bercabang dua
o Posisinya lebih mendatar
3

Dibungkus oleh lapisan pleura yang berfungsi menghindari gesekan saat


bernafas.
Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi serta
mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma
berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan
itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua
jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan
dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat mengeluarkan napas, otot
diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada
mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik sehingga udara keluar.
Jadi,

udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang

bertekanan lebih kecil.


3. Mekanisme Pernafasan Manusia.
Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
A. Pernafasan dada
Pada pernafasan dada otot yang berperan penting adalah otot antar tulang rusuk.
Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang
berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang
berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila
otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat
sehingga volume dada bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menyebabkan
tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar.
Karena tekanan uada kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir
dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses inspirasi
Sedangkan pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang
rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh
meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan
aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut espirasi.
B. Pernafasan perut
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot
dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan
mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga
4

tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan


mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru- paru
(inspirasi).
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas
2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam
kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah
dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Volume dan Kapasitas Paru
A. Volume
Volume
Volume tidal (VT)

Uraian
Jumlah
volume udara yang masuk dan keluar paru-paru L : 500 ml
P : 380 ml
selama ventilasi normal biasa.
Volume Cadangan Volume udara ekstra yang masuk ke paru-paru L : 3.100 ml
P : 1.900 ml
Inspirasi (VCI)
dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi
tidal.
Volume Cadangan Volume udara normal yang dapat dikeluarkan L : 1.200 ml
P : 800 ml
Ekspirasi (VCE)
dengan kuat pada akhir ekspirasi tidal normal.
Volume Residual Volume udara sisa dalam paru-paru setelah L : 1.200 ml
P : 1.000 ml
(VR)
melakukan ekspirasi kuat. Volume residual
penting untuk kelangsungan aerasi dalam darah
saat jeda pernafasan.
B. Kapasitas
Kapasitas
Uraian
Kapasitas Residual KRF = VR + VCE

Jumlah
2.200 ml

Fungsional (KRF)
Kapasitas Inspirasi KI = VT + VCI

3.500 ml

(KI)
Kapasitas

Vital KV = VT + VCI + VCE

4.500 ml

(KV)
Kapasitas

Total KTP = KV + VR

5.700 ml

Paru (KTP)
Frekuensi Pernafasan
5

Jumlah udara yang keluar masuk ke paru-paru setiap kali bernapas disebut sebagai
frekuensi pernapasan. Pada umumnya,frekuensi pernapasan manusia setiap menitnya
sebanyak 15-18 kali. Cepat atau lambatnya frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya :

Usia. Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rendah frekuensi

pernapasannya.Hal ini berhubungan dengan energy yang dibutuhkan.


Jenis kelamin. Pada umumnya pria memiliki frekuensi pernapasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan wanita.Kebutuhan akan oksigen serta produksi
karbondioksida pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.
Suhu tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh seseorang maka aka semakin cepat

frekuensi pernapasannya, hal ini

berhubungan dengan penigkatan proses

metabolism yang terjadi dalam tubuh.


Posisi atau kedudukan tubuh. Frekuensi pernapasan ketika sedang duduk akan

berbeda dibandingkan dengan ketika sedang berjongkok atatu berdiri.Hal ini


berhubungan erat dengan energy yang dibutuhkan oleh organ tubuh sebagai
tumpuan berat tubuh.
Aktivitas. Seseorang yang aktivitas fisiknya tingi seperti olahragawan akan

membutuhkan lebih banyak energi daripada orang yang diamatau santai, oleh
karena itu, frekuensi pernapasan orang tersebut juga lebih tinggi. Gerakan dan
frekuensi pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang terdapat di otak.
Selain itu, frekuensi pernapasan distimulus oleh konsentrasi karbondioksida
(CO) dalam darah.
4. Penyebab / faktor predisposisi
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap. Sewaktu-waktu tubuh memerlukan
oksigen yang banyak oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (Asmadi, 2008):

Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespons dengan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut
mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respons demikian
menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun
meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah
mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan
kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
6

Latihan Fisik
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung
dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.

Emosi
Cemas, takut, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.

Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan mempengaruhi status oksigenasi seseorang sebab
merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah
arteri.

Status Kesehatan
Pada orang sehat, system kardiovaskuler dan system respirasi berfungsi
dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara
adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun
penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh.

Faktor-faktor perkembangan dan proses penuaan yang normal memengaruhi


oksigenasi jaringan yaitu (Potter & Perry, 2010).
Bayi dan Anak-anak
Bayi dan anak-anak berisiko terkena infeksi saluran napas atas karena
sering tepapar asap rokok. Infeksi saluran napas atas biasanya tidak
berbahaya dan bayi atau anak-anak, dan dapat sembuh tanpa
mengalami kesulitan.
Anak-anak Usia Sekolah dan Remaja
Anak-anak usia sekolah dan remaja terpapar infeksi pernapasan dan
faktor-faktor risiko pernapasan seperti asap rokok dan merokok.
Individu yang mulai merokok sejak remaja dan terus merokok sampai
usia pertengahan memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit
kardiopulmonal dan kanker paru.
Dewasa Muda dan Dewasa Pertengahan

Faktor risiko kardiopulmonal multipel,antara lain: diet yang tidak


sehat, kurang olahraga, stress, penggunaan obat bebas dan obat yang
diresepkan yang tidak sesuai dan merokok.
Lansia
Sistem pernapasan dan jantung mengalami perubahan sepanjang
proses penuaan. Perubahan dihubungkan dengan klasifikasi katup
jantung, nodus SA, dan tulang rawan iga. Osteoporosis menyebabkan
perubahan ukuran dan bentuk toraks.

Gangguan jantung, meliputi : ketidak seimbangan jantung meliputi ketidak


seimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-

kondisi kardio miopati, dan hipoksia jaringan perifer.


Gangguan pernapasan meliputi hiperventilasi, hipoventilasi, dan hipoksia.

5. Klasifikasi
Klasifikasi gangguan oksigenasi :
a. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
- Kecemasan
- Infeksi/sepsis
- Keracunan obat-obatan
- Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolic.
Tanda-tanda dan gejala hoperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri
dada (chest pain), menurunkan konsentrasi, disorientasi , tinnitus.
b. Hipoventilasi
Hivoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya
terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,
penurunan

kesadaran,

disorientasi,

kardiakdistritmia,

ketidakseimbangan

elektrolit, kejang dan kardiak arrest.


c. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi
atau meningkatkan penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat
disebabkan oleh :
- Menurunnya hemoglobin
- Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung.
- Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti pada keracunan sianida.
8

- Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pneumonia.


- Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
- Kerusakan/gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis,
sesak napas, dan clubbing.
Metode pemberian oksigen dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Sistem aliran rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan,
menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan
patokan volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen,
namun masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien
dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali permenit.
Alat yang digunakan dalam teknik sistem aliran rendah adalah :
Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu
dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan
kateter nasal.
Keuntungan : Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju
pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal,
klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien
dan terasa nyaman.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari
44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut,
mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi

selaput lendir.
Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara
kontinyu dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% 44%.
Keuntungan : Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan
dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai
kateter penghisap.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih
dari 45%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula
nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir
nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan

nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah

tersumbat.
Sungkup muka sederhana,
Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 8
liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 60%.
Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari
kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan
melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam
pemberian terapi aerosol.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari

40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.


Sungkup muka dengan kantong rebreathing,
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 80%
dengan aliran 8 12 liter/mnt
Keuntungan : Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka
sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian : Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika
aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong

oksigen bisa terlipat.


Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99%
dengan aliran 8 12 liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur
dengan udara ekspirasi
Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi

100%, tidak mengeringkan selaput lendir.


Kerugian : Kantong oksigen bisa terlipat.
b. Sistem Aliran Tinggi
Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe
pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen
yang lebih tepat dan teratur.
Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan
menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen
sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran
udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 14
liter/mnt dengan konsentrasi 30 55%.

10

Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan


petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO 2,
suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2
Kerugian : Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran
lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terl

7. Pemeriksaan Fisik

Pemerikasaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan klien yang
meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar. Teknik inpeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi digunakan dalam pemeriksaan fisik.
Inpeksi
Saat melakukan teknik inpeksi, perawat melakukan observasi dari kepala sampai
ke ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membrane mukosa, pola
pernapasan, dan gerakan dinding dada. Setiap kelainan harus diperiksa selama
palpasi, perkusi, auskultasi.
Palpasi
Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan palpasi, jenis dan
jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan dapat diketahui dan perawat dapat
mengidentifikasi taktil fremitus, getaran pada (thrill), angkatan dada (heaves), dan
titik impuls jantung maksimal.
Perkusi
Perkusi adalah tindakan mengetuk-ngetuk suatu objek untuk menentukan adanya
udara, cairan, atau benda padat di jaringan yang berada di bawah objek tersebut
(Malasanos, Barkauskas, dan Stoltenberg-Allen, 1990). Perkusi menimbulkan
getaran dari daerah dibawah area yang diketuk dengan kedalaman 4 sampai 6 cm
(Seidel dkk, 1955). Lima nada perkusi adalah resonansi, hiperesonansi, redup,
datar, timpani. Perkusi memungkinkan perawat untuk menentukan adanya cair
yang tidak normal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.
Auskultasi
Penggunaan auskultasi menampukan perawat mengidentifikasi bunyi paru dan
jantung yang tidak normal. Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan
gerakan udara di sepanjang lapang paru : anterior, posterior, dan lateral. Suara
napas tambahan terdengar, jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat
11

cairan di suatu lapang paru, atau terjadi obstruksi. Auskultasi juga dilakukan untuk
mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan
status pernapasan.

8. Pemeriksaan diagnostik / Penunjang


1. Pemeriksaan untuk Menentukan Keadekuatan Sistem Konduksi Jantung.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menetukan konduksi jantung mencakup
pemeriksaan dengan menggunakan metode:
a. Elektrokardiogram.
Eletrokardiogram (EKG) menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik
jantung, mendeteksi transmisi impuls dsn posisi listrik jantung (aksis jantung).
b. Monitor Holter.
Monitor Holter merupakan peralatan yang dapat dibawa (portable) dan
berfungsi merekam aktivitas listrik jantung dan menghasilkan EKG yang
terus-menerus selama periode tertentu, misalnya selama 12 jam atau lebih.
c. Pemeriksaan stres latihan.
Pemeriksaan stres latihan digunakan untuk mengevaluasi respon jantung
terhadap stress fisik.
d. Pemeriksaan elektrofisiologi.
Pemeriksaan elektrofisiologis (PEF) merupakan pengukuran invasif aktivitas
listrik.
2. Pemeriksaan untuk Menentukan Kontraksi Miokard dan aliran Darah.
a. Ekokardiografi, merupakan pengukuran noninvasif untuk mengevaluasi
struktur internal jantung dan gerakan dinding jantung.
b. Skintigrafi atau angiografi radionuklida merupakan teknik noninvasif yang
menggunak radio isotop untuk mengevaluasi struktur jantung, perfusi
miokard, dan kontraktilitas.
c. Kateterisasi jantung dan angiografi adalah prosedur invasive yang
digunakan untuk memvisualisasi ruang-ruang jantung, katup, pembuluhpembuluh darah besar, dan arteri koroner, serta mengukur tekanan dan
volume di dalam empat ruang.
3. Pemeriksaan untuk Mengukur Keadekuatan Ventilisasi dan Oksigenasi.
a. Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru-paru untuk
melakukan pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara efesien.
b. Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran tertinggi yang dicapai
selama ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya
perubahan ukuran jalan napas menjadi besar.
9. Indikasi, kontraindikasi, dan komplikasi dari tindaka
12

Indikasi dari oksigenasi:


Hipoksemia, kekurangan oksigen dalam darah
Hiperventilasi, peningkatan jumlah O2 dalam paru-paru sehingga nafasnya

lebih cepat.
Hipoventilasi, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan O2
Hipoksia, tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen seluler akibat
defisiensi oksigen yang diinpirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen

pada tingkat seluler.


Masalah pernapasan seperti asma dan pneumonia
Bronchitis
Penyakit jantung

Kontraindikasi dari oksigenasi:


Semua klien yang memiliki respon ventilasi oksigen yang tidak baik
Komplikasi dari oksigenasi:

Depresi pernapasan
Toksisitas oksigen
Penyerapan atelectasis

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Identitas
Pasien
Nama

: ........................................

Umur

: ........................................

Jenis kelamin

: ........................................

Pendidikan

: ........................................

Pekerjaan

: ........................................

Status perkawinan

: .......................................

Agama

: .......................................

Suku

: .......................................

Alamat

: .......................................

Tanggal masuk

: ........................................

Tanggal pengkajian

: ........................................

Sumber Informasi

: ........................................

Diagnosa masuk

: ........................................
13

Penanggung
Nama

: ........................................

Hubungan dengan pasien

: ........................................

2. Riwayat keluarga
Genogram (kalau perlu)
Keterangan genogram
3. Status kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan Penyakit saat ini
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
b. Status Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami
Pernah dirawat
Riwayat alergi : Ya
Riwayat tranfusi

Tidak

: Ya

Jelaskan :

Tidak

Kebiasaan :

Merokok
Ya
Minum kopi
Ya
Penggunaan Alkohol Ya
Lain-lain:
Jelaskan :

Tidak
Tidak
Tidak

Sejak:
Sejak:
Sejak:

Jumlah:
Jumlah:
Jumlah:

4. Riwayat Penyakit Keluarga :.......................


5. Diagnosa Medis dan therapy
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
b. Nutrisi/ metabolic
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri

Makan/minum
Mandi
14

Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi ROM
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif-perseptual
g. Pola persepsi diri/konsep diri
h. Pola seksual dan reproduksi
i. Pola peran-hubungan
j. Pola manajemen koping stress
k. Pola keyakinan-nilai

7. Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan fisik


Keadaan umum : Baik

Sedang

Lemah

Kesadaran:

TTV

Nadi :

Suhu:

RR:

TD:

a. Kulit, Rambut dan Kuku


Distribusi rambut :
Lesi

Ya

Tidak

Warna kulit

Ikterik

Sianosis

Akral

Hangat

Panas

Kemerahan Pucat
Dingin kering

Dingin

Turgor:
Oedem

Ya

Tidak

Warna kuku:

Pink

Sianosis

Lokasi:
lain-lain
15

Lain-lain: .......................................................
b. Kepala dan Leher
Kepala

Simetris

Asimetris, Lesi:

Deviasi trakea

Ya

Tidak

Pembesaran kelenjar tiroid

Ya

ya

Tidak

Tidak

Lain-lain: ..........................................................................
c. Mata dan Telinga
Gangguan pengelihatan
Menggunakan kacamata

Ya
Ya

Tidak

Tidak

Pupil

Isokor

Sklera/ konjungtiva

Anemis

Visus:
Anisokor Ukuran:

Ikterus

Gangguan pendengaran

Ya

Tidak

Menggunakan alat bantu dengar

Ya

Tidak

Tes weber:

Tes Rinne:

Tes Swabach:

Lain-lain: .......................................................................................
d. Sistem Pernafasan:
Batuk:

Ya

Tidak

Sesak:

Ya

Tidak

Inspeksi: ....................................................................................................................
.........

Palpasi: ......................................................................................................................
........

Perkusi: .....................................................................................................................
........

16

Auskultasi: .................................................................................................................
........

Lain-lain: .......................................................

e. Sistem Kardiovaskular :
Nyeri dada

Ya

Palpitasi
CRT

Tidak
Ya

< 3 dtk

Tidak
> 3 dtk

Inspeksi: ....................................................................................................................
.........

Palpasi: ......................................................................................................................
........

Perkusi: ......................................................................................................................
........

Auskultasi: .................................................................................................................
........

Lain-lain: ....................................
f. Payudara Wanita dan Pria:
.............................................................................................................................
.................
g. Sistem Gastrointestinal:
Mulut

Bersih

Kotor

Mukosa

Lembab

Kering

Pembesaran hepar

Ya

Tidak

Abdomen

Meteorismus

Peristaltik:

Berbau
Stomatitis

Asites

Nyeri tekan

x/mnt

Lain-lain : .....................................................
17

h. Sistem Urinarius :
Penggunaan alat bantu/ kateter

Ya

Tidak

Kandung kencing, nyeri tekan

Ya

Tidak

Gangguan

Retensi

Anuria

Oliguria

Nokturia

Lain-lain:

Inkontinensia

i. Sistem Reproduksi Wanita/Pria :


.....................................................................................................................................
..........
j. Sistem Saraf:
GCS: Eye:

Verbal:

Motorik:

Rangsangan meningeal

Kaku kuduk

Kernig

Brudzinski I

Refleks fisiologis

Brudzinski II

Patela

Trisep

Babinski

Chaddock

Bisep

Achiles
Refleks patologis

Oppenheim Rossolimo Gordon


Schaefer

Stransky

Gonda

Gerakan involunter :
Lain-lain: .................................................................
k. Sistem Muskuloskeletal:
Kemampuan pergerakan sendi

Bebas

Terbatas

Deformitas

Ya

Tidak

Lokasi:

Fraktur

Ya

tidak

Lokasi:
18

Kekakuan

Ya

Nyeri sendi/otot

Tidak
Ya

Tidak

Kekuatan otot :
Lain-lain: ......................................................
l. Sistem Imun:
Perdarahan Gusi

Ya

Tidak

Perdarahan lama

Ya

Tidak

Pembengkakan KGB

Ya

Tidak

Keletihan/kelemahan

Ya

Tidak

Lokasi:

Lain-lain: ..........................................................
m. Sistem Endokrin:

Hiperglikemia

Ya

Tidak

Hipoglikemia

Ya

Tidak

Luka gangrene

Ya

Tidak

Lain-lain: ..........................................................
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Data laboratorium yang berhubungan
b. Pemeriksaan Radiologi
c. Hasil Konsultasi
d. Pemeriksaan penunjang diagnostik lain
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosis yang mungkin muncul pada pasien gangguan oksigenasi adalah :
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan :
Lingkungan

Perokok pasif
19

Mengisap asap

Merokok

Obstruksi jalan napas


Spasme jalan napas
Mukus dalam jumlah berlebihan
Eksudat dalam alveoli
Materi asing dalam jalan napas
Adanya jalan napas buatan
Sekresi yang tertahan / sisa sekresi
Sekresi dalam bronki
Fisiologis

Jalan napas alergik

Asma

Penyakit paru obstruksi kronis

Hiperplasia dinding bronkial

Infeksi

Disfungsi neuromuskular

Yang dtandai dengan :

Tidak ada batuk

Suara napas tambahan

Perubahan frekuensi napas

Perubahan irama napas

Sianosis

Kesulitan berbicara/ mengeluarkan suara

Penurunan bunyi napas

Dispnea

Sputum dalam jumlah yang berlebihan

Batuk yang tidak efektif


20

Ortopnea

Gelisah

Mata terbuka lebar

2) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan :

Perubahan membran alveolar-kapiler

Ventilasi-perfusi

Yang ditandai dengan :


pH darah arteri abnormal
pH arteri abnormal
pernapasan abnomal ( mis, kecepatan, irama, kedalaman)
warna kulit abnormal (mis, pucat, kehitaman)
konfusi
sianosis ( pada neonatus saja)
Penurunan karbon dioksida
Diaforesis
Dispnea
Sakit kepala saat bangun
Hiperkapnia
Hipoksemia
Iritabilitas
Napas cuping hidung
Gelisah
Somnolen
Takikardia
Gangguan penglihatan

3) Ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan :


21

Ansietas

Posisi tubuh

Deformitas tulang

Deformitas dinding dada

Keletihan

Hiperventilasi

Sindrom hipoventilasi

Gangguan muskuloskeletal

Kerusakan neurologis

Imaturitas neurologis

Disfungsi neuromuskular

Obesitas

Nyeri

Keletihan otot pernapasan

Cedera medula spinalis

Yang ditandai dengan :

Perubahan kedalaman pernapasan

Perubahan eksursi dada

Mengambil posisi tiga titik

Bradipnea

Penurunan tekanan ekspirasi

Penurunan tekanan inspirasi

Penurunan ventilasi semenit

Penurunan kapasitas vital

Dispnea

Peningkatan diameter anterior-posterior

Pernapasan cuping hidung

Ortopnea

Fase ekspirasi memanjang

Pernapasan bibir
22

Takipnea

Penggunaan otot aksesorius untuk bernapas

23

3. Rencana Asuhan Keperawatan


DIAGNOSIS

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

KEPERAWATAN
Setelah dilakukan tindakan

jalan nafas berhubungan

keperawatan selama ..x 24 jam

dengan asma ditandai

diharapkan bersihan jalan napas

dengan sputum dalam

efektif sesuai dengan kriteria:


NOC Label: Respiratory status :
airway patency
Frekuensi napas dalam rentang

Gangguan pertukaran gas

RASIONAL

INTERVENSI

Ketidakefektifan bersihan

jumlah berlebihan.

PERENCANAAN

NIC Label : Airway

Diberikan posisi semi/fowler

management
Posisikan

tinggi atau senyaman pasien


pasien

untuk

agar

merasa

lebih

untuk bernapas
memaksimalkan oksigenasi
Ajarkan cara batuk efektif
Meminimalisir nyeri saat batuk
Auskultasi suara napas, Untuk mengetahui perubahancatat adanya penurunan dan
perubahan yang terjadi

normal
Irama napas dalam rentang normal
Mampu mengeluarkan sputum dari

Memonitoring keadaan sebagai


peningkatan suara napas
Monitor status respirasi dan
acuan
untuk
tindakan
oksigenasi bila perlu
selanjutnya

jalan napas
Bebas dari peningkatan suara napas
Setelah jam, pernafasan pasien

NIC Label : Oxygen


Untuk

memaksimalkan

berhubungan dengan

normal dengan ventilasi dan perfusi

therapy

ventilasi perfusi ditandai

yang optimal ditinjau dari kriteri hasil

dengan pernafasan

pernafasan klien

Agar
pasien
Bersihkan mulut, hidung,

abnormal.

nyaman

NOC Label Respiratory status :

sekresi

trakeal,

jika

mendapatkan

oksigen yang tepat

diperlukan
24

Monitoring aliran oksigen

Ventilation
RR dalam rentang normal.
Kedalaman pernafasan normal.
Tidak terdapat suara nafas tambahan
(ronkhi

basah,

ronkhi,

mengi,

friction rub)
Kualitas istirahat baik
Tidak terdapat sianosis

25

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 4. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Morhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC), Fifth Edition. Missouri:
Mosby Elsevier.
Dochterman, Joanne McCloskey Gloria M. Bulechek. 2008. Nursing Intervention
Classification (NIC), Fifth Edition. Missouri: Mosby Elsevier

26

You might also like