You are on page 1of 27

BAB II

KONSEP DASAR
A. Pengertian
1. Terdapat berbagai devinisi menurut beberapa ahli yaitu :
a. Menurut Engram (1998) hepatitis adalah inflamasi akut pada hepar, ini dapat
disebabkan oleh bakteri atau cidera toksik, tetapi hepatitis virus lebih sering
ditemukan.
b. Menurut Reeves (2001) hepatitis adalah peradangan luas pada jaringan hati
yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel.
c. Menurut Carpenito (1999) hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan
oleh salah satu dari lima agen virus yang berbeda.
Berdasarkan berbagai devinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit
hepatitis adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh bakteri atau cidera
toksik, virus yang menyebabkan nekrosis dan degenerasi sel.
2. Klasifikasi hepatitis
Menurut Charlene J. Reeves (2001) terdapat berbagai hepatitis diantaranya
sebagai berikut :
a. Hepatiis A (HAV: hepatiis infeksi). HAV disebabkan kontaminasi fecal oral,
yang umumnya melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Agen pembawa
sangat menular sebelum kemunculan tanda dan gejala, khususnya penyakit
kuning. Pemberian intramucular immuneglobulin (gamma globulin) pada
individu yang terserang dapat menurunkan keparahan dari sakitnya individu

yang pindah kedaerah beresiko tinggi harus diimunisasi, HAV dikaitkan


dengan immunitas permanen setelah penyakit.
b. Hepatiis B (HBV; serum hepatiis), HBV disebarkan melalui suntikan
percutaneus oleh pertocaneous inoculation yang disebabkan instrumen atau
jarum yang terkontaminasi, kontak dengan cairan tubuh yang terkontaminasi
hepatitis B surface antigen (HBsAg) (misalnya, selama kontak seksual), dan
lintas-transmisi virus antara bayi dan ibu yang terjadi dalam rahim, pada
kelahiran, atau selama periode paska kelahiran Host / orang terinfeksi
mungkin merupakan pembawa yang tak menunjukkan gejala. Pemeriksaan
laborat mengidentifikasikan virus dengan adanya HBsAg (Antigen Australi).
Semua unit donor darah harus disaring untuk mengetahui adanya HBsAg dan
individu beresiko tinggi diminta tidak mendonorkan darah. Profilaksis setelah
terpapar dapat menggunakan HBIG (immunoglobin hepatitis B), yang
memberikan kekebalan temporer, HBV merupakan resiko pekerjaan bagi
petugas kesehatan, pasien yang membutuhkan darah dan tindakan pencegahan
cairan tubuh pada semua pasien dan pelaksanaan imunisasi HBV.
Satu-satunya harapan

nyata melawan epidemik HBV adalah melalui

imunisasi. Vaksin HBV memiliki proteksi jangka panjang. Agar efektif,


vaksin ini diberikan dalam tiga kali injeksi pada 1,2 dan

6 bulan. Selain

itu titer harus dicek 1 2 bulan setelah penyuntikanseri ke 3. pada sebagian


individu yang ternyata ber-titer rendah maka diperlukan booster tambahan
(injeksi ke-4) untuk mendapatkan proteksi. Imunisasi HBV secara umum

diberikan pada bayi dan selama masa pertumbuhan direkomendasikan untuk


mencegah transmisi kelahiran perinatal dan melawan epidemik HBV.
c. Hepatitis C (HCV; non A, non B). HCV disebarkan secara parenteral,
khususnya tranfusi darah yang terkontaminasi (sebelum 1990), para pecandu
obat-obatan yang menggunakan jarum terkontaminasi, dan melalui kontak
cairan tubuh misalnya kontak seksual. Penyakit ini didiagnos dengan
keberadaan antibody HCV.
d. Hepatitis D (HDV; delta hepatitis). HDV disebarkan dengan cara sama seperti
HBV maupun super infeksi pada pembawa HBV. Hepatiis ini didiagnosa
dengan mengidentifikasi antibody terhadap HDV dan menentukan keberadaan
antigen hepatitis D (HDAg).
e. Hepatitis E (HEV). HEV terjadi melui transmisi oral fekal. Presentase
klinisnya sama denga HAV. HEV didiagnosa dengan menentukan keberadaan
antibody terhadap HEV (anti HEV).
f. Hepatitis yang disebabkan racun dan obat. Hepatitis ini dapat disebabkan
berbagai kadar obat-obatan beracun, alkohol, toksin industri, atau racun
pabrik.

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi

Sistem hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsifungsi tubuh. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh dan terdiri dari
dua lobus yang terletak di kuadran atas abdomen di bawah diafragma meluas keatas
di bawah tulang iga. Kandung empedu terletak di bawah permukaan inferior hati
(Gbr. 1).
Hati terbentuk dari lobus-lobus hati yang kecil (Gbr. 2). Yang terdiri dari
lempengan-lempengan sel-sel hati. Masing-masing lempengan tersebut umumnya
memiliki ketebalan yang terdiri dari dua lapis diantara sel-sel berjalan suatu kanalikili
bilier. Sinusoid-sinusoid hati, yang mendapat perdarahan dari vena porta dan arteri
hepatika, terletak pada sisi yang berseberangan dengan sel-sel hati. Setelah melewati
sinusoid-sinusoid hati, darah dicurahkan menuju vena sentralis dan dari sini darah
mengalir menuju vena hepatic. Sinusoid-sinusoid dibatasi oleh sel kuppter yang
merupakan sel-sel retikuloenendotelial yang memfagosid bakteri dan produk-produk
asing lain.
Hati memiliki susunan yang ideal untuk menerima suplai darah dalam jumlah
besar untuk melaksanakan berbagai macam fungsinya, seperti berperan dalam
metabolisme
detoksifikasi.

karbohidrat, protein,

dan lemak, metabolisme

bilirubin, dan

2. Fisiologi
1. Metabolisme Karbohidrat, Protein, dan lemak.

Hati mempunyai peran utama dalam metabolisme tiga nutrisi utama. Melalui
berbagai macam aktifitas enzimmatik, hati dapat mengoksidasi karbohidrat,
protein, dan lemak untuk mendapatkan energi atau menggunakan nutrisi-nutrisi
ini untuk menghasilkan suatu senyawa yang dapat disimpan untuk digunakan
pada masas yang akan datang atau membuat senyawa-senyawa yang dibutuhkan.
2.

Fungsi hati dapat dilihat pada tabel 1


Peranan hati dalam Metabolisme

Metabolisme Karbohidrat
Glikogenolisis
Metabolisme Galaktosa
Metabolisme galaktosa

: Memecah glikogen menjadi glukosa


: Mensintesa glukosa dari asam amino atau gliserol

Metabolisme Protein
Sintesa albumin, globilin, faktor-faktor pembekuan (fibrinogen, protombin) produksi
urea hasil deaminasi protein.
Metabolisme Lemak
Menghasilkan fosfolisid, lipprotein, kolesterol.
Pembentukan benda-benda keton

Tabel 1
3. Metabolisme Bilirubin
Bilirubin adalah suatu produk sampingan dari bagian heme sel-sel darah merah
yang dilepaskan ketika sel-sel darah mengalami kehancuran. Pada saat tersebut
bilirubin tidak dapat larut dalam air (unconjugated) dan terdapat dalam darah
berikatan dalam protein. Hati bertanggung jawab untuk menangkap bilirubin
unconjugated ini, untuk mengkonjugasikannya ke dalam bentuk yang larut dalam
air, dan untuk mensekresi bilirubin conjugated ke dalam duodenum dan dipecah
oleh bakteri menjadi urobbilinogen. Sehingga urobbilinogen dieksresikan bersama

feses, sehingga feses berwarna coklat. Sebagian lainnya dieliminasi dalam urin
dan sebagian sisanya kembali menuju hati dan diubah kembali menjadi bilirubin.
4. Detoksifikasi
Menurut long (1996) hati memiliki peranan utama dalam detoksifikasi baik
substansi-substansi eksogen maupun substansi-substansi endogen. Hati
mempunyai peran yang besar dalam detoksifikasi beberapa obat. Semua obat
barbiturat (kecuali Phenobarbital dan barbital) dan beberapa obat sedativa
diinaktifkan. Hati memerankan peranan yang penting dalam efektifitas atau
toksisitas obat-obat ini dan obat-obat lainnya. Hati juga mendetoksikasi
kortikosteroid aldoteron dan estrogen.
5. Absorbsi Vitamin
Menurut Brunner & Sudarth (2002) penurunan produksi beberapa faktor
pembekuan secara parsial dapat disebabkan oleh berkurangnya penyerapan
vitamin Kdari traktus gastrointestinal. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh
ketidak mampuan sel-sel hati untuk menggunakan vitamin K dalam proses
pembuatan protombin. Penyerapan vitamin larut lemak lainnya (vitamin A, D dan
E) di samping lemak dari makanan juga dapat terganggu karena penurunan
sekresi garam-garam empedu ke dalam usus.
C. Etiologi
Penyebab hepatitis menurut Syaifoellah Noer dkk (1996) adalah :
1. Infeksi virus
1. Virus hepatitis A,B,C dan D.
2. Virus lain : sitomegali, epstain, barr dan rubella.

2. Penyakit hati autoimun


3. Obat metildopa, isoniazid, notrofurotin, oksitenisetin.
4. Kelainan genetik : penyakit Wilson, anti tripsin.
D. Patofisiologi
Menurut Hudak & Gallo (1996) inflamasi yang menyebar pada hepar
(hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obatobat dan bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobule dan unit ini
unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi
pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah
normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan hepar. Setelah
lewat masanya, sel-sel hepar menjadi rusak dibuang dari satu buah resprus sistem
imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian
besar pasien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar noemal. Infeksi
virus parenkim

hepar telah dikelompokkan berdasarkan agen spesifik yang

menginfeksinya. Terdapat empat jenis hepatitis virus akut : A,B. non-A, non-B (C)
dan delta (D).

E. Manifestasi Klinik
Menurut Mansjoer dkk (2000) manifestasi klinik dari hepatitis adalah :
1. Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri dari perut
kanan atas, urine menjadi lebih cokelat.

2. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terikat
pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan berkurang tapi
pasien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau
kuing muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pasca ikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari orang
dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang biasanya berbeda.
F. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer dkk (2000) penatalaksanaan hepatitis terdiri dari istirahat, diet dan
pengolahan medikamentosa.
1. Istirahat pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat.
Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan.
Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang
buruk
2. Diet jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya
diberikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori
(30-35 kalori/kgbb) dengan protein cukup (1 g/kgbb). Pemberian lemak
sebenarnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk membatasi lemak,
karena disamakan dengan penyakit kandung empedu. Dapat diberikan diet hati II
III.
3. Medikamentosa
a. Kortikostioroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin
darah. Kortikostiroid dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan,

dimana transominase serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih


tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3x10mg selama 7 hari
kemudian dilakukan tapering off.
b. Berikan obat yang bersifat melindungi hati.
c. Antibiotik tidak jelas kegunaannya.
d. Jangan berikan anti enetik. Jika perlu sekali dapat diberikan golongan
fenotiazin.
e. Viktamin K diberikan pada kasus keberadaannya perdarahan. Bila klien dalam
keadaan prekoma atau koma hepatik.
G. Komplikasi
Menurut mansjoer dkk (2000) komplikasi hepatitis terdiri dari edema serebral,
perdarahan saluran cerna, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan pernafasan,
hipoglikemia, sepsis, gelisah, koagulasi intra vaskuler diseminata, hipotensi dan
kematian. Tanda-tanda edema serebral adalah kenaikan tekanan intrakranial dengan
gejala dini transpirasi, hipervertilasi, heperefleksi, opistotonus, kejang-kejang,
kelainan kedua pupil yang terakhir dengan reflek negatif terhadap cahaya. Hilangnya
reflek okulovestibular menunjukkan prognosis total. Menurut Iin Inayah (2000)
komplikasi dari hepatitis adalah kegagalan hati (hepatoseluler), hipertensi portal,
asites, ensefalopati, peritonitis bakterial spontan, sindrom hepatorenal dan
transformasi kearah kanker hati primer (hepatoma).
H. Pengkajian Fokus
1. Biodata

Menurut Tucker (1998) 70% - 80% dari sebagian pasien hepatitis adalah orang
dengan mengkonsumsi alkohol berlebihan, infeksi virus hepatitis A (HAV)
biasanya mengenai pasien dewasa muda, serum virus B (HBV) mengenai semua
kelompok umur, non A, non-B, hepatitis C hanya sedikit yang diketahui
mengenai virus ini tetapi manivestasi gejalanya menyerupai HBV.
2. Riwayat Kesehatan
Menurut Tucker (1998) orang dengan riwayat Gagal Jantung Kognitif (GJK),
riwayat obstruksi bilier penyakit metabolik, riwayat penyalah gunakan obat,
riwayat hepatitis obstruksi saluran empedu.
3. Pengkajian pola fungsional dan pemeriksaan fisik
a. Pengkajian pola fungsional
Menurut Doengoes (2000) data dasar pada penyebab dan beratnya kerusakan /
gangguan hati yang perlu dikaji.
1) Aktivitas akan istirahat ditandai adanya gejala kelemahan, kelelahan dan
malaise umum.
2) Sirkulasi ditandai adanya brandikardi (hiperbilirubinemia berat) ikterik
pada sklera, ikterik pada kulit dan mukosa.
3) Eliminasi gejalanya adalah urin gelap, diare atau konstipasi, faeces warna
tanah liat, adanya atau berulangnya hemodialisin.
4) Makanan atau cairan adanya gejala hilang nafsu makan (anoreksia)
penurunan berat badan atau meningkat (edema) mual atau muntah ditandai
dengan adanya asites.

5) Neurosensori ditendai dengan adanya peka rangsang, cenderung tidur,


letargis, asteriksis.
6) Nyeri atau kenyamanan

gejalanya adalah kram abdomen, nyeri tekan

pada kuadran kanan atas, mialgia, arthralgia, sakit kepala, gatal (pruritus)
tandanya otot tegang, gelisah.
7) Pernafasan adanya gejala tidak minat atau enggan merokok (perokok).
b. Pemeriksaan fisik
Menurut Tucker (1998) pada pemeriksaan fisik didapatkan distensi abdomen,
nyeri tekan kuadran kanan atas, asites, pruritus, ikterik (sklera, kulit), edema
ekstremitas, anemia, spider heavi.
4. Data Penunjang
Menurut Doengoes (2000) data penunjang yang perlu dikaji adalah :
a. Tes fungsi hati : abnormal (4-10 x dari normal)
b. SGOT / SGPT : awalnya meningkat, dapat meningkat 1-2 minggu sebelum
ikterik kemudian tampak menurun.
c. Darah lengkap : trombositopenia mungkin ada (splenomegli)
d. Alkalifosfatase : agak meningkat kecuali ada kolestasis berat.
e. Faeces warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
f. Albumin serum menurunj.
g. Gula darah hiperglikemia transient / hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
h. HbSAg dapat positif (B) atau negative (A).
i. Biopsi hati menunjukkan diagnosis dan luasnya kerusakan parenkim.
j. Urinalisa peningkatan kadar bilirubin protein atau hematuria dapat terjadi.

I.

J. Diagnosa Keperawatan
Menurut beberapa ahli terdapat berbagai diagnosa adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan xairan intra abdomen
(asites) ditandai dengan mengeluh sesak nafas, asites, retensio cairan plasma
albumin di rongga peritonium, penekanan diafragma.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sekunder terhadap anoreksia,
muntah perubahan absorbsi usus di tandai dengan enggan makan / kurang minat
terhadap makanan. Gangguan sensasi pengecap, nyeri abdomen / kram,
penurunan berat badan, tonus otot buruk.

3. Kurangnya volume cairan berhubungan engan kehilangan cairan tubuh yang


berlebihan diakibatkan karena muntah, demam dan diare ditandai dengan turgor
kulity buruk, kulit kering mengkilap, uriner pekat, natrium serum di atas nilai
normal, tekanan darah dibawah nilai dasar, mengeluh haus.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran hepar di tandai
dengan mengeluh nyeri tekan pada kuadran kanan atas.
5. Kurangnya volume cairan berhubungan engan kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan diakibatkan karena muntah, demam dan diare
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan
laporan kelemahan, ketidaknyamanan kerja, penurunan kekuatan otot, menolak
untuk bergerak.
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi
ditandai dengan pertanyaan, pernyataan yang salah konsepsi, meminta informasi,
tidak akurat mengikuti instruksi.
8. Harga diri, rendah situasional berhubungan dengan gejala jengkel / marah,
terkurung / isolasi, sakit lama / periode penyembuhan ditandai dengan pernyataan
pola hidup, takut penolakan / reaksi orang lain, perasaan negatif terhadap tubuh,
perasaan tak berdaya.
9. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gatal
sekunder terhadap akumulasi garam empedu pada jaringan.
K. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intra


abdomen (asites)
Menurut Doengoes (1999) intervensi yang dilakukan adalah :
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan pola nafas efektif.
b. Respiratori rate 16 24 x / mnt.
c. Asites berkurang.
Intervensi :
a. Awasi frekuensi, kedalaman dan upaya pernafasan
Rasional : pernafasan dangkal, cepat / dispnea mungkin ada
sehubungan dengan hipoksia dan atau akumulasi cairan dalam abdomen.
b. Selidiki perubahan tingkat kesadaran.
Rasional : perubahan mental dapat menunjukan hipoksemia dan gagal
pernafasan, yang sering disertai koma hepatica.
c. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, posisi miring.
Rasional : memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada
diafragma dan memindahkan ukuran aspirasi sekret.
d. Ubah posisi dengan sering, dorong nafas dalam, latihan dan batuk
Rasional : membantu ekspasi paru dan memobilisasi sekret
e. Awasi suhu, catat adanya menggigil, meningkatnya batuk, perubahan
warna sputum.
Rasional : menunjukkan timbulnya infeksi, contoh pnemonia

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sekunder terhadap


anoreksia, muntah perubahan absorbsi usus.
Menurut Tucker (1998) intervensi yang dilakukan adalah :
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekuranagan
nutrisi.
Kriteria hasil :
a. Mentoleransi diet yang dianjurkan.
b. Mencapai berat badan, mengarah pada berat badan normal.
Intervensi :
a. Kolaborasi dengan dokter, ahli gizi dan berikan diet buah, pantau masukan
protein, lemak, dan karbohidrat.
Rasional : diet buah akan menurunkan resiko distress gaster.
b. Berikan makan dalam jumlah kecil, sering disajikan dengan menarik.
Rasional : memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelelahan yang tidak
perlu / kebutuhan energi dari makanan banyak.
c. Perbanyak cairan sampai 2,5 liter/hari kecuali terdapat kontraindikasi
Rasional : mencegah dehidrasi yang dapat meningkat engan peningkatan
kehilangan cairan tidak tampak.
d. Kaji efektifitas / efek samping antasida dan antiemetik, hindari
penggunaan compazine dan thorazine
Rasional : antiemetik dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi
pada makanan, antasida kerja pada asam gaster, dapat menurunkan iritasi /
resiko perdarahan, steroid (compazine dan thorazine) dikontraindikasikan

karena meningkatkan resiko berulang / terjadinya hepatitis kronis pada


pasien hepatitis virus.
e. Timbang pasien setiap hari
Rasional : mengetahui status nutrisi pasien (pasien puasa / katabolik akan
secara normal kehilangan 0.2 0.5 kg/hari perubahan kelebihan 0.5 kg
dapat menunjukkan perpindahan keseimbangan cairan).
f. Lakukan hygiene oral pasien terutama sebelum makan
Rasional : menghilangkan rasa tidak enak, dapat meningkatkan nafsu
makan.
g. Pantau glukosa darah
Rasional : hipoglikemia / hiperglikemia dapat terjadi, memerlukan
perubahan diet/pemberian insulin
3. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh
yang berlebihan diakibatkan karena muntah, demam dan diare.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kekurangan cairan.
Kriteria hasil : output dan input seimbang, turgor normal.
Intervensi :
a. Pertahankan puasa bila muntah dan atau anoreksia menetap.
Rasional : pengistirahatan gastro intestinal diperlukan untuk menurunkan
kebutuhan pada hati dan produksi ammonia / urea gastro intestinal
b. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit dan vitamin
Rasional : meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah masalah
koagulasi.

c. Kaji tanda-tanda vital.


Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi / perfusi.
d. Pantau warna faeces dan urine konsistensi dan frekuensi defekasi
Rasional : pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel.

e. Ukur output dan input tiap dua jam


Rasional : memonitor keseimbangan cairan.
f. Pantau daya peningkatan ikterik disorientasi muntah
Rasional : deteksi dini terhadap gangguan fungsi hati
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran hepar.
Menurut carpenito (2000) intervensi yang dilakukan adalah :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan rasa nyeri hilang / terkontrol.
b. Ekspresi wajah tampak tenang.
c. Skala nyeri 0 3.
Intervensi :
a. Monitor keluhan nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 1 10)
Rasional : membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan.
b. Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : peningkatan frekuensi jantung dapat menyebabkan peningkatan
nyeri / ketidaknyamanan atau terjadi respon terhadap demam dan proses
inflamasi.

c. Berikan ketrampilan manajemen nyeri


Rasional : memungkinkan pasien melakukan mekanisme efektif terhadap
nyeri.
d. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : mengurangi nyeri dan menurunkan tegangan otot.
5. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan tubuh
yang berlebihan diakibatkan karena muntah, demam dan diare.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat mendemonstrasikan
status cairan adekuat.
Kriteria hasil : natrium seerum dalam batas normal, membran mukosa lembab,
haluaran urin lebih besar dari 30 ml/jam, keluhan haus berkurang, turgor kulit
baik pengisian kapiler cepat, natrium serum dalam batas normal.
Intervensi :
a. Kaji masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian catat
kehilangan melalui usus.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan pergantian efek
terapi.
b.

Kaji tanda-tanda vital, nadi periver, pengisian kapiler, turgor kulit,


membran mukosa.
Rasional : indikator volume sirkulasi / perfusi.

c. Atasi asites atau pembentukan edema.


Rasional : menurunkan kemungkinan perdarahan di dalam jaringan.

d. Kolaborasi pemeriksaan nilai laboratorium (Hb/Ht, Na+albumin dan


pembekuan.
Rasional : menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium /
kadar protein yang dapat menimbulkan pembentukan edema.
e. Kolaborasi pemberian cairan IV (biasanya glukosa) elektrolit.
Rasional : memberikan cairan dan penggantian elektrolit.
6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Menurut Doengoes (1999) intervensi yang dilakukan adalah :
Tujuan : setelah dilakuakn tindakan keperawatan aktivitas pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktifitas.
b. Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali aktifitas.
Intervensi :
a.

+Tingkatkan tirah baring / duduk.


Rasional : meningkatkan istirahat dan ketenangan.

b.

Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan


Rasional : meningkatkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.

c. Ubah posisi dengan sering


Rasional : meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan
pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
d. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang
gerak sendi pasif / aktif.
Rasional : tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan aktifitas.

e. Dorong penggunaan teknik manajemen stress


Rasional : meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
7. kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi
informasi.
Mrnurut Doengoes (1999) intervensi yang dilakukan adalah :
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kurang
pengetahuan.
Kriteria hasil :
a. Mengatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
b. Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala penyakit dan hubungan gejala
dengan faktor penyebab.
c. Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi dalam pengobatan.

Intervensi :
a. Kaji tingkat pemahaman

proses penyakit,

harapan / prognosis,

kemungkinan pilihan pengobatan.


Rasional : mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah informasi
dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan
sesuai keperluan.
b. Berikan informasi khusus tentang pencegahan / penularan penyakit.

Rasional : kebutuhan / rekomendasi akan bervariasi karena tipe hepatitis


(agen penyebab) dan situasi individu.
c. Rencanakan memulai aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat
adekuat, diskusikan pembatasan mengangkat berat, latihan keras / olah
raga.
Rasional : aktibvitas keras perlu dibatasi sampai hati kembali keukuran
normal, bila pasien mulai merasa lebih baik, ia perlu memahami tentang
pentingnya istirahat adekuat lanjutan dalam mencegah kekambuhan.
d. Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas pengalih.
Rasional : aktivitas yang dapat dinikmati akan membantu pasien
menghindari pemusatan pada penyembuhan panjang.
e. Dorong kesinambungan diet seimbang.
Rasional : meningkatkan kesehatan karena meningkatkan proses
penyembuhan / regenerasi jaringan.
f. Identifikasi cara untuk mempertahankan fungsi usus biasanya, contoh
masukan cairan adekuat / diet serat, aktivitas / latihan sedang sesuai
toleransi.
Rasional : penurunan terhadap aktivitas, perubahan pada pemasukan
makanan / cairan dan aktivitas usus dapat mengakibatkan konstipasi.
g.

Diskusikan efek samping dan bahaya mengkonsumsi obat yang dijual


bebas / diresepkan.

Rasional : beberapa obat merupakan toksik untuk hati, banyak obat lain
dimetabolisme oleh hati dan harus dihindari pada penyakit hati berat
karena penyebab efek kumulatif toksik / hepatiis kronis.
h. Tekankan pentingnya mengevaluasi pemeriksaan fisik dan evaluasi
laborat.
Rasional : proses hati dapat menekan kulit berbulan-bulan untuk
membaik, bila gatal-gatal ada lebih lama dari enam bulan, biopsy hati
diperlukan untuk memastikan adanya hepatitis kronis.
i. Kaji ulang perlunya menghindari alkohol selama enam bulan minimum
lebih lama kasus toleransi individu.
Rasional : meningkatkan iritasi hepatik dan mempengaruhi pemilihan.

8. Harga diri, rendah situasional berhubungan dengan gejala jengkel / marah,


terkurung / isolasi, sakit lama / periode penyembuhan ditandai dengan
pernyataan pola hidup, takut penolakan / reaksi orang lain, perasaan negatif
terhadap tubuh, perasaan tak berdaya.
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan klien dapat mengidentifikasi
perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi diri negatif.
Kriteria hasil :
a. Menyatakan penerimaan diri, dan lamanya penyembuhan / kebutuhan isolasi.

b. Mengakui diri sebagai orang yang berguna, bertanggungjawab pada diri


sendiri.
Intervensi :
a.

Kontrak dengan klien mengenai waktu untuk mendengar, dorong diskusi


perasaan / masalah.
Rasional : penyediaan waktu, meningkatkan hubungan saling percaya,
kesempatan, kesempatan untuk mengekspresikan perasaan memungkinkan
klien untuk merasa lebih memahami situasi.

b. Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup (penggunaan alkohol /


praktek seksual)
Rasional : klien merasa marah / kesal dan menyalahkan diri, perubahan dari
orang lain akan merusak harga diri lebih lanjut.
c. Diskusikan harapan penyembuhan.
Rasional :periode penyembuhan mungkin lama (lebih dari enam bulan)
potensial stress keluarga / situasi dan memerlukan perencanaan, dukungan
dan evaluasi.
d. Kaji efek penyakit pada faktor ekonomi klien / orang terdekat.
Rasional : masalah finansial dapat terjadi karena kehilangan pada fungsi klien
pada keluarga / penyembuhan lama.
e. Tawarkan aktivitas senggang berdasarkan tingkat energi.
Rasional : memampukan klien untuk menggunakan waktu pada
konstruktif yang meningkatkan harga diri, meminimalkan
depresi.

cara

cemas dan

f. Anjurkan klien menggunakan warna merah terang atau biru / hitam daripada
kuning atau hijau.
Rasional : meningkatkan penampilan
g. Kolaborasi buat rujukan yang tepat untuk membantu sesuai kebutuhan contoh
perencanaan pulang, pelayanan masyarakat, dan atau lembaga komunitas lain.
Rasional : dapat memudahkan pemecahan masalah dan melibatkan individu
untuk mengatasi situasi lebih efektif.
9. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
ikterik dan pruritus.
Menurut Tucker (1998) intervensi yang dilakukan adalah :
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan integritas
kulit.
Kriteria hasil :
a. Pasien melaporkan penurunan pruritus atau menggaruk.
b. Ikut serta dalam aktivitas untuk mempertahankan integritas kulit, kulit
tubuh.
Intervensi :
a. Lakukan perawatan kulit secara teratur, hindari sabun dan penggunaan
sabun yang banyak busanya.
Rasional : mencegah kulit kering berlebih.
b. Kaji efektifitas kolestiramin.
Rasional : untuk mengatasi pruritus.

c. Lakukan gosok punggung dan ganti posisi dengan sering.


d. Rasional : bermanfaat dalam meningkatkan tidur dan menurunkan iritasi
kulit.
e. Berikan dorongan untuk memotong kuku pendek dan gunakan sarung
tangan.
f. Rasional : menurunkan potensial cidera kulit.

You might also like