Professional Documents
Culture Documents
HIV POSITIF
AIDS
JUMLAH
1.500
1.927
3.427
913
781
1.694
283
724
1.007
489
226
715
169
347
516
204
99
303
80
125
205
84
107
191
32
142
174
2
159
161
86
80
146
79
54
133
33
66
99
2
94
96
20
67
87
17
46
63
15
43
58
7
51
58
20
36
56
30
18
48
35
7
42
13
29
42
4
33
37
10
23
33
9
19
28
27
1
28
4
6
10
7
0
7
4
2
6
4
2
6
1
4
4
0
1
1
62
0
62
Sumber: KPA Nasional, 31 Desember 2005
MENINGGAL
281
108
78
39
46
18
36
27
12
36
13
29
29
30
6
6
9
1
0
7
5
4
3
1
5
1
2
0
1
1
1
1
200
HIV
Limfosit
limfosit pecah
Gastrointestinal
Diare
Penderita meninggal
Kekurangan volume
cairan dan elektrolit
Gangguan nutrisi: <keb. tubuh
Kelemahan
Intoleransi aktifitas
GEJALA KLINIK
Gejala AIDS:
1. Mayor
a. Penurunan berat badan > 10%
b. Diare kronik > 1 bulan
c. Demam > 1 bulan (kontinyu / intermiten)
2. Minor
a. Batuk > 1 bulan
b. Dermatitis pruritis generalisata
c. Herpes zoster rekuren
d. Kandidiasis orofaring
e. Limfadenopati generalisata
f. Herpes simpleks deseminata kronik
Dampak psikologis
1. Menelantarkan diri sendiri dengan cara tidak mau makan atau menolak
minum obat.
2. Melukai diri sendiri.
3. Berusaha dengan berbagai cara supaya ia lebih cepat meninggal.
KOMPLIKASI
1. Pari-paru: infiltrate
2. Sistem saraf pusat: meningitis / ensefalitis atau tanda-tanda local progressive
multifocal leucoencephalotahy.
3. Saluran gastrointestinal: disfagis, diare profus, diare dengan darah / colitis.
4. Demam yang tidak diketahui sebabnya.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Test penyaring: ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) anti HIV. Dot
test, dipstick blot.
2. Test konfirmasi: western blot.
Untuk diagnosis infeksi HIV diperlukan:
1.ELISA anti HIV dua kali positif
2.Western blot positif
PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
a. Infeksi
HIV/AIDS:
zidovudine
(azidothymudine/AZT),
didanosine
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat : test HIV positif atau kemungkinan terpapar virus; perilaku resiko
tinggi diagnosis STD; hepatitis; limfadenopaty atau penyakit infeksi lain yang
menetap; melaporkan menggunakan banyak obat tanpa resep.
b. Penampilan umum : kakhesia ; pucat.
c. Gejala subjektif : demam kronik dengan atau tanpa dingin; keringat malam
hari berulang; malaise; kelemahan; anoreksia; berat badan menurun; nyeri;
sulit tidur.
d. Psikososial: tampak cemas; riwayat
R/ menghentikan diare.
e. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat.
Goal: klien akan meningkatkan status nutrisi yang adekuat selama dalam
perawatan.
Objektif: dalam waktu 3 x 24 jam perawatan, mengatakan tidak mual dan
muntah,menghabiskan porsi makan yang disiapkan, BB meningkat mencapai
ideal.
Intervensi:
1. Beri makan lunak/ cair sesuai kondisi klien.
R/ meningkatkan status nutrisi yang adekuat.
2. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
R/ meningkatkan toleransi terhadap makanan.
3. Berikan makanan tambahan diantara jam makan.
R/ meningkatkan status nutrisi yang adekuat.
4. Timbang BB dua hari sekali.
R/ indikator status nutrisi.
5. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan menjelang jam makan.
R/ menambah selera/ nafsu makan.
6. Kolaborasi pemberian roborantia.
R/ menambah selera/ nafsu makan.
f. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik.
Goal: klien akan meningkatkan toleransi terhadap aktifitas selama dalam
perawatan.
Objektif: dalam waktu 3 x 24 jam perawatan, klien dapat melakukan ADL
sendiri (makan, minum, personal hygiene, ke kamar mandi/ toilet,
berpakaian).
Intervensi:
1. Monitor kemampuan secara fungsional dengan menggunakan skala 0-5
R/ menentukan perkembangan / munculnya kembali tanda yang
menghambat tercapainya tujuan.
2. Atur posisi yang menimbulkan rasa nyaman.
R/ menurunkan kelelahan, meningkatkan relaksasi.
3. Sokong ekstremitas dan persendian dengan bantal/ trokanter rool/ papan
kaki.
R/ mempertahankan ekstremitas dalam posisi fisiologis, mencegah
kontraktur dan kehilangan fungsi sendi.
4. Lakukan rentang gerak (ROM) aktif dan pasif sesuai indikasi.
R/ menstimulasi sirkulasi, meningkatkan tonus otot dan meningkatkan
mobilisasi sendi.
5. Bantu sebagian / seluruh ADL pasien.
R/ mencegah kelelahan akibat aktifitas.
6. Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien.
R/ meningkatkan peran serta keluarga dalam perawatan.
2.
3.
4.
5.
kebijakan RS.
R/ mencegah transmisi virus ke orang lain.
Lakukan cuci tangan efektif.
R/ mencegah transmisi virus.
Batasi pengunjung sesuai indikasi.
R/ resiko komplikasi sekunder akibat terpajan infeksi kontak.
Jelaskan prosedur isolasi pada pasien/ orang terdekat.
R/ mengurangi perasaan akibat isolasi dan untuk perlindungan diri.
Kolaborasi/ atur pemberian obat sesuai indikasi seperti zidovudine
(azidothymidine / AZT), didanosine (dideoxynosine/ddl), zalcitabine
(dideoxycytidine/ddC).
R/ mencegah infeksi sekunder.
h. Resiko tinggi infeksi silang b.d adanya kuman HIV dalam darah.
Goal: tidak akan terjadi infeksi kontak selama dalam perawatan.
Objektif: dalam waktu 1 x 24 jam perawatan,tidak akan terjadi infeksi kontak
pada petugas atau keluarga pasien lainnya.
Intervensi:
1. Gunakan universal precaution saat melakukan tindakan pada pasien.
R/ mencegah transmisi virus.
2. Ajarkan mencuci tangan yang benar.
R/ mencegah transmisi virus.
3. Jelaskan pentingnya personal hygiene
R/ personal hygiene yang kurang merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman.
4. Pelaksanaan
Dilaksanakan sesuai intervensi.
5. Evaluasi
Melihat apakah objektif/ criteria tercapai sebagian, seluruh atau tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J (2001): Buku Saku Diagnosa Keperawatan, vol. 8, EGC,Jakarta.