You are on page 1of 7

BAB I

KEDUDUKAN AL-QUR’AN DAN FUNGSI AL-QUR’AN

A. Fungsi Al-Qur’an

1. Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT

2. Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan

3. Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu

4. Sebagai Obat

Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-

orang yang beriman, dan (Alquran itu) tidaklah menambah kepada orang-orang

yang zalim selain kerugian”. (Al-Isra' (17): 82).

Setelah Rasulullah wafat, yang tertinggal adalah Al-Qur’an yang terjaga dari

penyimpangan dan pemutarbalikan fakta agar dipakai sebagai petunjuk dan pedoman

dalam mengarungi dunia fana ini. Firman Allah SWT :

“Katakanlah hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah (yang)

diutus kepada kalian semua, bahwa Allahlah yang mempunyai kerajaan langit dan

bumi, tidak ada Tuhan selain Dia yang menghidupkan dan yang mematikan, maka

1
berimanlah kalian kepada Allah dan rasulNya. Nabi yang ummi yang beriman

kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah Dia agar

kalian mendapat petunjuk (QS Al-Arof : 158)

Juga disebutkan FirmanyaNya :

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon (Al-Qur’an) kepada

hambaNya, agar menjadi peringatan kepada seluruh alam” (QS Furqon: 1)

Petunjuk pada jalan yang lurus

Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat lurus. (Al-Isrâ

(17) ayat 9.

B. Kedudukan Al Qur’an

1. Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar), QS. An Naba’ (7 : 1-2)

2. Kitabul Hukmi wa syariat (Kitab Hukum Syariah), QS. Al Maidah (5) : 49-50

3. Kitabul Jihad, QS. Al Ankabut (29) : 69

4. Kitabul Tarbiyah, QS. Ali Imran (3) : 79

5. Minhajul Hayah (Pedoman Hidup),

6. Kitabul Ilmi, QS. Al Alaq (96) : 1-5

1. Al-Qur’an Sebagai Minhajul Hayah (Pedoman Hidup)

Konsepsi inilah yang pada akhirnya dapat mengeluarkan umat manusia dari

kejahiliyahan menuju cahaya Islam. Dari kondisi tidak bermoral menjadi memiliki

moral yang sangat mulia. Dan sejarah telah membuktikan hal ini terjadi pada sahabat

Rasulullah SAW. Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14) :

2
“Bahwa sebuah generasi telah terlahir dari da’wah –yaitu generasi sahabat –yang

memiliki keistimewaan tersendiri dalam sejarah umat Islam, bahkan dalam sejarah

umat manusia secara keseluruhan. Generasi seperti ini tidak muncul kedua kalinya

ke atas dunia ini sebagaimana mereka… Meskipun tidak disangkal adanya beberapa

individu yang dapat menyamai mereka, namun tidak sama sekali sejumlah besar

sebagaimana sahabat dalam satu kurun waktu tertentu, sebagaiamana yang terjadi

pada periode awal dari kehidupan da’wah ini…”

Cukuplah kesaksian Rasulullah SAW menjadi bukti kemulyaan mereka, manakala

beliau mengatakan dalam sebuah haditsnya:

‫سّلَم‬
َ ‫عَلْيِه َو‬
َ ‫ل‬
ُّ ‫صّلى ا‬
َ ‫ي‬
ّ ‫ل الّنِب‬
َ ‫ل َقا‬
َ ‫عْنُهَما َقا‬
َ ‫ل‬
ُّ ‫ي ا‬
َ‫ض‬ِ ‫ن َر‬
ٍ ‫صْي‬
َ ‫ح‬
ُ ‫ن‬
َ ‫ن ْب‬
َ ‫عْمَرا‬
ِ ‫عن‬

‫ن َيُلوَنُهْم‬
َ ‫ن َيُلوَنُهْم ُثّم اّلِذي‬
َ ‫خْيُرُكْم َقْرِني ُثّم اّلِذي‬
َ

“Dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah SAW bersabda: ‘Sebaik-baik kalian adalah

generasi yang ada pada masaku (para sahabat) , kemudian generasi yang

berikutnya (tabi’in), kemudian generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin). (HR.

Bukhari)”

Imam Nawawi secara jelas mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan

generasi pada masaku’ adalah sahabat Rasulullah SAW. Dalam hadits lain,

Rasulullah SAW juga mengemukakan mengenai keutamaan sahabat:

‫حاِبي َفَلْو‬
َ‫ص‬ْ ‫سّبوا َأ‬
ُ ‫ل َت‬
َ ‫سّلَم‬
َ ‫عَلْيِه َو‬
َ ‫ل‬
ُّ ‫صّلى ا‬
َ ‫ي‬
ّ ‫ل الّنِب‬
َ ‫ل َقا‬
َ ‫عْنُه َقا‬
َ ‫ل‬
ُّ ‫ي ا‬
َ‫ض‬ِ ‫ي َر‬
ّ ‫خْدِر‬
ُ ‫سِعيٍد اْل‬
َ ‫ن َأِبي‬
ْ‫ع‬َ

‫صيَفُه ) رواه البخاري‬


ِ ‫ل َن‬
َ ‫حِدِهْم َو‬
َ ‫حٍد َذَهًبا َما َبَلَغ ُمّد َأ‬
ُ ‫ل ُأ‬
َ ‫ق ِمْث‬
َ ‫حَدُكْم َأْنَف‬
َ ‫ن َأ‬
ّ ‫)َأ‬

3
Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian mencela

sahabat-sahabatku.Karena sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan

emas sebesar gunung uhud, niscaya ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka,

bahkan menyamai setengahnya pun tidak. (HR. Bukhari).

Sayid Qutub mengemukakan (1993 : 14 – 23) , terdapat tiga hal yang melatar

belakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi khairul qurun, yang tiada

duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut: pertama, karena

mereka menjadikan Al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, guna

menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber

lainnya. Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk

tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka

membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah

dalam kehidupan mereka. Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang

berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam

merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik

yang bersifat pemikiran maupun budaya.

Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat muncul sebagai generasi terindah

yang pernah terlahir ke dunia ini. Di sebabkan karena ‘ketotalitasan’ mereka ketika

berinteraksi dengan Al-Qur’an, yang dilandasi sebuah keyakinan yang sangat

mengakar dalam lubuk sanubari mereka yang teramat dalam, bahwa hanya Al-

4
Qur’an lah satu-satunya pedoman hidup yang mampu mengantarkan manusia pada

kebahagiaan hakiki baik di dunia maupun di akhirat.

5
BAB II

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT,

Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan, Menjelaskan masalah-

masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu, Sebagai Obat.

B. SARAN

Kami harapkan makalah yang penulis susun ini dapat bermanfaat bagi penulis
sendiri dan bagi mahasiswa/mahasiswi lainnya yang membaca makalah ini,
sehingga dapat menambah wawasan kita semua tentang kedudukan dan fungsi
Al-Qur’an.

6
DAFTAR PUSTAKA

Fahd bin Muhammad Al-Rummi, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta : Titian Ilahi Press,
1997), h.38

Departemen Agama Respublik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya :


Toha Putra), h.231

Drs. Atang Abd. Hakim, MA., Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung :
PT. Remaja Rosda Karya) h.70

Imam Muslim, Shahih Muslim, (Libanon : Darul Fikri, tt), h.134

You might also like