You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN
STATUS ASMATIKUS

OLEH :

KELOMPOK VI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2008

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN STATUS ASMATIKUS

OLEH :
Ni Made Ari Sukmandari

(0602105002)

Ni Putu Eka Pramita Sari

(0602105004)

Luh Ayu Ary Mayasanti

(0602105016)

Mita Widiantari

(0602105020)

Luh Putu Utamiadi

(0602105033)

Ni Luh Putu Thrisna Dewi

(0602105040)

Agus Herry Pradana

(0602105042)

I.B Rupem Wiadnyana

(0602105043)

Ni Luh Tetik Susanti

(0602105048)

Putu Diah Purnama Dewi

(0602105049)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2008

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STATUS ASMATIKUS


. A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Pengertian
a. Asma yang berat dan persisten yang tidak berespon terhadap terapi
konvensional (Brunner & Suddarth, Vol.1. hal.614)
b. Merupakan kedaruratan medis, dimana terjadi serangan asma secara
refraktori & tidak berespon terhadap pemberian terapi dengan Betha
adrenergic atau teofilin IV (slide)
c. Status asmatikus merupakan kedaruratan medis, dimana
terjadi serangan asma secara refraktori dan tidak berespon
terhadap pemberian terapi dengan Betha adrenergic atau
teofilin intra vena ( http://onepe.wordpress.com )

2. Epidemiologi/ Insiden kasus


Usia dibawah 30 tahun sekitar 70% menderita asma yang disebabkan oleh
hipersensitivitas terhadap serbuk sari tanaman dan pada usia diatas 30 tahun
penyebabnya hipersensitivitas terhadap bahan iritan nonalergik di udara seperti
iritan pada kabut atau debu. Sekitar 5000 orang meninggal setiap tahunnya karena
asma.
3. Penyebab/ faktor predisposisi
Penderita asma biasanya bukan perokok. Biasanya dipicu oleh :
-

Allergen

Aspek genetik

Saluran napas yang memang mudah terangsang

Faktor lingkungan :
1. Bahan-bahan di dalam ruangan :
- Debu rumah
- Binatang, kecoa

2. Bahan-bahan di luar ruangan


- Tepung sari bunga
- Jamur
3. Makanan-makanan tertentu, Bahan pengawet, penyedap,
pewarna makanan
4. Obat-obatan tertentu
5. Iritan (parfum, bau-bauan merangsang, household spray )
6. Ekspresi emosi yang berlebihan
7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
8. Polusi udara dari luar dan dalam ruangan
9. Infeksi saluran napas
10. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktivitas fisik tertentu.
11. Perubahan cuaca

4. Patofisiologi terjadinya penyakit


Asma disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor alergen, emosi, lingkungan,
dimana faktor tersebut menyebabkan penurunan sistem imun. Seseorang yang
alergi mempunyai kecendrungan untuk membentuk sejumlah antibodi IgE yang
abnormal dalam jumlah besar,antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila mereka
bereaksi dengan antigen spesifiknya. Pada asma antibodi terutama melekat pada
sel mast yang terdapat pada paru yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan
bronkus kecil. Bila seseorag menghirup sesuatu yang menyebabkan alergi bagi
orang tersebut (IgE orang tersebut akan meningkat), alergen tersebut bereaksi
dengan antibodi yang melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
mengeluarkan berbagai macam zat (histamin, bradikinin, prostaglandin) yang
menyebabkan bronkospame, pembengkakan membran mukosa, dan peningkatan
pembentukan mukus. Bronkospasme dan pembengkakan membran mukosa
menyebabkan penyempitan jalan napas sehingga suplai oksigen ke darah menurun
sehingga menyebabkan hipoksemia dan akhirnya akan menyebabkan hipoksia dan

penderita pun tidak bisa melakukan aktivitasnya secara normal. Sedangkan


peningkatan pembentukan mukus mengakibatkan terhambatnya jalan napas
sehingga penderita mengalami hiperventilasi. Hiperventilasi (napas melalui
mulut) akan menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dan akhirnya
mengakibatkan penderita kekurangan volume cairan. Selain itu hiperventilasi juga
akan mengakibatkan sesak nafas sehingga penderita mengalami gangguan pola
pernapasan.
5. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : pasien terlihat kesulitan bernapas, berkeringat, batuk, sianosis
sekunder
- Auskultasi : gerakan udara selama inspirasi dan ekspirasi, kepekaan terhadap
reaksi asma dan wheezing.
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada satu tes yang bisa menegakkan diagnosis asma, tetapi riwayat
kesehatan yang lengkap, termasuk keluarga, lingkungan, riwayat pekerjaan,
dapat mengungkapkan faktor-faktor atau substansi yang mencetuskan
serangan asma. Pemeriksaan sputum dan darah dapat dilakukan untuk melihat
kenaikan kadar eosinofil, terjadi peningkatan terhadap serum IgE pada asma
alergik, pemeriksaan gas darah arteri menunjukan hipoksia dan serangan akut.
b. Radiologi
Selama episode akut rontgen dada dapat menunjukkan hiperinflasi dan
pendataran diafragma.
9. Diagnosis/ kriteria diagnosis

Sesak nafas : saat istirahat badan membungkik ke depan

Kemampuan bicara : sepatah kata

Kesadaran: agitasi, mengantuk/bingung.

Respirasi: > 30 x/menit

Otot Respirasi : retraksi dada jelas terlihat.

Mengi : keras s.d tidak terdengar

Nadi: > 120 x/menit s.d bradikardi.

PaO2 : < 60 mmHg

PaCO2 : > 45 mmHg

SaO2: < 90 mmHg.

10. Terapi/ tindakan penanganan


Semua pasien dengan status asmatikus menunjukan hipoksemia
sehingga membutuhkan terapi oksigen. Selain itu dehidrasi yang
biasanya juga tampak harus segera mendapatkan koreksi.
Tujuan terapi serangan status asmatikus adalah:
-

Menghilangkan obtruksi secepat mungkin

Menghilangkan hipoksia

Mengembalikan fungsi normal paru secepatnya

Merencanakan tindakan pencegahan relaps dimasa yang


akan datang.

Penanganan

awal

pada

pasien

dengan

serangan

akut/status asmatikus meliputi:


-

Oksigen: 4-6 L/menit

Inhalasi/nebuliser B2 agonist tiap jam (Atrovent)

Dexamethason 32 amp.iv

Aminofihin bolus/infuse

B2 agonis SC/IM/IV kalau perlu

Terapi lain:
-

Antibiotika jika diperlukan

asma

Dilarang menggunakan sedative

Hindari fisioterapi saat sesak nafas.

Bila dalam satu jam tidak terlihat perbaikan yang ditandai


dengan :
-

Fisik : gejala tetap berat, mengantuk/ bingung

Arus Puncak Ekspirasi (APE) < 30%

PCO2 : > 45 mmHg

PO2: < 60 mmHg

Segera masukan pasien ke ICU untuk mendapatkan perawatan


intensive dan kemungkinan tindakan intubasi dan ventilator mekanik.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA STATUS ASMATIKUS


1. PENGKAJIAN (data Subjektif dan Objektif)
Data Subjektif :
-

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien susah bernafas

Data objektif :
-

Inspeksi terhadap pola nafas pasien seperti sesak nafas, dan batuk

Palpasi pada dada untuk area nyeri dada

Auskultasi : adanya suara mengi

Gas darah arteri menunjukkan hipoksia

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Dx 1 : Pola pernafasan tak efektif berhubungan dengan gangguan rasio o2/co2

2.

Dx 2 : intoleransi aktifitas b/d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen

3.

Dx 3 : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan (nafas mulut)

3. RENCANA TINDAKAN

1.

Dx 1

: Pola pernafasan tak efektif berhubungan dengan gangguan rasio O2/ CO2

Tujuan : Pasien dapat melakukan pernafasan secara normal


Kriteria hasil:
-

Membuat atau mempertahankan pola pernafasan efektif melalui ventilator


dengan tak ada retraksi / penggunaan otot aksesori , sianosis , atau tanda lain
hipoksia; GDA atau saturasi oksigen dalam rentang normal

Berpartisipasi dalam upaya penyapihan (dengan tepat ) dalam kemampuan


individu

Pemberi asuhan akan: menunjukkan perilaku untuk mempertahankan fungsi


pernafasan

Intervensi:
1. Selidiki etiologi gagal pernafasan
R/ : pemahaman penyebab masalah pernapasan penting untuk perawatan
pasien, contoh keputusan tentang kemampuan pasien untuk yang akan
datang /kebutuhan ventilasi dan tipe paling tepat dukungan ventilator
2. Observasi pola nafas. Catat frekuensi pernafasan , jarak antara pernafasan
spontan dan nafas ventilator
R/ : pasien pada ventilator dapat mengalami hiperventilasi / hipoventilasi,
dispnea / lapar udara dan berupaya memperbaiki kekurangan dengan
bernapasan berlebihan.
3. Auskultasi dada secara perodik, catat adanya atau tidak adanya dan kualitas
bunyi nafas, bunyi nafas tambahan, juga simetrisitas gerakan dada.
R/ : memberikan informasi tentang aliran udara melalui trakeobronkial dan
adanya/tidak adanya cairan, obstruksi mukosa.
4. Jumlahkan pernafasan pasien selama satu menit penuh dan bandingkan untuk
menyusun frekuensi yang diinginkan atau ventilator
R/ : pernapasan sangat bergantung pada masalah yang memerlukan bantuan
ventilator, contoh pasien mungkin secara total tergantung pada ventilator,
atau mampu untuk bernafas sendiri antara nafas yang diberikan ventilator.
Pernafasan pasien cepat dapat menghasilkan alkalosis respiratori dan atau
mencegah volume yang diinginkan dari ventilator. Pernafasan pasien
lambat/ hipoventilasi meningkatkan PaCO2 dan menyebabkan asidosis.
5. Yakinkan pernafasan pasien pada fase dengan ventilator
R/ : Penentuan diperlukan pada volume tidal, frekuensi pernafasan, dan atau
ruang mati ventilator atau pasien dapat memerlukan sedasi untuk

menyesuaikan pernafasan dan menurunkan kerja pernafasan/ kebutuhan


energi.
6. Tinggikan kepala tempat tidur atau letakkan pada kursi ortopedik bila
mungkin
R/ : Peningggian kepala pasien atau turun dari tempat tidur sementara masih
pada ventilator secara fisik dan psikologi menguntungkan.
7. Kembangkan balon selang trakea atau endotrakeal dengan tepat menggunakan
teknik kebocoran atau hambatan minimal
R/: Balon harus tepat mengembang untuk meyakinkan ventilasi adekuat/
pengiriman volume tidal yang diinginkan.
8. Perikasa selang terhadap obstruksi, contoh terlipat atau akumulasi air. Alirkan
selang sesuai indikasi, hindari aliran ke pasien arau kembali kedalam wadah.
R/ : Lipatan selang mencegah pengiriman volume adekuat dan meningkatkan
tekanan jalan nafas. Air mencegah distribusi gas dan pencetus pertumbuhan
bakteri.
9. Periksa fungsi alaram ventilator. Jangan matikan alaram, meskipun untuk
menghisapan. Pindahkan dari ventilator dan beri ventilasi secara manual bila
sumber alaram ventilator tak dapat dengan cepat diidentifikasi dan diralat.
Yakinkan bahwa alaram terdengar ke kantor perawat.
R/ : Ventilator mempunyai berbagai alaram visual dan audible. Contoh
oksigen, tekanan rendah/ tinggi. Putar off/ gagal

untuk menyusun letak

alaram pasien pada risiko kegagalan ventilator yang tidak terlihat atau distres
pernapasan/ henti nafas.
10. Pertahankan tas resusitasi disamping tempat tidur dan ventilasi manual
kapanpun diindikasikan.
R/ : Memberikan/ menyediakan ventilasi adekuat bila pasien atau masalah alat
menurut pasien sementara dilepas dari ventilator.
11. Bantu pasien dalam kontrol pernapasan bila penyapihan diupayakan/
dukungan ventilator dihentikan selama prosedur/ aktivitas.

R/ : Melatih pasien untuk napas lambat, lebih dalam, praktik napas abdomen/
bibir, memberi posisi yang nyaman, dan penggunaan teknik relaksasi, dapat
membantu memaksimalkan fungsi pernapasan.
12. Kaji susunan ventilator secara rutin dan yakinkan sesuai indikasi
R/ : Mengontrol/ menyusun alat sehubungan dengan penyakit utama pasien
dan hasil pemeriksaan diagnostik untuk mempertahankan parameter dalam
batas benar.
13. Observasi persentasi konsentrasi oksigen (FIO 2); yakinkan bahwa aliran
oksigen tepat; awasi analisa oksigen atau lakukan analisa oksigen periodik.
R/ : FIO2 adalah nilai untuk mempertahankan persentase oksigen yang dapat
diterima dan saturasi untuk kondisi pasien (mungkin 21% sampai 100%).
Karena mesin tidak selalu akurat, analiser oksigen dapat digunakan untuk
memastikan apakah pasien menerima konsentrasi oksigen yang diinginkan.
14. Kaji volume tidal (10-15ml/kg). Yakinkan fungsi spirometer baik, dibawah
atau volume yang diberikan. Catat pemberian volume yang terbaca pada
komputer.
R/ : mengawasi jumlah udara inspirasi dan ekspirasi. Perubahan dapat
menunjukkan gangguan komplain paru atau kebocoran melalui mesin/ sekitar
balon selang (bila menggunakan)
15. Catat tekanan jalan napas.
R/ : tekanan jalan napas harus tetap relatif konstan. Peningkatan tekanan yang
terbaca dialaram menunjukkan :
-

Peningkatan jalan tahanan napas seperti dapat terjadi pada spasme


bronkus

Sekret tertahan

Penurunan komplain paru seperti : terjadinya atelektasis, SDPD,


edema paru.

DX 2 : Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas secara normal dan mendapatkan suplai O 2
sesuai kebutuhan
Kriteria Hasil :
-

Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas


yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan,
dan tanda vital dalam rentang normal

Intervensi :
1.

Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat


laporan dispnea, peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama
dan setelah aktivitas.
R/: Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.

2.

Berikan

lingkungan

tenang

dan

batasi

pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres
dan pengalih yang tepat.
R/: Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
3.

Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana


pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
R/: Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas
ditentukan dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan
kegagalan pernapasan.

4.

Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk


istirahat atau tidur.

R/: Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke
depan meja atau bantal.
5.

Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.


Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan
R/: Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.

Dx 3

: Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan

Tujuan

: Kebutuhan cairan pasien terpenuhi

berlebihan(nafas mulut)

Kriteria hasil :
Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat,
mis: membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital
stabil
Intervensi
1.

Kaji perubahan tanda-tanda vital, contoh peningkatan suhu/ demam memanjang,


takikardia, hipotensi ortostatik
R/ : Peningkatan suhu/ memanjangnya demammeningkatkan laju metabolik

dan

kehilangan cairan melalui evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia


menunjukkan kekurangan cairan sistemik.
2.

Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa(bibir,lidah)


R/ : Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa mulut
mungkin kering karena nafas mulut dan oksigen tambahan.

3.

Catat laporan mual/muntah


R/ : Adanyan gejal ini menurunkan masukan oral

4.

Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung


keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tak tampak. Ukur berat badan sesuai
indikasi

R/ : Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan


penggantian.
5.

Tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi individual


R/ : Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi.

6.

Beri obat sesuai indikasi, mis : antipiretik, antiemetik


R/ : Berguna menurunkan kehilangan cairan.

7.

Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan


R/ : Pada adanya penurunan masukan/banyak kehilangan penggunaan parenteral dapat
memperbaiki/ mencegah kekurangan.

4. EVALUASI
Dx 1

1.

: Pola pernafasan tak efektif berhubungan dengan gangguan rasio

O2/ CO2
S : Pasien mengatakan sudah bisa melakukan pernapasan secara normal
O : Frekuensi pernapasan pasien 16-30 kali per menit
A : Tujuan sudah tercapai
P : Pertahankan kondisi
2.

Dx 2

: Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen

S : Pasien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitasnya sendiri


O : Nadi pasien normal
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi
Dx 3

3.

:Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan berlebihan(nafas

mulut)
S : Pasien mengatakan mukosa bibirnya sudah tidak kering lagi
O : Turgor kulit pasien normal
A : Tujuan tarcapai

P : Pertahankan kondisi

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1. Jakarta: EGC
Reeves, Charlene J., dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC
Situs internet.

You might also like