Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Payudara
Jaringan payudara dibentuk oleh glandula yang memproduksi air susu
(lobulus) yang dialirkan ke puting (nipple) melalui duktus. Stuktur lainnya adalah
jaringan lemak yang merupakan komponen terbesar, connective tissue, pembuluh
darah dan saluran beserta kelenjar limfatik. Setiap payudara mengandung 15-20 lobus
yang tersusun sirkuler. Jaringan lemak (subcutaneus adipose tissue) yang
membungkus lobus memberikan bentuk dan ukuran payudara. Tiap lobus terdiri dari
beberapa lobulus yang merupakan tempat produksi air susu sebagai respon dari signal
hormonal. Terdapat 3 hormon yang mempengaruhi payudara yakni estrogen,
progesteron dan prolaktin, yang menyebabkan jaringan glandular payudara dan uterus
mengalami perubahan selama siklus menstruasi. Areola adalah area hiperpigmentasi
di sekitar puting.15
Berikut ini adalah gambar anatomi payudara normal:
Sumber: http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/breast/Patient/page1
sehingga pada tahap dini sudah melekat ke jaringan sekitarnya. Mungkin didapatkan
benjolan atau pengeluaran darah dari puting susu atau terdapat tukak maligna. Pada
perabaan jelas terdapat perlekatan. Tindakan terapi dan prognosis sama seperti pada
wanita.23
2.3. Gejala
Gejala dan pertumbuhan kanker payudara ini tidak mudah dideteksi karena
awal pertumbuhan sel kanker payudara juga tidak dapat diketahui dengan mudah.
Seringkali gejalanya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak lanjut.11
Penderita merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak terganggu aktifitasnya. Tanda
yang mungkin dirasakan pada stadium dini adalah terasa benjolan kecil di payudara.
Keluhan baru timbul bila penyakitnya sudah lanjut.16
Gejala yang dapat diamati antara lain sebagai berikut:15,16
i. Teraba benjolan pada payudara dengan atau tanpa rasa sakit.
ii. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.
iii. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau diobati.
iv. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama tidak sembuh walau diobati.
v. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting atau keluar air susu pada
wanita yang tidak sedang hamil atau tidak sedang menyusui.
vi. Puting susu tertarik ke dalam.
vii. Kulit payudara berubah di antaranya, mengerut seperti kulit jeruk (peau
dorange), melekuk ke dalam (dimpling).
viii. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak.
ix. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa masa di payudara.
2.4. Stadium18
Klasifikasi kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM system dari
UICC/AJC tahun 1997. Stadium klinik (cTNM) harus dicantumkan pada setiap
diagnosa kanker payudara atau suspect kanker payudara:
Staging UICC 1997
T
: Tumor
Tx
T0
Tis
: Carsinoma insitu
Lobular carsinoma
T1
T2
T3
T4
T4a
T4b
T4c
T4d
: Mastitis
karsinomatosa
: KGB Regional
N0
N1
N2
: Metastase pada KGB ketiak ipsilateral dan terfixir satu sama lain atau ke
struktur lain
N3
: Metastase jauh
Mx
M0
M1
: Ada metastase jauh (termasuk metastase pada KGB supra klav. ipsilateral)
Group Stadium
Stadium 0 : Tis
N0
M0
Stadium I : T1
N0
M0
Stadium IIA
: T0
N1
M0
T1
N1
M0
T2
N0
M0
: T2
N1
M0
T3
N0
M0
Stadium IIIA : T0
N2
M0
Stadium IIB
T1
N2
M0
T2
N2
M0
T3
N1
M0
T3
N2
M0
Any N
M0
N3
M0
Any N
M1
Stadium IIIB : T4
Any T
Stadium IV
: Any T
Stadium
IIIB:
Semua
tumor
dengan
Stadium
IV:
Semua
tumor
dengan
metastasis jauh.
Sumber: http://thinkcancer.com/breast-cancer-stages-and-picture/205.html
2.5. Epidemiologi
2.5.1.
peningkatan, baik pada daerah dengan insiden tinggi di negara-negara barat maupun
pada insiden rendah seperti di banyak daerah di Asia.18 Di Indonesia angka kejadian
36,2 per 100.000 perempuan; Inggris 89,1 per 100.000 perempuan; Australia 84,8 per
100.000 perempuan; Singapura 59,9 per 100.000 perempuan; Malaysia 37 per
100.000 perempuan; Myanmar 32,5 per 100.000 perempuan; Timor Leste 29,6 per
1000.000 perempuan.9
Angka kejadian kanker payudara terbanyak setelah umur 50 tahun dan
jarang pada umur sebelum 30 tahun. Pada golongan umur lebih lanjut seolah-olah
kanker ini jarang dijumpai karena populasi wanita pada golongan umur lebih lanjut
tersebut menurun.20
Insiden kanker payudara pada pria dibandingkan dengan wanita adalah
1:100. 23 Insiden rate kanker payudara pada laki-laki di Amerika Serikat adalah 1,09
per 100.000 laki-laki sedangkan insiden rate pada wanita adalah 125,10 per 100.000
wanita. 25 Hasil penelitian Nourma Yenti L. Gaol di RS Dr. Pirngadi Medan, proporsi
kanker payudara pada laki-laki adalah 2% dari 148 kasus.26
2.5.2.
Determinan
Penyebab pasti dari kanker payudara belum diketahui. Namun, ada
Faktor umur
Semakin bertambahnya umur meningkatkan resiko kanker payudara. Wanita
paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita
berumur di bawah 40 tahun juga dapat terserang payudara, namun resikonya
lebih rendah dibandingkan wanita di atas 40 tahun.29
b.
Jenis kelamin
Kanker payudara pada pria (male breast cancer) jarang terjadi. Kanker payudara
pria paling sering terjadi pada pria antara usia 60 dan 70 tahun. 27. Insiden kanker
payudara pada pria dibandingkan dengan wanita adalah 1:100. 23
c.
Riwayat keluarga
Riwayat keluarga ada yang menderita kanker payudara pada ibu, saudara
perempuan, kakak/adik risikonya 2-3 kali lebih tinggi.
d.
Faktor hormon
Faktor hormon merupakan faktor yang banyak berpengaruh pada timbulnya
kanker payudara, seperti mendapat haid pertama (menarke) kurang dari 12 tahun
risikonya 1,7-3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menarke yang datang
pada usia normal atau lebih dari 12 tahun, mati haid (menopause) setelah umur
55 tahun risikonya 2,5-5 kali lebih tinggi, tidak menikah /nullipara atau tidak
pernah melahirkan anak risikonya 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang
kawin dan punya anak, melahirkan anak pertama setelah umur 35 tahun risikonya
2 kali lebih besar, dan tidak pernah menyusui anak risikonya lebih tinggi untuk
mendapat kanker payudara.
e.
f.
Pernah menggunakan obat hormonal yang lama, seperti terapi sulih hormon atau
hormonal replacement therapy (HRT), dan pengobatan kemandulan.
g.
h.
Pemakaian kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak seperti kelainan
fibrokistik yang ganas akan meningkatkan risiko untuk mendapatkan kanker
payudara 11 kali lebih tinggi.
i.
Pernah mendapat radiasi sebelumnya pada payudara atau dinding dada, misalnya
untuk pengobatan keloid risikonya 2-3 kali lebih tinggi.
j.
Perubahan gaya hidup: diet tinggi kalori, diet tinggi lemak, konsumsi alkohol &
merokok dan obesitas pada menopause.
2.6. Pencegahan
2.6.1.
Pencegahan Primer
Pencegahan primer ialah usaha untuk mencegah timbulnya kanker dengan
menghilangkan dan/atau melindungi tubuh dari kontak dengan karsinogen dan faktorfaktor yang dapat menimbulkan kanker.21
Ada beberapa cara untuk pencegahan primer kanker payudara antara lain:11,16
a. Penggunaan obat-obat hormonal harus dengan sepengetahuan dokter.
Sumber: http://www.runforthecure.org/en/self-examination
Sumber: http://visualsonline.cancer.gov
akan
mendatarkan
payudara
anda
dan
memudahkan
anda
untuk
Sumber: http://visualsonline.cancer.gov
f. Hindari makanan yang banyak mengandung protein dan lemak tinggi, makanan
yang
diolah
dengan
suhu
tinggi
(cepat
saji/junk
food),
mengandung
2.6.2.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berupa usaha untuk mencegah timbulnya kerusakan
lebih lanjut akibat kanker dengan mengidentifikasi kelompok populasi beresiko tinggi
terhadap kanker, skrining populasi tertentu, dan deteksi dini kanker pada individu
yang tanpa gejala.16
Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah:
a.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis baik inspeksi ataupun
palpasi. Inspeksi dilakukan dengan posisi duduk dan pakaian atas/bra dilepas.
Identifikasi dilakukan saat lengan pasien disamping, lengan di atas kepala dan lengan
kacak pinggang. Palpasi parenkim dilakukan dengan posisi pasien supine dan
ipsilateral lengan diletakkan di belakang kepala. Jaringan subareolar dan masingmasing kuadran dari kedua payudara dipalpasi secara sistematis, menyeluruh dan
overlap baik secara sirkuler ataupun radier. Pemeriksaan ini mempunyai akurasi
untuk membedakan ganas atau jinak sekitar 60%-80% (error 20% - 40%) oleh
karenanya memerlukan pemeriksaan tambahan.15
Pameriksaan fisik, antara lain:18
b.1. Status generalis (Karnofski index)
b.2. Status lokalis: payudara kanan atau kiri atau bilateral, masa tumor (lokasi,
ukuran, konsistensi, bentuk dan batas tumor, terfiksasi atau tidak ke kulit
m.pektoral atau dinding dada)
b.3. Perubahan kulit (kemerahan, dimpling, edema, satelit nodul, peau dorange,
ulserasi)
b.4. Perubahan puting susu (tertarik, erosi, krusta, keluar cairan dari puting susu)
b.5. Status kelenjar getah bening (KGB) aksila, KGB infra klavikula, KGB supra
klavikula (jumlah, ukuran, konsistensi, terfixir sesama/sekitar)
b.6. Pemeriksaan pada daerah metastase (lokasi, bentuk, keluhan)
c.
d.
Pemeriksaan Radiologik/Imaging
Pemeriksaan radiologik/imaging, antara lain
Ultrasonografi (USG)
payudara, Mammografi dan USG abdomen. Bilamana ada indikasi dilakukan Bone
scanning, CT Scan.18
d.1. Ultrasonografi (USG) Payudara
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang sangat penting
untuk menilai struktur lesi. Lesi solid atau kistik dapat dengan mudah diidenfifikasi
dengan USG, selain itu ukuran lesi dapat lebih akurat dengan menggunakan USG.
Pada gambaran mamografi dengan densitas fibroglanduler yang padat, pemeriksaan
USG akan memberikan tambahan informasi untuk evaluasi struktur payudara. Oleh
karena itu pemeriksaan mamografi dan USG payudara bersifat saling melengkapi
untuk mendapatkan diagnosis yang optimal pada kelainan payudara.18 Penggunaan
USG untuk tambahan mamografi meningkatkan akuransinya sampai 7,4%. Untuk
pemeriksaan pasien muda (kurang dari 30 tahun). 15
d.2. Mamografi
Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara,
sekitar 75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum ada gejala atau tanda.
Lesi dengan ukuran 2 mm sudah dapat dideteksi dengan mamografi. Akurasi
mamografi untuk prediksi malignansi adalah 70-80%. Namun akurasi pada pasien
muda (kurang dari 30 tahun) dengan payudara yang padat adalah kurang. Terdapat 2
tipe pemeriksaan mamografi yaitu skrining dan dignosis. Skrining mamografi
dilakukan pada wanita asimptomatik. Mamografi diagnosis dilakukan pada wanita
yang simptomatik, tipe ini lebih rumit dan waktu lebih lama dibanding mamografi
skrining dan digunakan untuk menentukan ukuran yang tepat, lokasi abnormalitas
payudara, evaluasi jaringan sekitar dan KGB sekitar payudara.15
d.3. Bone Scan, Foto Toraks, USG Abdomen
Pemeriksaan bone scan bertujuan untuk evaluasi metastasis di tulang.
Pemeriksaan ini dianjurkan pada kasus advanced local disease, lymfe node
metastasis, distant metastasis dan ada simptom pada tulang. Foto toraks dan USG
abdomen rutin dilakukan untuk melihat adanya metastasis di paru, pleura,
mediastinum dan organ viseral (terutama hepar).15
e.
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium, antara lain pemeriksaan darah rutin dan
pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastase, reseptor ER dan PR,
tumor marker (hanya untuk di follow up).18
f.
Pemeriksaan Histopatologik
Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui:18
i.
ii.
Biopsi insisional dan potong beku untuk tumor operabel >T2 sebelum operasi
definitif dan untuk tumor inoperabel.
Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau histopatologi.
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) merupakan salah satu prosedur diagnosis
awal, untuk evaluasi masa di payudara. Pemeriksaan ini sangat berguna terutama
untuk evaluasi lesi kistik. Masa persisten atau rekkuren setelah aspirasi berulang
adalah indikasi untuk biopsi terbuka (insisi atau eksisi). Namun, FNAB merupakan
biopsi yang memberikan informasi sitologi, belum menjadi standar baku (gold
standar) untuk diagnosis definitif. Bila mampu dianjurkan triple diagnosis (klinis,
mamografi, FNAB).15
g.
karena itu MRI sangat baik untuk deteksi local reccurence pasca BCT atau
augmentasi payudara dengan implant, deteksi multifocal cancer dan sebagai
tambahan terhadap mamografi pada kasus tertentu. MRI sangat berguna dalam
skrining pasien usia muda dengan densitas payudara yang padat yang memiliki resiko
kanker payudara yang sangat tinggi. Sensitivitas MRI mencapai 98% tapi
spesifitasnya rendah, biaya pemeriksaan mahal dan waktu pemeriksaan yang lama
oleh karena itu MRI belum jadi prosedur rutin.15
2.6.3.
Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah usaha untuk mencegah timbulnya komplikasi
akibat kanker dan pengobatannya, serta mencegah kematian awal.16 Komplikasi apa
yang mungkin akan timbul dapat diantisispasi kalau kita mengetahui jenis kanker itu,
patologinya serta epidemiologinya. Pencegahan tersier itu kiranya hampir sama
dengan terapi atau rehabilitasi kanker, hanya ditinjau dari sudut lain.21
2.7.1.
Operasi (Pembedahan) 15
Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker
payudara. Berbagai jenis operasi pada kanker payudara adalah Classic Radical
Mastectomy (CRM), Modified Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing
Mastectomy (SSM), Nipple Sparing Mastectomy (NSP), dan Breast Conserving
Treatment (BCT). Jenis-jenis ini memiliki indikasi dan keuntungan serta kerugian
yang berbeda-beda.
a.
nipple areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis mayor dan minor serta
diseksi aksila level I-III. Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau
otot pektoral tanpa ada metastasis jauh. Jenis operasi ini mulai ditinggalkan karena
morbiditas tinggi sementara nilai kuratifitas sebanding dengan MRM.
b.
nipple areola kompleks, kulit di atas tumor dan faksia pektoral serta diseksi I-II.
Operasi ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan lokal lanjut.merupakan
jenis operasi yang banyak dilakukan. Kuratifitas sebanding dengan CRM.
c.
mempertahankan nipple areola kompleks dan kulit serta diseksi aksila level I-II.
Operasi ini, juga harus disertai rekonstruksi payudara secara langsung yang umumnya
adalah TRAM flap (transverse rektus abdominis musculotaneus flap), LD flap
(latissimus dorsi flap) atau implant (silikon). Dilakukan pada tumor stadium dini
dengan ukuran 2 cm atau kurang, lokasi periper, secara klinis NAC tidak terlibat,
kelenjar getah bening N0, hispatologi baik, dan potongan beku sub areola: bebas
tumor.
e.
segmentektomi atau kuadrantektomi dan diseksi aksila serta radioterapi. Jika terdapat
fasilitas, lymphatic mapping dengan Sentinel Lymph Node Biopsi (SLNB) dapat
dilakukan untuk menggantikan diseksi aksila. Terapi ini memberikan survival yang
sama dengan MRM namun rekkurrensinya lebih besar. Ada tiga syarat yang harus
terpenuhi dalam pemilihan jenis terapi ini yakni tepi sayatan bebas tumor (dibuktikan
dengan potong beku), radioterapi dapat dilakukan dan kosmetik bisa diterima.
2.7.2. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatika) untuk
mengahancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau
mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Obat sitostatika dibawa melalui aliran
darah atau diberikan langsung ke dalam tumor, jarang menembus bood-brain barrier
sehingga obat ini sulit mencapai sistem syaraf pusat.15 Kemoterapi merupakan terapi
sistemik yang digunakan bila ada penyebaran sistemik, dan sebagai terapi ajuvan
(tambahan). Kemoterapi ajuvan diberikan diberikan kepada pasien yang pada
pemeriksaan histopatologik pasca bedah mastektomi ditemukan metastasis disebuah
atau beberapa kelenjar.
23
kekambuhan kanker. Biasanya akan diberikan lebih dari satu jenis obat selama
dilakukan kemoterapi ajuvan. Contoh kombinasi obat kemoterapi yang diberikan
adalah CMF (cyclophosphmide, methotrexate, dan 5-Fluorourasil), FAC (5Fluorourasil, doxorubicin, dan cyclophosphmide), TAC (docetaxel. Doxorubicin, dan
cyclophosphmide), GT (gemcitabine dan paclitaxel).28
2.7.3.
Radioterapi
Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi
kuratif dengan mempertahankan mamma, dan sebagai terapi tambahan atau terapi
paliatif. Radioterapi kuratif sebagai terapi tunggal lokoregional tidak begitu efektif,
tetapi sebagai terapi tambahan untuk tujuan kuratif pada tumor yang relatif besar
berguna.
23
dapat diberikan setelah mastectomy untuk membunuh sel-sel kanker yang mungkin
tersisa di jaringan sebelah payudara, seperti dinding dada atau kelenjar getah bening
di dekatnya.28 Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu
terbatas bila kanker sudah tak mampu angkat secara lokal.
23
Radioterapi paliatif
hormon estrogen; SERMs (Selective Estrogen Receptor Modulators) yaitu obatobatan yang menghambat aktivitas hormon estrogen di dalam tubuh; dan ERDs
(Estrogen Receptor Downregulators).28