You are on page 1of 13

JURNAL OBGIN

MENSTRUASI

Pembimbing
dr. Subur Suprojo, Sp.OG

Oleh:
Dyah Ayu Rina Puspita, S.Ked
08030018

SMF LAB OBSTETRI GINEKOLOGI


RSUD JOMBANG
Februari 2009

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam masa anak-anak, ovarium dikatakan masih dalam keadaan istirahat atau
belum menjalankan tugasnya dengan baik. Baru setelah terjadi pubertas (akil balig),
maka terjadilah perubahan-perubahan besar pada seluruh badan wanita tersebut.
Pubertas tercapai pada umur 12-16 tahun dan dipengaruhi oleh keturunan, bangsa,
iklim, dan lingkungan. Peristiwa terpenting dalam pubertas adalah ditandai dengan
timbulnya haid yang pertama kali (menarche).
Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodic dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid adalah jarak antara
tanggal mulainya haid yang lalu dengan mulainya haid yang berikutnya. Hari
mulainya perdarahan dinamakan hari pertama haid. Panjang siklus haid yang normal
adalah 25-35 hari. Lamanya haid normal antara 3-6 hari, sedangkan jumlah darah
yang keluar rata-rata 16 cc.
Haid merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita dimana terjadi
perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk
kehamilan. Proses perubahan ini merupakan suatu yang kompleks saling
mempengaruhi dan merupakan kerjasama yang harmonis antara korteks serebri,
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium serta pengaruh dari kelenjar tyroid, korteks
adrenal dan kelenjar-kelenjar endokrin lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Haid atau menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium.
2.2 Menstruasi Normal
Panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu
dengan mulainya haid berikutnya. Hari petama mulainya perdarahan dinamakan hari
pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu
keluar haid dari osteum uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus
mengandung kesalahan kurang lebih satu hari. Panjang siklus haid yang normal atau
dianggap sebagai siklus, lama dan jumlah perdarahan yang normal adalah sebagai
berikut :

LAMA

NORMAL
2 6 hari

JUMLAH

30 80 ml

SIKLUS

21 35 hari

ABNORMAL
< 2 hari
> 7 hari
> 80 ml / hari
< 21 hari
> 35 hari

Saat terjadinya menstruasi secara normal disertai pula dengan terjadinya


penurunan kadar Hb sebesar 0,25 - 0,5 gr%. Menstruasi yang normal meliputi warna
darah haid merah tua kehitaman, cair tidak membeku dan berbau anyir. Kandungan
dari cairan haid terdiri dari darah yaitu sebesar 50-70%, lendir yang berasal dari

vagina, bagian dari endometrium dan epitel vagina yang terlepas, microorganisme dan
transudat dari vagina.
2.3 Sistem hormonal
Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium dan
perubahan endometrium. Siklus menstruasi yang berlangsung secara teratur tiap
bulan, bergantung pada serangkaian langkah-langkah siklik yang terkoordinasi dengan
baik, yang melibatkan sekresi hormon pada berbagai tingkat dalam sistem integrasi.
Pusat pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah hipotalamus. Dua hormon
hipotalamus gonadotropic releasing hormon (GnRH), yaitu follicle stimulating
hormone -releasing hormone (FSHRH) dan luteinizing hormone-releasing hormone
(LHRH). Kedua hormon itu masing-masing merangsang hipofisis anterior untuk
menyekresi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
2.4 Siklus menstruasi normal
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium
(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus ovarium terbagi lagi menjadi 2 bagian,
yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa
proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.
Perubahan di dalam uterus merupakan respon terhadap perubahan hormonal.
Uterus terdiri dari 3 lapis yaitu perimetrium (lapisan terluar), miometrium (lapisan
otot, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan paling dalam).
Endometrium adalah lapisan yang berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian
endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian
terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah :

1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan


oleh hipotalamus yang berfungsi merangsang hipofisis untuk mengeluarkan
FSH.
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan oleh
hipotalamus untuk merangsang hipofisis untuk mengeluarkan LH.
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin.

Gambar 1 Siklus Hormonal


Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis
merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium. Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat juga mengalami perkembangan sehingga bisa
menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang
membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis
mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH dan FSH barada di
bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis.

Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap


hipotalamus.
Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan
pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi
pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi
matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum
yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH
(luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan
progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak
ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan
kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan
degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau
menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum
tersebut dipertahankan.
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium
(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus ovarium terdiri dari :
1. Fase folikular
Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel ovum yang
berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap
untuk proses ovulasi. Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar
10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi
keseluruhan.
2. Fase luteal
Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka
waktu rata-rata 14 hari.

Siklus endometrium dikenal 3 fase utama yaitu :


1. Fase proliferasi
Berlangsung mulai dari berhentinya darah menstruasi sampai hari ke-14.
Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi
pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan uterus untuk
perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke12 sampai ke-14 dapat terjadi pelepasan sel ovum dari ovarium yang disebut
ovulasi.
2. Fase sekresi
Fase sekresi adalah fase sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat
kondisi uterus siap untuk implantasi (perlekatan janin ke uterus) .
3. Fase menstruasi
Berlangsung 2-8 hari. Pada fase ini endometrium dilepaskan sehingga timbul
perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah.
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di
dalam siklus menstruasi normal adalah sebagai berikut :
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH,LH)
berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dri fase luteal
siklus sebelumnya.
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir
dari korpus luteum dan pertumbuhan dan pertumbuhan folikel dimulai pada
fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan
endometrium.

3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran


FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari
peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon
LH meningkat drastik (LH surge) merupakan respon bifasik.
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima)
hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari
hormon LH, keluarlah hormon progesteron.
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu kemudian
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi
adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi ataupun dari
folikular ke luteal.
6. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi
sampai sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena
sekresi dari korpus luteum.
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa
sudah terjadi ovulasi.
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus
luteum dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.

Gambar 2. Siklus menstruasi normal


Mekanisme terjadinya haid selain dipengaruhi oleh adanya hormon estrogen
dan progesteron yang meningkat akan tetapi terjadinya haid juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang juga berperan yaitu antara lain :
1. Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim
hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan
asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut serta dalam
pembentukan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian
bawahnya. Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti,
dengan akibat mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang

sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian, lebih


banyak zat-zat makanan yang mengalir ke stroma endometrium sebagai
persiapan untuk implantasi ovum, apabila terjadi kehamilan. Jika kehamilan
tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesteron, enzim-enzim
hidrolitik dilepaskan dan merusakkan bagian dari sel-sel yang berperan dalam
sintesis protein. Karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium
yang mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
2. Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula
arteri-arteri, vena-vena dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium
timbul stasis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya
dengan arteri dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan
pembentukan hematom, baik dari arteri maupun dari vena.
3. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2 . Dengan
desintegrasi

endometrium,

berkontraksinya

miometrium

prostaglandin
sebagai

terlepas

suatu

faktor

dan

menyebabkan

untuk

membatasi

perdarahan pada haid.


Terjadinya menstruasi terbagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :
1. Menstruasi ovulatoir
Terjadinya menstruasi yang didahului oleh proses ovulasi. Merupakan
menstruasi yang normal.
2. Menstruasi anovulatoir

Menstruasi tanpa didahului proses ovulasi (tidak terjadi korpus luteum dan
pembentukan progesteron). Endometrium tetap dalam stadium proliferasi
sampai terjadinya menstruasi. Normal terjadi pada wanita laktasi, pubertas dan
menjelang menopause.
Beberapa istilah yang dikenal dalam siklus menstruasi adalah sebagai berikut :
1. Menarche : Haid yang pertama kali datang. Biasanya pada wanita usia antara
12-14 tahun. Pada saat ini biasanya menstruasi belum teratur.
2. Menopause : masa berhentinya haid dimana 12 bulan berturut-turut
sebelumnya tidak terjadi menstruasi. Akibat penurunan hormon estrogen,
biasanya terjadi pada wanita usia lebih dari 45 tahun.
3. Amenorrhoe : Amenorrhoe bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala,
amenorrhoe adalah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih.
Amenorrhoe terbagi menjadi primer dan sekunder. Amenorrhoe primer kita
pergunakan bila seorang wanita belum pernah mendapat menstruasi dan
didiagnosis saat pasien mencapai umur 18 tahun.
Amenorrhoe sekunder adalah hilangnya darah haid setelah menarche.
4. Pseudoamenorrhoe (kryptomenorrhoe). Pada keadaan ini haid ada, tetapi darah
haid tidak keluar karena tertutupnya cervix, vagina atau hymen.
5. Menstruasi precox. Perdarahan pervaginam pada anak muda (kurang dari 8-10
tahun yang disertai dengan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder sebelum
waktunya) belum tentu menstruasi, karena dapat disebabkan oleh Sarcoma
dari uterus atau vagina.
6. Hypomenorroe ialah pendarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang
dari biasa. Secara normal haid sudah berhenti dalam 7 hari
7. Oligomenorroe : Haid yang jarang, siklus haid lebih dari 35 hari,

10

8. Hipermenorre. Adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau
lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).
9. Polimenorroe. Haid sering datang, siklus pendek kurang dari 25 hari
10. Menorrhagia : pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya disertai dengan
bekuan darah sewaktu menstruasi, siklus haidnya normal.
11. Metrorrhagia : lama dan jumlah darah haid yang keluar meningkat disertai
siklus haid yang yang tidak normal atau interval antara haid yang terakhir
dengan haid berikutnya dekat.
12. Dismenorroe : nyeri sewaktu haid. Nyeri dapat dirasakan sebelum, selama atau
sesudah haid.

11

DAFTAR PUSTAKA

Guyton,C Arthur, Fisiologi Kedokteran, 1997, Jakarta : EGC


Price, Silvia, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Jakarta : EGC
Sastrawinata, Sulaiman, Ginekologi, 1999, Bandung : Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran Bandung
Wiknjosastro, Hanifa, Ilmu Kebidanan, 2005, Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
www.emedicine.com
www.medicastore.com
www.botefilia.com
www.wikipedia.com

12

You might also like