Professional Documents
Culture Documents
Obat-Obat Psikotropika
2.2.1. Obat Anti-Psikosis
Antipsikosis adalah sekelompok obat-obat yang mekanisme kerjanya menghambat
reseptor dopamin tipe 2 (D2). Indikasi utamanya adalah untuk terapi skizofrenia dan
gangguan psikotik lainnya. Menurut Kaplan dan Sadock, terdapat delapan kelas obat yang
biasanya dikelompokkan bersama-sama sebagai antipsikotik antagonis reseptor dopamin.
Tujuh dari kelas tersebut terdiri dari obat yang biasanya disebut antipsikosis tipikal :
phenotiazine,
thioxanthene,
dibenzoxazepine,
dihydroindole,
butyrophenone,
diphenylbutylpiperidine, dan benzamide. Kelas benzamide juga memiliki suatu obat yang
dianggap atipikal yaitu remoxipride. Kelas kedelapan termasuk antipsikosis atipikal, yaitu
benzisaxazole, sekarang hanya terdiri dari satu obat, yaitu risperidone.
Tidak ada definisi yang disetujui secara umum tentang perbedaan antara antipsikosis
tipikal dan atipikal. Label atipikal mengesankan bahwa semua atau salah satu karakteristik
dibawah ini: disertai dengan resiko efek samping neurologis yang lebih sedikit; kurang poten
dalam menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin; tidak adanya antagonisme dopamin
sebagai mekanisme kerja yang utamanya; memiliki aktivitas yang bermakna pada reseptor
nondopaminergik spesifik (sebagai contohnya, reseptor serotonin dan sigma); memiliki
keefektifan yang lebih besar dalam terapi gejala negatif skizofrenia (sebagai contohnya,
anhedonia). Suatu alternatif terhadap penentuan subtipe antipsikosis yang samar-samar
menjadi obat tipikal dan atipikal adalah menyadari bahwa obat antipsikotik secara struktural
dan farmakologis adalah berbeda satu sama lainnya dan tidak menyamaratakan perbedaan
tersebut.
Obat-obat yang dibicarakan disini juga dinamakan sebagai neuroleptik dan
trankuiliser mayor. Istilah neuroleptik menekankan efek neurologis dan motorik dari
sebagian besar obat. Perkembangan senyawa baru seperti, risperidone dan remoxipride, yang
disertai dengan efek neurologis yang sedikit menyebabkan pemakaian istilah neuroleptik
menjadi tidak akurat sebagai label keseluruhan untuk senyawa. Istilah trankuiliser mayor
secara tidak akurat menekankan bahwa efek primer dari obat adalah untuk mensedasi pasien
dan dikacaukan dengan obat yang dinamakan trankuiliser minor, seperti benzodiazepin.
Golongan
Nama Generik
Nama Dagang
Sediaan
Dosis anjuran
Chlorpromazine
Chlorpromazine
Tab. 25-100 mg
- PO:
( largactil)
(indofarma)
I. ANTIPSIKOSIS TIPIKAL
1.
Phenothiazin
a.
Rantai Aliphatic
Promacil
150
Tab. 100 mg
600
mg/h
- IM:
(combhifar)
Meprosetil
Tab. 100 mg
50-100mg
(meprofarm)
Amp.50mg/2cc
setiap
4-6
jam
b.
Rantai Piperazine
Perfenazine
Perfenazine
Tab. 4 mg
(indofarma)
Trifalon
12
24
mg/hari
Tab 2- 4 -8 mg
(Schering)
Trifluoperazine
Stelazine
Tab. 1 - 5 mg
10 -15 mg/hari
Tab. 2,5 - 5 mg
10
(GlaxoSmithkline)
Fluphenazine
Anatensol
(B-M Squibb)
Fluphenazine
Modecate
deconoate
(B-M Squibb)
15
mg/hari
Vial 25 mg/cc
25 mg (IM)
setiap 2 - 4
mgg
c.
Rantai Piperidine
Thioridazine
Melleril
Tab.50 -100mg
(Novartis)
2.
Buthirophenon
Haloperidol
150-300
mg/hari
Haloperidol
(indofarma)
- 5mg
- PO:
5-15mg/h
- IM:
Dores
Cap. 5 mg
5-10mg
(pyridam)
Tab. 1,5 mg
setiap 4-6jam
Serenace
- 50mg setiap
(pfizer-
mg
pharmacia)
Liq. 2 mg/ml
2-4 minggu
Amp.50 mg/cc
Haldol
Tab. 2 - 5 mg
(jansen)
Govotil
Tab. 2 - 5 mg
(Guarianpharmacia)
Lodomer
Tab. 2 - 5 mg
(Mersifarma)
Amp. 5 mg/cc
Diphenil-
Pimozide
buthilpiperidine
II.
1.
Orap
forte Tab. 4 mg
2 4 mg/hari
(janssen)
ANTIPSIKOSIS ATIPIKAL
Benzamide
Supiride
300 - 600mg/h
(Delagrange)
3 - 6 amp/hari
Amp. 100mg/2cc
IM
2.
Dibenzodiazapine
Clozapine
Clozaril
Tab. 25 100 mg
25-100mg/hari
(Novartis)
Sizoril
Tab. 25-100mg
(Meprofarm)
Olanzapine
Ziprexa
Tab. 5-10mg
10-20mg/hari
Quetiapine
Seroquel
Tab. 25 100
50-100mg/hari
(Astra Zeneca)
- 200mg
Lodopin
Tab. 25 - 50mg
75-100mg/hari
Tab. 1 - 2 - 3mg
- PO:
Zotepine
(Kalbe Farma)
3.
Benzisoxxazole
Risperidone
Risperidone
2 6 mg/hari
(Dexamedica)
Risperdal
(Janssen)
Tab. 1 - 2 - 3mg
- IM :
Risperdal consta
Vial 25 - 50mg/cc
Neripros
Tab. 1 - 2 - 3mg
(Pharos)
Persidal
Tab. 1 - 2 - 3mg
(Mersifarma)
Rizodal
Tab. 1-2-3mg
(Guardianpharmatama)
Zopredal
Tab. 1-2-3mg
(Kalbefarma)
Aripiprazole
Abilify (Otsuka)
B. Mekanisme Kerja
Sindrom psikosis terjadi berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter Dopamine yang
mengikat. (Hiperreaktivitas sistem dopaminergik sentral). Mekanisme kerja obat anti-psikosis
tipikal adalah memblokade Dopamine pada
C. Indikasi
Indikasi terapetik antipsikosis adalah :
Psikosis Idiopatik
Psikosis idiopatik adalah termasuk yang tidak memiliki penyebab yang diketahui
dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat
(DSM-IV). Gangguan tersebut adalah skizofrenia, gangguan skizofreniform,
gangguan skizoafektif, gangguan delusional, gangguan psikotik singkat, episode
manik, gangguan depresif berat dengan gejala psikotik. Obat antipsikosis efektif
Psikosis Sekunder
Psikosis sekunder adalah sindroma psikotik yang berhubungan dengan suatu
penyebab organik yang dapat diidentifikasi, seperti tumor otak, gangguan
demensia (demensia tipe Alzheimer), atau penyalahgunaan zat. Antipsikotik
potensi tinggi biasanya lebih aman dibandingkan antipsikotik potensi rendah pada
pasien tersebut karena aktivitas kardiotoksik, epileptogenik, dan antikolinergik
yang lebih rendah pada obat potensi tinggi.
Gangguan Pergerakan
Baik psikosis dan gangguan pergerakan pada penyakit Huntington adalah
responsif terhadap terapi dengan antagonis reseptor dopamin.
D. Cara Penggunaan
Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati first-pass metabolism di hepar.
Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting Intramuscular (IM) atau
Intra Venous (IV), Untuk beberapa obat anti-psikosis (seperti haloperidol dan flupenthixol),
bisa diberikan larutan ester bersama vegetable oil dalam bentuk depot IM yang diinjeksikan
setiap 1-4 minggu. Obat-obatan depot lebih mudah untuk dimonitor. Pemilihan jenis obat
anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat.
Penggantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalennya. Apabila obat psikosis tertentu tidak
memberikan respon klinis dalam dosis optimal setelah jangka waktu memadai, dapat diganti
dengan obat anti-psikosis lainnya. Jika obat anti-psikosis tersebut sebelumnya sudah terbukti
efektif dan efek sampingnya dapat ditolerir dengan baik, dapat dipilih kembali untuk
pemakaian sekarang. Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan:
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping, sehingga
tidak menganggu kualitas hidup pasien
Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari hingg dosis
efektif (sindroma psikosis reda) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan
dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2
minggu dosis maintenance dipertahankan selama 6 bulan 2 tahun (diselingi drug
holiday 1-2 hari/minggu tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) stop.
Untuk pasien dengan serangan Sindrom Psikosis yang multiepisode, terapi
pemeliharaan (maintenance) diberikan paling sedikit selama 5 tahun. Pemberian yang cukup
lama inidapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5-5 kali. Pada umumnya pemberian obat
anti-psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala
psikosis mereda sama sekali.
Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun
diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan sangat kecil. Jika
dihentikan mendadak timbul gejala cholinergic rebound, yaitu: gangguan lambung, mual,
muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika diberikan anticholinergic
agents (injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet trihexylfenidil 3x2 mg/hari). Obat antipsikosis parenteral berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat atau
tidak efektif dengan medikasi oral
E. Interaksi Obat
F. Kontraindikasi
G. Efek Samping
Satu penyamarataan tentang efek merugikan dari antipsikosis adalah bahwa obat
potensi rendah menyebabkan efek samping yang paling non-neurologis dan obat potensi
tinggi menyebabkan efek samping yang paling neurologis.
1. Chlorpromazine
Turunan dari phenotiazine yang mewakili efek seluruh derivate phenotiazine adalah
chlorpromazine, turunan dari rantai aliphatic, salah satu obat antipsikotik yang sering
digunakan sebab paling berefek luas sehingga dikatakan largactil (Large action).
Dosis dewasa :
Oral : 30-2000 mg/hari dibagi dalam 1-4 dosis, mulai dengan dosis rendah, kemudian
sesuaikan dengan kebutuhan.
Dosis lazim : 400-600 mg/hari, beberapa pasien membutuhkan 1-2 g/hari. im.,iv.: awal: 25
mg, dapt diulang 25-50 mg , dalam 1-4 jam, naikkan bertahap sampai maksimum 400
mg/dosis setiap 4-6 jam sampai pasien terkendali;
Dosis lazim : 300-800 mg/hari.
Orang tua : gejala-gejala perilaku yang berkaitan dengan demensia : awal : 10-25 mg sehari
1-2 kali, naikkan pada interval 4-7 hari dengan 10-25 mg/hari, naikkan interval dosis, sehari
2x, sehari 3 kali dst
Bila perlu untuk mengontrol respons dan efek samping; dosis maksimum : 800 mg.
Indikasi :
Mengendalikan mania, terapi shcizofrenia, mengendalikan mual dan muntah,
menghilangkan kegelisahan dan ketakutan sebelum operasi, porforia intermiten akut, Terapi
tambahan pada tetanus. Cegukan tidak terkontrol, perilaku anak 1-12 tahun yang ekplosif dan
mudah tersinggung dan terapi jangka pendek untuk anak hiperaktif.
Kontraindikasi :
Hipersensitifitas terhadap klorpromazin atau komponen lain formulasi, reaksi
hipersensitif silang antar fenotiazin mungkin terjadi, Depresi SSP berat dan koma.
Efek samping :
Hati : jaundice.
Interaksi
Klorpromazin
dapat
meningkatkan
efek
amfetamin,
betabloker
tertentu,
Klorpromazin
dapat
meningkatkan
efek
/toksiksitas
antikolinergik,
Mekanisme kerja :
Memblok reseptor dopaminergik di postsinaptik mesolimbik otak. Memblok kuat efek
alfa adrenergik. Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular
Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh,
kesiagaan, tonus vasomotor dandan emesis.
Bentuk sediaan :
Tablet 25 mg, 100 mg, Injeksi 25mg/ml, 2ml
Parameter monitoring
Gambaran vital seperti profil lipid, glukosa darah puasa/Hgb A1c, indeks berat badan,
status mental, skala normal gerakan yang tidak disadari, gejala ekstrapiramidal.
2. Haloperidol
Haloperidol, {4-[4-(p-chlorophenyl)-4-hydroxypiperidino] 4-flurobutyrophenone}
merupakan obat antipsikotik tipikal golongan butyrophenone. Haloperidol merupakan obat
yang efektif untuk penanganan berbagai gangguan psikotik seperti hiperaktivitas, agitation,
dan mania. Haloperidole efektig untuk mengobati gejala positif pada skizofrenia walaupun
kurang efektif untuk gejala negative skizofrenia. Haloperidol juga dapat digunakan untuk
pengobatan gangguan neurologis seperti Gilles de la Tourette syndrome, Huntingtons chorea
and acute/chronic brain syndrome
Dosis dewasa :
Psikosis :
-
Sebagai dekanoat : awal 10-20 x dosis harian oral, diberikan dengan interval 4
minggu.
Dosis pemeliharaan : 10-15 kali dosis awal oral, digunakan untuk menstabilkan gejala
psikiatri.
Indikasi :
Penanganan shcizofrenia, sindroma Tourette pada anak dan dewasa, masalah perilaku
yang berat pada anak.
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit Parkinson,
depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau hati berat, koma.
Efek samping :
sedangkan
dengan
metoklopramid
dapat
meningkatkan
resiko
ekstrapiramidal.
Mekanisme kerja :
Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak.
Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating
System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, kesiagaan,
tonus vasomotor dan emesis.
Bentuk sediaan :
Injeksi Sebagai Dekanoat, 50 mg/ml, 1 ml; Larutan Injeksi Sebagai Laktat, Tablet 1,5
mg, 2 mg, 5 mg.
Parameter monitoring :
Gambaran vital seperti profil lipid, glukosa darah puasa/Hgb A1c, indeks berat badan,
status mental, skala normal gerakan yang tidak disengaja, gejala ekstrapiramidal.
3. Risperidon
Risperidone termasuk antipsikotik turunan benzisoxazole. Risperidone merupakan
antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas tinggi terhadap reseptor serotonergik 5HT2 dan dopaminergik D2. Risperidone berikatan dengan reseptor 1-adrenergik. Risperione
tidak memiliki afinitas terhadap reseptor kolinergik.
Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat memperbaiki
gejala positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan berkurangnya depresi aktivitas motorik
dan induksi katalepsi dibanding neuroleptik klasik. Antagonisme serotonin dan dopamin
sentral yang seimbang dapat mengurangi kecenderungan timbulnya efek samping
ekstrapiramidal, dia memperluas aktivitas terapeutik terhadap gejala negatif dan afektif dari
skizofrenia.
Farmakokinetik :
Dosis :
Dosis umum
Hari ke-1 : 2 mg/hari, 1-2 x sehari
Hari ke-2 : 4 mg/hari, 1-2 x sehari (titrasi lebih rendah dilakukan pada beberapa pasien)
Hari ke-3 : 6 mg/hari, 1-2 x sehari
Dosis umum 4-8 mg per hari
Dosis di atas 10 mg/hari tidak lebih efektif dari dosis yang lebih rendah dan bahkan mungkin
dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal. Dosis di atas 10 mg/hari dapat digunakan hanya
pada pasien tertentu dimana manfaat yang diperoleh lebih besar dibanding dengan risikonya.
Dosis di atas 16 mg/hari belum dievaluasi keamanannya sehingga tidak boleh digunakan.
Penggunaan pada penderita geriatrik, juga penderita gangguan fungsi ginjal dan hati:
Dosis dapat disesuaikan secara individual dengan penambahan 0,5 mg, 2 x sehari
(hingga mencapai 1-2 mg, 2 x sehari)
Kenaikan berat badan, edema dan peningkatan kadar enzim hati kadang-kadang
terjadi.
Pernah dilaporkan namun jarang terjadi, pada pasien skizofrenik: intoksikasi air
dengan hiponatraemia, disebabkan oleh polidipsia atau sindrom gangguan sekresi
hormon antidiuretik (ADH); tardive dyskinesia, tidak teraturnya suhu tubuh dan
terjadinya serangan.
Interaksi Obat :
Hati-hati pada penggunaan kombinasi dengan obat-obat yang bekerja pada SSP dan
alkohol.
dan
9-hydroxy-risperidone)
dengan
meningkatkan
konsentrasi