Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk
Indonesia adalah pesatnya pertambahan penduduk sehingga kebutuhan akan pangan
maupun kebutuhan lainnya juga turut bertambah. Dilain pihak jumlah lahan yang
dapat memproduksi pangan sangat terbatas oleh akibat banyaknya lahan pertanian
yang dikonversi menjadi pemukiman atau perumahan.
Bebagai usaha
dalam Alrasjid., 1981). Untuk itu perlu pemilihan tanaman yang baik dan tepat sesuai
dengan keadaan setempat dimana diharapkan dapat memberikan keuntungan dan nilai
tambah kepada para petani.
Jambu mete (Anacardium occidentale Linn) adalah salah satu jenis tanaman
yang dapat dijadikan sebagai tanaman campuran antara tanaman keras dengan
tanaman pertanian karena disamping sifatnya yang dapat memulihkan kondisi
kesuburan tanah juga pencegah erosi pada tanah-tanah gundul atau kritis. Disamping
itu sifatnya yang lain adalah tahan terhadap kekeringan juga pemeliharaan mudah dan
sederhana serta pertumbuhannyarelatif singkat sudah dapat memenuhi fungsi dan
peranannya sebagai tanaman penghijauan (Djarijah,dkk, 1994). Lebih lanjut
Sumartono (1994) mengemukakan bahwa tanaman jambu mete tidak memerlukan
persyratan tumbuh yang tinggi serta dapat hidup pada tanah-tanah yang kurang subur
dan kekurangan hara. Tanaman jambu mete mempunyai nilai ekonomi yang cukup
tinggi oleh karena buahnya dapat dikonsumsi disamping bijinya mengandung gizi
yang tinggi sedangkan buah semunya banyak mengandung vitamin C, B1 dan B2.
Kulit bijinya mengandung cairan CNSL yang berguna untuk bahan pembuat cat
(Sumartono,1983). Sehubungan dengan hal tersebut maka akan dipaparkan pola
pengembangan tanaman jambu mete (Anacardium occidentale Linn) dengan tanaman
legum Stylo (Stylosanthes guianensis Aubl)
Produksi kayu dan berbagai bahan mentah lainnya bagi kebutuhan petani itu
sendiri, untuk industri, dan jika mungkin untuk di ekspor
Perlindungan dan perbaikan potensi produksi pada lahan dan lingkungan yang
tersedia; meningkatkan daya dukung ekologi manusia;
pakan ternak
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Sapindales
Familia
: Anacardiaceae
Genus
: Anacardium
Species
: A. occidentale
c. Morfologi
Sistem perakaran tanaman jambu mete terdiri atas akar tunggang dan
beberapa akar yang tumbuhnya mendatar ke samping, sedang akar-akar
disekitar akar tunggang yang tumbuhnya vertikal ke bawah, sehingga
memungkinkan tanaman dapat berdiri kokoh di atas tanah tempat tumbuhnya.
Sistem perakaran dan luas daerah pertumbuhannya yang menyebar tersebut
menjamin pertumbuhan dan perkembangan tanaman sekalipun tumbuh di
daerah kering. Namun pertumbuhannya menjadi kurang baik apabila aerasi
jelek (Djarijah dkk., 1998)
Tanaman jambu mete termasuk tanaman pohon. Percabangan relatif
dibentuk dekat permukaan tanah dengan habitus agak menyebar, sehingga
menyerupai bentuk semak. Tinggi pohon mete dapat mencapai 10 12 m
(Rismunandar,1986).
d. Syarat Tumbuh
Tanaman jambu mete dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di
daerah dengan curah hujan 500 mm setahun bahkan curah hujan 3000 - 4000
mm setahun, asal drainasenya baik (Djarijah dan Mahedalswara, 1994).
Dan menurut Sumartono (1983) tanaman jambu mete lebih menyukai suhu
tinggi dan dapat mentolerir suhu udara yang lebih tinggi dari 30C dan rendah
rata-rata 20C dengan curah hujan terendah hingga tinggi.
Umumnya tanaman jambu mete dapat tumbuh dan menghasilkan
.hampir pada semua jenis tanah kecuali tanah-tanah lempung, tanah-tanah
yang mengandung lapisan garam dan tanah-tanah dengan darinase buruk.
Tanaman jambu mete juga dapat tumbuh dengan baik pada tempat-tempat
dengan kedalaman air tanah mencapai 10 m. tanah gembur mengandung pasir
dan air tidak tergenang adalah tempat tumbuh terbaik bagi jambu mete
(Rismunandar, 1986).
2. Stylo (Stylosanthes guianensis Aubl)
a. Asal dan penyebaran
Stylo adalah jenis legum yang berasal dari benua Amerika Tengah dan
Amerika Selatan. Tanaman ini ditanam sebagai salah satu upaya untuk
menekan laju erosi di Australia, sebagai pasture stylo diintoduksikan ke Afrika
Timur dan Afrika Barat dan telah menyebar luas
: Spermatophyta
Sub Divisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Polypetales
Familia
: Leguminoseae
Genus
: Stylosanthes
Species
: S. guianensis
c. Morfologi
Stylo termasuk tanaman berumur panjang (menahun) yang tumbuh tegak
dengan tinggi dapat mencapai 100 150 cm menyerupai semak. Tanaman ini
mempunyai batang yang kasar, berbulu serta rimbun menutupi tanah.
Tanaman ini setiap tangkai berdaun tiga helai dan berbentuk ellips atau
pedang yang ujungnya meruncing. Panjang daun 1-6 cm, agak berbulu dengan
tangkai daun panjangnya 1-10 mm. Bunganya berbentuk kupu-kupu kecil
tersusun dalam tandan dan berwarna kuning, karangan bunga terdiri dari
beberapa kumpulan bunga yang setiap karangan bunga mengandung 40
bunga. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa stylo berbuah polong, setiap
polongnya mengandung satu biji yang berwarna coklat kekuningan. Panjang
tiap polongnya 2-3 mm, lebarnya 1,5-2,5 mm. Sedangkan system
perakarannya luas masuk jauh ke dalam tanah, sehingga tahan terhadap
kekeringan(AAK, 1990)
d. Syarat Tumbuh
Tanaman stylo dapat tumbuh baik pada tanah-tanah kering maupun basah
serta cocok ditanam pada daerah-daerah yang mempunyai curah hujan
tanah oleh kemampuan tanaman legum dalam mengikat nitrogen dari udara bebas.
Dengan adanya tambahan unsur nitrogen ini akan turut mempengaruhi pertumbuhan
maupun perkembangan tanaman pokok. Hal tersebut didukung oleh suatu pernyataan
bahwa tanaman legum dapat mensuplai unsur nitrogen pada tanaman sekitarnya
sehingga akan memperbaiki pertumbuhan serta produksi tanaman oleh karena famili
leguminosa pada umumnya dapat mengikat nitrogen bebas dari udara dengan bantuan
bintil-bintil akar bakter-bakteri rhizobium. Dimana bintil-bintil akar bakteri tinggal
dan berkembang biak serta melakukan fiksasi nitrogen bebas di udara.
Menurut Yuhaeni dkk (1983) bahwa unsure nitrogen sangat kuat pengaruhnya
dalam fase-fase pertumbuhan tanaman karena unsure nitrogen berfungsi didalam
sintesa protein yang merupakan unsure pembangun protoplasma dalam pembentukan
organ-organ
tanaman.
Dengan
bertambahnya
unsur-unsur
nitrogen
maka
pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan menjadi lebih baik sehingga tanaman
cenderung membentuk daun yang lebar serta batang yang lebih besar dan tanaman
semakin tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian Nur Hidayah (1989) menyatakan bahwa
perlakuan tumpangsari antara jambu mete dengan tanaman jenis legum S. guianensis
memperlihatkan pengaruh yang terbaik. Hal tersebut dapat terjadi sebab berdasarkan
hasil pengamatan langsung di lapangan dapat memperlihatkan cirri pertumbuhan
yang spesifik dengan cepatnya membentuk rumpun yang lebat dan berlapis-lapis
dalam waktu yang relatif singkat, akibatnya gulma tidak diberi kesempatan untuk
tumbuh, laju evaporasi ditekan seminim mungkin sehingga memungkinkan adanya
air tersedia dalam keadaan tanah yang lembab. Sifat spesifik ini akan turut
mempengaruhi suplai nitrogen yang telah siap diserap oleh akar tanaman poko.
Karena salah satu factor fisik yang mempengaruhi simbiosis legum adalah
kelembaban tanah, dimana bakteri rhizobium sensitive terhadap kekeringan bila
terbuka di udara dan tidak dapat hidup terus-menerus sepanjang waktu dalam tanah
kering udara.
Lebih lanjut menurut AAK (1990) leguminosa di daerah tropis tumbuh lebih
lambat dari pada tanaman rumput. Dan beberapa keuntungan tanaman campuran
dengan leguminosa :
1. Memperbaiki unsure N dalam tanah, karena kemampuan leguminosa untuk
mengikat N dari udara oleh bakteri yang terdapat di dalam bintil-bintil akar.
2. Memperbaiki mutu makanan hijauan karena protein dan kadar mineral cukup
tinggi.
3. Di daerah tropis di mana kelembaban rendah akan membatasi pertumbuhan
tanaman rumput pada saat-saat tertentu, tetapi dengan campuran leguminosa,
leguminosa dapat memperbaiki pertumbuhan, karena akarnya lebih dalam.
IV. PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola
pengembangan tanaman jambu mete (Anacardium occidentale Linn) dengan tanaman
legum (Stylosanthes guianensis Aubl) yang merupakan salah satu bahan pakan ternak
dapat dilakukan dengan mengetahui sifat-sifat pertumbuhan masing-masing tanaman.
Dengan demikian nilai produksi dari suatu lahan yang kondusif dapat ditingkatkan
secara ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 1985. Jambu Mete Sebagai Komoditi Eksport yang Mempunyai
Harapan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Volume IV.
No.1. balai Penelitian Tanaman Industri Bogor, Bogor
AAK. 1990. Hijauan Makanan Ternak. Penerbit Kanisius Yogyakarta, Yogyakarta.
Djarijah, Nunung Marlina dan Maheldalswara.1994. Jambu Mete
Pembudidayaannya. Penerbit Kanisius Yogyakarta, Yogyakarta.
dan
Junus,M., A.R. Wasaraka, J.J.Fransz, Memet Rusmaedy, Soeyitno, S., Sanggen Ny.
Digut, Mappatoba Sila. 1984. Dasar-dasar Ilmu Kehutanan I. Badan
Kerjasama Perguruan Tinggi Indonesia Bagian Timur.
Lahjie.M.Abubakar. 2000. Teknik Agroforestri. Penerbit UPN Veteran Jakarta,
Jakarta.
Nurhidayah. 1989. Studi Pertumbuhan Jambu Mete dengan Beberapa Legum
dan Rumputan. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian dan Kehutanan.
Universitas Hasanuddin. Makassar
Rismunandar. 1984. Tanah dan Seluk Beluknya Terrhadap Pertanian. Penerbit
Sinar Baru. Bandung
KEKHUSUSAN KEHUTANAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2002