Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
Diagnosis Leukemia dengan jenis Akut Limfoblastik Leukemia (tipe L2) dengan Gizi
Kurang ditegakkan berdasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Pada anamnesa didapatkan keluhan bengkak pada sendi tangan kanan dan kaki
kiri sejak lebih dari 1 minggu, panas 1 minggu, batuk tidak berdahak dan pilek 1 minggu.
Badan sering terasa lemah dan cepat lelah, pusing dan sering tampak pucat. Perut
membesar secara perlahan sejak usia 2 tahun, gusi sering berdarah saat menyikat gigi,
timbul benjolan di daerah leher dan inguinal yang tidak nyeri.
Literatur menyebutkan bahwa pada awalnya ALL memiliki gejala yang tidak
spesifik dan relatif singkat, yaitu sekitar 66 persen1. Gejala yang tampak merupakan
akibat dari infiltrasi sel leucemia pada sumsum atau organ di tubuh maupun akibat dari
penurunan produksi dari sumsum tulang12,13. Gejala yang timbul akibat infiltrasi sel-sel
muda pada sumsum tulang yaitu anorexia, lemas, irritable, sedangkan tanda yang dapat
timbul anemia, trombositopenia, dan neutropenia. Manifestasi klini lain yang bias
didapatkan adalah demam yang sifatnya ringan dan intermiten1,2,12,14. Literature
menyebutkan demam ini dapat disertai atau tanpa adanya infeksi, dan dapat disebabkan
karena terjadinya neutropenia sehingga pasien memiliki resiko tinggi terhadap
infeksi1,2,12,13,15.
Manifestasi klinis lain yang bisa didapat namun tidak spesifik adalah
berat badan yang menurun, nyeri tulang atau sendi terutama di extremitas inferior.
Nyeri pada tulang dan sendi ini disebabkan adanya infiltrasi sel-sel leucemia pada tulang
perikondrial atau sendi atau oleh ekspansi rongga sumsum tulang oleh sel
leucemia1,2,13,14,15.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
E4M6V5, tanda vital dalam batas normal, pasien tampak anemis, terdapat pembesaran
kelenjar getah bening di auricular posterior, submandibula, supraclavicula sinistra
ukuran 6x8 cm, multiple, berbenjol-benjol, konsistensi padat, batas tidak tegas. Batas
kanan mediastinum yang melebar, abdomen tampak cembung, hepatomegali,
48
49
syndrome yang biasanya terjadi pada pasien yang mendapatkan terapi kanker yang
responsive terhadap pengobatan. Tumor lysis syndrome ini berhubungan dengan terapi
pada akut leukemia yang ditandai dengan hiperkalemia, hiokalsemia, hiperfosfatemia,
hiperurisemia dan tanda gagal ginjal akut16. Tanda-tanda ini timbul akibat sel-sel tumor
yang telah dimusnahkan akan melepaskan ion-ion intraseluler dan produk metaboliknya
ke dalam sirkulasi darah penderita16. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan elektrolit
di dalam tubuh.
Pemeriksaan foto thoraks pada pasien menunjukan ada pelebaran mediastinum.
Berdasarkan literature, disebutkan bahwa pada pasien dengan leukemia menunjukkan
adanya massa mediastinum. Massa mediastinum ini juga disebabkan penyebaran sel-sel
limfoblast ke dalam kelenjar getah bening di mediastinum1,12,15. Massa mediastinum
dapat memberikan gejala obstruksi saluran nafas.
Pemeriksaan kultur baik urin dan darah merupakan salah satu pemeriksaan yang
dilakukan pada kasus ini. Pemeriksaan ini penting pada pasien yang mengalami demam
atau adanya tanda-tanda infeksi9. Hal ini sesuai dengan literature yang menyebutkan
bahwa pasien dengan leukemia lebih mudah terinfeksi yang disebabkan oleh
neutropenia1,2,3,12.
Pemeriksaan cairan otak yang dilakukan pada pasien ini ditujukan untuk
mendeteksi apakah penyakit ini sudah melibatkan system saraf pusat atau tidak3.
Hapusan darah tepi yang dilakukan pada pasien mendapatkan hasil peningkatan
jumlah sel leukosit yang didominasi oleh sel-sel dengan gambaran limfositik series blast
> 50%. Hasil ini memberikan kesan adanya gambaran akut leukemia suspek akut
limfoblastik leukemia. Literature menyebutkan diagnosis akut limfoblastik leukemia
dapat diperkuat dengan pemeriksaan hapusan darah tepi dimana hasil pemeriksaan
menunjukkan adanya populasi homogen limfoblast pada sel sumsum tulang yang lebih
dari 25 persen1, namun diagnosis leukemia tidak dapat ditegakkan dengan hasil
pemeriksaan hapusan darah tepi. Gambaran populasi homogen pada hapusan darah
tepi bisa ditemukan pada penyakit lain seperti osteopetrosis, myelofibrosis, infeksi
granulomatous, sarcoid, infeksi Epstein-Barr virus (EBV) pada usia muda, dan tumor
50
51
52
kemoterapi memiliki resiko terjadinya tumor lisis syndrome yaitu pelepasan ion-ion
intraseluler dan komponen metabolic lainnya dari sel-sel tumor yang rusak akibat
kemoterapi. Pasien harus diterapi dengan alkalinisasi urin dan harus mendapatkan
sodium bikarbonat serta dilakukan hidrasi. Anemia yang berat dapat diatasi dengan
memberikan transfuse sel darah merah dan dapat juga diberikan trombosit konsentrat
pada trombositopenia, bersama dengan furosemide intravena. Sebaiknya semua
komponen darah yang ditransfusikan dilakukan irradiasi terlebih dahulu untuk
mencegah graft-versus-host disease dari limfosit yang ditransfusikan. Jika terdapat
demam lebih dari 38,30C dan neutropenia, maka dibutuhkan antibiotik broad spectrum.
Pasien yang mendapatkan terapi ALL harus mendapatkan terapi profilaksis terhadap
Pneumocystis carinii dengan memberikan trimethoprim-sulfamethoxazole 2 kali setiap
hari sesuai dosis dan diberikan 2-3 hari setiap minggu1,2,3.
Pasien pada kasus ini juga didiagnosa dengan Gizi kurang. Terapi gizi yang
diberikan pada pasien ini sesuia dengan recomended daily allowed. Pasien
membutuhkan 2050 kalori per hari dan protein 50 gram per hari. Untuk mencukupi
angka tersebut, maka selain diet makanan 3 kali sehari pada kasus ini juga diberikan diet
modisco I 6 kali 250 cc dengan makanan sehari hari yang bisa diberikan adalah nasi 100
gr 3 kali sehari, ikan segar 60 gr, 1-2 kali sehari, dan telur 1 butir sehari17.
Managemen pasien yang menjalani kemoterapi ALL sangat kompleks karena
komplikasi infeksi dan toksisitas yang potensial dari kemoterapi.
Prognosis pasien pada kasus ini adalah jelek. Pasien berusia lebih dari 9 tahun,
didapatkan adanya adenopati, jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3, dan
didapatkan morfologi sel limfoblast tipe L2. Berdasarkan literatur prognosis jelek bila
usia pasien kerang dari 1 tahun atau lebih dari 9 tahun, jumlah sel leukosit lebih dari
50.000 per meter kubik, didapatkan adanya adenopati, dan pada pemeriksaan morfologi
sel limfoblas didapatkan tipe L2.
53