Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan bisnis perbankan syariah di Indonesia saat ini mengalami
kemajuan yang cukup signifikan. Menurut outlook perbankan syariah 2012 yang
disampaikan oleh Bank Indonesia, volume usaha perbankan syariah dalam kurun waktu
satu tahun terakhir, khususnya Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS), mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Total aset per Oktober 2011 (yoy)
telah mencapai Rp 127,19 triliun atau meningkat tajam sebesar 48.10% yang merupakan
pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir. Ditambah dengan aset BPRS sebesar
Rp 3.35 triliun, total aset perbankan syariah per Oktober 2011 telah mencapai Rp 130.5
triliun. Tingginya pertumbuhan aset tersebut tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan
dana pihak ketiga pada sisi pasiva dan pertumbuhan penyaluran dana pada sisi aktiva.
Penghimpunan dana pihak ketiga meningkat 52.79% dan penyaluran dana masyarakat
meningkat sebesar 46.43%. Hal ini tentu dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat
untuk menyimpan atau menginvestasikan dananya pada bank syariah.
Dalam melakukan kegiatan usaha, bank syariah selain diatur oleh ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, juga harus tunduk pada prinsip-prinsip syariah yang
ditentukan dalam Al Quran dan hadits, sehingga pelaksanaan kegiatan usaha bank
syariah tersebut mengimplementasikan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Salah satu
prinsip-prinsip ekonomi Islam adalah pelarangan riba dalam berbagai bentuk. Sifat yang
tampak dalam riba tersebut adalah suatu keuntungan yang diambil oleh orang yang
menjalankan riba, yaitu mengeksploitasi tenaga orang lain, di mana ia mendapatkan
1
upah tanpa mencurahkan tenaga sedikit pun. Disamping itu, karena harta yang
menghasilkan riba itu dijamin keuntungannya, dan tidak mungkin rugi. Dan ini tentu
bertentangan dengan kaidah: al-gharam bil ghanami.
Fungsi Bank Syariah pada umumnya sama dengan Bank Konvensional, yaitu
sebagai lembaga intermediasi dan manajer investasi yang mengerahkan dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkan dalam bentuk fasilitas pembiayaan.Hal yang membedakan antara Bank
Syariah dengan Bank Konvensional yaitu Bank Syariah melakukan kegiatan usahanya
tidak berdasarkan bunga (interest fee), tetapi berdasarkan prinsip syariah yaitu prinsip
bagi hasil (profit sharing).
Perbankan syariah memiliki sistem bagi hasil, yang mengedepankan prinsip
keadilan dan kebersamaan dalam berusaha, baik dalam memperoleh keuntungan maupun
dalam menghadapi risiko. Profit sharing (bagi hasil), pada dasarnya merupakan
pembiayaan dengan prinsip kepercayaan dan kesepakatan murni antara kedua belah
pihak atau lebih yaitu, pemilik modal (investor) dalam hal ini bank syariah dengan
pemilik usaha dalam hal ini nasabah adalah pengelola usaha.
Sesuai dengan fungsinya sebagai manajer investasi, bank syariah melakukan bagi
hasil atas pendapatan atau hasil usaha yang dilakukan oleh bank syariah dalam
penyaluran dana yang sumber dananya dari mudharabah mutlaqah (investasi tidak
terikat). Apabila dari penyaluran dana tersebut diperoleh pendapatan atau hasil usaha
yang besar, maka pembagian hasil usaha tersebut juga dilakukan atas dasar pendapatan
yang besar. Begitu juga apabila pendapatan yang diperoleh kecil, maka pembagian hasil
usaha juga dilakukan dengan jumlah kecil.
Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah, dilakukan dengan prinsip
bagi hasil pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah, prinsip jual beli
murabahah, salam dan istishna dan juga prinsip upah-Ijarah dan Ijarah muntahia
bittamlik. Secara umum, dapat dikatakan bahwa Syariah menghendaki kegiatan ekonomi
yang halal, baik produk yang menjadi objek, cara perolehannya, maupun cara
penggunaannya. Selain itu, prinsip investasi syariah juga harus dilakukan tanpa paksaan
(Ridha), adil dan transaksinya berpijak pada kegiatan produksi dan jasa yang tidak
dilarang oleh Islam, termasuk bebas dari manipulasi dan spekulasi.
Perbankan Syariah tidak mengenal konsep bunga dan secara tujuan komersial
Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi adalah kemitraan, kerjasama dengan
prinsip bagi hasil. Sedangkan untuk peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan
sosial tanpa adanya imbalan apapun. Perbankan syariah memberikan layanan bebas
bunga kepada para nasabahnya, pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua
bentuk transaksi. Islam melarang kaum muslimin menarik atau membayar bunga (riba)
Makin berkembangnya pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia terutama
dinilai dengan tumbuhnnya aset yang tinggi pada perbankan syariah juga terkait erat
dengan ekspansi perbankan syariah terutama pasca disahkannya secara resmi Undangundang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, pada tanggal 17 Juni 2008
oleh DPR. Data dari Bank Indonesia menyebutkan, secara kelembagaan, jaringan
perbankan syariah meningkat menjadi 11 Bank Umum Syariah (bertambah 6 BUS
setelah lahirnya UU), dengan total jaringan kantor mencapai 1.688 kantor dan 1.277
office chanelling.
Penelitian menurut Fatahullah (2008) dengan judul Implementasi Prinsip Bagi
Hasil dan Risiko di Perbankan Syariah menjelaskan bahwa dalam penerapan sistem
bagi hasil ini tidak selamanya perjanjian itu dilaksanakan sesuai dengan apa yang di
sepakati dalam kontrak atau akad. Sering terjadi bahwa nasabah atau bank tidak
melaksanakan apa yang di perjanjikan atau wanprestasi atau ingkar janji.
Menurut Rastono (2008) dalam penelitian berjudul Penerapan Prinsip Bagi
Hasil dalam Pembiayaan terhadap Nasabah Bank Syariah menjelaskan hambatan Bank
syariah dalam menerapkan prinsip bagi hasil dalam pembiayaan terhadap nasabah
adalah bank Syariah menimbulkan persepsi dari masyarakat yang menganggap tidak ada
bedanya antara margin keuntungan dalam Bank Syariah dengan bunga pada perbankan
konvensional. Akibatnya masyarakat masih meragukan kemurnian Bank Syariah
sehingga mereka tetap menggunakan jasa perbankan konvensional dan enggan beralih
pada Bank Syariah. Kondisi ini merupakan salah satu hambatan bagi perkembangan
Bank dan Perbankan Syariah pada umumnya.
Penelitian oleh Sahruddin (2006) dengan judul Pelaksanaan Pembiayaan Proyek
Musyarakah Pada Perbankan Syariah di Nusa Tenggara Barat menjelaskan bahwa hasil
penelitian dalam praktik Bank Syariah Mandiri Cabang Mataram, menunjukkan bahwa
sampai saat ini pembiayaan dengan prinsip musyarakah masih relatif kecil
penggunaannya oleh masyarakat bila dibandingkan dengan pembiayaan lain seperti
qardh, mudharabah, dan murabahah.
Juga dapat diketahui bahwa Musyarakah adalah sebuah perkongsian antara dua
belah pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan
tanggung jawab akan segala kerugian yang terjadi. Musyarakah dapat dikenal dengan
istilah kemitraan atau partnership, sehingga hal ini akan menimbulkan ambiguity
tentang perbedaan partnership dan pembiayaan musyarakah.
Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini dengan mengangkat topik
Evaluasi Penerapan Perhitungan Bagi Hasil atas Pembiayaan Musyarakah
berdasarkan PSAK 106 pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk., sehingga menarik
dan perlu untuk diteliti dengan berfokus pada perlakuan akuntansi pada pembiayaan
musyarakah, dimana hal ini merupakan point utama sebagai sasaran dalam penelitian
ini.
I.2. Identifikasi Masalah
Secara teoritis prinsip perhitungan bagi hasil (profit sharing) atas pembiyaan
musyarakah merupakan inti atau karakteristik utama dari kegiatan perbankan
syariah.Oleh karena itu, bank syariah mempunyai dampak dalam pelaksanaan kegiatan
usaha yang dilakukan oleh bank syariah yaitu, beroperasi berdasarkan prinsip syariah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang akan diidentifikasi adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
akuntansi
musyarakah
yang
meliputi
pengakuan,
pengukuran,
pengungkapan, dan penyajian catatan keuangan pada tiap transaksi yang terjadi yang
kesesuaiannya mengacu pada PSAK 106, sifat musyarakah yang terdiri dari
musyarakah permanen, dan musyarakah menurun, dan penyajian laporan Posisi
Keuangan bank, yang kesesuaiannya mengacu pada PSAK 101.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ketentuan tentang proses dan perlakuan akuntansi terhadap
perhitungan bagi hasil atas pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat
Indonesia.
2. Untuk menjelaskan risiko-risiko pembiayaan, kendala dan hambatan yang
mungkin terjadi pada pembiayaan musyarakah, dan bagaimana Bank Muamalat
meminimalisir kendala dan hambatan tersebut.
3. Untuk membandingkan antara perhitungan bagi hasil atas musyarakah pada
bank syariah dengan perhitungan bagi hasil pada partnership di kantor akuntan
publik.
I.4.2 Manfaat Penelitian
6
Bagi Pembaca
Untuk menanambah pengetahuan mengenai pemahaman proses sistem bagi
hasil suatu bank syariah. Pembaca juga dapat membandingkan kesesuaian
perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah dengan PSAK 106. Pembaca
dapat menggunakan hasil penelitian untuk perbandingan apakah penelitian
selanjutnya mendukung atau menolak hasil penelitian ini.
b.
Bagi Perusahaan
Untuk memberikian informasi kepada pihak manajemen perusahaan atas
kendala dan masalah yang terjadi serta dapat menjadi sebuah acuan untuk
pengambilan keputusan agar penerapan sistem bagi hasil dan risiko ini
menjadi lebih efektif.
c.
Bagi Penulis
Memberikan gambaran tentang penerapan perlakuan akuntansi terhadap
bagi hasil pada pembiayaan musyarakah yang diterapkan Bank Muamalat,
menambah ilmu pengetahuan tentang prosedur bagi hasil pada suatu bank
syariah, dan dapat memberi gambaran perbandingan antara perhitungan
bagi hasil pada bank syariah dengan partnership pada kantor akuntan
publik.
Dari jenis-jenis tersebut penelitian ini akan lebih berfokus kepada kesesuaian
PSAK 106 tentang akuntansi musyarakah dengan mengevaluasi perlakuan
akuntansi dari dimulainya akad, selama akad, hingga berakhirnya akad, juga
mengidentifikasi
dan
mengevaluasi
kesesuaian
perlakuan
akuntansi
Data penelitian yang diperlukan mencakup data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan yang
menjadi objek penelitian. Data sekunder adalah data informasi yang diperoleh
melalui dokumentasi dan buku-buku.
Adapun metode yang digunakan sebagai pelengkap dan pendukung data
primer dan sekunder adalah :
1. Studi Literatur (Field Research)
Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengunjungi perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh data dan
informasi secara langsung dari objek penelitian.
2. Penelitian Kepustakaan (Library)
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan teori yang relevan dengan
pembahasan yang akan dilakukan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data informasi yang berasal dari
literature berupa jurnal-jurnal yang berkaitan dengan perbankan syariah,
prinsip bagi hasil atau nisbah, serta pembiayaan musyarakah, dan bukubuku dengan topik akuntansi perbankan syariah, pengantar akuntansi
syariah, bisnis syariah, pengantar ekonomi syariah, manajemen perbankan
syariah, dan sebagainya untuk mengetahui teori-teori yang berhubungan
dengan penelitian.
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis membahas beberapa teori mengenai perbankan
syariah yang melandasi penulisan skripsi ini yang mencangkup latar
belakang penelitian, tujuan dan manfaat dari penelitian, serta metode
penelitian yang digunakan dalam memperoleh data yang diperlukan dan
sistematika pembahasan.
BAB 11
LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi mengenai tinjauan umum dari pengertian-pengertian
teoritis dari pengertian
syariah,
BAB 1V
PEMBAHASAN
10
11