Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN PSIKOTIK
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak mampuan
individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau atau aneh.
ETIOLOGI PSIKOTIK
Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok gangguan
psikotik ini adalah stresor pencetus dan lingkungan interpersonal. Di dalam
mengambil riwayat penyakit dan memeriksa pasien, klinisi harus memperhatikan tiap
perubahan atau stres pada lingkungan interpersonal pasien. Pasien rentan terhadap
kebutuhan psikosis untuk mempertahankan jarak interpersonal tertenu; seringkali,
pelanggaran batas pasien oleh orang lain dapat menciptakan stres yang melanda yang
menyebabkan dekompensasi. Demikian juga, tiap keberhasilan atau kehilangan
mungkin merupakan stresor yang penting dalam kasus tertentu.
Pemeriksaan pasien psikotik harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa
gejala psikotik adalah disebabkan oleh kondisi medis umum (sebagai contohnya,
suatu tumor otak) atau ingesti zat (sebagai contohnya, phencyclidine).
Kondisi fisik seperti neoplasma serebral, khususnya di daerah osipitalis dan
temporalis dapat menyebabkan halusinasi. Pemutusan sensorik, seperti yang terjadi
pada orang buta dan tuli, juga dapat menyebabkan pengalaman halusinasi dan waham.
Lesi yang mengenai lobus temporalis dan daerah otak lainnya, khususnya di hemisfer
kanan dan lobus parietalis, adalah disertai dengan waham.
Zat psikoaktif adalah penyebab yang umum dari sindroma psikotik. Zat yang
paling sering terlibat adalah alkohol, halusinogen indol sebagai contohnya, lysergic
acid diethylamid (LSD) amfetamin, kokain. Mescalin, phencyclidine (PCP), dan
ketamin. Banyak zat lain, termasuk steroid dan thyroxine, dapat disertai dengan
halusinasi akibat zat.
psikotik)
hanya
satu
orang,
waham
tersebut
terinduksi
Jika ada alas an untuk percaya bahwa duaorang yang tinggal bersama
mempunyai gangguan psikotik yang terpisah, maka tidak astupun diantaranya
boleh dimasukkan dalam kode diagnosis ini.
f. Gangguan Skizoafektif
Merupakan gangguan yang bersifa episodic dengan gejala afektif dan
skizofrenik yang sama-sama menonjol dan secara bersamaan ada dalamepisode
yang sama.
g. Gangguan Psikotik Non-Organik Lainnya
Gangguan psikotik yang tidak memenuhi criteria untuk skizofrenia atau untuk
gangguan afektif yang bertipe psikotik, dan gangguan-gangguan yang psikotik
yang tidak memenuhi criteria gejala untuk gangguan waham menetap.
2. Gangguan Suasana Perasaan (Mood {Afektif})
a. Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam
jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat
keparahan.
b. Gangguan Afektif Bipolar
Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya 2 episode) dimana
afek pasien dan yingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada wktu tertentu terdiri
dari peningkatan afekdisertai penembahan energy dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan
energy dan aktivitas (depresi).
c. Episode Depresi
Gejala utama berupa afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan
berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas. Pada episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan
tersebut diperlukan sekurang-kurangnya 2 minggu untuk menegakkan
diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar
biasa beratnya dan berlangsung cepat.
d. Gangguan Depresif Berulang
Terbagi atas episode depresi ringan, episode depresi sedang dan episode depresi
berat. Masing-masing episode tersebut rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan
tetapi frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
e. Gangguan Suasana Perasaan Menetap
Pedoman Diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis gejala pasti gangguan psikotik akut adalah sebagai
berikut :
Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata salah dan tidak dapat diterima
oleh kelompok sosial pasien, misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni
oleh tetangga, menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh
orang lain)
Gangguan berpikir (tampak dari pembicaraan yang tidak nyambung atau aneh)
Perilaku aneh seperti apatis, menarik diri, tidak memperhatikan kebersihan yang
dilaporkan keluarga
Keyakinan yang aneh dan tidak masuk akal sepert : memiliki kekuatan
supranatural, merasa dikejar-kejar, merasa menjadi orang hebat/terkenal
Keluhan fisik yang tidak biasa/aneh seperti : merasa ada hewan atau objek yang
tak lazim di dalam tubuhnya
Untuk lebih jelasnya mengenai psikotik kronik, disini dapat dijelaskan melalui
skizofrenia Dimana Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang
yang mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri
buruk. Gejala klinis dari skizofrenia dapat dilihat di bawah ini:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawal); dan
thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b. delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
tubuh
anggota
atau
gerak
atau
ke
penginderaan
pikiran,
tindakan,
khusus);
jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor;
d. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial.
Sindroma Capgras
Gejala sindroma ini berespon terhadap terapi. Tetapi jika pasien memiliki
gejala sindroma Capgras sebagai gejala tunggal dari gangguan psikotiknya, klinisi
harus melakukan pemeriksaan neuropsikologis
Sindroma Cotard
Sindroma biasanya berlangsung hanya beberapa hari sampai minggu dan
berespon terhadap pengobatan yang diarahkan pada gangguan dasar. Bentuk sindroma
jangka panjang biasanya berhubungan dengan sindroma yang menyebabkan
demensia, seperti demensia tipe Alzheimer.
Gangguan Skizofreniform
Gangguan Skizoafektif
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai
prognosis di pertengahan antara prognosis pasien skizofrenia dan prognosis pasien
dengan gangguan mood. Prognosisnya jauh lebih buruk daripada pasien dengan
gangguan depresif, lebih buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan
memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia. Insidensi
Gangguan Delusional
Gangguan delusional diperkirakan merupakan diagnosis yang cukup stabil.
Kurang dari 25% dari semua pasien gangguan delusional menjadi skizofrenia, kurang
dari 10% menjadi gangguan mood. Kira-kira 50% pasien pulih pada follow-uo jangka
panjang, 20% lainya mengalami penurunan gejalanya dan 30% lainnya tidak
mengalami perubahan.
Pasien dengan waham kejar, somatik dan erotik diperkirakan memiliki
prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan waham kebesaran dan cemburu.
Pada umumnya, pasien dengan gangguan delusional dapat diobati atas dasar
rawat jalan. Tetapi, klinis harusi harus mempertimbangkan perawatan di rumah sakit
karena sejumlah alasan tertentu. Pertama, diperlukan pemeriksaan medis dan
neurologis yang lengkap pada diri pasien untuk menentukan apakah terdapat kondisi
medis nonpsikiatrik yang menyebabkan gangguan delusional. Kedua, pasien perlu
diperiksa tentang kemampuannya mengendalikan impuls kekerasan, seperti bunuh diri
dan membunuh, hal tersebut mungkin berhubungan dengan material waham. Ketiga,
perilaku pasien tentang waham mungkin secara bermakna telah mempengaruhi
kemampuannya untuk berfungsi di dalam keluarga atau pekerjaannya, dengan
demikian memrlukan intervensi professional untuk menstabilkan hubungan sosial
atau pekerjaan.
Jika dokter yakin bahwa pasien akan paling baik jika diobati di rumah sakit, harus
diusahakan untuk membujuk pasien supaya menerima perawatan di rumah sakit; jika
hal tersebut gagal, komitmen hukum mungkin diindikasikan. Seringkali, jika dokter
meyakinkan pasien bahwa perawatan di rumah sakit adalah diperlukan, pasien secara
sukarela masuk ke rumah sakit untuk menghindari komitmen hokum.
FARMAKOTERAPI
Pada keadaan gawat darurat, seorang pasien yang teragitasi parah harus
diberikan suatu obat antipsikotik secara intramuskular. Walaupun percobaan klinik
yang dilakukan secara adekuat dengan sejumlah pasien belum ada, sebagian besar
klinisi berpendapat bahwa obat antipsikotik adalah obat terpilih untuk gangguan
delusional. Pasien gangguan delusional kemungkinan menolak medikasi karena
mereka dapat secara mudah menyatukan pemberian obat ke dalam system wahamnya.
Dokter tidak boleh memaksakan medikasi segera setelah perawatan di rumah sakit,
malahan, harus menggunakan beberapa hari untuk mendapatkan rapport dengan
pasien. Dokter harus menjelaskan efek samping potensial kepada pasien, sehingga
pasien kemudian tidak menganggap bahwa dokter berbohong.
Riwayat pasien tentang respon medikasi adalah pedoman yang terbaik dalam
memilih suatu obat. Seringkali, dokter harus mulai dengan dosis rendah sebagai
contoh, haloperidol (haldol) 2 mg dan meningkatkan dosis secara perlahan-lahan.
Jika pasien gagal berespon dengan obat pada dosis yang cukup dalam percobaan
selama enam minggu, antipsikotik dari kelas lain harus dicoba. Beberapa peneliti
telah menyatakan bahwa pimozide (Orap) mungkin efektif dalam gangguan
delusional, khususnya pada pasien dengan waham somatik. Penyebab kegagalan obat
yang
tersering
adalah
ketidakpatuhan,
dan
kemungkinan
tersebut
harus
diperhitungkan.
Jika pasien tidak mendapatkan manfaat dari medikasi antipsikotik, obat harus
dihentikan. Pada pasien yang berespon terhadap antipsikotik, beberapa data
menyatakan bahwa dosis pemeliharaan adalah rendah. Walaupun pada dasarnya tidak
ada data yang mengevaluasi penggunaan antidepresan, lithium (Eskalith), atau
antikonvulsan sebagai contohnya, carbamazepine (Tegretol) dan valproate
(Depakene) di dalam pengobatan gangguan delusional, percobaan dengan obatobat tersebut mungkin diperlukan pada pasien yang tidak responsif terhadap obat
antipsikotik. Percobaan dengan obat-obat tersebut harus dipertimbangkan jika seorang
pasien memiliki ciri suatu gangguan mood atau suatu riwayat keluarga adanya
gangguan mood.
PSIKOTERAPI
Elemen penting dalam psikoterapi yang efektif adalah menegakkan suatu
hubungan di mana pasien mulai mempercayai ahli terapi. Terapi individual
tampaknya lebih efektif daripada terapi kelompok. Terapi suportif berorientasi-tilikan,
kognitif, dan perilaku seringkali efektif. Pada awalnya, ahli terapi tidak boleh setuju
atau menantang waham pasien. Walaupun ahli terapi harus menanyakan tentang
waham untuk menegakkan luasnya, pertanyaan terus menerus tentang waham
kemungkinan
harus
dihindari.
Dokter
dapat
menstimulasi
motivasi
untuk
perjanjian yang telah ditentukan, dengan tidak memberikan perjanjian ekstra kecuali
mutlak diperlukan, dan tidak toleran terhadap bayaran.
Ahli terapi tidak boleh membuat tanda-tanda yang meremehkan tentang
waham atau gagasan pasien tetapi dapat secara simpatik menyatakan pada pasien
bahwa keasyikan mereka dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri
dan mengganggu kehidupan yang konstruktif. Jika pasien mulai ragu-ragu dengan
wahamnya, ahli terapi dapat meningkatkan tes realitas dengan meminta pasien
memperjelas permasalahan mereka.
Faktor psikodinamika.
Pengalaman internal dari pasien delusional adalah bahwa mereka merupakan
korban dunia yang menyiksa diri mereka. Proyeksi adalah mekanisme pertahanan
yang utama, dan semua kebencian diproyeksikan kepada orang-orang atau institusi di
lingkungan. Dengan mensubtitusi ancaman eksternal dengan ancaman internal, pasien
delusional merasakan suatu pengendalian. Kebutuhan untuk mengendalikan setiap
orang di sekitar mereka mencerminkan harga diri yang rendah pada inti paranoia.
Pasien paranoid mengkompensasi persaan kelemahan dan inferioritas dengan
menganggap bahwa mereka adalah sangat penting sehingga badan pemerintah, orang
penting, dan orang penting lain di dalam lingkungan semuanya sangat memperhatikan
diri mereka dan mencoba menyiksanya.
Klinisi yang berusaha mengobati pasien dengan gangguan delusional harus
menghormati kebutuhan pasien akan pertahanan proyeksi. Ahli psikoterapi harus mau
berperan sebagai penampung semua perasaan negatif yang diproyeksikan oleh pasien;
tiap usaha untuk mengembalikan perasaan tersebut secara prematur akan
menyebabkan pasien merasa diserang dan dipermalukan. Satu akibat wajar dari
prinsip tersebut adalah bahwa waham tidak boleh ditantang saat bekerja secara
psikoterapi dengan pasien delusional. Malahan, ahli terapi harus semata-mata
meminta penjelasan lebih jauh tentang persepsi dan perasaan pasien.
Pendekatan lain yang berguna dalam membangun ikatan terapetik adalah
bersikap empati dengan pengalaman internal pasien yang sedang dilanda penyiksaan.
Mungkin membantu mengeluarkan komentar, Anda pasti merasa lelah, mengingat
apa yang telah anda lalui. Tanpa menyetujui setiap mispersepsi delusional, ahli terapi
dapat menyadari bahwa, dari pandangan pasien, persepsi tersebut menciptakan
penghilangan ketegangan yang baik. Tujuan akhir adalah membantu pasien memiliki
keraguan tentang persepsinya. Saat pasien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan
dan inferioritas yang menyertai depresi dapat timbul. Saat pasien membiarkan
perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapetik yang positif telah
ditegakkan, dan pekerjaan terapetik yang konstruktif menjadi dimungkinkan.
Terapi keluarga
Jika anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan
mereka di dalam rencana pengobatan. Tanpa menjadi terlihat berpihak pada musuh,
klinisi harus berusaha mendapatkan keluarga sebagai sekutu di dalam proses
pengobatan. Sebagai akibatnya, baik pasien dan anggota keluarganya perlu mengerti
bahwa konfidensialitas dokter-pasien akan dijaga oleh ahli terapi dan komunikasi
dengan sanak saudara akan dibicarakan pada suatu saat dengan pasien. Keluarga akan
mendapat manfaat dengan membantu ahli terapi dan dengan demikian membantu
pasien.
Hasil terapi yang baik tergantung pada kemampuan dokter psikiatrik untuk
berespon terhadap ketidakpercayaan pasien terhadap orang lain dan konflik
interpersonal, frustasi, dan kegagalan yang dihasilkannya. Tanda terapi yang berhasil
mungkin adalah suatu kepuasan penyesuaian sosial, bukannya menghilangkan waham
pasien.
FARMAKOTERAPI
Dua kelas utama obat yang harus dipertimbangkan di dalam pengobatan
gangguan psikotik singkat adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan
benzodiazepine. Jika dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi
sebagai contohnya, haloperidol (Haldol) biasanya digunakan. Khususnya pada
pasien yang berada dalam resiko tinggi untuk mengalami efek samping
ekstrapiramidal (sebagai contohnya, orang muda), suatu obat antikolinergik
kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai profilaksis
terhadap gajala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu, benzodiazepine
dapat digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun benzodiazepine memiliki
sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka panjang gangguan
psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan efek samping
yang lebih jarang daripada antipsikotik. Pada kasus yang jarang benzodiazepine
disertai dengan peningkatan agitasi, dan pada kasus yang lebih jarang lagi, dengan
kejang putus obat (withdrawal seizure), yang biasanya hanya terjadi pada penggunaan
dosis tinggi terus menerus. Penggunaan obat lain dalam terapi gangguan psikotik
singkat, walaupun dilaporkan di dalam laporan kasus, belum didukung oleh penelitian
skala besar. Tetapi, medikasi hipnotik seringkali berguna selama satu sampai dua
minggu pertama setelah resolusi episode psikotik. Pemakaian jangka panjang
medikasi harus dihindari dalam pengobatan gangguan ini. Jika medikasi pemeliharaan
diperlukan, klinisi harus mempertimbangkan ulang diagnosis.