You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru,
dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk
membelajarkan siswa. Dalam kegiatan belajar-mengajar kita tidak lepas dari istilah
pendekatan, yang kemudian lebih dikenal dengan pendekatan pembelajaran, namun
sebelum itu terlebih dahulu kita harus mengetahui makna dari pendekatan, karena hal
ini akan menjadi dasar kita untuk mendalami materi ini.
Pendekatan (approach) memiliki pengertian yang berbeda dengan strategi
(Sanjaya Wina, 2007), Pendekatan bersifat filosofis paradigmatik ,yang mendasari
aplikasi strategi dan metode. Pendekatan adalah pola/cara berpikir atau dasar
pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan dapat diimplementasikan dalam sejumlah
strategimengajar. Strategi dapat diimplementasikan dalam beberapa metode.
Pendekatan juga dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru
dan peserta didik di dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Sedangkan strategi sendiri
merupakan pola umum perbuatan guru peserta didik di dalam perwujudan kegiatan
pembelajaran. Pendekatan merupakan dasar penentuan strategi yang akan diwujudkan
dengan penentuan metode sedangkan metode merupakan alat yang digunakan dalam
pelaksanaan

strategi

pembelajaran.Jadi

pendekatan

lebih

luas

cakupanya

dibandingkan dengan strategi.


Dalam dunia pendidikan pada zaman sekarang ini, telah mengalami beberapa
perubahan sistem, termasuk usaha meningkatkan cara belajar siswa dalam proses
belajar mengajar. Pada sekolah tradisional banyak pelajaran diberikan hanya dengan
sistem ceramah, guru terlalu banyak memegang peran, sedangkan murid aktifitasnya
masih terbatas pada mendengarkan, dan mencatat keterangan guru. Akhirnya muncul
beberapa pendapat bahwa dengan hanya mendengar dan mencatat maka siswa tidak
bisa kreatif dalam proses pembelajaran. Sehingga banyak cara yang dicobakan untuk
mengatasi hal itu, misalnya dengan pengajaran unit, belajar dengan sistem CBSA,
sistem paket belajar, dan masih banyak cara yang dikembangkan yang semuanya
bertujuan meningkatkan cara secara aktif dari siswa. Sedangkan, strategi adalah pola
umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apa pengertian CBSA?

1.2.2
1.2.3

Apa yang dimaksud Rasional CBSA?


Apa saja Asumsi Dasar CBSA?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu yang dimaksud dengan CBSA
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Rasional CBSA
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja asumsi dasar rasional CBSA

1.4 Manfaat
1.4.1 Agar dihasilkan individu-individu kreatif melalui pendekatan ini
1.4.2 Agar para guru lebih aktif dalam penyiapan materi pembelajaran
1.4.3 Agar para guru mampu menyiapkan, mengevaluasi, dan menindak lanjuti hasil
1.4.4
1.4.5

dari suatu proses pembelajaran


Agar para siswa dapat aktif dalam pengembangan diri melalui proses belajar
Agar siswa mampu mengembangkan pribadinya secara optimal

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian CBSA


CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan
harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan
mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan
aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar
akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.

Titik fokus dalam pendekatan CBSA adalah keaktifan pelajar dalam proses
pembelajaran, namun dalam hal ini bukan berarti bahwa pihak lain yang terlibat
dalam proses tersebut,terutama guru tidak perlu aktif. Dengan demikian CBSA
menekankan keaktifan semua pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran, dengan
pengertian bahwa keaktifan CBSA menunjuk kepada keaktifan mental,meskipun
untuk mencapai tujuan ini dalam banyak hal dipersyaratkan keterlibatan langsung
dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi
proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep
dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active
Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar.
Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan
CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara
bersama-sama. CBSA merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar dimana anak
terutama mengalami keterlibatan intelktual emosional, di samping keterlibatan fisik di
dalam proses belajar mengajar (Depdikbud, 1982 : 2)
Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar beraneka
ragam, sepertimendenganrkan ceramah, mendiskusikan, membuat suatu alat,
membuat laporan pelaksanaan-pelaksanaan tugas dan sebagainya. Keaktifan siswa
yang berbeda-beda itu dapat dikelompokkan atas aktivitas yang bersifat fisik dan
aktivitas yang bersifat nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional.
Dari keaktifan atau keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar ini maka
hakekat CBSA merupakan proses keterlibatan intelektual, emosional subjek didik
dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran CBSA
merupakan suatu upaya yang dilakukan guru yang dimulai dengan perencanaan
pengajaran. Pelaksanaan pembelajaran dan diakhiri dengan penilaian hasil belajar
berdasarkan konsep tertentu. Dan CBSA dalam kegiatan-kegiatan pengajaran yang
mencakup metode dan teknik. Pengembangan metode menunjukkan bahwa mengajar
itu sendiri memerlukan berbagai cara seperti ceramah, Tanya jawab atau diskusi.
Sedangan

pengembangan

tekhnik

menunjukkan

bahwa

pengajaran

sebagai

pendekatan CBSA menuntutkejelasan cara-cara yang lebih khusus lagi, seperti tehnik
bertanya, teknik memberi penguatan dan sebaginya.

2.2 Rasional Pendekatan CBSA


Penerapan CBSA dalam proses pembelajaran bertumpu pada sejumlah
rasional. Bagian yang terpenting diantaranya adalah rasional yang berkaitan langsung
dengan upaya perwujudan tujuan utuh pendidikan serta karakteristik manusia ,
masyarakat,

dan

masa

depan

indonesia

yang

dikehendaki.

Secara umum, esensi tujuan pendidikan menurut T. Raka Joni (1980) adalah
pembentukan manusia yang bukan hanya dapt menyesuaikan diri hidup didalam
masyarakatnya, melainkan labih dari itu, mampu menyumbang bagi penyempurnaan
masyarakat itu sendiri.Dengan penerapan CBSA, siswa diharapakan akan lebih
mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang
dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar
yang terdapat di sekitarnya, serta siswa diharapkan lebih terlatih untuk berprakarsa,
berpikir secara teratur, kritis, tanggap dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari,
serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari dan mengembangkan
informasi yang bermakna baginya. (Raka Joni, 1992).

Rasional atau dasar-dasar serta alasan-alasan kebangkitan kembali CBSA


sehingga diterapkan dalam KBM, adalah sebagai berikut :
2.2.1

Secara esensi tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan manusia yang


mampu berdiri sendiri di samping berpartisipasi dalam rangka pembangunan
lingkungan,masyarakat dan bangsanya.
Untuk mampu melaksanakan misi ini di dalam dunia yang senantiasa
berpacu dan berubah maka setiap warga masyarakat secara pribadi harus
memiliki kemampuan berpikir kritis, memiliki kemampuan, kemauan serta
kebiasaan untuk terus menerus belajar(long life education)dalam arti yang
sebenarnya. Sedangkan sebagai anggota masyarakat mereka harus mampu
bekerjasama untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama.
Dilihat dari dimensi ini maka lembaga pendidikan formal secara optimal
memberi peluang pada peserta didik untuk melaksanakan interaksi edukatif.
Jadi bukan sekedar pemberian ilmu pengetahuan atau keterampilan saja tetapi
pembekalan sikap dan nilai untuk menghadapi segala problema di dalam

masyarakat yang senantiasa mengalami perubahan tersebut. CBSA di pandang


sebagai salah satu upaya membangkitkan esensi yang terdalam para peserta
didik,yaitu kreativitasnya.
2.2.2

Keterlibatan mental psikologis yang di optimal dalam KBM dengan cara


terjun dan mengambil bagian dalam berbagai kegiatan akan mempunyai nilai
pembangkitan serta peningkatan

motivasi yang optimal dibandingkan

dengan KBM yang hanya menggunakan komunikasi satu arah(terutama


dengan metode ceramah saja). Dengan demikian, pengalaman belajar yang
mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri,
berusaha mencari jawaban atau memecahkan suatu masalah, memberi
kesempatan bekerjasama dengan teman-temannya dalam menyelesaikan tugas
akan jauh lebih menantang dalam rangka mengarahkan konsentrasi,pikiran
bahkan tenaga daripada mereka sekedar menelan atau menerima sesuatu yang
telah selesai dikunyah dengan modus komunikasi satu arah.
Pola mengajar demikian akan lebih meningkatkan sifat ingin tahu (curiocity)
serta meningkatkan motivasi siswa. Motivasi merupakan motor penggerak
bagi siswa dalam KBM guna mencapai tujuan.

2.2.3

Komunikasi banyak arah dengan penggunaan multy-method dan multy-media


dalam KBM seperti dikemukakan di atas, akan memberi manfaat (peluang)
bagi guru dalam memperoleh balikan dalam menilai efektivitas KBM. Dengan
demikian, tidak perlu di tunggu sampai harus menyelenggarakan gerakan
formatif tes, sumatif tes, Ebtanas, akan tetapi segera bisa diperoleh sementara
KBM masih berjalan. Dengan demikian CBSA memberi landasan yang lebih
mantap bagi pelaksanaan penilaian formatif dalam proses belajar mengajar.

2.2.4

Akhirnya sebagai rasional yang keempat, ditinjau dari segi kebutuhan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dari segi calon guru maupun para guru yang
masih cenderung menggunakan pola seperti yang diterimanya di Lembaga
Pendidikan Keguruan dahulunya,kiranya pola yang telah membudaya dengan
metode tunggal metode ceramah sehingga CBSA ini mendapat prioritas.
Mengingat bahwa pebelajar selalu berarti harus aktif berinteraksi dengan

lingkungan belajar tertentu (natural, social dan atau kultural), maka penggalakan

kembali Pendekatan CBSA harus dimaknai sebagai upaya mengoptimalkan keaktifan


murid di dalam pembelajaran agar hasilbelajar juga menjadi optimal. Hal itu terutama
karena adanya kenyataan obyektif yang dihadapi, serta harapan-harapan di masa
depan. Beberapa kenyataan obyektif dan harapan tersebut (T. Raka Joni, 1985: 911;Sulo Lipu La Sulo, dkk, 2002:10) antara lain:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin
dipercepat sehingga bahan ajar (isi mata pelajaran) akan cepat menjadi usang.
Dengan demikian pebelajar dituntut untuk terus belajar, sehingga dalam
pembelajaran: hasil belajar sama pentingnya dengan penguasaan cara
belajar yang tepat.
2. Perkembangan yang cepat dari Teknologi Informasi dan Komunikasi atau
TIK (information and communication technology atau ICT) sehingga
terbuka peluang yang sangat besar untuk memperoleh informasi selain yang
disampaikan guru di sekolah. Dengan kata lain, terdapat beragam sumber
belajar yang dapat dimanfaatkan oleh murid kapan dan di mana saja yang
diinginkannya.
3. Perubahan pandangan dan harapan tentang fungsi sekolah yakni dari fungsi
seleksi

(hanya

yang

unggul

yang

dapat

lanjut)

menjadi

fungsi

pengembangan (setiap murid dapat lanjut terus sesuai kemampuannya). Oleh


karena itu, sekolah dituntut untuk berupaya sedemikian rupa sehingga semua
murid dapat berkembang seoptimal mungkin sesuai kemampuan masingmasing. Di samping itu, sekolah diharapkan secra serentak menyiapkan
peserta didiknya untuk mampu menyesuaikan diri dengan masyarakatnya
(fungsi sosialisasi) dan untuk mampu membaharui masyarakatnya itu (agen
pembaharuan).
Selanjutnya pembahasan tentang mengapa Pendekatan CBSA perlu diterapkan
dalam pembelajaran, T. Raka Joni (1993: 60-66) mengemukakan 2 (dua) alasan utama
sebagai berikut:

1. Alasan yang bersifat teknis-psikologis yakni hakekat belajar adalah


pengubahan pengetahuan- pemahaman yang berkelanjutan melalui proses
pemberian makna (baik sisi intelektual maupun emosional) oleh pebelajar
terhadap pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, yang dibedakan
atas:
a. Kebermaknaan intelektual pengalaman pebelajar itu dapat berarti:
Terasimilasikannya (terbaurkan) isi pengalamaan baru ke
dalaam struktur kognitif yang telah ada (asimilasi kognitif),
atau
Termodifikasinya struktur kognitif untuk mengakomodasikan
(menempatkan) pengalaman baru itu (akomodasi kognitif), dan
Selain proses kognisi (asimilasi dan akomodasi), proses belajar
yang efektif akan berdampak pada proses meta-kognisi yakni
terjadinya kesadaran pebelajar atas proses kognisinya itu serta
terbentuknya

kemampuan

untuk

mengendalikan

proses

kognisinya itu, dengan kata lain: pebelajar belajar bagaimana


belajar (learning how to learn)
b.

Kebermaknaan emosional pengalaman pebelajar berkaitan dengan


kepemilikannya (sense of ownership) yakni pebelajar merasa bahwa isi
pengalaman belajar itu penting baginya, baik pada saat mengalaminya
maupun untuk waktu yang akan datang; motivasi intrinsik tersebut
akan menjadi landasan terbentuknya kemampuan belajar mandiri

2. Alasan yang bersifat pilihan nilai terkait dengan pembentukan manusia dan
masyarakat Indonesia masa depan dalam kerangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
dengan 3 (tiga ) ciri utama yakni kepekaan, kemandirian, dan tanggung jawab.
Dengan Pendekatan CBSA, yang sangat mengutamakan prakarsa dan
keterlibatan murid (fisik, intelektual, dan atau emosional) dalam pembelajaran akan
membekali murid bukan hanya pengetahuan, ketrampilan, dan atau sikap yang
menjadi tujuan pembelajaran, tetapi juga mengembangkan kemampuan dan
ketrampilan belajar yang terus dikembangkan/digunakan sepanjang hidupnya. Dengan
kata lain: proses belajar dan hasil belajar sama pentingnya, baik sebagai dampak
pembelajaran maupun dampak pengiring.

2.3 Asumsi Dasar CBSA


Asumsi dasar penerapan CBSA dalam KBM adalah
2.3.1 KBM merupakan suatu proses yang continue dan bervariasi
Tujuan itu lahir dari adanya keinginan atau kebutuhan baik jasmani maupun
rohani. Atas dasar kebutuhan itu individu belajar. Karena kebutuhan selalu ada
maka proses belajar berlangsung terus menerus. Upaya memenuhi kebutuhan
pencapaian tujuan dilakukan melalui berbagai kegiatan yang bervariasi.

2.3.2 Dalam proses belajar ada keterlibatan mental siswa secara optimal
Dengan penghayatan nilai nilai yang berlaku dalam lingkungan masyarakat
saja,anak tidak akan mampu mengembangkan pribadinya secara optimal. Sebab
masyarakat senantiasa berkembang sejalan dengan kamajuan pengetahuan dan
tekhnologi. Agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang lebih
luas dan kemajuan pengetahuan serta tekhnologi, maka perlu mengembangkan
sikap dan nilai-nilai yang dimilkinya sehingga memungkinkan untuk mengetahui
kekurangannya lalu berusaha memperbaikinya. Untuk ini mereka harus mulai
secara aktif melibatkan diri dalam proses mental dan emosional di dalam dunia
pendidikan.
2.3.3 Komunikasi dalam KBM berlangsung dalam banyak arah
Proses komunikasi dalam proses komunikasi dalam KBM tidak hanya satu arah
(one way traffic communication), juga tidak hanya dua arah (two way traffic
communication) tetapi konikasi dilakukan dalam banyak arah (multy ways traffic
communication). Dengan aplikasi konsep CBSA memungkinkan komunikasi
banyak arah tersebut, antara guru-murid, murid-guru, dan murid-murid.
2.3.4 Mengarahkan KBM dengan CBSA, memungkinkan siswa lebih banyak belajar
keterampilan proses (learning by process), bukan belajar produk (learning by
product). Belajar produk umumnya hanya menekankan aspek kognitif, sedangkan
belajar proses penekanannya pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Karena CBSA menekankan pembelajaran melalui proses maka sudah pasti
strategi KBM dengan CBSA diarahkan untuk mencapai sasaran yang terdiri atas
hal-hal sstersebut.

BAB III

PENUTUP
2.3 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Titik fokus dalam
pendekatan CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional
dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam
ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Adapun rasional atau asumsi-asumsi
dasar pendekatan CBSA ini diantaranya adalah tujuan pendidikan yaitu untuk
pembentukan manusia yang mampu berdiri sendiri dalam perkembangan masyarakat,
Keterlibatan mental psikologis yang di optimal dalam KBM,

dan pembelajaran

merupakan suatu proses yang continue dan bervariasi.


Rasionalisasi CBSA diterapkan dalam proses pembelajaran dengan cara siswa
dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran tersebut, siswa tidak hanya duduk
diam dan menunggu materi yang akan diberikan oleh guru, melainkan harus mencari
dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan serta sikap yang mereka
butuhkan. Karena belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan murid-murid untuk
dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari murid-murid sendiri. Guru adalah
pembimbing dan pengarah.
Dalam hal ini guru sebagai pendidik guru diharapkan bekerja secara profesional,
mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang berdaya
guna dan berhasil guna (efisien dan efektif), artinya guru dapat merekayasa sistem
pembelajaran yang mereka laksanakan secara sistematis, dengan pemikiran mengapa
dan bagaimana menyelenggarakan kegiatan pembelajaran aktif.

2.4 Saran
Untuk membuat pendidikan ini berjalan lebih baik lagi, para siswa harus
meningkatkan belajarnya dan aktif ketika pelajaran berlangsung. Dan bagi seorang
guru harus menggunakan metode pengajaran yang lebih baik lagi, ketika
pembelajaran berlangsung. Yang membuat siswa merasa senang di kelas dan
menggugah selera siswa untuk lebih rajin dalam belajar baik dalam kelas maupun

nanti ketika di rumah. Untuk itu cara pengajarannya pun harus yang menarik agar
tidak membuat jenuh.

You might also like