You are on page 1of 22

Biaya Modal adalah suatu tehnik menghitung

besarnya biaya riil yang harus dikeluarkan oleh


perusahaan untuk menggunakan dana dan
alternatif sumber dana yang ada.
Biaya modal harus dapat menghasilkan tingkat
pengembalian yang harus dihasilkan oleh
perusahaan atas investasi proyek untuk dapat
mempertahankan nilai pasar sahamnya

Menurut Warsono (2003: 135), ada tiga alasan dalam


penentuan biaya modal antara lain:
Pertama, memaksimumkan nilai perusahaan
mensyaratkan bahwa semua biaya input, termasuk
modal untuk diminimumkan biaya modal harus
diestimasikan.
Kedua, keputusan penganggaran modal mensyaratkan
suatu estimasi biaya modal.
Terakhir, beberapa tipe keputusan lain, termasuk yang
berhubungan dengan peraturan utilitas public, sewa
guna usaha, pendanaan kembali obligasi, kompensasi
eksekutif, dan manajemen asset jangka pendek.

Empat jenis utama biaya modal (Cost


of Capital):
1.
2.
3.
4.

BIAYA HUTANG
BIAYA LABA DITAHAN
BIAYA SAHAM BARU
BIAYA SAHAM PREFEREN

Biaya hutang dapat didefinisikan sebagai bagian yang


harus diterima dari suatau investasi agar tingkat hasil
minimum para kreditor terpenuhi. Jika perusahaan
menggunakan obligasi sebagai sarana untuk
memperoleh dana dari hutang jangka panjang, maka
biaya hutang adalah sama dengan Kd atau Yield To
Maturity (YTM) yaitu tingkat keuntungan yang
dinikmati oleh pemegang atau pembeli obligasi. Biaya
hutang dapat dicari dengan cara:
ki = k(1 - t)

Dengan cara lain, cost of debt bisa ditentukan


dengan rumus :
ki
= Ct/I0 (1 t)

Keterangan :
ki = biaya utang
C = biaya modal utang konstan
I0 = arus kas penerbitan surat berharga
k = internal rate of return or yield
t = marginal tax rate

Contoh
Apabila perusahaan dapat menjual obligasi dengan jangka waktu 20
tahun dengan coupon rate sebesar 9%, coupon rate dan nilai arus kas
bersih atau (after underwriting expenses) sebesar Rp1.000.000,- dengan
nilai obligasi sebesar Rp1.000.000,- , nilai k diperkirakan 9%. Dengan
asumsi tarif pajak 50%, maka berapa besarnya biaya modal utang.
Jawab :
ki
= k(1 t)
ki
=9% (1 0.50) = 4.50%
Biaya hutang ini merupakan biaya hutang sebelum pajak (pre-tax cost).
Dalam menghitung WACC, yang relevan adalah biaya hutang setelah pajak
(after-tax cost debt).
Biaya hutang sesudah pajak = Biaya hutang sebelum pajak x (1 - tingkat pajak)

BIAYA LABA DITAHAN


Biaya laba ditahan adalah sama dengan Ks
atau Tingkat keuntungan yang disyaratkan
investor pada saham biasa perusahaan yang
bersangkutan. Ada 3 cara untuk menghitung
Ks yaitu:

1. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing


Model).
Ks = krf + (kM krf) . bi
Ks = Bunga bebas resiko + premi resiko
Keterangan :
Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham
perusahaan i,
krf = bunga bebas resiko,
kM = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portofolio
pasar/index pasar,
bi = beta (ukuran risiko sistematis) saham perusahaan i

Contoh
Untuk mengilustrasikan pendekatan CAPM, asumsikan
bahwa krf = 8%, km = 13% dan bi = 0.7 untuk sebuah
saham. Maka hitunglah tingkat keuntungannya.
Jawab :
ks = krf + (km - krf) bi
ks = 8% + (13% - 8%) (0.7)
= 8% + (5%) (0.7)
= 8% + 3.5%
= 11.5%

2. Pendekatan Discounted Cash Flow


(DCF) model.
Perhitungan harga saham adalah sebagai berikut :
Po = D1 / Ks - g
Kita dapat mencari tingkat keuntungan untuk menemukan tingkat pengembalian
yang diperlukan atas ekuitas saham biasa, yang bagi investor marginal, juga sama
dengan tingkat pengembalian yang diharapkan :
Ks = ks
Keterangan :
D1 = dividen akhir periode
Po = harga saham pada awal periode
g = tingkat pertumbuhan dividen
Jadi investor memperkirakan akan menerima hasil deviden, D1/Po + keuntungan
modal atau g, atas total pengembalian yang diharapkan sebesar ks. Metode
estimasi biaya ekuitas ini disebut metode arus kas yang didiskontokan atau DCF
(discounted cash flow). Mudah untuk menentukan hasil deviden, tetapi sulit untuk
menetapkan tingkat pertumbuhan yang layak. Jika tingkat pertumbuhan laba dan
deviden di masa lalu relatif stabil, dan jika investor bermaksud memproyeksikan
kecenderungan dimasa lalu terus berlanjut maka g mungkin didasarkan atas
tingkat pertumbuhan historis perusahaan.

Contoh
Untuk mengilustrasikan pendekatan DCF, anggaplah
saham allied dijual pada harga $23 dan dividen yang
diharapkan selanjutnya adalah $1.24 dan tingkat
pertumbuhan yang diharapkan adalah 8%. Berapakah
tingkat pengembalian yang diharapkan dan diperlukan
perusahaan allied.
Jawab :
Ks
= ks
= $1.24 / $23 + 8%
= 5.4% + 8%
= 13.4%

3.Pendekatan Bond-Yield-Plus-Risk
Premium
Membeli saham biasa pada umumnya lebih berisiko daripada membeli
obligasi yang memberikan penghasilan yang tetap dan relatif pasti. Oleh
karena itu investor yang membeli saham biasa mengharapkan suatu premi
risiko diatas tingkat keuntungan obligasi. Premi risiko ini besarnya
tergantung pada kondisi perusahaan dan kondisi perekonomian.
Ks = tingkat keuntungan obligasi perusahaan + premi risiko
Contoh :
Sebuah perusahaan yang sudah mapan seperti Southern Bell memiliki
oblligasi yang memberikan hasil 8% sedangkan premmi resiko diketahui
4% maka berapakah biaya ekuitasnya.
Jawab :
Ks
= hasil obligasi + premi risiko
Ks
= 8% + 4%
= 12%

Biaya Saham Baru


Biaya saham biasa baru (Ke) > biaya laba ditahan (Ks) karena
penjualan saham baru memerlukan biaya emisi (flotation cost; biaya
mencetak saham, komisi untuk underwriter, penawaran saham, dll).
Biaya ini akan mengurangipenerimaan perusahaan dari penjualan
saham.

Gordon Model dgn memperhitungkan flotation cost:


Ke = D1 + g
P0(1-F)
Ke = Biaya saham biasa baru
P0 = Harga jual saham
F = Flotation cost
D1 = Dividen saham pd t=1
g = pertumbuhan dividen

Contoh
PT. X memiliki biaya modal dan struktur modalnya sebagai berikut :

Jika tingkat pajaknya 40 %


Jawab
1.Dengan Proporsi modal

*) biaya modal hutangan Proporsi modalng = 7 % ( 1 0,40 ) = 4,2 %

Contoh
Saham baru perusahaan terjual dgn harga 32.
Flotation cost adalah 15% dari harga jual.
Dividen terakhir (D1) diperkirakan sebesar 2,4
dan dividen diharapkan bertumbuh secara
konstan dgn tingkat pertumbuhan 6,5%.
2,4
Ke = -------------- + 6,5% = 15,3%
32 (1-0,15)

Biaya Saham Preferen


Biaya saham preferen adalah tingkat keuntungan yang
dinikmati pembeli saham preferen
Kp= Dp/ Pn
Dp=dividen saham preferen tahunan
Pn=harga saham preferen bersih yg diterima perusahaan
penerbit (setelah dikurangi biaya penerbitan saham
atau flotation cost).
Dividen saham preferen tidak tax deductible, perusahaan
menanggung semua beban biaya. Tidak ada
penyesuaian/penghematan pajak seperti biaya hutang.

Contoh
Contoh: PT Aksara menjual saham preferen yg
memberikan dividen Rp 10,- per tahun. Harga
saham Rp 100,- dengan flotation cost Rp 2,5
per lembar saham.
Pn = Rp 100 Rp 2,5 = Rp 97,5
Kp = Dp/Pn = 10 / 97,5 = 10,26%

Biaya Rata-rata tertimbangan dari


modal (WACC)
Adalah biaya yang mencerminkan rata-rata biaya modal dengan
menimbang biaya dari perpaduan utang, saham preferen, saham
biasa dan laba yang ditahan sesuai dengan proporsinya pada
struktur modal perusahaan.
WACC = Wd.Kd (1-T) + Wp.Kp + We.Ke
WACC = biaya modal rata-rata tertimbang
wd = persentase hutang dari modal
wp = persentase saham preferen dari modal
We = persentase saham biasa atau laba ditahan dari modal
Kd = biaya hutang
Kp = biaya saham preferen
Ke = biaya saham biasa baru
T = pajak (dalam persentase)

2. Dengan jumlah biaya

Biaya Modal Rata-rata = (10.320.000 / 100.000.000) x 100 % =


10,32 %

Faktor Yang Mempengaruhi Nilai


komposisi Biaya Modal:
1. Faktor Yang Tidak Dapat Dikendalikan
Perusahaan :
a.Tingkat suku bunga
b. Tarif pajak
2. Faktor Yang Dapat Dikendalikan
Perusahaan :
a. Kebijakan struktur modal
b. Kebijakan dividen
c. Kebijakan investasi

ADJUSTED NET PRESENT VALUE SEBAGAI


ALTERNATIF PENGGUNAAN BIAYA MODAL RATARATA TERTIMBANG.
Brealy dan Myers memberikan metode alternative untuk
mangkaitkan keputusan investasi dengan keputusan pembelanjaan.
Dengan kata lain, metode ini dipergunakan untuk menilai
profitabilitas usulan investasi yang dibelanjai dengan modal sendiri
dan modal pinjaman. Mekanisme metode ini adalah sebagai berikut
Adjusted NPV = Base Case NPV + NPV tambahan karena keputusan
pembelanjaan
Yang dimaksud dengan base case NPV adalah NPV yang dihitung
kalau proyek tersebut dibelanjai dengan modal sendiri 100%.
Sedangkan NPV tambahan karena keputusan pembelanjaan
merupakan manfaat/keuntungan yang diterima oleh proyek karena
menggunakan hutang.

You might also like